PENDAHULUAN
menambah
pengetahuan
terhadap
penyakit
ini
serta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konjungtiva
2.1.1. Anatomi
Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan
dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus.
Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks
superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva
bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan
melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.
2.2. Konjungtivitis
2.2.1. Definisi
Karena
lokasinya,
konjungtiva
terpajan
oleh
banyak
Bakteri
adalah
inflamasi
konjungtiva
yang
adalah
sistem
imun
yang
berasal
dari
perdarahan
kadang
kadang
diberikan
sebelum
pemeriksaan
neosporin, basutrasin,
jenis
konjungtivitis
ataupun
mikroorganisme
penyebabnya
10
D. Gejala Klinis
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan
etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh
adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata
berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai
infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan
bertahan selama lebih dari 2 bulan (Vaughan & Asbury, 2010). Pada
konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran
pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan
demam.
Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi
unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai
keratitis herpes.
Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh
enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia,
sensasi benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan
perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis.
E. Diagnosis
Diagnosis
pada
konjungtivitis
virus
bervariasi
tergantung
11
Komplikasi
lainnya
bisa
berupa
timbulnya
pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan
keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit.
G. Penatalaksanaan
Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau
pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak
diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan
untuk mencegah terkenanya kornea (Scott, 2010). Pasien konjungtivitis
juga diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi.
2.2.2.3. Konjungtivitis Alergi
A. Definisi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing
sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang
diperantarai
oleh
sistem
imun
(Cuvillo
et
al,
2009).
Reaksi
12
C. Gejala Klinis
Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuhtumbuhan keluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan
konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan
keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan
kotoran mata yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak
papila halus di konjungtiva tarsalis inferior.
Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia
merupakan keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik.
Ditemukan jupa tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak
putih susu. Pada kasus yang berat ketajaman penglihatan menurun,
sedangkanpada konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala yang
mirip konjungtivitis vernal.
13
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada
kornea dan infeksi sekunder.
F. Penatalaksanaan
Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktorantihistamin topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan
steroid topikal jangka pendek untuk meredakan gejala lainnya.
2.2.2.4. Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida
albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai
dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan
pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp,
penyakit
ini
juga
dapat
disebabkan
oleh
Sporothrix
schenckii,
14
BAB III
15
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas
Nama
: Tn.N
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 20 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Tukang Bangunan
Status
: Sudah Menikah
Suku
: Minang
Alamat
: Bukittinggi
Tanggal masuk
: 26 Juli 2016
3.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Seorang pasien dating ke poliklinik Mata RSUD DR.Achmad Mochtar
Bukittinggi, Selasa 26 Juli 2016 pukul 11.30 WIB, dengan keluhan mata
sebelah kanan dan kiri merah sejak 4 hari yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kedua mata merah sejak 4 hari yang lalu SMRS, pasien
menyatakan awalnya mata kiri terlebih dahulu yang merah
kemudian terasa seperti ada pasir, pasien mengucek-ngucek mata
dan tanpa sadar pasien pegang mata sebelah kanan sehingga mata
16
e. Riwayat Pengobatan
Tidak ada
f. Riwayat Kebisaan dan Sosial Ekonomi
Pasien seorang mahasiswa, pola kebersihan pasien kurang yaitu pasien
tidak membiasakan mencuci tangan setelah beraktivitas
3.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis Cooperative
Vital Sign
Oculo Sinistra
6/6
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
- Madarosis
- Trikiasis
- Krusta/skuama
- Distikhiasis
Palpebra Superior
- Pseudoptosis
Visus
PH
Refleks Fundus
Silia/supersilia
17
- Edema
- Epikanthus
- Hordeolum
- Kalazion
- Abses
- Tumor
- Xanthelasma
- Blefarokalasis
- Enteropion
- Ekteropion
Palpebra Inferior
- Hordeolum
- Kalazion
- Abses
- Tumor
- Edema
- Blefaritis
- Enteropion
- Ekteropion
- Meibomitis
Aparatus Lakrimal
- Hiperlakrimasi
- Obstruksi
- Dakriosistitis
- Dakristenosis
Konjungtiva Tarsalis
- Folikel
- Papil
- Lithiasis
- Hiperemis
- Sikatrik
- Membran
- Pseudomembran
18
Konjungtiva Bulbi
- Injeksi konjungtiva
- Injeksi siliar
- Pinguekula
- Pterigium
- Kemosis
- Perdarahan subkonjungtiva
Sklera
- Warna
Kornea
Hiperemis
Hiperemis
- Infiltrat
- Sikatrik
- Ulkus
- Edema
- Neovaskular
- Arkus kornea
COA
Dalam
Dalam
- Flare
- Hipopion
- Hifema
- Pigmen
Iris
- Warna
Coklat
Coklat
- Rugae
- Atropi iris
- Coloboma
- Sinekia
Pupil
- Bentuk
3mm
Bening
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Bebas ke segala arah
3mm
Bening
Tidak dilakukan
Tidak dilkukan
Bebas ke segala arah
- Dalam
Lensa
Funduskopi
Tekanan bulbus okuli
Gerakan bulbus okuli
19
Orthophoria
Orthophoria
3.8. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
2. Farmakologi
RESEP
RSUD DR.Achmad Mochtar Bukittinggi
Poliklinik MATA
dr. YF
SIP : 19/07/2015
Telp. (0752) 53631
Bukittinggi, 26 Juli 2016
R/ Polymyxin-trimethropin Fls No.I
S.6.d.d gtt I ODS
20
Pro
:
Umur :
Alamat :
Tn. N
20 tahun
bukittinggi
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut
maupun kronis . Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi,
viral toksik berkaitan dengan penyakit sistemik . Gambaran klinis yang
terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi ( injeksi
konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari,
pseudoptosis akibat kelopak mata membengkak, kemosis, hipertrofi papil,
folikel, membrn, pseudomembran, granulasi , flikten, mata merasa seperti
benda asing, dan adenopati preaurikular.
Pasien laki-laki usia 20 tahun dating kepoliklinik mata dengan
keluhan mata merah di kedua mata yang dirasakan sejak 4 hari yang lalu,
dimana mata merah dirasakan pada mata sebelah kiri kemudian dirasakan
pula pada mata sebelah kanan dikarenakan pasien sering mengucek-ngucek
mata tanpa sadar. Pasien juga susah membuka mata dikarenakan secret yang
banyak terutama pada pagi hari, pasien tidak mengeluhkan mata gatal dan
21
pemeriksaan
gimsa.
Penatalaksanaan
meliputi
farmakologi,
22