Perda 24 Tahun 2012 (Pengelolaan Pertambangan Mineral
Perda 24 Tahun 2012 (Pengelolaan Pertambangan Mineral
: a.
b.
c.
Mengingat : 1.
1950
tentang
Pembentukan
Daerah-Daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968
Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2851);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan dan Mineral Batubara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4959);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Propinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang
Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5111) sebagaimana diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 45,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5282);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia
PENGELOLAAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
41. Inspektur tambang adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggungjawab, wewenang, dan hak untuk melakukan inspeksi,
investigasi dan pengujian tambang.
42. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang untuk
melaksanakan penyidikan terhadap pelanggaran peraturan daerah
yang memuat ketentuan pidana.
43. Rencana Kegiatan Anggaran Belanja yang selanjutnya disebut RKAB
adalah dokumen yang berisi rencana teknis dan pembiayaan dari
masing-masing komponen kegiatan sesuai tahapan pertambangan
yang direncanakan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Pertambangan mineral dikelola dengan memperhatikan asas:
a. manfaat, keadilan, dan keseimbangan;
b. keberpihakan kepada kepentingan bangsa;
c. partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas;
d. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pasal 3
Pengelolaan mineral bertujuan:
a.
b.
c.
d.
e.
sebagai
bahan
baku
untuk
f.
(1)
(2)
(3)
dalam
pengelolaan
pertambangan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
pembinaan
dan
pascatambang; dan
k.
pengawasan
terhadap
reklamasi
Daerah
lahan
dalam
BAB IV
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Bagian Kesatu
Penyelidikan dan Penelitian
Pasal 6
(1)
(2)
(3)
a.
b.
b.
c.
d.
e.
status legalitas;
f.
lingkungan hidup.
Pasal 7
(1)
(2)
b.
c.
d.
e.
10
(3)
(1)
(2)
b.
(3)
2.
11
Bagian Kedua
Pengelolaan Data dan Informasi
Pasal 14
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
b.
c.
(1)
(2)
(3)
(4)
12
BAB V
WILAYAH PERTAMBANGAN, PENGELOMPOKAN USAHA
PERTAMBANGAN, DAN GOLONGAN KOMODITAS TAMBANG
Pasal 17
(1)
(2)
WUP;
b.
WPR;
c.
WPN.
Pasal 18
b.
c.
d.
pertambangan batuan.
Pasal 19
b.
c.
13
d.
(1)
(2)
b.
14
a.
b.
c.
WIUP batuan.
(2)
Dalam 1 (satu) WUP dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUP.
(3)
(4)
(5)
Dalam hal pemohon merupakan badan usaha yang telah terbuka (go
public) dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUP.
Paragraf 2
Pemberian WIUP Mineral Logam
Pasal 23
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
15
(3)
(1)
(2)
penyelidikan
umum,
b.
IUP
Operasi
Produksi
meliputi
kegiatan
konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan
dan penjualan.
badan usaha;
b.
koperasi; dan
c.
perseorangan.
Pasal 27
(1)
(2)
(1)
nama perusahaan;
b.
c.
16
(2)
d.
e.
jaminan kesungguhan;
f.
modal investasi;
g.
h.
i.
j.
k.
l.
perpajakan;
m.
penyelesaian perselisihan;
n.
o.
nama perusahaan;
b.
luas wilayah;
c.
lokasi penambangan;
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
perpanjangan IUP;
o.
p.
q.
perpajakan;
17
r.
s.
penyelesaian perselisihan;
t.
u.
konservasi mineral ;
v.
w.
x.
y.
z.
penguasaan,
pengembangan,
pertambangan mineral ; dan
dan
penerapan
teknologi
bersertifikasi
dan
Pasal 29
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
IUP untuk mineral lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
ayat (5) dapat diberikan kepada pihak lain oleh Bupati.
Pasal 30
IUP tidak dapat digunakan selain yang dimaksud dalam pemberian IUP.
18
Paragraf 2
IUP Eksplorasi
Pasal 31
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Pasal 33
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
19
(3)
(1)
(2)
(2)
20
(2)
(1)
(2)
Pasal 42
(1)
b.
c.
d.
e.
f.
(2)
(3)
(4)
Pasal 43
(1)
21
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
b.
(1)
(2)
IUP Operasi Produksi yang dimaksud ayat (1) adalah hanya untuk
komoditas batuan.
(3)
(1)
22
(2)
(3)
(4)
Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
mendapatkan rekomendasi Bupati.
Bagian Keempat
Hak Dan Kewajiban
Paragraf 1
Hak
Pasal 47
Pasal 49
(1)
(2)
(3)
b.
23
Paragraf 2
Kewajiban
Pasal 51
Pemegang IUP wajib:
a.
b.
c.
d.
melaksanakan
setempat; dan
e.
pengembangan
dan
pemberdayaan
masyarakat
Pasal 52
Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, pemegang IUP wajib melaksanakan:
a.
b.
c.
d.
e.
b.
menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 54
(1)
24
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(1)
(2)
b.
c.
perseorangan
b.
koperasi
c.
badan usaha
Pasal 57
(1)
(2)
25
Pasal 58
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian IUP Operasi
Produksi khusus diatur dengan Peraturan Bupati
Pasal 59
(1)
(2)
(1)
program
pengembangan
dan
(2)
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, jenis, waktu, dan tata cara
penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 65
26
(1)
(2)
(1)
(2)
Masyarakat
yang
diikutsertakan
dalam
kegiatan
usaha
pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tergabung di
dalam koperasi atau kelompok masyarakat yang pembentukannya
berdasarkan rekomendasi dari Pemerintah Desa.
(3)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
27
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
WPR yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilaporkan secara tertulis kepada Menteri dan Gubernur.
(4)
Pasal 70
Kegiatan pertambangan rakyat dikelompokkan sebagai berikut:
a.
b.
c.
pertambangan batuan.
Pasal 71
b.
c.
28
Pasal 72
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
dan
persyaratan
Pasal 74
(1)
(2)
b.
c.
IPR diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang 2 (dua) kali dengan jangka waktu masing-masing
satu tahun.
Pasal 75
(1)
(2)
(3)
(4)
29
(5)
(6)
IPR untuk mineral lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
ayat (5) dapat diberikan kepada pihak lain oleh Bupati.
Bagian Keempat
Hak dan Kewajiban pemegang IPR
Pasal 76
b.
b.
c.
d.
e.
Pasal 78
(1)
(2)
30
(1)
Pemerintah
Daerah
melaksanakan
pembinaan
di
bidang
pengusahaan, teknologi pertambangan, serta permodalan dan
pemasaran dalam usaha meningkatkan kemampuan usaha
pertambangan rakyat.
(2)
b.
c.
(3)
(4)
(1)
(2)
Atas
permohonan
penciutan
atau
pengembalian
wilayah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemegang IUP harus
menyerahkan :
(3)
a.
b.
peta
wilayah
koordinatnya;
c.
d.
e.
penciutan
atau
pengembalian
beserta
31
Pasal 81
(1)
pertambangan
dapat
a.
keadaan kahar;
b.
c.
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
setelah
Pasal 83
(1)
(2)
32
dikembalikan;
b.
dicabut; atau
c.
(1)
Pemegang IUP atau IPR dapat menyerahkan kembali IUP atau IPRnya dengan pernyataan tertulis kepada Bupati dan disertai dengan
alasan yang jelas.
(2)
b.
c.
d.
Dalam hal jangka waktu yang ditentukan dalam IUP dan IPR telah habis
dan tidak diajukan permohonan peningkatan atau perpanjangan tahap
kegiatan atau pengajuan permohonan tetapi tidak memenuhi persyaratan,
IUP dan IPR tersebut berakhir.
33
Pasal 88
(1)
IUP atau IPR yang telah dikembalikan, dicabut, atau habis masa
berlakunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 dikembalikan
kepada Bupati.
(2)
Apabila IUP atau IPR berakhir, pemegang IUP atau IPR wajib
menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil eksplorasi dan
operasi produksi kepada Bupati.
BAB XI
USAHA JASA PERTAMBANGAN
Pasal 90
(1)
(2)
(3)
(4)
penyelidikan umum;
2.
eksplorasi;
3.
studi kelayakan;
4.
konstruksi pertambangan;
5.
pengangkutan;
6.
lingkungan pertambangan;
34
b.
7.
8.
penambangan; atau
2.
Pasal 91
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
jasa
pertambangan
yang
BAB XII
PAJAK NEGARA DAN DAERAH
Pasal 93
(1)
(2)
(3)
35
iuran eksplorasi;
c.
d.
(6)
(7)
(8)
(9)
36
BAB XIII
PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN
Pasal 94
(1)
Hak atas WIUP atau WIPR tidak meliputi hak atas tanah permukaan
bumi.
(2)
(3)
Pasal 96
(1)
(2)
37
(1)
(2)
(3)
a.
b.
c.
d.
(1)
(2)
teknis pertambangan;
b.
pemasaran;
c.
keuangan;
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
38
(3)
n.
o.
(1)
b.
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
Pasal
100
dapat
a.
b.
39
(1)
(2)
(3)
a.
b.
c.
pengawasan
atas
pelaksanaan
a.
b.
c.
(4)
(5)
(1)
(2) Kepala Teknik Tambang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) wajib
mendapat pengesahan dari KAPIT.
Bagian Ketiga
Perlindungan Masyarakat
Pasal 106
(1)
40
b.
(2)
(1)
pengembangan
dan
(2)
(3)
(4)
(5)
Prioritas
pengembangan
dan
pemberdayaan
masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan kepada masyarakat
yang berada dekat kegiatan operasional penambangan dengan tidak
melihat batas administrasi wilayah kecamatan.
(6)
Program
pengembangan
dan
pemberdayaan
masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada pos biaya
program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang
disediakan oleh Pemegang IUP melalui anggaran dan biaya setiap
tahun.
(7)
Alokasi
biaya
program
pengembangan
dan
pemberdayaan
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dikelola oleh
pemegang IUP.
Pasal 108
41
Pasal 110
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XVI
REKLAMASI DAN PASCATAMBANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 111
(1)
Pemegang IUP
pascatambang.
dan
IPR
wajib
melaksanakan
(2)
(3)
(4)
b.
c.
konservasi mineral.
reklamasi
dan
Pasal 112
Prinsip lingkungan hidup pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 111ayat (4) huruf a, meliputi antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
42
Pasal 113
Prinsip keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 111 ayat (4) huruf b, meliputi antara lain:
a.
b.
b.
c.
Pasal 115
(1)
(2)
(3)
sebagaimana
a.
b.
c.
d.
43
(1)
(2)
(3)
Rencana reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
meliputi antara lain:
a.
b.
pembukaan lahan;
c.
d.
biaya reklamasi.
Bagian Ketiga
Rencana Pascatambang
Pasal 117
(1)
(2)
profil wilayah;
b.
c.
d.
kriteria keberhasilan;
e.
program pascatambang;
f.
organisasi; dan
g.
biaya pascatambang.
(1)
(2)
44
Pasal 119
(1)
sistem penambangan;
b.
tingkat produksi;
c.
umur tambang;
d.
e.
AMDAL atau
lingkungan.
UKL
dan
UPL
atau
dokumen
pengelolaan
(2)
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
45
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
b.
c.
jalan transportasi;
d.
pabrik/instalasi pengolahan/pemurnian;
e.
46
f.
pelabuhan.
(5)
(6)
(7)
Bagian Kedelapan
Pelaksanaan dan Pelaporan Pascatambang
Pasal 127
(1)
(2)
(3)
(4)
47
(5)
(2)
(3)
pascatambang
Paragraf 2
Jaminan Reklamasi
Pasal 130
Pemegang IUP dapat menempatkan jaminan reklamasi dalam bentuk:
a.
deposito berjangka;
b.
c.
(1)
(2)
(3)
(4)
48
Pasal 132
(1)
(2)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
49
(3)
Pasal 137
Pemegang IUP dapat mengajukan pencairan dana jaminan pascatambang
kepada Bupati setelah kegiatan pasca tambang dinyatakan selesai dan
memenuhi ketentuan perundang-undangan.
Bagian Kesepuluh
Reklamasi dan Pascatambang Bagi Pemegang IPR
Pasal 138
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
50
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 141
(1)
(2)
Setiap orang atau badan usaha yang melanggar ketentuan Pasal 20,
Pasal 35,Pasal 39 ayat (2), Pasal 41 ayat (2), Pasal 46 ayat (1), Pasal
49, Pasal 51,Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54 ayat (1), Pasal 55, Pasal
59,Pasal 60, Pasal 62, Pasal 63, Pasal 64 ayat (1), Pasal 65ayat(1),
Pasal 66, Pasal 71, Pasal 75 ayat (3), Pasal 77, Pasal 78,Pasal 90 ayat
(1), Pasal 91 ayat (3), Pasal 92 ayat (1), Pasal 93 ayat (1),Pasal 97,
Pasal 105, Pasal 107 ayat (1), Pasal 108, Pasal 109, Pasal 111 ayat(1),
Pasal 115, Pasal 119 ayat (1), Pasal 121 ayat (1), Pasal 122, Pasal 124
ayat (1) dan (5), Pasal 126, Pasal127, Pasal 128, Pasal 129, Pasal
138dapat dikenakan sanksi administrasi berupa:
a.
peringatan tertulis;
b.
c.
pencabutan izin.
(1)
(2)
(3)
b.
c.
51
(4)
d.
memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang
pengelolaan pertambangan mineral;
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
52
Pasal 144
Permohonan IUP yang diajukan kepada Pemerintah Daerah sebelum
Peraturan Daerah ini ditetapkan, diproses berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.
Pasal 145
Dalam hal Pemerintah Daerah belum memiliki Inspektur Tambang, maka
tugas dan wewenang Inspektur Tambang dilaksanakan oleh Tim dari
Pemerintah Daerah yang bertugas di bidang pengawasan pertambangan.
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 146
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah
Kabupaten Cianjur Nomor 11 Tahun 2004 tentang Pertambangan Umum
(Lembaran Daerah Kabupaten Cianjur Tahun 2005 Nomor 01 Seri C),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 147
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Cianjur.
Ditetapkan di Cianjur
pada tanggal 26 Desember 2012
BUPATI CIANJUR,
Cap/ttd
53
BACHRUDDIN ALI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2013 NOMOR 6