id
ABSTRAK
Produk perikanan teripang merupakan salah satu hasil laut yang telah lama
menjadi komoditas perdagangan internasional. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
informasi kehadiran teripang di perairan Takofi. Pengamatan keanekaragaman jenis
teripang telah dilakukan di wilayah perairan pesisir desa Takofi, Pulau Moti MalukuUtara bulan September dan Oktober 2005. Pengambilan contoh dikerjakan dengan
menggunakan transek kuadrat ukuran 1m x 1m. Sampling dan pengamatan
mikrohabitatnya dilakukan dengan snorkling. Analisis terhadap struktur komunitas
berdasarkan pada analisis kehadiran, keanekaragaman, dan kepadatan. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa di dua lokasi tersebut terdapat 8 jenis dimana 2 jenis
diantaranya hadir dengan kepadatan yang lebih tinggi di semua stasiun, yaitu Holothuria
atra dan Holothuria scabra. Kecilnya variasi indeks ekologis pada seluruh stasiun
menunjukkan bahwa karakteristik komunitas pada seluruh stasiun tersebut relatif sama
Kata kunci: Teripang, Keanekaragaman, Pulau Moti, Maluku Utara.
ABSTRACT
SEACUCUMBER (HOLOTHUROIDEA) RESOURCESAT MOTI ISLAND WATERS,
MALUKU UTARA. Holothurian fisheris product is one of the marine resources wich been
known as international expenditure comodity. The purpose of yhe study is providing
information about exsistance of holothurians in Takofi waters. Observation on sea cucumber
diversity was carried out at coastal waters of Takofi Islands in the Moti Island, MalukuUtara September and October 2005. Sampling was done by using a transect quadrant of 1 m
x 1 m. This sampling and observation on its microhabitat were conducted by snorkling.
Analyses on the sea cucumber community structure were based on its frequency of occurance,
diversity, and density. The results showed that at both locations there were 8 species in
which two among them occurred in all station at higher densities, that is Holothuria atra and
Holothuria scabra. Small variations of the ecological indices at all station may indicate that
the community characteristics at the two station were relatively similar.
Keywords: Sea Cucumber, Diversity, Pulau Moti, Maluku Utara.
111
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
EDDY YUSRON
PENDAHULUAN
Di wilayah perairan Takofi, Pulau Moti Maluku-Utara saat ini terdapat sekitar
10 jenis teripang komersial. Teripang komersial ini termasuk ke dalam kelas
Holothuroidea, suku Holothuriidae dan Stichopodidae. Jenis teripang yang termasuk
ke dalam kategori utama adalah teripang pasir (Holothuria scabra), teripang perut
hitam (H. atra), teripang susuan (H. nobilis), teripang perut merah (Holothuria
edulis) dan teripang nanas (Thelenota ananas). Sedangkan yang termasuk ke dalam
kategori bernilai ekonomi sedang adalah teripang lotong (Actinopyga lecanopra)
dan teripang bilalo (A. mauritiana) yang termasuk kedalam marga Actinopyga. Jenisjenis lainnya termasuk kedalam kategori rendah. Kelompok jenis biota ini dapat hidup
di berbagai macam habitat, seperti pada daerah rataan terumbu, pertumbuhan algae,
padang lamun (AZIZ 1995, BIRKELAND 1989).
Produk perikanan teripang merupakan salah satu hasil laut yang telah lama
menjadi komoditas perdagangan Internasional yang biasa dikenal dengan istilah
beche-de-mer oleh pakar, antara lain AZIZ (1987), SLOAN (1985), EYS (1986)
dan CONAND & SLOAN (1989). Kebutuhan akan produk ini cenderung meningkat
dari tahun ke tahun, dengan produksi sampai saat ini tergantung dari penangkapan di
alam oleh para nelayan (Gambar 1 dan Gambar 2) . Perairan Takofi yang mempunyai
lahan perairan yang cukup luas, diduga dihuni oleh sejumlah jenis teripang yang dapat
dieksploitasi untuk kebutuhan makanan rakyat maupun untuk komoditas eksport,
karena mempunyai harga yang cukup baik, berkisar antara Rp 50.000,- sampai Rp
450.000,- kg/kering tergantung jenis, ukuran dan kualitas pengolahannya. Eksploitasi
yang sering dilakukan secara intensif di seluruh wilayah perairan Maluku Utara tanpa
melihat jenis dan ukurannya yang mengakibatkan berkurangnya stok alami di beberapa
wilayah perairan tersebut. Oleh karena itu perlu usaha pelestariannya dan
pembudiyaannya untuk mengurangi pengambilan stok alami yang berlebihan (over
exploitation). Untuk mendapatkan hasil yang optimum perlu disertai penelitian dasar,
khususnya yang berkaitan dengan kelimpahan, kepadatan dan frekuensi kehadirannya.
Teripang salah satu biota laut yang direncanakan masuk ke dalam Appendix
II CITES (Convention on the International Trade in Endangered Species) karena
keadaan populasinya yang terus menurun setiap tahun di seluruh dunia, termasuk di
perairan Indonesia. Karena itu segala macam pengambilan dari alam dan
perdagangannya harus dibatasi berdasarkan kuota yang telah disetujui, padahal
sumberdaya teripang tersebut merupakan sumber devisa negara.
112
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar 2. Hasil dari pengolahan teripang campuran dari beberapa jenis di Desa Takofi.
Figure 2. Yield of mixed holothurians from some species at Takofi village.
113
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
EDDY YUSRON
114
Frekuensi Kehadiran =
Kepadatan =
115
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
EDDY YUSRON
116
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
II didapatkan kehadiran tertinggi pada jenis Holothuria scabra (36,24 %), H. atra
(34,16 %), Bohadschia marmorata (16,14 %) dan Holothuria leucospilota (12,62
%), sedangkan jenis lainnya dibawah 12 %. Jenis tersebut di atas memiliki sebaran
yang lebih luas dari pada jenis lainnya. Karena jenis-jenis tersebut selalu ditemukan
di dasar perairan berpasir, komunitas lamun, rumput laut dan terumbu karang. Hasil
penelitian RAJAB & YUSRON (1994) di perairan pantai Sulawesi Utara
mendapatkan frekuensi kehadiran tertinggi pada jenis Holothuria scabra (60 %),
disusul oleh H. edulis dan H. leucospilota masing-masing 53,7 %, H. atra (33,3
%), H. verucosa (26,7 %), Bochadchia argus (26,7 %), Stichopus horens (26,7
%) dan H. hilla, B. similis, serta B. marmorata masing-masing (20,0 %), sedangkan
frekuensi kehadiran jenis lainnya berada dibawah 20 %, sedangkan hasil penelitian
YUSRON (2001) di perairan pantai Morella, Ambon mendapatkan frekuensi
kehadiran tertinggi pada jenis Holothuria scabra (59,27 %), diikuti oleh jenis H.
atra (42,23 %), H. similis (36,61 %), Bochadchia argus (33,61 %) dan B.
marmorata (30,67 %), sedangkan jenis lainnya frekuensi kehadirannya dibawah 30
%. YUSRON (2003a) di perairan Teluk Kotania, Seram Barat Maluku Tengah
mendapatkan frekuensi kehadiran tertinggi pada jenis Holothuria scabra (48,86
%), diikuti oleh jenis H. edulis (36,32 %), Bochadchia marmorata (30,72 %) dan
B. argus (24,48 %), jenis lainnya frekuensi kehadiran dibawah 20 %.
Kepadatan teripang yang tertinggi pada Stasiun I didapatkan dari jenis
Holothuria scabra (1,12 ind/m2) dan H. atra (1,02 ind/m2), untuk Stasiun II adalah
jenis Holothuria scabra (1,08 ind/m2) dan H. atra (1,06 ind/m2). Kepadatan yang
tertinggi dari jenis-jenis tersebut di atas dimungkinkan oleh kemampuan mereka
menempati berbagai habitat sehingga lebih banyak pula kesempatan berkembang.
Kepadatan yang rendah selain dimungkinkan oleh kurangnya kemampuan bersaing
dalam menempati habitat, juga disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan.
Sedangkan hasil penelitian TAMANAMPO et al. (1989) di perairan Pulau Bunaken,
Sulawesi Utara mencatat kepadatan teripang yang tertinggi dari jenis Stichopus
chloronotus (1,02 ind/m2), B. argus (0,97 ind/m2) dan H. atra (0,78 ind/m2). Hasil
penelitian YUSRON (1997) di perairan Kai Kecil, Maluku Tenggara mencatat
kepadatan teripang yang tertinggi dari jenis H. atra (1,03 ind/m2), B. marmorata
(0,97 ind/m2) dan H. edulis (0,81 ind/m2). YUSRON (2001) di perairan pantai
Morella, Ambon kepadatan teripang yang tertinggi dari jenis H. edulis (1,03 ind/m2),
H. atra (0,81 ind/m2), B. marmorata (0,71 ind/m2) dan H. scabra (0,69 ind/m2)
sedangkan jenis lainnya dibawah 0,50 % ind/m2. YUSRON (2003a) di perairan
Teluk Kotania, Seram Barat-Maluku Tengah kepadatan teripang yang tertinggi dari
jenis H. scabra (1,32 ind/m2), H. atra (1,24 ind/m2) dan B. argus (1,02 ind/m2)
sedangkan jenis lainnya dibawah 1,00 ind/m2.
117
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
EDDY YUSRON
Tabel 1. Komposisi jenis, frekuensi kehadiran dan kepadatan teripang pada 2 stasiun di
perairan Moti, Maluku-Utara.
Table 1. Species composition, occurence frequency and abudance seacucumber at
2 stations at Moti waters, Maluku Utara.
L OCATION
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Family/Species
Holothuriidae
Actinopyga lecanora
Bochadschia argus
B. marmorata
Holothuria atra
H. edulis
H. leucospilota
H. scabra
Stichopodidae
S. chloronotus
Station I
Frek (%)
Kpdt
(Ind/m2)
10,42
0,14
14,48
0,38
20,72
0,42
36,32
1,02
18,16
0,23
10,34
0,18
38,86
1,12
4,46
0,10
Station II
Frek (%)
Kpdt
(Ind/m2)
10,54
0,16
12,18
0,32
16,14
0,36
34,16
1,06
14,34
0,22
12,62
0,20
36,24
1,08
4,48
0,10
Kpdt = Kepadatan
118
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Species
Actinopyga lecanora
Bochadschia argus
B. marmorata
Holothuria atra
H. edulis
H. leucospilota
H. sacbra
S. chloronotus
Sand
Algae
Seagrass
Coral
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pengamatan di dua stasiun ditemukan 8 jenis teripang
yang termasuk dalam 2 suku yaitu suku Holothuroiidae (7 jenis) dan Stichopodidae
(1 jenis). Bila dibandingkan dengan komposisi jenis teripang di perairan Teluk Kotania
Seram Barat, Maluku Tengah menemukan 12 jenis teripang, maka kekayaan jenis
teripang di perairan Pulau Moti, Maluku Utara relatif miskin. Meskipun demikian
jenis Holothuria atra dan H. scabra mempunyai nilai kehadiran dan kepadatan
cukup tinggi, di perairan Pulau Moti, Maluku Utara.
119
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
EDDY YUSRON
DAFTAR PUSTAKA
AZIZ, A. 1987. Beberapa catatan tentang perikanan teripang di Indonesia dan
Kawasan Indo-Pasifik Barat. Oseana, 12 (2) : 68 - 78.
AZIZ, A. 1995. Beberapa catatan tentang teripang bangsa Aspidochirotida. Oseana
20(4) : 11 - 23.
ALEN, G.R and R. STEENE 1999. Indo-Pacific coral reef field guide. Tropical
Reef Research. CSI, Australia : 378 pp.
BAKUS, G. J. 1973. The Biology and Ecology of tropical holothurian, In : O.A.
JONES & ENOEAN (Eds.) Biology and Geology of Coral Reef. Vol 2,
Academic Press, New York : 325 - 357.
BIRKELAND, C. 1989. In : The influence of echinoderm on coral reef communities.
Echinoderms Studies M. JANGOUX & J.M. LAWRENCE, (eds), vol. 3.
A.A. Balkema, Rotterdam, Netherland : 79 pp.
CLARK, A. M and F. W. E, ROWE 1971. Monograph of shallow-water Indo
West Pasific Echinoderms. Trustees of the British Museum (Natural History).
London : 171 - 210.
COLIN, P.L. and C. ARNESON 1985. Tropical pacific invertebrates. The Coral
Reef Research Foundation. C.A, USA : 296 pp.
CONAND, C and N. A. SLOAN 1989. World fisheries for echinoderm. In : J.F.
COODY (ed.). Marine Invertebrata. Fisheries, Their Assesmant and
Management. JOHN WILEY and SONS. Inc : 647 - 663.
EYS, E.V. 1986. The International market for sea cucumber. Infofish, marketing
digest (86): 41- 44.
GOSLINER, T.M; D.W. BEHRENS and G.C. WILLIAMS. 1996. Coral reef
Animanls of the Indo-Pacific. Sea Challengers, CA, California. 314 pp.
HERYANTO, 1984. Suatu studi tentang kepadatan dan penyebaran berbagai jenis
teripang (Echinodermata = Holothuroidea) di pesisir gugus Pulau Pari Teluk
Jakarta. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan IPB. Bogor : 70 hal.
HYMAN, L. H. 1955. The Invertebrata Echinodermata VII. Class Holothuroidea,
the coelomate vol IV. Mac Graw-Hill Book. Company, New York :
212 - 224.
120
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
MISRA, R.1968.Ecological workbook. Oxford & IBM. Publs. Co. New. Delhi :
224 pp.
RAJAB, A.W dan E. YUSRON, 1994. Pengamatan teripang (Holothuroidea) di
perairan pantai Sulawesi Utara. Dalam: S. WOUTHUYZEN et al. (eds.)
Perairan Maluku dan Sekitarnya. Baltbang SDL, P3O-LIPI, Ambon 6 :
41- 46.
ROWE, F.W.E. 1969. A Review of familyHolothuroidae (Holothuroidae =
Aspidochirotida). Bull.Br. Mus. Nat. His. Zool. London : 117-170.
ROWE, F. W. E. and J. E. DOTY. 1977. The Shallow - water Holothurian of
Guam. Micronesica 13 (2) : 217 - 250.
RUMAHRUPETE, B; A. CHOLIQ dan J. LETELAY. 1990. Kerapatan dan
kelimpahan teripang (Holothuria spp.) di pantai Pulau Yamdena, Kecamatan
Tanimbar Selatan. Jur. Penel.Perik. Laut. 55 : 41- 48.
SLOAN, N. A. 1985. Echinoderms fisheries of the world: A. review. In : KEEGAN,
B and B.O. CONNOR (eds.) Echinodermata. Balkema : 109 -124.
TAMANAMPO, F.W.S; M. RONDO dan M.S. SALAKI. 1989. Potensi dan
komunitas teripang (Holothuroidea) di rataan terumbu karang Pulau Bunaken,
Sulawesi Utara. Jur. Fak. Per. Unsrat. 1. (1): 25 - 32.
YUSRON, E. 1997. Struktur komunitas teripang (Holothuroidea) di rataan terumbu
karang Kepulauan Kai Kecil, Maluku Tenggara. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Terumbu Karang. Jakarta 10 12 Oktober 1995.
: 132 -136.
YUSRON, E. 2001. Struktur komunitas teripang (Holothuroidea) di rataan terumbu
karang Perairan Pantai Morella, Ambon. Dalam: W.S. ATMADJA et al.
(eds.) Pesisir dan Pantai Indonesia VI. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanolgi LIPI. Jakarta : 227-233.
YUSRON, E. 2003a . Sumberdaya teripang (Holothuroidea) di Perairan Teluk
Kotania, Seram Barat Maluku Tengah. Dalam: RUYITNO, PRAMUDJI
dan I. SUPANGAT (eds.) Pesisir dan Pantai Indonesia VIII. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanolgi LIPI. Jakarta : 129-133.
YUSRON, E. 2003b. Sumberdaya teripang (Holothuroidea) di Perairan Teluk SalehSumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dalam: Prosiding Seminar Riptek
Kelautan Nasional. Jakarta, 30 31 Juli 2003. BPPT : 48 - 51.
121