Anda di halaman 1dari 11

sumber:www.oseanografi.lipi.go.

id

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2007) 33: 111 121

ISSN 0125 9830

SUMBERDAYA TERIPANG (HOLOTHUROIDEA) DI


PERAIRAN PULAU MOTI MALUKU UTARA
oleh
EDDY YUSRON
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
Received 5 Desember 2006, Accepted 29 March 2007

ABSTRAK
Produk perikanan teripang merupakan salah satu hasil laut yang telah lama
menjadi komoditas perdagangan internasional. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
informasi kehadiran teripang di perairan Takofi. Pengamatan keanekaragaman jenis
teripang telah dilakukan di wilayah perairan pesisir desa Takofi, Pulau Moti MalukuUtara bulan September dan Oktober 2005. Pengambilan contoh dikerjakan dengan
menggunakan transek kuadrat ukuran 1m x 1m. Sampling dan pengamatan
mikrohabitatnya dilakukan dengan snorkling. Analisis terhadap struktur komunitas
berdasarkan pada analisis kehadiran, keanekaragaman, dan kepadatan. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa di dua lokasi tersebut terdapat 8 jenis dimana 2 jenis
diantaranya hadir dengan kepadatan yang lebih tinggi di semua stasiun, yaitu Holothuria
atra dan Holothuria scabra. Kecilnya variasi indeks ekologis pada seluruh stasiun
menunjukkan bahwa karakteristik komunitas pada seluruh stasiun tersebut relatif sama
Kata kunci: Teripang, Keanekaragaman, Pulau Moti, Maluku Utara.
ABSTRACT
SEACUCUMBER (HOLOTHUROIDEA) RESOURCESAT MOTI ISLAND WATERS,
MALUKU UTARA. Holothurian fisheris product is one of the marine resources wich been
known as international expenditure comodity. The purpose of yhe study is providing
information about exsistance of holothurians in Takofi waters. Observation on sea cucumber
diversity was carried out at coastal waters of Takofi Islands in the Moti Island, MalukuUtara September and October 2005. Sampling was done by using a transect quadrant of 1 m
x 1 m. This sampling and observation on its microhabitat were conducted by snorkling.
Analyses on the sea cucumber community structure were based on its frequency of occurance,
diversity, and density. The results showed that at both locations there were 8 species in
which two among them occurred in all station at higher densities, that is Holothuria atra and
Holothuria scabra. Small variations of the ecological indices at all station may indicate that
the community characteristics at the two station were relatively similar.
Keywords: Sea Cucumber, Diversity, Pulau Moti, Maluku Utara.

111

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

EDDY YUSRON

PENDAHULUAN
Di wilayah perairan Takofi, Pulau Moti Maluku-Utara saat ini terdapat sekitar
10 jenis teripang komersial. Teripang komersial ini termasuk ke dalam kelas
Holothuroidea, suku Holothuriidae dan Stichopodidae. Jenis teripang yang termasuk
ke dalam kategori utama adalah teripang pasir (Holothuria scabra), teripang perut
hitam (H. atra), teripang susuan (H. nobilis), teripang perut merah (Holothuria
edulis) dan teripang nanas (Thelenota ananas). Sedangkan yang termasuk ke dalam
kategori bernilai ekonomi sedang adalah teripang lotong (Actinopyga lecanopra)
dan teripang bilalo (A. mauritiana) yang termasuk kedalam marga Actinopyga. Jenisjenis lainnya termasuk kedalam kategori rendah. Kelompok jenis biota ini dapat hidup
di berbagai macam habitat, seperti pada daerah rataan terumbu, pertumbuhan algae,
padang lamun (AZIZ 1995, BIRKELAND 1989).
Produk perikanan teripang merupakan salah satu hasil laut yang telah lama
menjadi komoditas perdagangan Internasional yang biasa dikenal dengan istilah
beche-de-mer oleh pakar, antara lain AZIZ (1987), SLOAN (1985), EYS (1986)
dan CONAND & SLOAN (1989). Kebutuhan akan produk ini cenderung meningkat
dari tahun ke tahun, dengan produksi sampai saat ini tergantung dari penangkapan di
alam oleh para nelayan (Gambar 1 dan Gambar 2) . Perairan Takofi yang mempunyai
lahan perairan yang cukup luas, diduga dihuni oleh sejumlah jenis teripang yang dapat
dieksploitasi untuk kebutuhan makanan rakyat maupun untuk komoditas eksport,
karena mempunyai harga yang cukup baik, berkisar antara Rp 50.000,- sampai Rp
450.000,- kg/kering tergantung jenis, ukuran dan kualitas pengolahannya. Eksploitasi
yang sering dilakukan secara intensif di seluruh wilayah perairan Maluku Utara tanpa
melihat jenis dan ukurannya yang mengakibatkan berkurangnya stok alami di beberapa
wilayah perairan tersebut. Oleh karena itu perlu usaha pelestariannya dan
pembudiyaannya untuk mengurangi pengambilan stok alami yang berlebihan (over
exploitation). Untuk mendapatkan hasil yang optimum perlu disertai penelitian dasar,
khususnya yang berkaitan dengan kelimpahan, kepadatan dan frekuensi kehadirannya.
Teripang salah satu biota laut yang direncanakan masuk ke dalam Appendix
II CITES (Convention on the International Trade in Endangered Species) karena
keadaan populasinya yang terus menurun setiap tahun di seluruh dunia, termasuk di
perairan Indonesia. Karena itu segala macam pengambilan dari alam dan
perdagangannya harus dibatasi berdasarkan kuota yang telah disetujui, padahal
sumberdaya teripang tersebut merupakan sumber devisa negara.

112

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

SUMBERDAYA TERIPANG (HOLOTHUROIDEA) DI PERAIRAN PULAU MOTI

Gambar 1. Satu keluarga nelayan teripang di Desa Takofi, Moti-Maluku Utara.


Figure 1. Holothurians fishermen family at Takofi village, Maluku Utara.

Gambar 2. Hasil dari pengolahan teripang campuran dari beberapa jenis di Desa Takofi.
Figure 2. Yield of mixed holothurians from some species at Takofi village.

113

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

EDDY YUSRON

Dalam rangka pembangunan Nasional jangka panjang sektor perikanan


memiliki peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, lowongan kerja,
perdagangan dan kesejahteraan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia, dimana dalam
pengelolaan yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang (Sustainable), tidak
hanya bagi generasi sekarang namun juga bagi generasi yang akan datang. Dengan
cara pengelolaan yang bertanggung jawab (Responsible Management) merupakan
salah satu kunci untuk menjawab tantangan pembangunan perikanan berkelanjutan
(Sustainable Fisheries Devolopment).
Tulisan ini merupakan salah satu hasil program inventarisasi biota laut dan
bertujuan untuk memberikan informasi kehadiran biota terutama dari kelompok
teripang di perairan Takofi, Pulau Moti Maluku-Utara, dengan harapan penelitian ini
dapat menjadi salah satu informasi awal bagi penelitian lanjutan dalam pengembangan
sumberdaya teripang yang mempunyai nilai ekonomis untuk tujuan budidaya teripang
di perairan tersebut.

BAHAN DAN METODE


Perairan Takofi terletak di Pulau Moti yang termasuk dalam wilayah
Kecamatan Moti, Maluku Utara yang berhadapan dengan Pulau Makian yang
terletak pada koordinat 00 27 28" LU dan 1270 20 10" BT, dimana wilayah Kecamatan
Moti ini terdiri dari 7 Desa, sedangkan Desa Takofi ini mempunyai luas daratan 6000
m2 dengan jumlah penduduk 740 jiwa yang terdiri dari 147 kk dan sebagian besar
masyarakat mempunyai pekerjaan sebagai nelayan.
Penelitian dilakukan pada 2 stasiun diwilayah pesisir desa Takofi yang
termasuk dalam wilayah pulau Moti, Maluku-Utara (Gambar 3). Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September dan Oktober 2005. Pengambilan contoh dan
pengamatan mikrohabitat teripang dilakukan dengan cara snorkling pada kedalaman
1 m 5 m pada waktu air menjelang pasang. Pada setiap stasiun penelitian ditarik 3
garis transek ke arah laut sepanjang 100 meter dengan menggunakan transek kwadrat
yang berukuran 1 m x 1m, jarak antara dua garis transek adalah 20 meter. Teripang
yang terliput dalam kwadrat transek dihitung jumlah individunya.
Identifikasi jenis teripang dilakukan dengan bantuan kepustakaan ROWE
(1969), ROWE & DOTY (1977), CLARK & ROWE (1974), COLIN &
ARNESON (1995), GOSLINER et al. (1996) dan ALEN & STEENE (1999).
Analisa data yang dilakukan adalah perhitungan frekuensi kehadiran dan kepadatan
dengan berdasar cara yang diuraikan oleh MISRA (1968).

114

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

SUMBERDAYA TERIPANG (HOLOTHUROIDEA) DI PERAIRAN PULAU Msumber:www.oseanografi.lipi.go.id


OTI

Frekuensi Kehadiran =

Kepadatan =

Jumlah titik transek dimana jenis a terdapat


x 100%
Jumlah seluruh titik transek

Total individu setiap jenis


Jumlah petakan seluruh pengamatan

Gambar 3. Lokasi Stasiun penelitian teripang di Perairan Pulau Moti, Maluku-Utara.


Figure 3. Position Station research of Moti Island waters, Maluku Utara.

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

115

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

EDDY YUSRON

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keadaan umum daerah penelitian
Perairan pada 2 stasiun mempunyai tipe habitat yang sama. Dari arah pantai
menuju tubir terdiri dari zonasi pasir, tumbuhan lamun, rumput laut dan terakhir adalah
terumbu karang. Perairan pantai di 2 stasiun masih dalam kondisi asri. Seluruh stasiun
pengamatan merupakan perairan pantai yang jernih, landai dan bersubstrat pasir yang
banyak ditumbuhi lamun dari jenis Thallasia hemprichii, Cymodocea rotundata,
Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, Halodule
pinifolia, Halodule uninervis dan Enhalus acroides dan juga rumput laut dari
jenis Gracilaria sp, Euchema spinosum, dan Sargassum sp, ke tiga rumput laut ini
tumbuh subur terutama pada jarak 50 200 m dari garis pantai, yang berbatasan
dengan daerah terumbu karang. Karang tumbuh tak merata dan banyak karang yang
rusak akibat bom dan racun potasium dan kehadirannya sampai kedalaman 10 meter,
setelah kedalaman 10 meter sudah tidak didapatkan koloni karang.

Frekuensi kehadiran dan kepadatan


Dari hasil identifikasi contoh sampel teripang didapatkan 8 jenis teripang yang
dapat digolongkan dalam 2 suku (Tabel 1). Ke delapan teripang yang didapatkan
tergolong dalam ordo Aspidochirotida. Menurut BAKUS (1973) ordo Aspidochirotida
merupakan karakteristik yang hidup di perairan tropis yang jernih. HYMAN (1955)
mengemukakan bahwa daerah Indo-Pasifik bagian barat merupakan daerah yang
kaya akan jenis teripang Holothuria, Stichopus dan Actinopyga. Hasil penelitian
TAMANAMPO dkk (1989) di perairan terumbu karang Pulau Bunaken, Sulawesi
Utara mendapatkan 10 jenis, RUMAHRUPETE et al. (1990) di perairan Tanimbar,
Maluku Tenggara mendapatkan 12 jenis, YUSRON (1997) di perairan Kai Kecil,
Maluku Tenggara menemukan 12 jenis teripang, YUSRON (2001) di perairan pantai
Morella, Ambon menemukan 10 jenis teripang, YUSRON (2003a) di perairan Teluk
Kotania Seram Barat, Maluku Tengah menemukan 12 Jenis teripang dan YUSRON
(2003b) di perairan Teluk Saleh, Sumbawa-Nusa Tenggara Barat menemukan 11
jenis teripang yang mempunyai nilai ekonomi penting.
Hasil analisis data menunjukkan terlihat bahwa frekuensi kehadiran dan
kepadatan mempunyai nilai cukup bervariasi (Tabel 1). Frekuensi kehadiran tertinggi
didapatkan pada jenis Holothuria scabra (38,86 %), H. atra (36,32 %), H. edulis
(18,16 %) dan Bohadschia marmorata (14,48 %) pada Stasiun I, dan pada Stasiun

116

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

SUMBERDAYA TERIPANG (HOLOTHUROIDEA) DI PERAIRAN PULAU MOTI

II didapatkan kehadiran tertinggi pada jenis Holothuria scabra (36,24 %), H. atra
(34,16 %), Bohadschia marmorata (16,14 %) dan Holothuria leucospilota (12,62
%), sedangkan jenis lainnya dibawah 12 %. Jenis tersebut di atas memiliki sebaran
yang lebih luas dari pada jenis lainnya. Karena jenis-jenis tersebut selalu ditemukan
di dasar perairan berpasir, komunitas lamun, rumput laut dan terumbu karang. Hasil
penelitian RAJAB & YUSRON (1994) di perairan pantai Sulawesi Utara
mendapatkan frekuensi kehadiran tertinggi pada jenis Holothuria scabra (60 %),
disusul oleh H. edulis dan H. leucospilota masing-masing 53,7 %, H. atra (33,3
%), H. verucosa (26,7 %), Bochadchia argus (26,7 %), Stichopus horens (26,7
%) dan H. hilla, B. similis, serta B. marmorata masing-masing (20,0 %), sedangkan
frekuensi kehadiran jenis lainnya berada dibawah 20 %, sedangkan hasil penelitian
YUSRON (2001) di perairan pantai Morella, Ambon mendapatkan frekuensi
kehadiran tertinggi pada jenis Holothuria scabra (59,27 %), diikuti oleh jenis H.
atra (42,23 %), H. similis (36,61 %), Bochadchia argus (33,61 %) dan B.
marmorata (30,67 %), sedangkan jenis lainnya frekuensi kehadirannya dibawah 30
%. YUSRON (2003a) di perairan Teluk Kotania, Seram Barat Maluku Tengah
mendapatkan frekuensi kehadiran tertinggi pada jenis Holothuria scabra (48,86
%), diikuti oleh jenis H. edulis (36,32 %), Bochadchia marmorata (30,72 %) dan
B. argus (24,48 %), jenis lainnya frekuensi kehadiran dibawah 20 %.
Kepadatan teripang yang tertinggi pada Stasiun I didapatkan dari jenis
Holothuria scabra (1,12 ind/m2) dan H. atra (1,02 ind/m2), untuk Stasiun II adalah
jenis Holothuria scabra (1,08 ind/m2) dan H. atra (1,06 ind/m2). Kepadatan yang
tertinggi dari jenis-jenis tersebut di atas dimungkinkan oleh kemampuan mereka
menempati berbagai habitat sehingga lebih banyak pula kesempatan berkembang.
Kepadatan yang rendah selain dimungkinkan oleh kurangnya kemampuan bersaing
dalam menempati habitat, juga disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan.
Sedangkan hasil penelitian TAMANAMPO et al. (1989) di perairan Pulau Bunaken,
Sulawesi Utara mencatat kepadatan teripang yang tertinggi dari jenis Stichopus
chloronotus (1,02 ind/m2), B. argus (0,97 ind/m2) dan H. atra (0,78 ind/m2). Hasil
penelitian YUSRON (1997) di perairan Kai Kecil, Maluku Tenggara mencatat
kepadatan teripang yang tertinggi dari jenis H. atra (1,03 ind/m2), B. marmorata
(0,97 ind/m2) dan H. edulis (0,81 ind/m2). YUSRON (2001) di perairan pantai
Morella, Ambon kepadatan teripang yang tertinggi dari jenis H. edulis (1,03 ind/m2),
H. atra (0,81 ind/m2), B. marmorata (0,71 ind/m2) dan H. scabra (0,69 ind/m2)
sedangkan jenis lainnya dibawah 0,50 % ind/m2. YUSRON (2003a) di perairan
Teluk Kotania, Seram Barat-Maluku Tengah kepadatan teripang yang tertinggi dari
jenis H. scabra (1,32 ind/m2), H. atra (1,24 ind/m2) dan B. argus (1,02 ind/m2)
sedangkan jenis lainnya dibawah 1,00 ind/m2.

117

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

EDDY YUSRON

Tabel 1. Komposisi jenis, frekuensi kehadiran dan kepadatan teripang pada 2 stasiun di
perairan Moti, Maluku-Utara.
Table 1. Species composition, occurence frequency and abudance seacucumber at
2 stations at Moti waters, Maluku Utara.
L OCATION
No

1
2
3
4
5
6
7
8

Family/Species

Holothuriidae
Actinopyga lecanora
Bochadschia argus
B. marmorata
Holothuria atra
H. edulis
H. leucospilota
H. scabra
Stichopodidae
S. chloronotus

Remark : Frek = Frekuensi;

Station I
Frek (%)
Kpdt
(Ind/m2)
10,42
0,14
14,48
0,38
20,72
0,42
36,32
1,02
18,16
0,23
10,34
0,18
38,86
1,12
4,46

0,10

Station II
Frek (%)
Kpdt
(Ind/m2)
10,54
0,16
12,18
0,32
16,14
0,36
34,16
1,06
14,34
0,22
12,62
0,20
36,24
1,08
4,48

0,10

Kpdt = Kepadatan

Pada Tabel 2. Terlihat umumnya teripang menyukai mikrohabitat karang ,


namun 7 jenis di antaranya menempati rumput laut, 4 jenis menempati pasir dan 3
jenis menempati mikrohabitat lamun. GUSATATO & VILLARI dalam HERYANTO
(1984) mengemukakan bahwa di daerah karang dan rumput laut cukup banyak
ditemukan teripang. Banyaknya teripang di mikrohabitat tersebut oleh karena kebutuhan
perlindungan dari sinar matahari. Menurut HYMAN (1955), teripang peka terhadap
sinar matahari, sehingga teripang lebih banyak yang bersifat phototaxis negatif. Jenisjenis B. marmorata dan H. atra yang terdapat di mikrohabitat pasir mempunyai
kemampuan menghindari cahaya sinar matahari. B. marmorata dan H. scabra mampu
membenamkan diri di pasir, sedangkan H. atra menempeli badannya dengan butiran
pasir halus. BAKUS (1973) mengemukakan bahwa pasir yang menempel pada tubuh
H. atra memantulkan cahaya dan membuat suhu tubuhnya lebih rendah. Sedangkan
hasil penelitian TAMANAMPO et al. (1989) mendapatkan 10 jenis teripang di
mikrohabitat karang, 5 jenis di mikrohabitat rumput laut yaitu jenis Holothuria atra,
H. nobilis, H. leucospilota, Bohadschia argus dan Stichopus chloronotus dan 2
jenis di mikrohabitat pasir yaitu jenis H. atra dan B. marmorata. YUSRON (2003b)
mendapatkan 11 jenis teripang di mikrohabitat karang, 4 jenis di mikrohabitat pasir
yaitu jenis Bohadschia marmorata, Holothuria atra, H. edulis dan Stichopus
horrens ; 5 jenis di mikrohabitat rumput laut yaitu jenis Bohadschia marmorata,
Holothuria atra, H. leucospilota, H. scabra dan Stichopus horrens dan 2 jenis di
mikrohabitat lamun yaitu jenis Holothuria nobilis dan Holothuria scabra.

118

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

SUMBERDAYA TERIPANG (HOLOTHUROIDEA) DI PERAIRAN PULAU MOTI

Tabel 2. Penyebaran teripang berdasarkan mikrohabitat di perairan Pulau Moti, MalukuUtara.


Table 2. Distribution of seacucumber base on microhabitats at Moti island waters, Maluku
Utara.

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Species
Actinopyga lecanora
Bochadschia argus
B. marmorata
Holothuria atra
H. edulis
H. leucospilota
H. sacbra
S. chloronotus

Sand

Algae

Seagrass

Coral

+
+
+
+
-

+
+
+
+
+

+
+
+

+
+
+
+
+
+
+
-

Remarks : (-) : Absent (+) : Present

KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pengamatan di dua stasiun ditemukan 8 jenis teripang
yang termasuk dalam 2 suku yaitu suku Holothuroiidae (7 jenis) dan Stichopodidae
(1 jenis). Bila dibandingkan dengan komposisi jenis teripang di perairan Teluk Kotania
Seram Barat, Maluku Tengah menemukan 12 jenis teripang, maka kekayaan jenis
teripang di perairan Pulau Moti, Maluku Utara relatif miskin. Meskipun demikian
jenis Holothuria atra dan H. scabra mempunyai nilai kehadiran dan kepadatan
cukup tinggi, di perairan Pulau Moti, Maluku Utara.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemda Tingkat I Maluku melalui
proyek bantuan penanggulangan bencana alam dan kerusuhan tahun 2005 yang telah
mendanai penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Prof. Dr.
Sri Juwana, Dr. Aznam Aziz dan Ir. Sulastri atas koreksi dan masukan dalam tulisan.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Drs. Ikhsan, Ir. Rajab, Sarjan
dan Akhmad dari Stasiun Penelitian Lapangan Ternate yang telah membantu penulis
selama penelitian di lapangan.

119

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

EDDY YUSRON

DAFTAR PUSTAKA
AZIZ, A. 1987. Beberapa catatan tentang perikanan teripang di Indonesia dan
Kawasan Indo-Pasifik Barat. Oseana, 12 (2) : 68 - 78.
AZIZ, A. 1995. Beberapa catatan tentang teripang bangsa Aspidochirotida. Oseana
20(4) : 11 - 23.
ALEN, G.R and R. STEENE 1999. Indo-Pacific coral reef field guide. Tropical
Reef Research. CSI, Australia : 378 pp.
BAKUS, G. J. 1973. The Biology and Ecology of tropical holothurian, In : O.A.
JONES & ENOEAN (Eds.) Biology and Geology of Coral Reef. Vol 2,
Academic Press, New York : 325 - 357.
BIRKELAND, C. 1989. In : The influence of echinoderm on coral reef communities.
Echinoderms Studies M. JANGOUX & J.M. LAWRENCE, (eds), vol. 3.
A.A. Balkema, Rotterdam, Netherland : 79 pp.
CLARK, A. M and F. W. E, ROWE 1971. Monograph of shallow-water Indo
West Pasific Echinoderms. Trustees of the British Museum (Natural History).
London : 171 - 210.
COLIN, P.L. and C. ARNESON 1985. Tropical pacific invertebrates. The Coral
Reef Research Foundation. C.A, USA : 296 pp.
CONAND, C and N. A. SLOAN 1989. World fisheries for echinoderm. In : J.F.
COODY (ed.). Marine Invertebrata. Fisheries, Their Assesmant and
Management. JOHN WILEY and SONS. Inc : 647 - 663.
EYS, E.V. 1986. The International market for sea cucumber. Infofish, marketing
digest (86): 41- 44.
GOSLINER, T.M; D.W. BEHRENS and G.C. WILLIAMS. 1996. Coral reef
Animanls of the Indo-Pacific. Sea Challengers, CA, California. 314 pp.
HERYANTO, 1984. Suatu studi tentang kepadatan dan penyebaran berbagai jenis
teripang (Echinodermata = Holothuroidea) di pesisir gugus Pulau Pari Teluk
Jakarta. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan IPB. Bogor : 70 hal.
HYMAN, L. H. 1955. The Invertebrata Echinodermata VII. Class Holothuroidea,
the coelomate vol IV. Mac Graw-Hill Book. Company, New York :
212 - 224.

120

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

SUMBERDAYA TERIPANG (HOLOTHUROIDEA) DI PERAIRAN PULAU MOTI

MISRA, R.1968.Ecological workbook. Oxford & IBM. Publs. Co. New. Delhi :
224 pp.
RAJAB, A.W dan E. YUSRON, 1994. Pengamatan teripang (Holothuroidea) di
perairan pantai Sulawesi Utara. Dalam: S. WOUTHUYZEN et al. (eds.)
Perairan Maluku dan Sekitarnya. Baltbang SDL, P3O-LIPI, Ambon 6 :
41- 46.
ROWE, F.W.E. 1969. A Review of familyHolothuroidae (Holothuroidae =
Aspidochirotida). Bull.Br. Mus. Nat. His. Zool. London : 117-170.
ROWE, F. W. E. and J. E. DOTY. 1977. The Shallow - water Holothurian of
Guam. Micronesica 13 (2) : 217 - 250.
RUMAHRUPETE, B; A. CHOLIQ dan J. LETELAY. 1990. Kerapatan dan
kelimpahan teripang (Holothuria spp.) di pantai Pulau Yamdena, Kecamatan
Tanimbar Selatan. Jur. Penel.Perik. Laut. 55 : 41- 48.
SLOAN, N. A. 1985. Echinoderms fisheries of the world: A. review. In : KEEGAN,
B and B.O. CONNOR (eds.) Echinodermata. Balkema : 109 -124.
TAMANAMPO, F.W.S; M. RONDO dan M.S. SALAKI. 1989. Potensi dan
komunitas teripang (Holothuroidea) di rataan terumbu karang Pulau Bunaken,
Sulawesi Utara. Jur. Fak. Per. Unsrat. 1. (1): 25 - 32.
YUSRON, E. 1997. Struktur komunitas teripang (Holothuroidea) di rataan terumbu
karang Kepulauan Kai Kecil, Maluku Tenggara. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Terumbu Karang. Jakarta 10 12 Oktober 1995.
: 132 -136.
YUSRON, E. 2001. Struktur komunitas teripang (Holothuroidea) di rataan terumbu
karang Perairan Pantai Morella, Ambon. Dalam: W.S. ATMADJA et al.
(eds.) Pesisir dan Pantai Indonesia VI. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanolgi LIPI. Jakarta : 227-233.
YUSRON, E. 2003a . Sumberdaya teripang (Holothuroidea) di Perairan Teluk
Kotania, Seram Barat Maluku Tengah. Dalam: RUYITNO, PRAMUDJI
dan I. SUPANGAT (eds.) Pesisir dan Pantai Indonesia VIII. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanolgi LIPI. Jakarta : 129-133.
YUSRON, E. 2003b. Sumberdaya teripang (Holothuroidea) di Perairan Teluk SalehSumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dalam: Prosiding Seminar Riptek
Kelautan Nasional. Jakarta, 30 31 Juli 2003. BPPT : 48 - 51.

121

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

Anda mungkin juga menyukai