PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stress adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh
atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali
atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya (Lazarus & Folkman, 1986). Di
Indonesia, stress sudah menjangkit ke sebagian besar penduduk di Indonesia. Banyaknya
aktivitas yang menuntut untuk mereka lakukan, menjadi dominasi alasan timbulnya stress,
Pengalaman kerja juga mempengaruhi munculnya stres kerja. Individu yang memiliki
pengalaman kerja lebih lama, cenderung lebih rentan terhadap tekanan-tekanan dalam
pekerjaan, daripada individu dengan sedikit pengalaman (Koch & Dipboye, dalam
Rachmaningrum,1999). di samping karena faktor lain misalnya, faktor sosial dan ekonomi.
Banyaknya aktivits atau faktor lainnya disebut dengan stressor atau dampak yang
menimbulkan adanya stress. Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang
mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari
kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja,dirumah, dalam
kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Menurut Lazarus &Folkman (1986) stressor
dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi udara) dan dapat juga berkaitan dengan
lingkungan sosial (seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang
dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi
stressor.
Salah satu akibat dari stress adalah timbulnya stroke. Menurut WHO (1989) stroke
adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul
secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang
terganggu. Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis
karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah
disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme
berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri
(aneurisma) (Lynda Juall Carpenito, 1995). Stroke merupakan penyebab kematian terbesar
ketiga didunia dengan laju mortalitas 18-37 %, stroke terjadi berkaitan dengan faktor resiko
salah satunya adalah stres. Penanganan terhadap stres perlu diprioritaskan, karena departemen
Keperawatan Neurobehavior I
Page 1
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari stroke .
2. Untuk mengetahui etiologi dari stroke.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari stroke.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari stroke.
5. Untuk mengetahui penatalaksaan pada keadaan stroke.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada stroke.
7. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis dari stroke.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada stroke.
1.4 MANFAAT
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang patofisiologi gangguan pada
Sistem Neurologi : Stroke pada manusia sehingga dapat bermanfaat bagi para mahasiswa
keperawatan dalam melakukan pemeriksaan dan tindakan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi stroke
Keperawatan Neurobehavior I
Page 2
Definisi menurut WHO : stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal
maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat
gangguan aliran darah otak.
Menurut Neil F Gordon: stroke adalah gangguan potensial yang fatal pada suplai
darah bagian otak. Tidak ada satupun bagian tubuh manusia yang dapat bertahan bila terdapat
gangguan suplai darah dalam waktu relatif lama sebab darah sangat dibutuhkan dalam
kehidupan terutama oksigen pengangkut bahan makanan yang dibutuhkan pada otak dan otak
dalah pusat control system tubuh termasuk perintah dari semua gerakan fisik.
Stress yang disebabkan oleh hipertensi sehingga menyebabkan stroke
Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang
dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan
penyempitan dari pembuluh darah, dan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan,
akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang
berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan
komplikasi hipertensi pula. Hipertensi merupakan faktor resiko utama dari stroke hemoragik.
2.2 Klasifikasi Stroke
Stroke Hemoragik
Klasifikasi Stroke Hemoragik
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
1) Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah
dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan
oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia
darah, penyakit darah seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan
angiomatosa dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular.
2) Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)
Keperawatan Neurobehavior I
Page 3
Keperawatan Neurobehavior I
Page 4
a) Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.
Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil.
Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh
terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh
tingginyakadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada
pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil
terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
b) Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas.
Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa
mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
2.3 Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian
yaitu:
1.
Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
2.
Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain.
3.
4.
Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau
sensasi.
Page 5
kelemahan salah satu sisi tubuh. Pada awal stroke biasanya paralisis menurunnya reflek
tendon dalam, kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kerusakan kognitif dan efek
psikologis, disfungsi kandung kemih (Smeltzer, 2002 : 213).
Gejala - gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan
oleh terganggunya aliran darah ke daerah tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung
bagian otak yang terganggu.Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri
dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient Ischemic Attack (TIA). Serangan
bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini disebut Reversible Ischemic Neurologic Defisit
(RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing
stroke atau stroke inevolution
d. Sudah menetap/permanen
(Harsono,1996, hal 67)
Gangguan yang muncul tertulis pada tabel
Keperawatan Neurobehavior I
Page 6
DEFISIT NEUROLOGIK
O
1.
DEFISIT
MANIFESTASI
LAPANG
PENGLIHATAN
a. Homonimus hemianopsia
(kehilangan
setengah
lapang penglihatan)
kehilangan peglihatan
Mengabaikan salah satu sisi tubuh
Kesulitan menilai jarak
b. Kehilangan penglihatan
perifer
c. Penglihatan ganda
c. Diplopia
DEFISIT MOTORIK
a.
Hemiparese
Hemiplegia
d.
Disatria
e.
Disfagia
3.
DEFISIT SENSORI
Parestesia (terjadi pada sisi
berlawanan dari lesi)
DEFISIT VERBAL
a. Afasia ekspresif
berbicara
b. Afasia reseptif
Keperawatan Neurobehavior I
5.
c. Afasia global
DEFISIT KOGNITIF
diucapkan
Page
7
c.
Kombinasi
baik afasia reseptif dan
-
ekspresif
Kehilangan memori jangka pendek dan
Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus
dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Keperawatan Neurobehavior I
Page 8
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi maknanya
:pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis , yaitu dengan membuka arteri
karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan
oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
2.7 Komplikasi
Kasus stroke di indonesia semakin meningkat seiring berkembangnya pola hidup
manusia yang menjadi faktor predisposisi terjadinya stroke. Terjadinya stroke selalu di ikuti
oleh kemungkinan terjadinya komplikasi baik secara fisik maupun psykis yang menyebabkan
ketidak keseimbangan individu dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sehingga individu
mengalami kegagalan dalam berinteraksi dengan diri dan orang lain maupun lingkungannya.
Adanya perubahan fisik menyebabkan terjadinya gangguan psikologis sehingga perlu
dilakukan pendekatan secara psikologis untuk menurunkan dampak psikologis pada klien
dengan tehnik komunikasi yang terapeutik.
Seiring denngan meningkatnya kasus Stroke, komplikasi yang diakibatkanya juga
meningkat seperti kelumpuhan anggota gerak, lidah yang tebal dan kaku sehingga terjadi
gangguan komunikasi, mobilitas menurun dan yang tidak kalah pentingnya adalah gangguan
psilkologis, adanya perasaan tidak dihargai, hilangnya citra diri dan stress yang
berkepanjangan. Pada seseorang yang pernah mengalami stroke, mulai saat itulah orang
tersebut mengalami stress yang berlebihan, takut, cemas, rasa was-was akan adanya serangan
ulangan.dan kondisi ini tidak saja dialami olah yang bersangkutan, tapi rasa stress, cemas,
takut dan was-was hampir dialami oleh seluruh anggota keluarga lainnya. Takut akan
Keperawatan Neurobehavior I
Page 9
terjadinya serangan ulangan, takut akan adanya komplikasi yang lebih berat lagi,dan
komplikasi serangan yang pertama. Sehingga individu dan keluarga penderita stroke selalu
hidup dalam keadaan tidak tenang, tidak nyaman sehingga dapat mengganggu stabilitas dan
kenyamanan dalam kehidupan, mengganggu hubungan individu dan keluarga tersebut dalam
hubungannya dengan Allah dan juga mengganggu dalam hubungannya dengan manusia serta
lingkungan lainnya.
Karena itulah seorang perawat harus mampu membantu individu secara utuh bukan hanya
merawat penyakitnya tetapi lengkap semua aspek biopsiko social dan spiritual. Oleh karena
itu perawat harus mampu melihat dan menganalisa respon individu terhadap stimulus atau
stressor dan dapat melakukan analisa dari berbagai komponen konsep diri sehingga perawat
dapat merencanakan tindakan keperawatan yang berkualitas dan sesuai kebutuhan individu.
Beberapa komplikasi umum stroke adalah :
a. Ulkus dekubitus. Merupakan komplikasi iatrogenik yang dapat dihindari
dengan
menyebabkan
pasien
merasa
tidak
di
hargai
oleh
orang
lain
lagi.
2. Menurunya citra diri, sehubungan dengan adanya kelainan fisik seperti tidak mampu bicara
Keperawatan Neurobehavior I
Page 10
secara normal, anggota gerak yang lumpuh, dll. menyebabkan pasien merasa tidak gagah
/cantik lagi sehingga pasien merasa minder dan menarik diri dari lingkungan social.
3. Gangguan komunikasi verbal, sangat banyak keinginan keinginan yang tidak bisa
disampaikan,
baik
dalam
pemenuhan
kebutuhan
fisik
maupun
mentalnya.
4. Stres berkepanjangan, karena menurunya harga diri, hilangnya citra diri, gangguan
komunikasi verbal dan gagalnya koping mechanism menyebabkan pasien mengalami stress
yang berkepanjangan.
5. Cemas dan takut pada klien dan keluarga, Klien dan kelurga selalu dihantui oleh rasa takut
dan cemas yang terus menerus, apa dan bagaiman yang akan terjadi selanjutnya.
2.8 Prognosis
Setiap orang pasti menggunakan komunikasi dalam setiap hubungan, dimana
keterampilan berkomunikasi mempunyai peranan penting dalam tugas kita sehari hari
terutama dalam menghadapi pasien yang mengalami stress akibat komplikasi dari stroke.
Komunikasi tersebut merupakan komunikasi professional dan bertujuan untuk
menyembuhkan pasien yang disebut dengan komunikasi therapeutik. Saat berkomunikasi
dengan pasien perawat perlu menganalisa siapa yang akan diajak berkomunikasi, apakah
penderita stroke laki-laki, perempuan, muda ataupun tua, karena ketika berinteraksi
semuanya tidak akan sama. Apabila perawat benar-benar menerapakan komunikasi
therapentis maka kemungkinan akibat/efek psikologis pada klien maupun pada keluarganya
dapat sangat diminimalkan sehingga akan berpengaruh terhadap berkurangnya efek fisik dan
psikis sehingga efek samping dari stroke tidak berdampak buruk bagi pasien dan keluarga.
2.9 Patofisiologi
2.9.1 Patofisiologi stroke hemoragik
Aterosklerosis atau trombosis biasanya dikaitkan dengan kerusakan lokal pembuluh darah
akibat aterosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai dengan adanya plak berlemak pada
lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteri serebri menjadi tipis dan berserabut,
sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai,
Keperawatan Neurobehavior I
Page 11
sehingga lumen pembuluh darah sebagian terisi oleh materi sklerotik. Plak cenderung
terbentuk pada daerah percabangan ataupun tempat-tempat yang melengkung. Trombosit
yang menghasilkan enzim mulai melakukan proses koagulasi dan menempel pada permukaan
dinding pembuluh darah yang kasar. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk
emboli atau dapat tetap tinggal di tempat dan menutup arteri secara sempurna. (Lambardo,
1995)
Emboli kebanyakan berasal dari suatu thrombus dalam jantung, dengan kata lain hal
merupakan perwujudan dari masalah jantung. Meskipun lebih jarang terjadi embolus juga
mungkin berasal dari plak ateromatosa sinus karotis atau arteri karotis interna. temapt yang
paling sering terserang emboli serebri adalah arteri serebri media, terutama bagian atas.
Perdarahan intraserebral sebagian besar terjadi akibat hipertensi dimana tekanan darah
diastoliknya melebihi 100 mmHg. Hipertensi kronik dapat menyebabkan pecah/ruptur arteri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan/atau subarakhnoid, sehingga jaringan
yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Daerah distal dari tempat dinding arteri
pecah tidak lagi kebagian darah sehingga daerah tersebut menjadi iskemik dan kemudian
menjadi infark yang tersiram darah ekstravasal hasil perdarahan. Daerah infark itu tidak
berfungsi lagi sehingga menimbulkan deficit neurologik, yang biasanya menimbulkan
hemiparalisis. Dan darah ekstravasal yang tertimbun intraserebral merupakan hematom yang
cepat menimbulkan kompresi terhadap seluruh isi tengkorak berikut bagian rostral batang
otak. Keadaan demikian menimbulkan koma dengan tanda-tanda neurologik yang sesuai
dengan kompresi akut terhadap batang otak secara rostrokaudal yang terdiri dari gangguan
pupil, pernapasan, tekanan darah sistemik dan nadi. Apa yang dilukis diatas adalah gambaran
hemoragia intraserebral yang di dalam klinik dikenal sebagai apopleksia serebri atau
hemorrhagic stroke. (Listiono, 1998)
Arteri yang sering pecah adalah arteria lentikulostriata di wilayah kapsula interna.
Dinding arteri yang pecah selalu menunjukkan tanda-tanda bahwa disitu terdapat aneurisme
kecil-keci yang dikenal sebagai aneurisme Charcot Bouchard. Aneurisma tersebut timbul
pada orang-orang dengan hipertensi kronik, sebagai hasil proses degeneratif pada otot dan
unsure elastic dari dinding arteri. Karena perubahan degeneratif itu dan ditambah dengan
beban tekanan darah tinggi, maka timbullah beberapa pengembungan kecil setempat yang
dinamakan aneurismata Charcot Bouchard. Karena sebab-sebab yang belum jelas,
aneurismata tersebut berkembang terutama pada rami perforantes arteria serebri media yaitu
arteria lentikolustriata. Pada lonjakan tekanan darah sistemik seperti sewaktu orang marah,
mengeluarkan tenaga banyak dan sebagainya, aneurima kecil itu bisa pecah. Pada saat itu
Keperawatan Neurobehavior I
Page 12
juga, orangnya jatuh pingsan, nafas mendengkur dalam sekali dan memperlihatkan tandatanda hemiplegia. Oleh karena stress yang menjadi factor presipitasi, maka stroke
hemorrhagic ini juga dikenal sebagai stress stroke.( Marjono, 2010)
Pada orang-orang muda dapat juga terjadi perdarahan akibat pecahnya aneurisme
ekstraserebral. Aneurisme tersebut biasanya congenital dan 90% terletak di bagian depan
sirkulus Willisi. Tiga tempat yang paling sering beraneurisme adalah pangkal arteria serebri
anterior, pangkal arteria komunikans anterior dan tempat percabangan arteria serebri media di
bagian depan dari sulkus lateralis serebri. Aneurisme yang terletak di system vertebrobasiler
paling sering dijumpai pada pangkal arteria serebeli posterior inferior, dan pada percabangan
arteria basilaris terdepan, yang merupakan pangkal arteria serebri posterior.
Fakta bahwa hampir selalu aneurisme terletak di daerah percabangan arteri menyokong
anggapan bahwa aneurisme itu suatu manifestasi akibat gangguan perkembangan embrional,
sehingga dinamakan juga aneurisme sakular (berbentuk seperti saku) congenital. Aneurisme
berkembang dari dinding arteri yang mempunyai kelemahan pada tunika medianya. Tempat
ini merupakan tempat dengan daya ketahanan yang lemah (lokus minoris resistensiae), yang
karena beban tekanan darah tinggi dapat menggembung, sehingga dengan demikian
terbentuklah suatu aneurisme.
Aneurisme juga dapat berkembang akibat trauma, yang biasanya langsung bersambung
dengan vena, sehingga membentuk shunt arteriovenosus.
Apabila oleh lonjakan tekanan darah atau karena lonjakan tekanan intraandominal,
aneurisma ekstraserebral itu pecah, maka terjadilah perdarahan yang menimbulkan gambaran
penyakit yang menyerupai perdarahan intraserebral akibat pecahnya aneurisma Charcor
Bouchard. Pada umumnya factor presipitasi tidak jelas. Maka perdarahan akibat pecahnya
aneurisme
ekstraserebral
yang
berimplikasi
juga
bahwa
aneurisme
itu
terletak
Page 13
60-90 detik. Ketika pembuluh darah serebral terhambat, otak akan kekurangan energi,
sehingga harus melakukan respirasi anaerob di tempat terjadinya iskemi. Proses ini
menghasilkan sedikit energi dan asam laktat yang dapat mengiritasi sel. Keseimbangan asam
basa yang ada di otak akan terganggu dengan adanya asam laktat. Area iskemi ini disebut
"ischemic penumbra".
ATP tidak dapat diproduksi pada sel otak yang kekurangan oksigen dan glukosa
sehingga sel tidak melaksanakan proses yang seharusnya dilakukan seperti contohnya pompa
ion yang penting untuk kehidupan sel. Hal tersebut menyebabkan ketidakseimbangan jumlah
neurotransmiter glutamat dan kalsium yang merupakan salah satu penyebab kerusakan sistem
saraf. Konsentrasi glutamat di luar sel saraf seharusnya terjaga dalam jumlah yang kecil yang
dipengaruhi oleh pompa ion. Pompa ion yang tidak dapat bekerja mengakibatkan reuptake
glutamat tidak berjalan dengan lancar. Glutamat bekerja pada reseptor (terutama NMDA
reseptor) di sel saraf untuk menghasilkan influks kalsium ke dalam sel. Kalsium di dalam sel
dapat mengaktifasi enzim yang bisa menghancurkan protein, lipid, dan materi nuklear sel.
Influks kalsium juga akan mengganggu mitokondria sehingga sel semakin kehilangan energi
dan memicu kematian sel melalui apoptosis. Iskemi juga menginduksi produksi radikal bebas
oksigen dan zat reaktif lain. Zat-zat tersebut dapat bereaksi dan merusak berbagai sel dan
jaringan ,termasuk jaringan endotelium pembuluh darah.
Proses tersebut sama pada berbagai iskemi jaringan. Namun, jaringan otak sangat
rentan terhadap proses tersebut karena sel otak tidak memiliki cadangan nutrisi yang banyak
dan sangat tergantung pada respirasi aerob. Selain mengakibatkan kerusakan sel otak, iskemi
dan infark dapat merusak struktur dari jaringan otak, sawar darah otak, dan pembuluh darah
melalui pelepasan matrix metalloprotease yang merupakan enzim yang tergantung pada zinc
dan kalsium yang dapat menghancurkan kolagen, asam hialuronat, dan berbagai elemen dari
jaringan konektif. Adanya zat-zat yang bisa menghancurkan jaringan sangat berbahaya bagi
sawar darah otak. Sawar darah otak yang rusak bisa mengalami kebocoran sehingga molekul
ukuran besar seperti albumin dapat masuk ke dalam otak. Albumin dapat menarik air ke
jaringan otak dari pembuluh darah melalui osmosis yang disebut juga vasogenic edema.
Edema ini akan menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut melalui tekanan pada jaringan otak.
Zat lain yang muncul saat terjadi iskemi adalah radikal bebas yang juga berbahaya bagi sel.
Sistem imun juga akan teraktifasi oleh infark serebral dan dapat memperparah cedera yang
disebabkan infark.
Keperawatan Neurobehavior I
Page 14
2.10 WOC
terlampir
BAB III
Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan
perumusan diagnosis keperawatan (Lismidar, 1990).
Page 15
2) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi (Jusuf Misbach, 1999).
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain (Siti Rochani, 2000).
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan (Donna D. Ignativicius, 1995).
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus
(Hendro Susilo, 2000).
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor
biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi
oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase
akut.
Keperawatan Neurobehavior I
Page 16
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi
akibat penurunan peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/ hemiplegi, mudah lelah
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan,
perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif
biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke,
seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan
proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Keperawatan Neurobehavior I
Page 17
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
Keperawatan Neurobehavior I
Page 18
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat
kembung.
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h) Pemeriksaan neurologi
(1) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
(2) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
(3) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
(4) Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa
hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis (Jusuf
Misbach, 1999).
Keperawatan Neurobehavior I
Page 19
(3) Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskuler (Satyanegara, 1998).
(4) Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke (Jusuf Misbach, 1999).
b) Pemeriksaan laboratorium
(1) Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama (Satyanegara, 1998).
(2) Pemeriksaan darah rutin
(3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun
kembali (Jusuf Misbach, 1999).
(4) Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri
(Linardi Widjaja, 1993).
Keperawatan Neurobehavior I
Page 20
No
Data
Etiologi
DS:
Faktor pencetus
Keluarga
Pasien
Masalah
Perfusi
Perubahan
Jaringan
perfusi
jaringan
mengatakan
berhubungan
dengan
interupsi aliran
DO:
Terganggunya Kerja
darah
Jantung
KU:
NDx
Berat
Kes:
Coma
GCS:
Arteroklerosis
TTV:
Td:
130/60 mmHg
N:
92
x/m
R:
26
Penurunan Suplai
x/m
darah ke serebral
Pemeriksaan lab.
Cholesterol: 236 mg/dl
HDL: 49 mg/dl
LDL: 164 mg/dl
2
DS:
Faktor pencetus
Keluarga
Pasien
pasien
keterlibatan
Terganggunya Kerja
Rentang
Jantung
pasien
terganggu
KU:
Berat
Kes:
Keperawatan Neurobehavior I
Coma
GCS:
(E:1, V:1, M:1)
mobilitas fisik
neuromuskuler
DO:
gerak
Fisik
dengan
dan
tidak bergerak.
Kerusakan
berhubungan
mengatakan
lemah
Mobilitas
Page 21
Arteroklerosis
: paralisis
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
(karena
hilangnya
refleks batuk)
Pasien
mempertahankan
jalan
sesuai
dengan
kebutuhan
(tidak
bertentangan
b. RR normal
c. Tidak ada tanda-tanda
sianosis dan pucat
d. Tidak ada sputum
masalah
dgn
keperawatan
lain)
4. Lakukan penghisapan
lender dan pasang OPA
jika kesadaran menurun
5.
Bila
sudah
memungkinkan lakukan
fisioterapi
dada
dan
Keperawatan Neurobehavior I
Page 22
2.
Penurunan
serebral
perfusi
b.d.
adanya
a.
Tingkat
kesadaran
3. Pantau intake-output
c. TIK normal
Tidak
ada
jam
tanda 4.
perburukan neurologis
Pertahankan
posisi
atau
posisi
Hindari
valsava
Page 23
3.
kerusakan
Pasien mendemonstrasikan 1.
mobilisasi aktif
neuromuskuler,
kelemahan, hemiparese
Pantau
kemampuan
tingkat
mobilisasi
klien
Kriteria hasil :
2. Pantau kekuatan otot
a. tidak ada kontraktur atau
foot drop
c. mobilisasi bertahap
5. Lakukan ROM pasif
atau
aktif
kemampuan
sesuai
dan
jika
TTV stabil
6.
Libatkan
keluarga
4.
Gangguan
verbal
b.d.
komunikasi
kerusakan
neuromuscular, kerusakan
sentral bicara
Keperawatan Neurobehavior I
Kriteria hasil :
Page 24
berat
memberi
hindari
isyarat
non
a.
Klien
dapat verbal
mengekspresikan perasaan
2. Lakukan komunikasi
b. Memahami maksud dan dengan
pembicaraan orang lain
wajar,
bahasa
c.
Pembicaraan
pasien
dapat dipahami
3.
dengarkan
dengan
Berdiri
di
dalam
Latih
otot
bicara
secara optimal
6.
Libatkan
dalam
keluarga
melatih
5.
dari
kebutuhan
Kebutuhan
terpenuhi
mempengaruhi
kemampuan
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
b. Berat badan dalam batas
Keperawatan Neurobehavior I
yang
Page 25
menerima
makan/minum
2.
Hitung
nutrisi perhari
kebutuhan
normal
3. Observasi tanda-tanda
vital
c. Conjungtiva ananemis
4. Catat intake makanan
d. Tonus otot baik
5. Timbang berat badan
e. Lab: albumin, Hb, BUN
secara berkala
Kolaborasi
Pemeriksaan
lab(Hb,
Albumin,
BUN),
pemasangan
NGT,
6.
Kurang
kemampuan
perawatan
diri
kelemahan,
b.d.
gangguan
neuromuscular, kekuatan
tingkat
Kriteria hasil :
2.
Pantau
mendemonstrasikan
perubahan
pola
untuk
hidup
memenuhi
Berikan
bantuan
diperlukan
saja
b. Melakukan perawatan
diri sesuai kemampuan
c.
Mengidentifikasi
memanfaatkan
bantuan
Keperawatan Neurobehavior I
Page 26
klien
dan
sumber
4.
Libatkan
keluarga
perlu,
konsultasi
7.
Risiko
cedera
b.d.
gerakan
yang
tidak
terkontrol
selama
penurunan kesadaran
Pantau
tingkat
kesadaran
dan
kegelisahan klien
Kriteria hasil :
2. Beri pengaman pada
a. Klien tidak terjatuh
b. Tidak ada trauma dan
komplikasi lain
Hindari
restrain
kecuali terpaksa
4. Pertahankan bedrest
selama fase akut
5. Beri pengaman di
samping tempat tidur
6.
Libatkan
keluarga
dalam perawatan
7. Kolaborasi: pemberian
obat
Keperawatan Neurobehavior I
Page 27
sesuai
indikasi
Kurang
(klien
pengetahuan
dan
tentang
perawatan
informasi,
keluarga)
penyakit
b.d.
dan
kurang
keterbatasan
Pengetahuan
klien
dan 1.
derajat
sensuri
Kriteria hasil :
2.
Evaluasi
persepsi
Diskusikan
proses
patogenesis
a.
Klien
dan
keluarga
dan
belajar
3. Identifikasi cara dan
b.
Mengungkapkan
pemahaman
tentang
kemampuan
untuk
meneruskan
progranm
perawatan di rumah
4.
Identifikasi
factor
Buat
perencanaan pulang
Keperawatan Neurobehavior I
Page 28
daftar
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara
mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah
otak. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pula.
Hipertensi merupakan faktor resiko utama dari stroke hemoragik. Stress Hemoragik dibagi
atas Perdarahan Intraserebral (PIS), Perdarahan Subarakhnoidal (PSA), dan Pendarahan
Subdural. Ada beberapa etiologi dari penyakit ini, yaitu Thrombosis, embolisme serebral,
Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak dan hemoragi. Ada beberapa
penatalaksanaan untuk mengobati penyakit stroek, yaitu dengan pengobatan konservatif dan
pengobatan pembedahan
4.2 SARAN
Keperawatan Neurobehavior I
Page 29
Dengan adanya makalah asuhan keperawatan pada klien dengan stroke ini diharapkan
bisa memberikan manfaat untuk penulis, pembaca, dan lainnya untuk menambah wawasan.
Khususnya kita sebagai perawat sangat penting untuk mengetahui dan memahami apa itu
stroke serta bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien dengan perubahan psikologi, stres
dan perubahan emosi.
Kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat menerima apabila ada kritik dan saran untuk pembuatan makalah kami selanjutnya
agar lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996
Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem
Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993
Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan
Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC,
2000
Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press,
1996
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit. Ed: 6.
Jakarta: EGC.
Keperawatan Neurobehavior I
Page 30
Keperawatan Neurobehavior I
Page 31