Anda di halaman 1dari 14

Sick Building Syndrome

Theofilio Leunufna
102012065
E5
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
theofilio.leunufna@civitas.ukrida.ac.id
Pendahuluan
Sejak tahun 1970, pekerja kantoran di seluruh dunia seringkali mengeluhkan iritasi
dari membran mukosa mereka, kelelahan, sakit kepala ketika mereka bekerja di dalam
gedung, yang gejalanya akan membaik dalam 10 menit sampai 1 jam ketika meninggalkan
gedung tersebut. Berdasarkan gejala-gejala ini, maka diberikanlah nama sick building
syndrome. Kedokteran okupasi tahun 1980 memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah
kesehatan akibat lingkungan kerja yang berhubungan dengan polusi udara, IAQ (indoor air
quality) dan buruknya ventilasi gedung perkantoran. World Health Organization (WHO)
tahun 1984 melaporkan 30% gedung baru di seluruh dunia memberikan keluhan pada
pekerjanya dihubungkan dengan IAQ. Di seluruh dunia 2,7 juta jiwa meninggal akibat polusi
udara. 2,2 juta meninggal diantaranya akibat indoor air pollution atau polusi udara di dalam
ruangan.1 Di Indonesia kasus Penyakit Akibat Kerja (PAK) ini masih belum banyak dapat
didiagnosis sehingga hampir tidak ada pelaporannya.
Oleh sebab itu pembuatan makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui dan mulai
menyadari adanya penyakit akibat kerja, tujuh langkah mengenai diagnosis okupasi, apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi dan juga bagaimana penatalaksanaan serta pencegahannya.

Pembahasan
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal
dari tempat kerja yaitu :
1. Faktor fisis:
a. Suara yang dapat mengakibatkan tuli akibat kerja;
b. Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain penyakit
susunan darah dan kelainan kulit. Radiasi sinar infra merah dapat mengakibatkan
1

katarak (cataract) pada lensa mata, sedangkan sinar ultra violet menjadi sebab
konjungtivitis fotoelektrika.
c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke (pukulan panas), kejang panas
(heat cramps) atau hiperpireksia. Sedangkan suhu terlalu rendah dapat menyebabkan
frostbite.
d. Tekanan udara tinggi menyebabkan penyakit kaison.
e. Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan kepada indra penglihatan
atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
2. Faktor kimiawi:
a. Debu yang menyebabkan pneumokoniosis, di antaranya silikosis, abestosis dan
lainnya.
b. Uap yang di antaranya menyebabkan demam uap logam (metal fume fever),
dermatosis (penyakit kulit) akibat kerja atau keracunan oleh zat toksis uap
formaldehida.
c. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lainnya.
d. Larutan zat kimia yang misalnya menyebabkan iritasi kepada kulit.
e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun jamur dan lainnya
yang menimbulkan keracunan.
3. Faktor Biologis :
Misalnya bibit penyakit antraks atau brusella (brucella) yang menyebabkan penyakit
akibat kerja pada pekerja penyamak kulit.
4. Faktor fisiologis/ergonomis, yaitu antara lain kesalahan konstruksi mesin, sikap badan
yang tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain yang kesemuanya
menimbulkan kelelahan fisik dan gangguan kesehatan bahkan lambat laun dapat terjadi
perubahan fisik tubuh pekerja atau kecacatan.
5. Faktor mental-psikologis yang terlihat misalnya pada hubungan kerja atau hubungan
industrial yang tidak baik, dengan akibat timbulnya misalnya depresi atau penyakit
psikosomatis.
Tujuh Langkah Diagnosis Okupasi
1. Diagnosa Klinis
a. Anamnesis

Identitas (meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku
bangsa dan agama).
2

Keluhan utama (batuk pilek berulang sejak 3 minggu yang lalu)


-

Apa yang di rasakan?

Sudah berapa lama batuknya?

Batuknnya terus menerus atau hilang timbul?

Batuknya berdahak atau tidak?

Adakah keluhan tambahan


- Apakah ada demam?
- Demamnya terus menerus atau hilang timbul?
- Apakah ada pusing, mual, muntah?
- Apakah badanya terasa letih, lesu ataupun nyeri?
- Apakah ada gatal-gatal ataupun alergi?
- Apakah sebelumnya sudah minum obat?
- Apakah dulu pernah seperti ini?
Apakah mempunyai sakit menahun
Menanyakan apakah seorang perokok dan sejak kapan merokok
Menanyakan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
Menanyakan adakah keluhan yang dialami seperti batuk berdarah, dahak banyak.1
b. Anamnesis riwayat pekerjaan
Berapakah lama waktu kerja dalam sehari?
Sudah berapa lama bekerja sekarang?
Riwayat pekerjaan sebelumnya
Alat kerja, bahan kerja, proses kerja
Barang yang diproduksikan/dihasilkan
Kemungkinan pajanan yang dialami
APD (Alat Pelindung Diri) yang dipakai
Hubungan gejala dan waktu kerja
Bagaimana lingkungan pekerjaan?
Adakah pekerja lain ada yang mengalami hal sama?1
c. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital: suhu, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi nafas
Keadaan umum
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah, urin,
sputum ataupun tinja. Kemudian pemeriksaan rontgen (paru, jantung, dan lainlain). Pemeriksaan tambahan/monitoring biologis; pengukuran kadar bahan kimia
penyebab sakit di dalam tubuh tenaga kerja misalnya kadar dalam urin, darah dan
sebagainya, dan hasil uji/pemeriksaan fungsi organ tubuh tertentu akibat pengaruh
adanya pajanan. Pemeriksaan laboratorium dimaksudkan untuk mencocokkan
benar tidaknya penyakit akibat kerja yang bersangkutan ada dalam tubuh tenaga
kerja yang menderita penyakit tersebut. Guna menegakkan diagnosis penyakit
3

akibat kerja, biasanya tidak cukup sekedar pembuktian secara kualitatif yaitu
tentang adanya faktor penyebab penyebab penyakit, melainkan harus ditunjukkan
juga pembuktian secara kuantitatif.
2. Pajanan yang Dialami
a. Pajanan fisik
Kemajuan pembangunan industri di Indonesia diikuti dengan pemanfaatan dan
penerapan berbagai tingkat kemanjuan teknologi. Kemajuan perkembangan teknologi
mempunyai dampak, yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah
produk yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan, sedangkan dampak negatifnya
kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan.2
Pajanan bahaya potensial faktor fisik:
Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruangan). Secara umum,
pengkondisian udara (air conditioning) dilakukan dengan mengkondisikan udara
dari luar bisa dipanaskan (untuk heating mode seperti di negeri-negeri dingin) atau
didinginkan (untuk cooling mode seperti halnya di Indonesia) sehingga udara yang
disemburkan ke dalam ruangan mencapai kondisi set-point (temperatur dan
kelembaban) yang diinginkan. Pendingin udara diklasifikasikan menjadi
pendingin udara lokal dan sentral. Pendingin udara lokal yaitu pendingin udara
yang umum dipakai di rumah-rumah atau beberapa ruangan kantor (biasanya
ruang pejabat struktural, namun sekarang hampir seluruh ruang baik ruang staf
maupun umum sudah dipasang pendingin udara/AC), sedangkan pendingin udara
sentral adalah pendingin udara yang dikendalikan di satu tempat tersendiri oleh
operator khusus, biasanya hotel-hotel, tempat perbelanjaan, dan gedung
perkantoran yang berskala besar. Kedua pendingin udara ini berpotensi dalam
menyebarkan berbagai virus dan bakteri. Idealnya, filter mesin AC dibersihkan
dan dibubuhi desinfektan setidaknya 3-4 kali dalam setahun. Jika tidak AC
menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri. Kawanan
Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp, akan bersarang dengan nyaman di
sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke seluruh
sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan,
terhirup melalui mulut, hidung atau masuk lewat lubang telinga. Bagi orang sehat
dengan stamina prima, masuknya kuman tak mendatangkan masalah. Lain soal
jika korban yang dijambangi kuman adalah mereka yang daya tahan tubuhnya
sedang buruk. Dhermatopagoides pteronnyssinus dan Dhermatopagoides farina

adalah tungau debu rumah yang sering ditemukan pada gedung lembab yang

menyebabkan sensitisasi alergi.1


Debu di dalam ruang kerja. Debu merupakan partikel-partikel zat padat,
disebabkan oleh kekuatan-kekuatan mekanis atau alami seperti pengolahan,
penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari
bahan baik organik maupun non-organik. Sumber alamiah partikular atmosfir
adalah debu yang memasuki atmosfir karena terbawa oleh angin. Oleh karena itu,
debu bisa terdapat dimana saja, misalnya untuk indoor, penumpukan barangbarang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat
terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu aktivitas

pernapasan manusia.1
Karpet yang tidak dirawat. Partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar
ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet.
Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet,
mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap
harinya juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan karpet
tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap.
Sebagian besar orang pernah merasakan bau kuat yang menyengat dari karpet
yang baru dipasang. Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan dijemur,
maka pertikel debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet akan ikut masuk

ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan.1


b. Pajanan biologik
Polusi biologi disebabkan oleh kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan
organisme lain. Terutama, perkantoran modern yang biasanya menggunakan
pendingin tanpa ventilasi alami. Pekerja dapat berisiko mengidap penyakit,
diantaranya:3

Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme yang
menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya
terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin.

Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan sistem pendingin


dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri Legionella
pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan
usia lanjut. Reaksi Legionella memang sering tidak disertai gejala mencolok

bahkan seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil, pusing, batuk
berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap.2,3
c. Pajanan kimia
Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang
karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang serba
kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa
95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari
petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida dan banyak toksin serta agen
pembuat peka lain. Pajanan yang berulang-ulang akan memicu peningkatan
sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Sensitivitas ke beragam bahan lain. Bahanbahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi,
masalah pernapasan dan sensitivitas pada pajanan berulang, bahan-bahan tersebut
dapat meyebabkan keadaan yang lebih serius, misalnya cacat lahir, gangguan saraf
pusat, dan kanker. Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang
mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang
tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan
juga kurang baik karena pada malam hari tanaman mengeluarkan karbondioksida dan
mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman tersebut berada di dalam ruangan
kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya. Selain itu juga banyak materi
bangunan modern, seperti cat diding yang masih baru diaplikasikan, papan partikel
(particle board), papan fiber (fiber board), dan berbagai macam perabotan plastik
yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.1,2
d. Ergonomi
Dengan posisi kerja yang tidak nyaman atau posisi yang salah dapat
mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yaitu low back pain.1
e. Pajanan psikososial
Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan, hubungan sesama sejawat, mass
psychogenic illness dan lain-lain.1
3. Hubungan Pajanan Dengan Penyakit

Pendingin udara (air conditioning) AC yang jarang dibersihkan serta ventilasi


udara yang kurang menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri.
Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp, akan bersarang dengan
nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke

seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan,
terhirup melalui mulut, hidung atau masuk lewat lubang kuping.4

Debu di dalam ruang kerja Sumber alamiah partikulat atmosfir adalah debu yang
memasuki atmosfir karena terbawa oleh angin. Misalnya untuk indoor, penumpukan
barang-barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu
dapat terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu aktivitas
pernapasan manusia.4

Karpet yang tidak dirawat Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan
dijemur, partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar ruangan, pestisida yang
disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu debu
yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikel-partikel kulit
mati yang diproduksi oleh manusia setiap harinya. Sebagian iritasi pada Sick Building
Syndrome disebabkan oleh alergen yang terdapat pada karpet, seperti tungau atau
kapang. Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan karpet yang
ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu
kesehatan.4

Pajanan biologi seperti kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan organisme
lain Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme yang
menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya
terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin. Legionnaire disease
penyakit ini juga berhubungan dengan sistem pendingin dalam ruang namun
disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri Legionella pneumophila. Penyakit
ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut. Reaksi Legionella
memang sering tidak disertai gejala mencolok bahkan seperti flu biasa. Paling-paling
hanya demam, menggigil, pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan
selera makan lenyap.4

Pajanan kimia. Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi
dalam ruang karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan
yang serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual.
Dilaporkan bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang
berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida. Pajanan yang berulangulang akan memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Bahanbahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi,
7

masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, Selain itu, juga


penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon, penggunaan
berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari
ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada
malam hari tanaman mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen.
Terlebih jika tanaman tersebut berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka
ventilasi udara segarnya. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti cat
dinding yang masih baru diaplikasikan, papan partikel (particle board), papan fiber
(fiber board), dan berbagai macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik
dalam jangka tahunan.4

Pajanan Ergonomi. Posisi duduk statis saat bekerja, leher menunduk, gerakan repetatif
pada kedua tangan.

Pajanan Psikososial. Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan, dan lain-lain.4

4. Jumlah Pajanan

Pasien mendapat pajanan yang besar karena jam bekerja yang lama yaitu dari jam
8.00 17.00 setiap hari selama satu tahun di gedung tersebut.

5. Faktor Individu

Apakah pasien ada riwayat atopi/alergi?

Apakah adanya riwayat pajanan serupa sebelumnya sehingga resikonya meningkat?

Apakah ada riwayat penyakit dalam keluarga yang mengakibatkan penderita lebih
rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami?

Higiene perorangan.5

6. Faktor Lain Diluar Pekerjaan

Apakah ada faktor pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit?

Perlu adanya anamnesis lebih lanjut mengenai apakah ada kebiasaan merokok,
pajanan dirumah.5

7. Diagnosis Okupasi
Dari 6 langkah diagnosis diatas, maka diagnosis penyakit diatas adalah penyakit
akibat hubungan kerja atau lebih spesifik penyakit Sick Building Syndrome.
Diagnosa Kerja
Influenza
8

Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang
unggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah menggigil, demam,
nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala berat, batuk, kelemahan, dan rasa tidak nyaman
secara umum. Influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan
menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang
telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga
menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun jalur penularan mana yang paling berperan
dalam penyakit ini belum jelas betul. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari,
desinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena
virus dapat diinaktivasi dengan sabun.
Influenza menyebar ke seluruh dunia dalam epidemi musiman, yang menimbulkan
kematian 250.000 dan 500.000 orang setiap tahunnya, bahkan sampai jutaan orang pada
beberapa tahun pandemik. Rata-rata 41.400 orang meninggal tiap tahunnya di Amerika
Serikat dalam kurun waktu antara tahun 1979 - 2001 karena influenza
Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah infeksi.
Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun demam juga sering
terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar 38-39C ( 100-103F). Banyak
orang merasa begitu sakit sehingga mereka tidak dapat bangun dari tempat tidur selama
beberapa hari, dengan rasa sakit dan nyeri sekujur tubuh, yang terasa lebih berat pada daerah
punggung dan kaki. Gejala influenza dapat meliputi:
1. Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)
2. Batuk
3. Hidung tersumbat
4. Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorok
5. Kelelahan
6. Nyeri kepala
7. Iritasi mata, mata berair
8. Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut, tenggorok, dan
hidung
Penatalaksanaan
Orang yang menderita flu disarankan untuk banyak beristirahat, meminum banyak
cairan, menghindari penggunaan alkohol dan rokok, dan apabila diperlukan, mengonsumsi
obat seperti asetaminofen (parasetamol) untuk meredakan gejala demam dan nyeri otot yang
berhubungan dengan flu. Anak-anak dan remaja dengan gejala flu (terutama demam)
sebaiknya menghindari penggunaan aspirin pada saat infeksi influenza (terutama influenza
tipe B), karena hal tersebut dapat menimbulkan Sindrom Reye, suatu penyakit hati yang
9

langka namun memiliki potensi menimbulkan kematian. Karena influenza disebabkan oleh
virus, antibiotik tidak memiliki pengaruh terhadap infeksi; kecuali diberikan untuk infeksi
sekunder seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat efektif, namun sebagian
galur inflenza dapat menunjukkan resistensi terhadap obat-obat antivirus standar
Diagnosis Okupasi
Sick Building Syndrome
Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni
gedung atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang
dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat
penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi.
Terdapat dua komponen diagnosis SBS, pertama apakah gejala terjadi pada satu atau
beberapa pekerja dalam gedung yang sama dan kedua adalah gejala muncul saat berada di
dalam gedung dan menghilang bila berada di luar gedung. Sick building syndrome bukan
penyakit tunggal yang dapat didiagnosis segera pada pekerja di dalam gedung. Asma, rhinitis
dan konjungtivitis alergi adalah penyakit alergi yang mempunyai gejala sama dengan SBS.
Sakit kepala dan lethargy merupakan gejala nonspesifik yang dapat terjadi pada sebagian
besar penyakit dan dapat berkaitan dengan pajanan okupasi. Pengenalan gejala, pemeriksaan
fisik serta laboratorium bila tersedia merupakan langkah awal dalam mendiagnosis dan
penatalaksanaan SBS bertujuan untuk menyingkirkan kondisi lain yang mempunyai gejala
sama.3
Pekerja dengan SBS lebih sensitf terhadap stimuli dibandingkan dengan pekerja tanpa
SBS. Keluhan wheezing dan atau dada tertekan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan
peakflow meter atau spirometri sebelum dan sesudah kerja. Jika hasil pemeriksaan tidak
ditemukan kelainan maka tidak terdapat penyakit. Waktu saat timbulnya penyakit merupakan
salah satu faktor penting pada SBS. Beberapa metode dapat digunakan untuk membantu
dalam mendiagnosis SBS.3
Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penyebab SBS. Stres akibat
lingkungan kerja mekanismenya belum jelas diketahui, diduga karena tidak ada
keseimbangan antara kebutuhan dengan kemampuan. Stres merupakan gabungan antara
beban kerja di kantor dengan lingkungan sosial dan faktor ini dapat memberikan fenomena
fisiologis maupun psikologis. Kuantitas kerja dapat menghambat kenyamanan bekerja dan
berperan pada iritasi mukosa dan keluhan umum lainnya. Hal ini merupakan indikator tidak
langsung akibat stres kerja.3
Tabel 1. Gejala dan tanda SBS3

10

Kelainan
Iritasi membran mukosa

Gejala
mata, hidung,

Iritasi

Gejala neurologis

tenggorokan
Nyeri kepala

dan

Kelelahan
Sulit konsentrasi
Gejala menyerupai asma

Cepat marah
Dada terasa tertekan

Gangguan kulit

Wheezing
Kulit kering

Patofisiologi

Iritasi kulit
Terdapat
3
Gejala gastrointestinal
Diare
hipotesis untuk menjelaskan gejala SBS antara lain hipotesis kimia bahwa volatile organic
compounds (VOCs) yang berasal dari perabot, karpet, cat serta debu, karbon monoksida atau
formalehid yang terkandung dalam pewangi ruangan dapat menginduksi respons reseptor
iritasi terutama pada mata dan hidung. Iritasi saluran napas menyebabkan asma dan rhinitis
melalui interaksi radikal bebas sehingga terjadi pengeluaran histamin, degradasi sel mast dan
pengeluaran mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi. Pergerakan silia menjadi
lambat sehingga tidak dapat membersihkan saluran napas, peningkatan produksi lendir akibat
iritasi oleh bahan pencemar, rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran napas,
membengkaknya saluran napas dan merangsang pertumbuhan sel. Akibatnya terjadi kesulitan
bernapas, sehingga bakteri atau mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dan
memudahkan terjadinya infeksi saluran napas.6
Hipotesis ke dua adalah hipotesis bioaerosol; penelitian cross sectional menunjukkan
bahwa individu yang mempunyai riwayat atopi akan memberikan reaksi terhadap VOCs
konsentrasi rendah dibandingkan individu tanpa atopi.
Hipotesis ke tiga ialah faktor pejamu, yaitu kerentanan individu akan mempengaruhi
timbulnya gejala.6 Stres karena pekerjaan dan faktor psikososial juga mempengaruhi
timbulnya gejala SBS. Building related illness (BRI) berbeda dengan SBS, adalah suatu
penyakit yang dapat didiagnosis dan diketahui penyebabnya berkaitan dengan kontaminasi
udara dalam gedung.6
Diagnosa Banding
Legionnaire
Suatu bentuk pneumonia yang lebih severe, di mana inflamasi paru terjadi karena
infeksi oleh bakteri Legionella, antaranya Legionella pneumophila. Penyebaran secara

11

aerosol/air borne, tidak diinfeksi dengan kontak perorangan. Gejala dapat timbul 2-14 hari
setelah exposure terhadap bakteri.2
Berikut ini gejala Legionnaire: cephalgia, myalgia, dingin, demam, batuk, fatigue,
nafsu makan menurun, confusion, sesak nafas, dan gangguan GIT seperti nausea dan
vomitus.2
Bukan saja menginfeksi paru, tetapi pada kasus lebih serius dapat menyebar ke
jantung. Bentuk lebih mild dari Legionnaire adalah Pontiac fever yang dapat sembuh sendiri
tanpa tatalaksana. Paling umum, penyakit bangunan wabah hasil dari aerosol yang
terkontaminasi, biasanya disebarkan dalam sistem ventilasi dari menara pendingin, kondensor
yang menguapkan, dan sistem pendingin udara. Sumber lain dari aerosol termasuk air mancur
hias dan bak pusaran air panas. Spesies Legionella dapat kultur sampai 40% dalam menara
pendingin, meskipun infeksi yang berasal dari paparan aerosol dilaporkan jarang. Bakteri
Legionella berkembang dalam sistem air dipertahankan pada suhu hangat antara sekitar
26,7C (80F) dan 48,9C (120F). Pembersihan dan perawatan sumber-sumber potensial
sangat penting dalam mencegah wabah Legionnairess disease.2,5
Penatalaksanaan
a. Medika mentosa
Pengobatan dilakukan berdasarkan simptom:

Decongestan: membantu melancarkan pernafasan dan pengeluaran mucus atau lendir


dari hidung.

Dextromethorpan atau ambroxol: membantu mengeluarkan dahak atau mengencerkan


dahak.

Paracetamol, ibuprofen, aspirin: demam, sakit kepala dan nyeri seluruh badan.

Antibiotik erythromycin: untuk penyakit seperti Legionnaire.5,7

b. Non-medika mentosa
1. Menghilangkan sumber kontaminasi penyebab SBS, misalnya dengan pembersihan
AC secara berkala
2. Jangan merokok, karena dapat memperberat penyakit
3. Menghilangkan sumber polutan. Jika suatu gedung telah dinyatakan telah terkena
SBS, maka perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari sumber polutan
yang dominan. Setelah sumber tersebut ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah
menghilangkan sumber polutan tersebut.

12

4. Meningkatkan laju pertukaran udara. Ini dapat dilakukan dengan melakukan


modifikasi terhadap sistem ventilasi yang telah ada disesuaikan dengan standar baku
yang telah ada.
5. Membersihakan udara yang disirkulasikan di dalam gedung. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan filter yang dapat menyaring udara, meskipun sangat terbatas.
6. Menjaga temperatur dan kelembapan ruangan dalam rentang dimana kontaminasi
biologis susah bertahan hidup. Biasanya dalam temperatur 70oF dan kelembapan 4060%.
7. Jendela sedapat mungkin dibuka untuk membantu proses pertukaran udara dalam dan
udara luar.

Pencegahan
Yang dilakukan adalah memberikan edukasi tentang penyakit SBS diantaranya
upayakan agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik dan
terdistribusi secara merata ke semua bagian didalam suatu gedung. Dalam hal ini perlu
diperhatikan agar lubang tempat masuknya udara luar tidak berdekatan dengan sumbersumber pencemar di luar gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk ke dalam
gedung. Ventilasi dan sirkulasi udara dalam gedung diatur sedemikian rupa agar semua orang
yang bekerja merasa segar, nyaman dan sehat, jumlah supply udara segar sesuai dengan
kebutuhan jumlah orang didalam ruangan, demikian pula harus diperhatikan jumlah supply
udara segar yang cukup apabila ada penambahan-penambahan karyawan baru dalam jumlah
yang signifikan.
Perlu pula diperhatikan pemilihan bahan-bahan bangunan dan bahan pembersih
ruangan yang tidak akan mencemari lingkungan udara di dalam gedung dan lebih ramah
lingkungan (green washing, non toxic, natural, ecological friendly). Selain itu penambahan
batas-batas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja dalam satu ruangan
hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar setiap bagian ruangan dan setiap
individu mendapat ventilasi udara yang memadai.
Jangan lupa keluar gedung saat istirahat untuk menghirup udara segar. Alokasikan
ruangan khusus untuk merokok dan buat jalur ventilasi untuk asap buangannya demikian
sehingga tidak bercampur dengan sirkulasi udara segar menuju ruangan lainnya. Dan segera
laporkan apabila terlihat gejala-gejala sick building syndrome.
Penutup
13

Kesimpulan
Penyakit sick building syndrome (SBS) biasanya timbul pada lokasi atau tempat kerja
sehari-hari yang kurang sehat. Kehidupan masyarakat yang modern dan dikelilingi dengan
perangkat teknologi bisa berdampak buruk bagi tubuh, salah satunya adalah penyakitnya
SBS. SBS adalah istilah yang menyatakan bahwa gedung-gedung industri, perkantoran,
perdagangan, dan rumah tinggal yang menimbulkan dampak penyakit. SBS sangat mungkin
menurunkan produktivitas. Berbagai penyakit itu muncul disebabkan polutan dari berbagai
perangkat dan peralatan di dalam ruangan gedung, kantor, dan rumah. Polutan yang
mencemari ruangan kerja itu seperti asap rokok, ozon yang berasal dari mesin fotokopi dan
printer, kuman dan bakteri yang berasal dari karpet. Sedangkan di rumah tangga seperti
furnitur rumah tangga, pembersih cat, vacum cleaner, debu, dan karbon monoksida. Memang
penyakit yang ditimbulkan lewat oleh SBS tersebut tidak seketika terjadi. Namun, jika terusmenerus terkena dampak tersebut bisa memicu munculnya berbagai penyakit dalam tubuh
seperti kanker, TBC, dan flu.
Jadi, yang perlu dibenahi adalah rumah atau lingkungan tempat kerja. Caranya
misalnya dengan memberikan ruang sanitasi udara yang cukup, begitu juga untuk pancaran
sinar matahari, arena polutan bisa mati karena pengaruh sinar matahari.
Daftar Pustaka
1. Utami ET. Hubungan antara kualitas udara pada ruangan ber-AC sentral dan sick building
sindrome. Jateng-DIY. Tesis DIY: UNNES: 2005.
2. Jaakkola K, Jaakkola MS. Sick building syndrome. In: Hendrik DJ, Burge PS, Beckett
WS, Churg A, editors. Occupational disorder of the lung: recognation management and
prevention. 5th ed. London: WB Saunders; 2002. p. 241-55.
3. Aditama TY, Andarini SL. Sick building syndrome. Jakarta: Med J Indones; 2002. p. 12431.
4. Winarti M, Basuki B, Hamid A. Air movement, gender and risk of sick building
syndrome headache among employees in Jakarta office. Med J Indones; 2003. p. 171-2.
5. Fischman ML. Current Occupational & Environmental Medicine. Ed. 4. New York: Mc
Graw Hill; 2007. p. 718-9.
6. Hodgson M. Indoor environmental exposure and symptoms. Environ Health Perspect
2002. p. 663-7.
7. Saijo y, Kishi R, Seta F, Katakura Y, Urashima Y, Hatakayama A, et al. Symptoms in
relation to chemicals and dampness in newly built dwellings. Int Arch Occup Environ
Health 2004. p. 461-70.

14

Anda mungkin juga menyukai