Anda di halaman 1dari 10

PT PLN (Persero) Distribusi Lampung

Area Metro
Rayon Sukadana

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Susut
Pada dasarnya pengertian tentang kebocoran atau kerugian listrik
adalah

selisih

antara

jumlah

energi

listrik

yang

di

bangkitkan

dibandingkan dengan jumlah rekening listrik yang ditangguhkan atau


terjual ke pelanggan PLN. (elib.unikom.ac.id)
Pengertian susut (losses) menurut Sofyan Syafri Harahap dalam
bukunya yang berjudul Teori Akuntansi, mendefinisikan bahwa :
Losses adalah turunya nilai ekuitas dari transaksi yang
sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entitas dan dari
seluruh transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas
selama periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya atau
pemberian kepada pemilik (prive). (2007:241)
Susut (losses) menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
431/KMK.06/2002, mendefinisikan bahwa :
Susut (losses) adalah sejumlah energi yang hilang dalam
proses pengaliran energi listrik mulai dari Gardu Induk sampai
dengan konsumen. Apabila tidak terdapat gardu induk, susut
(losses)

dimulai

dari

konsumen. (2002:4)
Dari penjelasan diatas

gardu
susut

distribusi
(losses)

sampai

adalah

suatu

dengan
bentuk

kehilangan energi listrik yang berasal dari selisih sejumlah energi listrik
yang tersedia dengan sejumlah energi listrik yang terjual. Susut
(losses) ini diakibatkan oleh dua faktor yaitu faktor teknis yang berupa
masalah jaringan dan faktor non teknis yaitu ketidakserempakan dalam
pencatatan pemakaian atau dalam perhitungan kWh. Dalam istilah
ekonomi losses ini erat kaitannya dalam masalah biaya efisiensi,
sehingga bisa ditarik kesimpulan semakin tidak efisien (biaya tinggi)
maka akan semakin kecil keuntungan dari pendapatan yang diperoleh.
Ketidakefesienan biaya yang terjadi dalam aliran energi listrik erat
kaitannya dengan permasalahan dalam segi teknologi dan peranan
sumber daya manusia. (elib.unikom.ac.id)

PT PLN (Persero) Distribusi Lampung


Area Metro
Rayon Sukadana

Menurut Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) No.217-1.K/DIR/2005


tentang Pedoman Penyusunan Laporan Neraca Energi (Kwh), Jenis
susut (losses) energi listrik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Berdasarkan sifatnya, Susut teknis dan non teknis 2.
Berdasarkan tempat terjadinya, Susut transmisi dan susut
distribusi. (2005:2)
Berdasarkan kutipan diatas maka penjelasannya adalah sebagai
berikut:
a. Berdasarkan sifatnya :
Susut Teknis, yaitu hilangnya energi listrik yang dibangkitkan
pada saat disalurkan karena berubah terjadi energi panas.

Susut teknis ini tidak dapat dihilangkan (fenomena alam).


Susut Non Teknis, yaitu hilang energi listrik yang dikonsumsi
pelanggan maupun non pelanggan karena tidak tercatat dalam

penjualan.
b. Berdasarkan tempat terjadinya :
Susut Transmisi, yaitu hilangnya

energi

listrik

yang

di

bangkitkan pada saat disalurkan melalui jaringan transmisi ke

gardu induk.
Susut Distribusi,

yaitu

hilangnya

energi

listrik

yang

didistribusikan dari gardu induk melalui jaringan distribusi ke


pelanggan.
Sedangkan menurut Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) No: 2171.K/DIR/2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Neraca Energi
(Kwh), susut (Losses) diperinci sebagai berikut :
a. Susut Energi, adalah jumlah energi kwh yang hilang atau menyusut
terjadi karena sebab-sebab teknik maupun non teknik pada waktu
penyediaan dan penyaluran energi.
b. Susut Teknik, adalah susut yang terjadi karena alasan tenik dimana
energi menyusut berubah menjadi panas pada JTT, GI, JTM, GD, JTR,
SR, dan APP.
c. Susut Non Teknik, adalah selisih antara susut energi dan susut
teknik.
d. Susut Tansmisi, adalah susut teknik yang terjadi pada jaringan
transmisi, yang meliputi susut pada Jaringan Tegangan Tinggi (JTT)
dan pada Gardu Induk (GI).

PT PLN (Persero) Distribusi Lampung


Area Metro
Rayon Sukadana

e. Susut Distribusi, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi
pada jaringan distribusi yang meliputi susut pada Jaringan Tengah
Menengah (JTM), Gardu Distribusi (GD), Jaringan Tenaga Rendah
(JTR), Sambungan Rumah (SR) serta Alat Pembatas dan Pengukur
(APP) pada pelanggan TT, TM dan TR. Bila terdapat Jaringan
Tegangan Tinggi yang berfungsi sebagai jaringan distribusi maka
f.

susut jaringan ini dimasukkan sebagai Susut Distribusi.


Susut TT, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada sisi

TT, yang merupakan penjumlahan susut pada JTT, GI, dan APP TT.
g. Susut TM, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada sisi
TM, yang merupakan penjumlahan susut pada JTM, GD, dan APP
TM.
h. Susut TR, adalah susut teknik dan non teknikdan yang terjadi pada
sisi TR, yang merupakan penjumlahan susut pada JTR, SR dan APP
i.

TR.
Susut Jaringan, adalah jumlah energi dalam kwh yang hilang pada
jaringan transmisi dan distribusi, atau merupakan penjumlahan
antara Susut Transmisi dan Susut Distribusi.
Dengan demikian PT. PLN (Persero) dapat menghitung susut

(losses) distribusi energi listrik dengan cara membandingkan antara


energi listrik yang tersedia dengan energi yang terjaul, sehingga rasio
susut dapat dihitung secara singkat dengan formula :

Susut=

Biaya TT L+ Pembelian T L
kWh Susut
kWh Beli

Dimana :
Biaya TT L = Biaya transfer tenaga listrik
Pembelian T L = Pembelian tenaga listrik
kWh Susut = Nilai kehilangan energi
kWh Beli = Jumlah energi yang tersedia
Selain itu untuk mengatahui persentase (%) susut (losses) kWh
dapat dihitung secara singkat dengan menggunakan formula sebagai
berikut :

Susut =

kWh JualkWh Beli


100
kWh Beli

PT PLN (Persero) Distribusi Lampung


Area Metro
Rayon Sukadana

Dimana :
kWh Beli = Jumlah energi listrik yang tersedia
kWh jual = Penjualan energi
Apabila hasil perhitungan susut (losses) diatas 10%, maka selisih
lebih susut (losses) tersebut diperhitungkan sebagai penambahan
volume penjualan tenaga listrik dan pengurangan subsidi listrik dari
pemerintah kepada PT. PLN (Persero). (elib.unikom.ac.id)
Losses adalah suatu bentuk kehilangan energi listrik yang
berasal dari selisih sejumlah energi listrik yang tersedia dengan
sejumlah energi listrik yang terjual. Losses disebut juga suatu bentuk
kehilangan energi listrik, kehilangan ini disebabkan oleh dua faktor
yaitu pertama faktor dari masalah administrasi sendiri yakni dengan
adanya

kebocoran

energi

dalam

perjalanan

menuju

konsumen

sehingga energi menyusut dan berkurang dengan tanpa penggunaan


terlebih dahulu, yang kedua adalah suatu bentuk kehilangan karena
memang sengaja dilakukan yaitu dalam bentuk pencurian energi listrik.
(elib.unikom.ac.id).
2.2 Transformer
Transformer adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.(staff.ui.ac.id)

Gambar 2.1 Transformer Energi

PT PLN (Persero) Distribusi Lampung


Area Metro
Rayon Sukadana

Prinsip dasar suatu transformator adalah induksi bersama(mutual


induction) antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet.
Dalam bentuk yang sederhana, transformator terdiri dari dua buah
kumparan induksi yang secara listrik terpisah tetapi secara magnet
dihubungkan oleh suatu path yang mempunyai relaktansi yang rendah.
Kedua kumparan tersebut mempunyai mutual induction yang tinggi.
Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan
bolak-balik,

fluks

dihubungkan

bolak-balik

dengan

timbul

kumparan

di

yang

dalam
lain

inti

besi

yang

menyebabkan

atau

menimbulkan ggl (gaya gerak listrik) induksi ( sesuai dengan induksi


elektromagnet) dari hukum faraday, Bila arus bolak balik mengalir
pada induktor, maka akan timbul gaya gerak listrik (ggl). (staff.ui.ac.id)

Gambar 2.2 Simbol Transformer 1 Phasa

Gambar 2.3 Simbol Transformer 3 Phasa


Prinsip kerja suatu transformator adalah induksi bersama (mutual
induction) antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet.
Dalam bentuk yang sederhana, transformator terdiri dari dua buah
kumparan

yang

secara

listrik

terpisah

tetapi

secara

magnet

dihubungkan oleh suatu alur induksi. Kedua kumparan tersebut


mempunyai mutual induction yang tinggi. Jika salah satu kumparan
dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, fluks bolak-balik
timbul di dalam inti besi yang dihubungkan dengan kumparan yang
lain menyebabkan atau menimbulkan ggl (gaya gerak listrik) induksi
8

PT PLN (Persero) Distribusi Lampung


Area Metro
Rayon Sukadana

sesuai

dengan

induksi

elektromagnet)

dari

hukum

faraday.

(staff.ui.ac.id)

Gambar 2.4 Rangkaian Transformer


Berdasarkan hukum Faraday yang menyatakan magnitude dari
electromotive force (emf) proporsional terhadap perubahan fluks
terhubung

dan

berlawanan

hukum

dengan

Lenz

arah

yang

fluks

menyatakan

sebagai

reaksi

arah

dari

emf

perlawanan

dari

perubahan fluks tersebut didapatkan persaman :

e=

d
dt

e = emf sesaat (instantaneous emf)


= fluks terhubung (linked flux)
Dan pada transformer ideal yang dieksitasi dengan sumber
sinusoidal berlaku persamaan:
E = 4,44 . m. N .F
E = Tegangan (rms)
N = jumlah lilitan
m = fluks puncak (peak flux)
f = frekuensi
dan persamaan:

E1 N 1
=
E2 N 2

Dikarenakan pada transformer ideal seluruh mutual flux yang


dihasilkan

salah

satu

kumparan

akan

diterima

seutuhnya

oleh

kumparan yang lainnya tanpa adanya leakage flux maupun loss lain
misalnya berubah menjadi panas. Atas dasar inilah didapatkan pula
persamaan:
P1 = P2
V1.I1 = V2.I2
N1.I1 = N2.I2
9

PT PLN (Persero) Distribusi Lampung


Area Metro
Rayon Sukadana

Gambar 2.5 Grafik arus, flux dan tegangan yang terjadi (staff.ui.ac.id)
2.3

Beban Tidak Seimbang

Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan di


mana

Ketiga vektor arus / tegangan sama besar


Ketiga vektor saling membentuk sudut 120 satu sama lain

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah


keadaan di mana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang
tidak terpenuhi. Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu :

Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120

satu sama lain.


Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120

satu sama lain.


Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120
satu sama lain

2.4

Pembebanan Trafo Distribusi

Pembebanan trafo distribusi sangat tergantung dari sifat beban di


pelanggan. Beban dikenal dalam dua bagian, yakni beban linier dan
beban non linier.
Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang
keluaran yang linier artinya arus yang mengalir sebanding dengan
impedensi

dan

perubahan

tegangan.

Beban

linier

berasal

dari

peralatan listrik yang tidak mengandung rangkaian elektronika di

10

PT PLN (Persero) Distribusi Lampung


Area Metro
Rayon Sukadana

dalamnya. Sehingga menghasilkan keluaran gelombang tegangan dan


arus berbentuk sinusoidal. Ini bisa dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 2.6 gelombang tegangan dan arus berbentuk sinusoidal


Beban non linier adalah bentuk gelombang keluarannya tidak
sebanding dengan tegangan dalam setiap setengan siklus sehingga
bentuk gelombang arus maupun tegangan keluarannya tidak sama
dengan

gelombang

masukannya

(mengalami

distorsi).

Beberapa

peralatan yang merupakan beban non linier antara lain komputer,


printer, lampu fluorescent yang menggunakan elektronik ballast,
kendali kecepatan motor, motor induksi, batere charger, proses
eletroplating, dll. (www.elektroindonesia.com)
2.5

Pengukuran Energi

Pembebanan

tak

seimbang

dan

beban

non

linier

dapat

menimbulkan tambahan torsi pada kWh meter jenis elektromekanis


yang menggunakan piringan induksi berputar. Sebagai akibatnya,
puratan piringan akan lebih cepat atau terjadi kesalahan ukur kWh
meter karena piringan induksi tersebut dirancang hanya untuk
beroperasi pada frekuensi dasar.
Untuk Kwh meter elektronik timbul kwh impor dan kvar impor
akibat besarnya perbedaan sudut tegangan dan arus. Seolaholah ada
kesalahan polaritas arus di keluaran CT. (www.elektroindonesia.com)

11

PT PLN (Persero) Distribusi Lampung


Area Metro
Rayon Sukadana

2.6

Pemasangan Sambungan Baru

Gambar 2.7 Alur Permohonan Pasang Baru (pln.co.id)


2.7

SOP

SOP adalah Adalah suatu bentuk

ketentuan tertulis berisi

prosedur / langkah kerja atau komunikasi yang dipergunakan untuk


melaksanakan suatu proses kegiatan dengan hasil yang terukur. Dalam
bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat
Protap.
SOP dalam pengoperasian Sistem Jaringan Distribusi dan peralatan
berikut petugasnya, terdiri dari :

SOP Sistem Jaringan Distribusi


SOP Komunikasi
SOP Lokal Jaringan Distribusi.

Komponen SOP :

Pihak yang terkait

12

PT PLN (Persero) Distribusi Lampung


Area Metro
Rayon Sukadana

Perlengkapan Kerja
Prosedur Komunikasi
Prosedur Langkah-langkah Kerja
SOP sistem jaringan distribusi Adalah aturan atau pedoman bagi

Operator / teknisi untuk melaksanakan tugasnya dalam melakukan


pengawasan dan pengoperasian Instalasi Jaringan Distribusi pada
kondisi normal, kondisi gangguan, kondisi pemulihan dan kondisi
darurat. Perlu memperhatikan kemampuan peralatan yang terpasang
dan konfigurasi serta fungsi Jaringan Distribusi.

13

Anda mungkin juga menyukai