Anda di halaman 1dari 42

1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan kesejahteraan ibu merupakan kriteria utama
dalam menentukan kualitas sumber daya manusia yang akan datang.
Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu menjadi salah satu
prioritas utama dalam pembangunan kesehatan (Depkes, 2011)
Data WHO menyebutkan dari sekitar lima milyard penduduk
dunia menderita anemia diperkirakan prevalensinya 30%. Anak-anak
dan wanita hamil paling banyak mengalami anemia dengan perkiraan
prevalensi global sekitar 43% dan 51% (Arisman, 2015). Wanita hamil
mengalami peningkatan plasma darah sampai 30%, sel darah 18% dan
hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudahdimulai
sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32 dan 36 minggu (Prawiroharjo dan Winkjoastro, 2010).
Derajat kesehatan yang optimal dicapai dengan pemeliharaan
kesehatan sedini mungkin mulai dari janin (ibu hamil) hingga
melahirkan (Wasnidar, 2012). Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dapat
dilakukan dengan pemeriksaan haemoglobin (Hb). Nilai hemoglobin
yang rendah berhubungan dengan masalah klinis seperti anemia.

Anemia adalah kondisi dengan kadar hemoglobin dalam darah kurang


dari 12gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr% pada trimester I dan trimester
III atau kadar <10,5gr% pada trimester II (Prawiroharjo dan
Winkjoastro, 2010).
Menurut penelitian Herlina (2008) mengatakan bahwa wanita
yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun mempunyai
resiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan
dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya. Berisiko mengalami
pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. Maka
diharapkan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kesehatannya pada saat
hamil seperti memeriksa haemoglobin.
Menurut Ikatan Bidan Indonesia (2014) untuk mendeteksi
anemia pada kehamilan dilakukan pemeriksaan kadar Hb ibu hamil.
Pemeriksaan dilakukan pertama sebelum minggu ke 12 dalam
kehamilan dan minggu ke 28. Bila kadar Hb <11gr% pada kehamilan
dinyatakan anemia dan harus diberi suplemen tablet zat besi secara
teratur 1 tablet/hari selama 90 hari. Pemeriksaan kadar hemoglobin yang
dianjurkan dilakukan pada trimester pertama dan ketiga kehamilan,
sering hanya dapat dilaksanakan pada trimester ketiga karena
kebanyakan ibu hamil baru memeriksakan kehamilannya pada trimester

kedua kehamilan. Sehingga pemeriksaan Hb pada kehamilan tidak


berjalan dengan seharusnya (Ikatan Bidan Indonesia, 2014). Profil
Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2014-2015 ditunjukan oleh Angka
cakupan pemeriksaan Hb di Kab.Bogor yaitu tahun 2014 sebanyak
85%, tahun 2015 sebanyak 90% (Dinkes Kab. Bogor, 2015).
Sementara di Puskesmas Pamijahan tahun 2015 berdasarkan
survey awal cakupan pemeriksaan Hb . Ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan hemoglobin sewaktu hamil pada tahun 2014 sebanyak 210
(42.32%) dan pada tahun 2015 sebanyak 235 orang (51,5%) dengan
tiga kriteria yaitu Hb < 8gr% sebanyak 6 orang (1,32%), Hb 8-10gr%
sebanyak 101 orang (22,14%), Hb 10-12gr% sebanyak 128 orang
(28,07%).
Upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh puskesmas pamijahan
yaitu mendata ibu hamil Trimester 3 yang ada di wilayah puskesmas
untuk dilakukan pemeriksaan haemoglobin sebagai cara untuk
mendeteksi dini anemia pada ibu hamlil, melakukan penyuluhanpenyuluhan melalui kelas ibu tentang pentingnya pemeriksaan
Haemoglobin.
Berdasarkan rendahnya ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas Pamijahan untuk melakukan pemeriksaan hemoglobin, maka
dilakukan penelitian tentang Hubungan karakteristik, pengetahuan, dan

sikap ibu hamil dengan pemeriksaan hemoglobin sewaktu hamil di


Puskesmas Pamijahan tahun 2015.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan rendahnya ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas Pamijahan untuk melakukan pemeriksaan hemoglobin
sewaktu hamil pada tahun 2014 sebanyak 210 (42.32%) dan pada tahun
2015 sebanyak 235 orang (51,5%) dengan tiga kriteria yaitu Hb < 8gr%
sebanyak 6 orang (1,32%), Hb 8-10gr% sebanyak 101 orang (22,14%),
Hb 10-12gr% sebanyak 128 orang (28,07%), maka dilakukan penelitian
tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap ibu hamil
Trimester 3 terhadap pemeriksaan Hb di Wilayah kerja Puskesmas
Pamijahan Tahun 2016.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Faktor-faktor yang berhubungan
dengan sikap ibu hamil Trimester 3 terhadap pemeriksaan Hb di
Wilayah kerja Puskesmas Pamijahan Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil Trimester 3 yang
melakukan pemeriksaan haemoglobin berdasarkan umur di
wilayah kerja puskesmas pamijahan tahun 2016.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil Trimester 3 yang
melakukan pemeriksaan haemoglobin berdasarkan Pendidikan di
wilayah kerja puskesmas pamijahan tahun 2016.
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil Trimester 3 yang
melakukan pemeriksaan haemoglobin berdasarkan Pengetahuan
di wilayah kerja puskesmas pamijahan tahun 2016.
d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil Trimester 3 yang
melakukan pemeriksaan haemoglobin berdasarkan social budaya
(adat) di wilayah kerja puskesmas pamijahan tahun 2016.
e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil Trimester 3 yang
melakukan pemeriksaan haemoglobin berdasarkan Paritas di
wilayah kerja puskesmas pamijahan tahun 2016.
f. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil Trimester 3 yang
melakukan pemeriksaan haemoglobin berdasarkan Peran tenaga
kesehatan di wilayah kerja puskesmas pamijahan tahun 2016.

g. Untuk mengetahui distribusi frekuensi hubungan sikap ibu hamil


Trimester 3 terhadap pemeriksaan haemoglobin di wilayah kerja
puskesmas pamijahan tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
masukan dalam upaya pengembangan dan perbaikan dalam
pemeriksaan Hb pada ibu hamil Tr 3.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai pentingnya pemeriksaan Hb pada ibu hamil Tr 3.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini

berguna

untuk

menambah

pengalaman

dan

pengetahuan serta bahan untuk menerapkan ilmu yang telah di


dapat.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang

lingkup

penelitian

meneliti

Faktor-faktor

yang

berhubungan dengan sikap ibu hamil Trimester 3 terhadap pemeriksaan


Hb di Wilayah kerja Puskesmas Pamijahan Tahun 2016
Pengumpulan data penelitian di lakukan pada bulan April tahun
2016. Menggunakan data primer yakni menggunkan kueisioner dan
sebagai objek penelitian adalah ibu hamil Trimester 3 di wilayah kerja
Puskesmas Pamijahan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor.
Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan menggunakan
rancangan penelitian potong lintang (Cross Sectional), Tekhnik
pengambilan data Total sampel.
F. KEASLIAN PENELITIAN
Sepengetahuan penulis, penelitian tentang Faktor-faktor yang
berhubungan dengan sikap ibu hamil Trimester 3 terhadap pemeriksaan
Hb di Wilayah kerja Puskesmas Pamijahan Tahun 2016. Penelitian ini
adalah penelitian Deskriptif yang difokuskan pada mengapa ibu hamil
trimester 3 tidak melakukan pemeriksaan Hb di Puskesmas, dengan
desain cross sectional. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini
adalah :
`Tabel A Keaslian Penelitian
N

Penelit

o
1.

i
Ulina
(2014)

Judul

Desain

Penelitian
Penelitian
FaktorKuantitatf
faktor yang Dbserfasiona
berhubunga l Analitik

Variabel

Hasil Penelitian

1. Faktor-faktor 1.Terdapat
pemeriksaan hubungan antara
Hb.
faktor-faktor

n
Cross
pemeriksaan sectional
Hb
di
Puskesmas
Jatirogo
Kabupaten
Tuban

2. Sikap
Ibu
hamil dlam
pemeriksaan
Hb.

1. Hubungan 1.
pemeriksaan
Hb dengan
sikap
ibu
2.
hamil
2. Hubungn
karakteristik
dengan
sikap
ibu
hamil
1. Gambara
n
pemeriks
aan hb.
2. Gambara
n
karakteri
stik ibu
hamil

Janah
(2013

Hubungan
pemeriksaan
Hb dengan
sikap
ibu
hamil
di
Puskesmas
Ciranjang
Kabupaten
Cianjur

Kuantitatf
Analitik
Cross
sectional

Sari
Indah
(2013)

Gambaran
Deskriptif
pemeriksaan analitik
Hb pada ibu
hamli Tr3 di
Puskesmas
Jati
asih
kabupaten
Tasikmalaya

Susi
Heryan
i
(2012)

Faktorfaktor yang
berhubunga
n

Kuantitatf
Dbserfasiona
l Analitik
Cross

terhadap
pemeriksaan Hb
pada Ibu hamil
2.
Terdapat
hubungan sikap
terhadap
pemeriksaan Hb
pada ibu hamil
Terdapat
hubungan antara
sikap
dengan
pemerik saan hb
Terdapat
hubungan
karakteristik
dengan
pemeriksaan hb.

1. Terdapat
gambaran
yang
siginifika
n
baik
dalam
pemeriks
an hb
2. Terdapat
hubungan
karakteris
tik
dengan
pemeriks
aan hb.
1. Faktor-faktor 1.Terdapat
pemeriksaan hubungan antara
Hb.
faktor-faktor
2. Sikap
Ibu terhadap

pemeriksaan sectional
Hb
di
Puskesmas
Ciomas
Bogor

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

hamil dlam pemeriksaan Hb


pemeriksaan pada Ibu hamil
2.
Terdapat
Hb.
hubungan sikap
terhadap
pemeriksaan Hb
pada ibu hamil

10

A. Haemoglobin
1.

Defenisi Haemoglobin
Pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal
dengan porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini
merupakan situs ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi
disebut haem. Nama haemoglobin merupakan gabungan dari
haem dan globin, globin sebagai istilah generik untuk protein
globular. Haemoglobin adalah suatu bahan dalam sitoplasma sel
darah merah merupakan senyawa protein yang terdiri dari hema
dan globin. Hema terdiri dari 4 struktur pyrole dengan atom fe
ditengahnya. Sedangkan globin terdiri dari 2 pasang polypeptide
(Muraya, dkk., 2013).
Menurut Manuaba (2011), Haemoglobin adalah molekul
protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media
transport oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat
besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna
merah. Fungsi dari haemoglobin adalah pengangkutan O2 dari
organ respirasi kejaringan perifer dan pengangkutan CO2,
berbagai proton dari jaringan perifer ke organ respirasi untuk

11

selanjutnya diekresikan keluar. Haemoglobin dibentuk didalam


sel darah merah ketika sel darah merah berada pada sumsum
tulang belakang. Kegagalan pembentukan hemoglobin dapat
disebabkan kekurangan protein dalam makanan.
Anak-anak dan wanita hamil paling banyak mengalami
anemia dengan perkiraan prevalensi global sekitar 43% dan 51%
(Arisman, 2015). Wanita hamil mengalami peningkatan plasma
darah sampai 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudahdimulai sejak
kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32 dan 36 minggu (Prawiroharjo dan Winkjoastro, 2010).
Anemia pada saat kehamilan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan pada saat kehamilan atau saat persalinan. Gangguan
yang serius dapat menyebabkankematian pada ibu. Kematian ibu
berhubungaan dengan kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Resiko komplikasi kehamilan pada ibu hamil diperkirakan 1520%, belum semuanya terdeteksi secara dini sedangkan yang
terdeteksi belum semuanya ditangani secara tepat waktu dan
memadai (Wulandari, 1998). Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan AikerAnegara tetangga ASEAN yaitu pada tahun 1994 AKI di Vietnam

12

120, Brunei 60, Malaysia 59, Thailand 50 dan Singapura hanya 10


per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2011). Menurut SKRT tahun
2013 AKI di Indonesia adalah sebesar 343 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan menirut Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012/2013 AKI turun menjadi 307, tahun
2005 AKI turun menjadi 262 dan tahun 2015 AKI turun menjadi
253 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2015). Berdasarkan
Profil Kesehatan Propinsi jawa barat tahun 2015 angka kematian
ibu di Jawa Barat 4 (empat) tahun terakhir secara berturut-turut
adalah tahun 2011 terdapat 360 per 100.000 kelahiran hidup, tahun
2012 terdapat 345 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2013
terdapat 330 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2014 terdapat
335 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Jawa Barat,
2015).
2. Manfaat Pemeriksaan Haemoglobin Sewaktu Hamil
Menurut

Wasnidar

(2014),

manfaat

dilakukan

pemeriksaan haemoglobin pada ibu hamil yaitu:


a. Mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan.
b. Mencegah terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR).
c. Memenuhi cadangan zat besi yang kurang.
3. Akibat Kurangnya Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil

13

Menurut
kurangnya

Prawirohardjo

kadar

haemoglobin

dan

Winkjosastro

dalam

kehamilan

(2015),
dapat

menyebabkan terjadinya:
a. Abortus.
b. Partus imatur/ prematur.
c. Kelainan kongenital.
d. Pendarahan antepartum.
e. Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim.
f. Menurunnya kecerdasan setelah bayi dilahirkan.
g. Kematian perinatal
4.

Jenis Haemoglobin
Ada tiga jenis haemoglobin yaitu:
a. Hb A merupakan kebanyakan dari haemoglobin orang
dewasa mempunyai rantai globi 2 dan 2
b.

Hb A2 merupakan minoritas haemoglobin pada orang


dewasa, mempunyai rantai globin 2 dan 2

c. Hb F merupakan hemoglobin fetal yang mempunyai rantai


globin 2 dan 2 saat bayi lahir 2/3nya adalah jenis
haemoglobinnya adalah Hb F dan 1/3nya adalah HbA.
Menjelang usia 5 tahun menjadi Hb A >95%, Hb A2 <3,5%
dan Hb F <1,5% (Wasnidar, 2014).

14

5. Waktu Pemeriksaan Haemoglobin Pada Ibu Hamil


Pemeriksaan

haemoglobin

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan cara sahli dan sianmethemoglobin, dilakukan 2


kali selama kehamilan yaitu trimester I (umur kehamilan
sebelum 12 minggu) dan trimester III (umur kehamilan 28
sampai 36 minggu). Hasil pemeriksaan hemoglobin dapat
digolongkan sebagai berikut: (1) Hb 11gr%: Tidak anemia; (2)
Hb 9-10gr%: Anemia ringan; (3) Hb 7-8gr%: Anemia sedang;
(4) Hb < 7 gr%: Anemia berat (Manuaba, 2011).
6.

Bahan dan Cara pemeriksaan Haemoglobin


Di laboratorium kadar haemoglobin dapat ditentukan dalam
berbagai cara diantaranya dengan cara kalorimetrik seperti cara
sianmethemoglobin dan sahli. Prosedur pemeriksaan dengan
sahli sebagai berikut :
a. Bahan yang dibutuhkan adalah HCl (0,1 N), Aquades,pipet
hemoglobin, alat sahli, pipet pastur, pengaduk. Dengan
prosedur kerja pertama masukkan HCL 0,1 N kedalam
tabung sahli sampai angka 2.
b. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan
larutan disinfektan (alkohol 70%, betadin dan sebagainya),
kemudian tusuk dengan lanset atau alat lain, isap dengan

15

pipet Hb sampai melewati batas, bersihkan ujung pipet


kemudian teteskan darah sampai ketanda batas dengan cara
menggeserkan ujung pipet kekertas saring/ kertas tisu.
c. Masukkan pipet yang berisi darah kedalam tabung
hemoglobin sampai ujung pipet menempel pada dasar
tabung, kemudian tiup pelan-pelan. Selanjutnya campurkan
sampai rata dan diamkan selama kurang lebih 10 menit. Dan
terakhir masukkan kedalam alat pembanding, encerkan
dengan cairan aquades tetes demi tetes sampai warna larutan
( setelah diaduk sampai homogen) sama dengan warna gelas
dari alat pembanding. Bila sudah sama, baca kadar Hb pada
skala tabung (Gandasoebrata, R., 2013).

B.

Anemia
1. Defenisi Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
menurun sehingga akan mengalami hipoksia sebagai akibat
kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari dalam darah
berkurang ( Dorlan, 2014). Anemia adalah kondisi dimana
berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau

16

massa hemoglobin tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai


pembawa oksigen keseluruh jaringan (Wasnidar, 2014).
Anemia adalah istilah yang digunakan pada keadaan
menurunnya kadar hemoglobin kurang dari 12 gr% darah pada
wanita tidak hamil dan hemoglobin kurang dari 10 gr% darah pada
wanita hamil. Hemoglobin merupakan zat berwarna yang terdapat
dalam bentuk larutan dalam sel yang terdapat dalam bentuk larutan
dalam sel darah merah yang fungsi utamanya adalah mengangkut
oksigen ke semua bagian tubuh. (Nuritjojo, H.K., 2014).
2. Kriteria Anemia
Menurut WHO (2012), Anemia wanita hamil ditetapkan
dalam 3 kategori yaitu: Normal lebih dari 11 gr% , anemia ringan 811 gr%, anemia berat kurang dari 8 gr%.

3. Klasifiikasi anemia
Secara morfologis anemia dapat diklisifikasikan menurut
ukuran sel dalam hemoglobin sebagai berikut:
a. Anemia Mikrositik
Anemia karena mengecilnya bentuk atau ukuran sel darah
merah, termasuk: 1) anemia defisiensi zat besi; 2) penyakit

17

talasemia dan penyakit sickle cell desease; 3) metabolisme zat


besi tidak normal; 4) akibat keracunan; 5) penyakit menahun.
b. Anemia Normositik
Bentuk dari sel darah merah tiadak berubah, termasuk 1)
perdarahan akut; 2) penyakit pembekuan darah; 3) anemia
aplastik; 4) penyakit kronik.
c. Anemia makrositik
Anemia karena bertambahnya bentuk atau ukuran sel darah
merah dan jumlah hemoglobin juga bertambah, termasuk 1)
defisiensi asam folat; 2) defisiensi vitamin B12 (Mansjoer, S.,
2013).
4.

Mekanisme Terjadinya Anemia


Pada kehamilan volume darah bertambah banyak pada waktu
kehamilan yang lazim disebut hydremia atau hipervolemia. Volume
darah ibu bertambah lebih kurang 50% yang menyebabkan
konsentrasi sel darah merah mengalami penurunan. Keadaan ini
tidak

normal

bila

konsentrasi

turun

terlalu

rendah

yang

menyebabkan hemoglobin sampai < 11 gr%. Meningkatnya volume


darah berarti meningkat pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk
memproduksi
menormalkan

sel-sel

darah

konsentrasi

merah

sehingga

hemoglobin

tubuh

(Prawiroharjo

dapat
dan

18

Winkjoastro, 2014). Pada kehamilan fetus menggunakan sel darah


ibu untuk pertumbuhan dan perkembangan terutama pada tiga bulan
terakhir kehamilan. Bila ibu telah mempunyai cadangan zat besi
dalam sumsum tulang belakang sebelum hamil maka pada waktu
kehamilan dapat dipergunakan untuk kebutuhan bayinya. Akan
tetapi bila pembentukan sel-sel darah kurang dibandingkan dengan
bertumbuhnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah yang
menyebabkan konsentrasi atau kadar hemoglobin tidak mencapai
normal dan akan terjadi anemia (Arisman, M. B., 2014).
5. Tanda-Tanda Anemia
Tanda dan gejala anemia pada umumnya seperti:
a. Nafsu makan turun atau anoreksia.
b.

Lemah, mengantuk.

c. Pusing, lelah.
d. Sakit kepala.
e. Mual dan muntah.
f. Konsentrasi hilang.
g. Nafas pendek.
h. Mata berkunang kunang ( Varney, 2012).
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil
a. Umur

19

Umur reproduksi yang optimal bagi ibu hamil adalah antara


umur 20 35 tahun. Apabila di bawah 20 tahun, maka
meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan karena pada
usia muda organ-organ reproduksi wanita belum sempurna
secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaannya pun belum
siap dalam menerima kehamilan.

Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun rahim dan bagian


lainnya belum siap untuk terjadi kehamilan dan adanya
kecendrungan kurang perhatian terhadap kehamilannya. Ibu
berumur > 35 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya sudah siap
menerima kehamilan dan diharapkan lebih memperhatikan
kehamilannya

karena

lebih

banyak

pengetahuan

dan

pengalaman yang telah diperoleh tentang kehamilan serta lebih


dewasa dimana lebih besar rasa tanggung jawab dan percaya
dirinya.
Menurut Hall dan Dornan, mengatakan bahwa ada hubungan
antara umur dengan pemilihan pelayanan kesehatan. Semakin
dewasa maka lebih mengerti akan pilihan pemanfaatan
pelayanan kesehatan karena berhubungan dengan pola pikir.

20

b. Pendidikan
Wanita

yang

berpendidikan

lebih

rendah

atau

tidak

berpendidikan biasanya mempunyai anak lebih banyak


dibandingkan yang berpendidikan lebih tinggi. Mereka yang
berpendidikan rendah umumnya tidak dapat atau sulit diajak
memahami dampak negatif dari mempunyai banyak anak.

Menurut Aman (2014) mengatakan bahwa tingkat pendidikan


merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam kesehatan yang selanjutnya akan berdampak pada
derajat kesehatan. Demikian juga pendapat Muzaham (20155)
mengemukakan bahwa orang yang tidak berpendidikan atau
golongan rendah kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang tersedia.

c. Pendapatan
Menurut
masyarakat

Lapau,

mengatakan

seperti

bahwa

pendapatan

status

ekonomi

mempengaruhi

pola

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan


pendapat Alkatiri (2011) mengemukakan bahwa golongan
menengah dengan pendapatan yang lebih memadai akan

21

cenderung berprilaku sebagai pengguna yang lebih selektif


sedangkan

golongan

ekonomi

lemah

dengan

kondisi

kehidupan yang kurang memadai akan bersikap sebagai


pengguna yang pasif.

Adersen yang dikutip oleh Notoatmojo (2013) mengatakan


bahwa komponen pendapatan masuk dalam komponen
predisposing. Komponen ini digunakan untuk menggambarkan
fakta, bahwa individu mempunyai kecenderungan yang
berbeda-beda untuk menggunakan pelayanan kesehatan.

Menurut Ulina (2014) dalam penelitiannya di Kelurahan


Tanjung Jati Kecamatan Binjai hasil cakupan kegiatan yang
berhubungan dengan pelayanan antenatal yaitu K1 (81%) dan
K4 (66,7%) Dari hasil cakupan tersebut terlihat relatif tinggi
drop out antara K1 dan K4 yaitu sebesar 14,3%. Rendahnya
pencapaian cakupan K4 ini disebabkan oleh beberapa faktor
seperti ibu hamil merasa kurang membutuhkan pelayanan
antenatal karena beranggapan dirinya sehat, pendidikan ibu
yang rendah, kurangnya pengetahuan ibu hamil akan

22

pentingnya perawatan dan pemerikasaan Hb pada masa


kehamilan secara berkala.

Pendapatan keluarga adalah seluruh penghasilan keluarga


termasuk penghasilan pokok dan sampingan dibagi jumlah
tanggungan

keluarga

(pendapatan/perkapita).

Pendapatan

sesuai dengan Upah Minimum Rata-Rata di Medan tahun 2015


adalah Rp.918.000,- (www.regionalinvesment.com).

d.

Pekerjaan
Wanita hamil yang bekerja kurang memiliki waktu untuk
memeriksakan kehamilannya seperti melakukan pemeriksaan
Haemoglobin.
mengatakan

Berdasarkan
bahwa

ibu

penelitian
hamil

Ihram

yang

(2014)

bekerja

tidak

memanfaatkan Antenatal Care sebesar 97,2% (69 orang).


7. Pencegahan dan Pengobatan
1. Pencegahan
Empat pendekatan dasar untuk mencegah anemia adalah:
a. Pemberian suplemen tablet zat besi.
b. Pendidikan

dan

langkah-langkah

yang

berhubungan

dengan peningkatan masukan zat besi melalui makanan.

23

c. Pencegahan infeksi.
d. Memperkaya makanan pokok dengan zat besi.
Pada ibu hamil dengan frekwensi kehamilan yang
tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi Sulfas Ferosus 1
tablet sehari selain itu wanita hamil perlu diberi nasehat untuk:
1) Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi
yang berasal dari nabati: kacang-kacangan, sayuran hijau,
buah-buahan segar dan nasi. Sedangkan zat besi yang
bersumber dari hewani yaitu hati, daging sapi, ikan, susu
sapi.
2) Mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat
seperti arcis, brokoli, daging dan susu. Karena pada wanita
hamil anemia sering disebabkan oleh defisiensi kedua zat
gizi tersebut.
3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar vitamin C nya
seperti buah-bahan yang segar dapat mempermudah
penyerapan zat besi.
4) Menghindari minum teh atau kopi sebelum dan selesai
makan terutama makan maknan utama zat besi karena teh
dan

kopi

mengandung

senyawa

menghambat penyerapan zat besi.

Tania

yang

dapat

24

5) Menghindari senyawa Edta (yang biasanya digunakan


sebagai pengawet makanan) dengan memeriksa label
makanan.
6) Mengkonsumsi beragam makanan untuk meningkatkan
ketersediaan zat besi (Wasnidar, 2014).
2.

Pengobatan
Oleh karena pada trimester II dan trimester III wanita
hamil memerlukan zat besi dalam jumlah banyak yang tidak
didapat dari makanan saja untuk itu perlu mendapat suplemen
besi mencapai 1000 mg selama kehamilan (Prawiroharjo dan
Winkjoastro, 2013) . Apabila wanita hamil menderita anemia
defisiensi besi dengan kadar hemoglobin kurang 10 gr% dapat
ditambah 600-1000 mg/hari zat besi seperti Sulfas Ferosus
atau Glukonas Ferosus. Terapi oral diberikan terus-menerus
selama 3 bulan (Prawiroharjo dan Winkjoastro, 2013).
Tranfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam
kehamilan jarang diberikan walaupun Hbnya kurang dari 6 gr
%. Pada wanita hamil pemberian asam folat (500ug) dan zat
besi (120mg) akan bermanfaat karena anemia pada kehamilan
biasanya diakibatkan oleh defisiensi zat besi tersebut. Tablet
kombinasi yang cocok mengandung 250 folat dan 60 mg zat

25

besi dimakan 2 kali sehari (Prawiroharjo dan Winkjoastro,


2013).

C. Protap Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Pamijahan


1. Pasien datang ambil karcis diloket
2. Masuk ruang KIA dan dilakukan:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan Fisik/ pencatatan seperti timbang berat badan,
ukur berat badan, palpasi dan penyuluhan yang meliputi
pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan bidan
d. Ambil obat
e. Pasien pulang

D. Pengetahuan, Sikap dan karakteristik


1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2013), pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

26

insentitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya


dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut
harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek
yang diketahuinya tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui.
5. Sintesis (Synthesis)

27

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk


merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis
dati komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

secara

langsung

(wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau


angket (Notoatmodjo, 2013).
2. Sikap
Menurut Thurstone, sikap adalah suatu tingkat, baik yang
bersifat positif maupun negative dalam hubungannya dengan
objek-objek psikologis (Hudaniah, 2013)

Azwar (2010) menyatakan bahwa sikap merupakan suatu pola


prilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Sedangkan Secord dan
Backman (2009) yang dikutip Azwar (2010) menyatakan bahwa
sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),

28

pemikiran

(kognisi)

dan

predisposisi

tindakan

(konasi)

seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan baha


sikap merupakan reaksi atau respon tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap bukan hanya terbatas
pada segi afek saja, melainkan juga mencakup kognisi dan
konasi meskipun tertutup (predisposisi). Notoatmodjo (2013),
menjelaskan bahwa sikap terdiri dari 3 komponen pokok yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap
suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap


yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini
pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan
penting (Notoatmodjo, 2013). Adapun fungsi sikap, yaitu:
a. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap merupakan
sesuatu yang dapat diadopsi oleh semua orang.

29

b.

Alat ukur mengukur tingkah laku. Pada orang dewasa


hingga lanjut usia, terdapat adanya pertimbangan antara
adanya stimulus dan reaksi. Secara sadar akan ada proses
untuk menilai stimulus-stimulus tersebut. Hal ini erat
kaitanya dengan cita-cita seseorang, tujuan hidup,
peraturan-peraturan

kesusilaan

yang

ada

dalam

masyarakat, keinginan-keinginan yang ada pada diri


orang tersebut.
c. Sebagai alat pengatur pengalaman. Pengalaman yang
berasal dari luar diri seseorang akan diterima secara aktif
oleh orang tersebut artinya, seseorang akan memilih
mana yang perlu atau yang tidak perlu untuk dilayani.
Jadi semua pengalaman akan diberi penilaian, lalu
dipilih.
d. Alat ukur untuk menyatakan kepribadian. Sikap dan
pribadi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Oleh karena itu, dengan melihat sikap-sikap
pada

seseorang,

sedikit

banyaknya

mengetahui pribadi orang tersebut.

orang

bias

30

Perubahan sikap dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:


1. Faktor internal, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi
manusiaitu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih
seseorang untuk menerima atau menolak pengaruhpengaruh yang datang dari luar.
2.

Faktor eksternal, yaitu factor yang terdapat dari luar


pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial di luar
kelompok. Misalnya: interaksi antara manusia dalam
bentuk kebudayaan yang sampai kepada individu melalui
surat kabar, radio, televisi, majalah, dan lain sebagainya.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menanyakan


bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu
objek (Notoatmodjo, 2013).

a. UMUR
Menurut Muhilal dkk (1994) dalam Sihadi (2009), ibu
hamil yang berusia di atas 30 tahun memiliki kecendrungan
prevalensi anemia lebih tinggi, yaitu 54,8% dibandingkan
dengan kelompok ibu hamil yang berusia di bawah 20
tahun,yaitu 46,8% Sarimawar dkk (2006) dalam penelitiannya

31

melaporkan bahwa terdapat hubungan antara umur ibu dengan


kejadian anemia,prevalensi anemia ibu hamil pada kelompok
umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun lebih tinggi
(77,4 %) dan (78,6 %) dibandingkan dengan kelompok umur 20
-30 tahun (72,3 %).
b. PARITAS
Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam
kejadian anemia zat besi pada ibu hamil. Menurut Manuaba
(2008),

wanita

yang

sering

mengalami

kehamilan

dan

melahirkan makin anemia karena banyak kehilangan zat besi,hal


ini disebabkan selama kehamilan wanita menggunakan cadangan
zat besi yang ada di dalam tubuhnya. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Jumirah & Zulhaida,(2011) di Kecamatan Medan
Tuntungan kota Medan,anemia ringan banyak ditemukan pada
kelompok ibu hamil paritas 3 (81,8%) dan pada kelompok
paritas 1-2 dan 4 ditemukan 7,9 % ibu hamil yang menderita
anemia berat.
c. KUNJUNGAN ANC DAN PERAN TENAGA KESEHATAN
Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional selama masa
kehamilan,pelayanan yang ibu hamil dapatkan pada saat
kunjungan ANC adalah penimbangan berat badan, pengukuran

32

tinggi

badan,

pengukuran

tekanan

darah,imunisasi

TT,

pengukuran tinggi fundus uteri dan mendapatkan tablet besi


miinimal 90 tablet selama kehamilan (Depkes,2011).
Depkes menetapkan bahwa standar pelayanan ANC
adalah minimal empat kali kunjungan selama kehamilan yaitu
satu kali pada triwulan I (KI) satu kali pada triwulan II dan dua
kali kunjungan pada triwulan ketiga (K4) (Depkes,2011).
d. SOSIAL BUDAYA (ADAT)
Pengertian perubahan sosial budaya menurut pendapat Max
Weber bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi
dalam masyarakat sebagai akibat adanya ketidaksesuaian unsurunsur di dalamnya (Max Weber,2015)

Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
-

Pengetahuan
Sikap
Paritas
Umur
Sosial Budaya
Pendidikan

Faktor Pemungkin
-

Sumber Informsi
Transfortasi
Pendapatan
Keluarga
Pendidikan

Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan sikap ibu
hamil tm 3
terhadap
pemeriksan Hb

33

Faktor Penguat
-

Perilaku Petugas
kesehatan
Dukungan Keluarga

Gambar A Kerangka Teori

Sumber modifikasi teori Lewrence Green (1980) dalam notoatmodjo


(2012)

Definisi social budaya (adat) menurut Max Weber, 2015)

BAB 3
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep

Variabel Independen

Faktor Predisposisi
-

Pengetahuan
Sikap
Paritas
Umur
Sosial Budaya
Pendidikan

Variabel Dependen

34

Kunjungan Ibu
hamil Tr 3
Pemeriksaan Hb

Gambar B Kerangka Konsep


B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena (Almul, 2009)
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
1

Variabel

Definisi

Dependen :
Kunjunagn

Ibu hamil Tr

Ibu hamil Tr 3

3yang

Pemeriksaan

berkunjung ke

Hb

puskesmas
untuk
melakukan

Alat

Cara Ukur

Ukur
Kuesi

Menggunakan

oner

kuesioner

Hasil Ukur

Skala Ukur
1. Ordinal

1. Melakukan
Pemeriksaan
Hb.
2. Tidak
Melakukan
Pemeriksaan Hb

35

pemeriksaan
Hb.
( Menurut
Depkes
(2014)
2.

Independen
Karakteristik :

Pernyataan

Kuesi

Menggunakan

Umur

responden

oner

kuesioner

mengenai

1. 20-30 th
(Wanita usia
muda)
2. 31-40 th (wanita

lama hidup
usia dewasa)=1
dari lahir
hingga
penelitian
dilakukan

Ordinal

36

Pendidikan

Pernyataan

Kuesi

Menggunakan

1. Tidak Sekolah
2. Tidak Sekolah

responden

oner

kuesioner

Pernyataan

Kuesi

Menggunakan

0=Mean

responden

oner

kuesioner

1=Medin

Kuesio
ner

Menggunakan
kuesioner

1. Primipara

Ordinal

tentang
jenjang
pendidikan
terakhir yang
pernah
diperoleh

Pengetahuan

Ordinal

mengenai
pemahaman
Definisi
Hb,
pemeriksaan
Hb san lainlain
Paritas

Jumlah anak
yang
pernah
dilahirkan baik
lahir hidup

2. Multipara
(Thaha,dkk,2012)

Ordinal

37

Sosbud( Adat)

Peranan Nakes

maupun
lahir mati
Pengertian
perubahan
sosial budaya
menurut
pendapat Max
Weber bahwa
perubahan
sosial budaya
adalah
perubahan
situasi dalam
masyarakat
sebagai akibat
adanya
ketidaksesuaian
unsur-unsur di
dalamnya
Pemberian
bantuan dan
informasi
mengenaipemer
iksn Hb pada
ibu hamil.

Kuesio
ner

Kuesio
ner

Menggunakan
kuesioner

1.Setuju

Menggunakan
kuesioner

1. Pernah
2. Tidak pernah

2.Tidak setuju
(Max Weber, 2015)

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan karakteristik ibu hamil Tm 3 (umur, pendidikan,

pengetahuan, social budaya (adat) , peritas dan Peran Tenaga


Kesehatan) di Wilayah kerja Puskesmas Pamijahan Tahun 2016
2. Ada hubungan Sikap ibu hamil Tm 3 dengan pemeriksaan Hb di

Wilayah kerja Puskesmas Pamijahan Tahun 2016

Ordinal

Ordinal

38

BAB 4

39

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif
analitik.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Pamijahan Kecamatan
Pamijahan kab.Bogor .
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April 2016.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu hamil Tm 3 yang
2.

datang berkunjung ke Puskesmas Pamijahan tahun 2016.


Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara
Accidental Sampling.
Dimana sampel adalah ibu hamil Tm 3 yang datang berkunjung ke
Puskesmas Pamijahan

pada saat penelitian dilakukan yang

berjumlah 52 orang.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer yang digunakan merupakan hasil pemberian kuesioner
dari responden yang diperoleh dengan mengunakan kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Puskesmas
Pamijahan berupa data demografi dan data jumlah ibu hamil yang

40

memeriksakan haemoglobin serta data-data yang mendukung


pelaksanaan penelitian.
E. Aspek Pengukuran
1. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan responden diukur dengan metode pemberian
nilai terhadap pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dari nomor
1-10. Pertanyaan nomor 1-10 jika responden menjawab a maka di
beri nilai 2, menjawab b diberi nilai 1 dan menjawab c di beri nilai 0.
Nilai tertinggi dari 10 pertanyaan adalah 20, maka tingkat
pengetahuan responden tentang pemeriksaan hemoglobin (Hb)
dikategorikan dalam tiga kategori yaitu: (Pratomo dan Sudarti, 2011)
a. Baik, apabila responden mendapat nilai > 75% dari nilai
tertinggi dari total pertanyaan tentang pengetahuan yaitu
nilai 15.
b. Cukup, apabila responden mendapat nilai 40-75% dari nilai
tertinggi dari total pertanyaan pengetahuan yaitu nilai 8-14.
c. Kurang, apabila responden mendapat nilai < 40% dari nilai
tertinggi dari total pertanyaan tentang pengetahuan yaitu
nilai <8 .

41

3.

Sikap
Sikap responden diukur dengan memberikan nilai pertanyaan
kuesioner tentang sikap yang diukur melalui 8 pertanyaan.
Pemberian nilai dilakukan berdasarkan pertanyaan nomor 1-4 dan
7-8 jika responden menjawab setuju diberi nilai 2, menjawab
kurang setuju diberi nilai 1 dan menjawab tidak setuju diberi nilai
0. Pertanyaan nomor 5 dan 6 jika responden menjawab setuju
diberi nilai 0, kurang setuju diberi nilai 1 dan tidak setuju diberi
nilai 2. Skor tertinggi adalah 16 dan skor terendah adalah 0.
Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka sikap
responden tentang pemeriksaan hemoglobin dikategorikan dalam 3
kategori yaitu:
a. Setuju, apabila responden mendapat nilai > 75% dari nilai
tertinggi dari total pertanyaan tentang sikap yaitu nilai 12.
b. Kurang setuju, apabila responden mendapat nilai 40-75%
dari nilai tertinggi dari total pertanyaan sikap yaitu nilai 612.

42

c. Tidak setuju, apabila responden mendapat nilai < 40% dari


nilai tertinggi dari total pertanyaan tentang sikap yaitu nilai
<6.
F. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi.
Analisa data dilakukan terhadap data primer dengan menggunakan
perhitungan statistik (Exact Fisher dan Kolmogrov-Smirnov)

Anda mungkin juga menyukai