PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Laut merupakan air yang terdapat dibumi, memiliki wilayah yang sangat luas,
hampir total jumlah luas wilayah bumi merupaka lautan. Luasnya wilayah lautan
ini, dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk melakukan praktikum untuk
memperoleh informasi tentang fenomena yang terjadi di lautan. Perbandingan luas
daratan dan perairan di bumi adalah 1 : 3.
Praktikum yang dilakukan ini berhubungan dengan ilmu yang mempelajari
tentang lautan, ilmu tersebut adalah hidroosenagrafi. Ilmu ini mempelajari tentang
hubungan sifat-sifat fisika yang terjadi dalam lautan sendiri dan yang terjadi antara
lautan dengan atmosfer dan daratan. Tempat yang dipilih untuk praktikum
hidrooseanografi adalah daerah Sedau. Karena Sedau merupakan salah satu daerah di
Singkawang yang kawasan pantainya memiliki potensi besar untuk dapat
dikembangkan. Kawasan pantai ini mempunyai daratan yang berbukit, hamparan
pasir di pesisirnya dan perairan pantai yang tenang. Setelah ditinjau kawasan daerah
Sedau ini terutama perairannya, cukup baik untuk mengamati pergerakan yang terjadi
di lautan / perairan pantai tersebut.
Praktikum ini dilakukan untuk mengkaji parameter hidrooseanografi di Pantai
Kura-Kura, Kabupaten Bengkayang, agar para praktikan tahu apa saja yang terjadi
adanya pengaruh interaksi antara parameter fisika ini air laut akan mengalami
pergerakan dinamis. Adapun parameter yang diukur pada praktikum ini adalah pasang
surut (pasut), gelombang, arus laut, angkutan sedimen dan batimetri.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang hendak dicapai pada praktikum hidrooseanografi adalah :
1.
Menentukan pola pasang surut (pasut) dan MSL (Mean Sea Level).
2.
3.
Menentukan tinggi gelombang signifikan, menentukan periode ratarata gelombang dan sudut datang gelombang.
4.
5.
1.3
Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah dengan melakukan praktikum ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pasang Surut
Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka air laut (sea level)
secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa,
terutama matahari dan bulan, terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa bulan
jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya jauh lebih dekat, maka
pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih lebih besar daripada pengaruh gaya
tarik matahari. Gaya tarik-menarik antara bulan dan matahari diperkirakan sebesar 46
% sedangkan 54% merupakan gaya tarik-menarik antara bumi dan bulan, maka
dengan demikian fenomena pasang surut di bumi lebih dominan dipengaruhi oleh
gaya tarik terhadap bulan (Riyadi, S., 2007).
Mengingat jarak antara bumi dan matahari lebih jauh daripada jarak antara
bumi dan bulan, maka posisi bulan terhadap bumi sangat mempengaruhi kondisi
pasang surut, sebagai contoh pada bulan purnama terjadi rata-rata pasang tertinggi
dibandingkan dengan saat pasang perbani. Fenomena ini memberikan karakteristik
pasang surut pada kawasan pesisir dan lautan, sehingga menyebabkan kondisi fisik
perairan yang berbeda-beda. Pasang tertinggi dan surut terendah dari kedudukan air
terjadi pada bulan purnama dan bulan baru, pasang yang ditimbulkannya disebut
pasang purnama. Hal ini disebabkan posisi bumi, bulan dan matahari berada pada
satu garis lurus, sedangkan pasang terendah dan surut terendah terjadi pada bulan
dan . Pada kondisi ini kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi saling tegak
lurus, sehingga gaya tarik diantaranya akan saling menghalangi dan peristiwa pasang
terhadap kondisi ini disebut pasang perbani (Riyadi, S., 2007).
Akibat adanya gaya pembangkit pasang akan terjadi dua tonjolan massa air
dimana satu bagian terdapat permukaan bumi yang letaknya paling dekat dengan
bulan dan tonjolan yang lain terdapat pada bagian yang letaknya paling jauh (sisi lain)
dari bulan. Tonjolan yang berada dekat dengan bulan ini terbentuk karena gaya
gravitasi bulan yang relatif kuat menarik massa air yang terdapat pada sisi bumi yang
langsung menghadap ke arah bulan. Sedangkan di sisi bumi lain terdapat juga adanya
tonjolan air karena gaya tarik gravitasi bulan pada sisi yang jauh dari bulan ini
berkekuatan jauh lebih lemah. Dua tonjolan massa air ini merupakan daerah-daerah
yang pada saat itu mengalami pasang tinggi. Seperti diketahui bahwa bumi berputar
pada porosnya, maka pasang tinggi yang terjadi juga bergerak bergantian secara
perlahan-lahan dari satu tempat ke tempat yang lain di permukaan bumi. Satu putaran
yang dialami bumi sehubungan dengan gerakan bulan memerlukan waktu selama 24
jam 50 menit dan karena itu terjadi pasang tinggi dan surut terendah dalam periode
ini (Riyadi, S., 2007).
Perbedaan antara puncak pasang tertinggi dengan air surut terendah disebut
dengan tunggang pasut. Besar kecilnya tunggang pasut tersebut selain dipengaruhi
oleh posisi bulan terhadap bumi juga dipengaruhi oleh faktor jarak antara bulan
dengan bumi da jarak antara bumi dan matahari dalam masing-masing lintasan orbit.
Misalnya bila bulan berada pada posisi Perigee yang berjarak 375.200 km dari bumi
dibandingkan dengan posisi Apogee yang berjarak 405.800 km dari bumi, maka
tunggang pasut tertinggi dicapai saat bulan pada posisi Perigee. Demikian pula bila
bumi berada pada posisi Perihelion (biasanya pada bulan Januari) yang berjarak
148.500.00 km dari matahari dibandingkan dengan posisi bumi berada pada
Aphelion (biasanya pada bulan Juli) yang berjarak 152.200.000 km dari matahari,
maka tunggang air tertinggi dicapai pada saat bumi berada di posisi Perihelion.
Pasang surut di suatu perairan yang diamati adalah merupakan penjumlahan dari
komponen-komponen pasut akibat gaya tarik bulan, matahari dan komponen yang
timbul akibat penjalaran pasut dilaut. Secara garis besarnya komponen-komponen
pasut utama dibagi 3 kelompok (Riyadi, S., 2007).:
1.
2.
3.
pereodik yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari.
Fenomena lain yang berhubungan dengan pasang surut adalah arus pasang surut,
yaitu gerak badan air menuju dan meninggalkan pantai saat air pasang dan surut.
Gelombang pasang surut (pasut) adalah gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik
menarik antara bumi dengan planet-planet lain terutama dengan bulan dan matahari.
Gelombang ini mempunyai periode sekitar 12,4 jam dan 24 jam. Gelombang pasut
juga mudah diprediksi dan diukur, baik besar dan waktu terjadinya. Sedangkan
gelombang tsunami dan gelombang badai tidak dapat diprediksi kapan terjadinya
(rojali, A., 2009).
Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat dibagi dalam dua
kategori yaitu: pasang purnama (pasang besar, spring tide) dan pasang perbani
(pasang kecil, neap tide). Pada setiap sekitar tanggal 1 dan 15 (saat bulan mati dan
bulan purnama) posisi bulan-bumi-matahari berada pada satu garis lurus (Gambar 1),
sehingga gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling memperkuat. Dalam
keadaan ini terjadi pasang purnama dimana tinggi pasang sangat besar dibanding
pada hari-hari yang lain.
gravitasi
bulan
tersebut
merupakan
pembangkit
utama
pasang
AK1 AO1
.....................................................................................(1.2)
AM 2 AS 2
dengan :
: pasut semidiurnal
d. 3,00 < F
: pasut diurnal.
Arus pasang surut merupakan gerak horisontal badan air menuju dan menjauhi pantai
seiring dengan naik dan turunnya muka air laut yang disebabkan oleh gaya-gaya
pembangkit pasang surut. Kecepatan arus pasang surut maksimum terjadi pada saat
antara air laut tinggi dan rendah. Dengan demikian periode kecepatan arus pasng
surut akan mengikuti periode pesang surut yang membangkitkannya. Pengamatan
pasang surut dilakukan untuk memperoleh tinggi muka air laut disuatu lokasi. Tinggi
rendahnya permukaan air laut saat pasang surut didaerah bisa di ukur dengan
menggunakan sebuah papan palm (tidak pole) yang di beri garis-garis setiap 1dm
(10cm) pengukuran dilakukan selama 24 jam terus menerus dan pencatatan tingginya
permukaan air laut dilakukan tiap jam. Perbedaan antara puncak pasang tertinggi
dengan air surut terendah disebut sebagai panjang air yang bisa mencapai dari
beberapa meter hingga puluhan metr, dalam skala global Mean Sea Level. Secara
teoritis dipengaruhi oleh faktor geoid, meteorologis, eustatik dan elemen-elemen
hidrografi. Aliran arus yang terjadi pada saat berlangsungnya proses pasang dan surut
disebut sebagai arus pasang dan arus surut (Rojali, A., 2009).
2.2
Arus
Arus merupakan pergerakan massa air laut yang diakibatkan oleh adanya
tiupan angin yang berhembus di atas permukaan air laut atau karena perbedaan
densitas dalam air laut, atau dapat juga disebabkan oleh gerakan gelombang yang
panjang atau disebabkan oleh pasang surut. Arus yang disebabkan oleh pasang surut
biasanya lebih banyak dapat diamati di perairan pantai terutama pada selat yang
sempit dengan kisaran pasang surut yang tinggi, sedangkan di laut yang terbuka, arah
dan kekuatan arus di permukaan laut sangat banyak ditentukan oleh angin. Arus-arus
dipermukaan laut utamanya disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya.
Namun setidaknya ada 3 faktor lain yang berpengaruh terhadap arus selain angin
yakni :
1.
2.
3.
Di sebagian besar perairan, faktor utama yang dapat menimbulkan arus yang relatif
kuat adalah angin dan pasang surut. Arus yang disebabkan oleh angin pada umumnya
bersifat musiman, dimana pada satu musim arus mengalir ke satu arah dengan tetap,
dan pada musim berikutnya akan berubah arah sesuai dengan perubahan arah angin
yang terjadi. Pasang surut juga dapat menimbulkan arus yang bersifat harian, sesuai
dengan kondisi pasang surut di perairan yang diamati. Pada saat pasang air, arus
pasang surut pada umumnya akan mengalir dari lautan lepas ke arah pantai, dan akan
mengalir kembali ke arah semula pada saat air surut (Taqwin, S., 2009),
2.1 Gelombang
Menurut Setiyono, H (1996), gelombang (ombak) adalah gerakan naik turun
sebuah tubuh perairan yang dinyatakan dengan naik turunnya permukaan air secara
bergantian. Gelombang selalu menimbulkan ayunan air yang bergerak tanpa hentihentinya pada lapisan permukaan air laut dan jarang dalam keadaan diam sama sekali.
Aktifitas gelombang air laut umumnya dibangkitkan oleh angin. Hembusan angin
sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan riak
gelombang. Sebaliknya, dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat
menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan kerusakan hebat
pada kapal-kapal atau daerah pantai (Taqwin, S., 2009).
10
b.
c.
d.
disebabkan oleh gelombang laut, arus laut dan pasang surut laut. Proses terjadinya
abrasi karena faktor alam disebabkan oleh angin yang bertiup di atas lautan yang
menimbulkan gelombang dan arus laut mempunyai kekuatan untuk mengikis daerah
pantai. Gelombang yang tiba di pantai dapat menggetarkan tanah atau batuan yang
lama kelamaan akan terlepas dari daratan. Abrasi terjadi ketika angin yang bergerak
di laut menimbulkan gelombang dan arus menuju pantai. Arus dan angin tersebut
lama kelamaan menggerus pinggir pantai. Gelombang di sepanjang pantai
menggetarkan tanah seperti gempa kecil. Kekuatan gelombang terbesar terjadi pada
waktu terjadi badai sehingga dapat mempercepat terjadinya proses abrasi. Contoh
abrasi karena faktor alam, misalnya adalah Pura Tanah Lot di pulau Bali yang terus
terkikis (Taqwin, S., 2009).
2.3
Angkutan Sedimen
Batuan sedimen memang sangat menarik untuk dibahas. Selain bentuknya
yang unik dan beragam serta jumlahnya yang melimpah di muka bumi (hampir 75%
kulit bumi terdiri atas batuan sedimen), proses-proses yang terjadi juga sangatlah
menarik untuk dibahas. Salah satu proses yang menarik adalah bagaimana sedimen
sebagai penyusun batuan sedimen dapat terangkut dan diendapkan menjadi batuan
sedimen. Sebelum mengetahui bagaimana sedimen terangkut dan terendapkan dalam
suatu cekungan mungkin ada baiknya kita dapat memahami prinsip apa saja yang bisa
kita temukan dalam batuan sedimen. Prinsip-prinsip tersebut sangatlah beragam
diantaranya prinsip uniformitarianism. Prinsip penting dari uniformitarianism adalah
11
proses-proses geologi yang terjadi sekarang juga terjadi di masa lampau. Prinsip ini
diajukan oleh Charles Lyell di tahun 1830. Dengan menggunakan prinsip tersebut
dalam mempelajari proses-proses geologi yang terjadi sekarang, kita bisa
memperkirakan beberapa hal seperti kecepatan sedimentasi, kecepatan kompaksi dari
sediment, dan juga bisa memperkirakan bagaimana bentuk geologi yang terjadi
dengan proses-proses geologi tertentu (anonim, 2007).
Lapisan horizontal yang ada di batuan sedimen disebut bedding. Bedding
terbentuk akibat pengendapan dari partikel-partikel yang terangkut oleh air atau
angin. Kata sedimen sebenanrya berasal dari bahas latin sedimentum yang artinya
endapan. Batas-batas lapisan yang ada di batuan sedimen adalah bidang lemah yang
ada pada batuan dimana batu bisa pecah dan fluida bisa mengalir. Selama susunan
lapisan belum berubah ataupun terbalik maka lapisan termuda berada di atas dan
lapisan tertua berada di bawah. Prinsip tersebut dikenal sebagai prinsip superposition.
Susunan lapisan tersebut adalah dasar dari skala waktu stratigrafi atau skala waktu
pengendapan. Pengamatan pertama atas fenomena ini dilakukan oleh Nicolaus Steno
di tahun 1669. Beliau mengajukan beberapa prinsip berkaitan dengan fenomena
tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip horizontality, superposition, dan original
continuity. Prinsip horizontality menjelaskan bahwa semula batuan sedimen
diendapkan dalam posisi horizontal. Pembentuk batuan sedimen adalah partikelpartikel atau sering disebut sedimen yang terbentuk akibat hancuran batuan yang
telah ada sebelumnya seperti batuan beku, batuan metamorf, dan juga batuan sedimen
sendiri. Berdasarkan ukuran partikel dari sedimen klastik, sedimen-sedimen dapat
dibedakan sebagai berikut: (anonim, 2007).
Tabel 1. Klasifikasi Berdasarkan ukuran partikel dari sedimen klastik
Nama Partikel
Ukuran
Boulder/Bongkah >256 mm
Cobble/Kerakal
64 - 256 mm
dan
Breksi
12
Pebble/Kerikil
Sand/Pasir
Silt/Lanau
2 - 64 mm
Gravel
1/16 - 2mm
Sand
1/256 - 1/16 Silt
mm
Clay/Lempung
<1/256 mm
Sumber : Munir, 2003
Clay
13
14
Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan
masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat
bersumber dari luar angkasa , aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat
yang terbawa angin. Material yang bersal dari luarangkasa merupakan sisasisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang bersal
dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanin, atau
berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang bersal dari
partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana
proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah sub
tropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya
sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber
yang lain.
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi
sedimen.Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi
sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat
tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun , sedimen
tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan.
15
Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersusfensi kembali oleh arus bawah sebelum
kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral
dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung
penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral (Triatmodjo,
B., 1999).
Berbagai sifat fisik sedimen ditelaah sesuai dengan tujuan dan kegunaannya.
Diantaranya adalah tekstur sedimen yang meliputi ukuran butir (grain size), bentuk
butir ( partikel shape), dan hubungan antar butir (fabrik), struktur sedimen, komposisi
mineral, serta kandungan biota. Dari berbagai sifat fisik tersebut ukuran butur
menjadi sangat penting karena umumnya menjadi dasar dalam penamaan sedimen
yang bersangkutan serta membantu analisa proses pengendapan karena ukuran butir
berhubungan erat dengan dinamika transfortasi dan deposisi. Berkaitan denga
sedimentasi mekanik ukuran butir akan mencerminkan resistensi butiran sedimen
terhadap proses pelapukan erosi/abrasi serta mencerminkan kemampuan dalam
menentukan transfortasi dan deposisi (Taringan, A.P.M., dkk., 2005)
Dengan melihat cara transfor sedimen dapat dilihat melalui :
A. Transfor Sedimen pada Pantai.
Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard (1992) menyatakan bahwa cara
transfortasi sedimen dalam aliran air dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut secara menggeser atau
menggelinding di dasar aliran.
2. Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-loncat bertumpu
pada dasar aliran.
3. Sedimen layang (suspended load) yaitu material yang terbawa arus dengan cara
melayang-layang dalam air.
B.
pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Komar :
16
1983). Transfor sedimen ini terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai
akibat sedimen yang dibawanya (Carter, 1993). Menurut Triatmojo (1999) transfor
sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu transfor sedimen
dalam bentuk mata gergaji di garis pantai dan transfor sedimen sepanjang pantai di
surf zone. Transfor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar
perairan seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai dan
sebagainya (Yuwono, 1994). Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan
terutama pada daerah pelabuhan sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam
perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Menurut Triatmojo (1999)
beberapa cara yang biasanya digunakan antara lain adalah :
1. Melakukan pengukuran debit sedimen pada setiap titik yang ditinjau, sehingga
secra berantai akan dapat diketahui transfor sedimen yang terjadi.
2. Menggunakan peta/ foto udara atau pengukuran yang menunjukan perubahan
elevasi dasar perairan dalam suatu periode tertentu. Cara ini akan memberikan
hasil yang baik jika di daerah pengukuran terdapat bangunan yang mampu
menangkap sedimen seperti training jetty, groin, dan sebagainya.
3. Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan sedimen pada
daerah yang di tinjau.
C.
17
air yang mengalir, angin dan es yang bergerak (gletser) (Taringan, A.P.M., dan Zein,
A.S., 2005).
Sediment tersebut akan berpindah dari asalnya ke tempat-tempat pengendapan
yang beragam. Di tempat tersebut sedimen diendapkan dalam berbagai macam
litofasies yang karakternya tergantung pada lingkungan pengendapannya. Setelah
pengendapan dan terjadinya timbunan sedimen, akumulasi sedimen itu mengalami
diagenesis. Proses-peroses fisika, kimia dan biologi mengakibatkan: (1) perubahan
dari sediment menjadi batuan sediment, (2) terjadinya modifikasi pada tekstur dan
mineralogi pada batuan. Diagenesis berlawanan dengan pelapukan karena proses
pelapukan merupakan perubahan dari batuan menjadi tanah. Arah reaksi keduanya
berlawanan. Pada pelapukan terjadi degradasi dan proses yang mengakibatkan batuan
menjadi lepas, terdiri dari mineral yang stabil pada permukaan bumi, sedangkan pada
diagenesis material sedimen berubah menjadi lebih padu (Taringan, A.P.M., dan Zein,
A.S., 2005).
Akibat dari terjadinya proses sedimentasi adalah timbulnya pendangkalan pada
sungai, danau, dan waduk. Selanjutnya, semua hasil pelapukan material yang
diendapkan melalui proses sedimentasi lama-kelamaan akan menjadi batuan sedimen.
1. Sedimentasi Oleh Air
Lumpur dan material lain hasil erosi yang diangkut oleh aliran air akan
diendapkan ke tempat yang lebih rendah. Tempat pengendapan itu adalah: dataran
rendah, waduk, situ, danau, muara sungai, tepi pantai dan dasar laut. Danau, waduk,
situ, dan rawa akan menjadi dangkal dan akhirnya punah bila terus menerus diendapi
lumpur hasil erosi. Endapan lumpur tersebut akan membentuk delta dan gosong
pasir.Delta merupakan daratan di muara sungai yang dibentuk oleh endapan sungai.
Sedangkan gosong pasir adalah gundukan pasir (dan tanah) di tepi pantai yang
menyembul di permukaan laut bila air laut sedang surut dan tenggelam kembali bila
laut sedang pasang. Bila lumpur dan material lain hasil erosi terbawa air sungai
hingga ke laut, maka gelombang laut akan mencampakkan kembali sebagian material
18
hasil erosi ke pantai. Ujudnya berupa tanggul pantai. Air tanah di tanggul pantai
umumnya berupa air tawar, walaupun di sekitarnya air tanahnya asin.
beberapa ujud (kenampakan), yaitu: Tanah loss. Debu yang dibawa oleh angin dari
gurun pasir akan mengendap disekitar gurun dan membentuk tanah loss. Tanah ini
sangat subur dan baik untuk pertanian, bila cukup air. Bukit-bukit pasir (Sand dunes),
yaitu gumuk pasir di tepi pantai hasil endapan angina (Triatmodjo, B., 1999)..
19
Batimetri
Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra.Teknik-
teknik awal batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel yang diturunkan dari
sisi kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu
pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik tersebut juga
menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan arus. Sekarang ini, peta batimetri ini
dapat divisualisasikan dalam tampilan 2 dimensi maupun 3 dimensi. Visualisasi
tersebut dapat dilakukan karena perkembangan teknologi yang semakin maju,
sehingga penggunaan komputer untuk melakukan kalkulasi dalam pemetaan mudah
dilakukan. Data batimetri dapat diperoleh dengan penggunaan teknik interpolasi
untuk pendugaan data kedalaman untuk daerah-daerah yang tidak terdeteksi
merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan. Teknik interpolasi yang sering
digunakan adalah teori Universal Kriging dan teori IRFK (Wikipedia, 2013).
Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran
dengan garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor kedalaman (depth
contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi
navigasi permukaan. Di daratan, garis kontur menghubungkan tempat-tempat
berketinggian sama, sedangkan kontur pada batimetri menghubungkan tempat-tempat
20
21
22
BAB III
METODOLOGI
3.1
Bengkayang. Kuliah lapang dilaksanakan selama tiga hari pada tanggal 05 Mei 2016
sampai 08 Mei 2016.
3.2
sedimen air laut, maka diperlukan alat dan bahan sebagai berikut :
1. Pasang surut
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Tiang pasut berfungsi untuk mengukur pasang surut (pasut)
b. Stopwatch berfungsi untuk mengukur waktu
2. Arus
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Layang-layang arus berfungsi untuk mengukur arus
b. Stopwatch berfungsi untuk mengukur waktu
c. Kompas Geologi berfungsi untuk menentukan arah
d. Alat tulis menulis berfungsi untuk mencatat hasil pengukuran
3. Gelombang
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Tiang skala berfungsi untuk mengukur gelombang
b. Stopwatch berfungsi untuk menghitung waktu
c. Kompas Geologi berfungsi untuk menentukan arah
23
2. Sedimen Trap
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. 3 buah kayu yang panjangnya 1 meter
b. Paku secukupnya
c. 12 buah kaleng susu
d. 12 buah plastik sampel
e. 3 buah botol plastik bekas
f. 3 buah Papan Triplek berukuran
g. 1 buah spidol hitam permanen
h. Kawat secukupnya
i. Tali secukupnya
j. Timbangan Digital
3. Sedimen Grab
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Sampel Splitting
b. Plastik Sampel
c. Ayakan bertingkat
d. Timbangan
e. Corong
f. Karton
g. Kalkulator
h. Kertas Semilog
i. Kertas Milimeter Blok
j. Alat Tulis
k. Mikroskop Binokuler
4. Batimetri
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Papan untuk menulis
b. Pulpen
24
c. Kertas
d. Plastik Sampel
e. Spidol Hitam Permanen
f. Handphone berkamera
g. Echo Sounder
h. Monitor
i. GPS dan Tabel
j. Grab Sampler
k. Tali
l. Tas
m. Stopwatch
n. Current Drogue
3.3
METODE PENGUKURAN
3.3.1
25
26
1.
Mechanical Disaggregation
2.
Sample Splitting
3.
Pengayakan
4.
5.
3.3.6
1.
2.
3.
Setelah
persiapan
keberangkatan
selesai
maka
pengambilan
sampel
dilaksanakan.
4.
Kapal akan berhenti di tiap-tiap titik stasiun, kemudian grab sampler akan
diturunkan.
5.
Setelah grab sampler telah sampai di dasar perairan, tali grab ditegangkan
dengan cara menarik tali sampai tegak lurus dengan posisi grab sampler yang
ada di dasar perairan.
6.
7.
8.
27
9.
Pencatatan jam, kedalaman, suhu dan arus pada saat 0,2 H, 0,6 H dan 0,8 H
yang tampak pada layar monitor dan echo sounder
s
.................................................................................................................(3.3)
t
28
3.4.3. Gelombang
Pengukuran dilakukan dilakukan selama 2 hari di Pantai Kura-Kura, dengan
interval 2 jam sekali pengukuran. Mulai pengukuran pada pukul 06.00 WIB pada hari
pertama dan akhir pengukuran pada pukul 12.00 WIB pada hari kedua. Data yang
diambil sebanyak 51 data untuk setiap pengukuran. Dari hasil pengukuran didapatkan
tinggi gelombang (H) dan waktunya (t). Adapun persamaan tinggi gelombang
adalah :
Tinggi gelombang = puncak gelombang lembah gelombang....................(3.4)
Dari data gelombang akan didapatkan tinggi signifikan gelombang (Hs).
Tinggi gelombang signifikan yang digunakan dalam analisis data adalah tinggi
gelombang signifikan dari 17 data tertinggi data hasil pengukuran.
Hs
Periode gelombang rata-rata diperoleh dari hasil waktu terakhir yang didapat selama
pengukuran hingga 51 data.
3.4.4. Sedimen Trap
Dengan melihat analisis angkutan sedimen kita dapat mengetahui perubahan
garis pantai. Berdasarkan analisis angkutan sedimen susur pantai dapat diketahui
bahwa setiap stasiun mengalami abrasi dan mengalami akresi.
3.4.5. Sedimen Grab
Dengan melihat analisis sedimen yang diambil kita dapat mengetahui jenis
dan bentuk geologi laut pantai. Berdasarkan analisis sedimen susur pantai dapat
diketahui bahwa setiap stasiun mempunyai jenis geologi laut yang berbeda.
29
3.4.6. Batimeri
Dengan menganalisis data batimetri yang diambil dapat diketahui berapa
kedalaman laut yang diukur menggunakan alat echo sounder dan mengetahui tinggi
atau rendahnya dasar laut.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pasang Surut
Pengambilan data pasut dilakukan untuk memperoleh data tinggi muka air laut
di pantai Kura-kura Beach di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan Kabupaten
Bengkayang . Hasil pengukuran pada hari pertama diperoleh pasang tertinggi sebesar
169,3 cm dan surut terendah sebesar 72,83 cm. Kemudian hasil pengukuran pada hari
kedua diperoleh pasang tertinggi sebesar 174,67 dan surut terendah sebesar 46,33 cm.
Berdasarkan hasil pengamatan keseluruhan dari pengukuran diperoleh pasang
tertinggi sebesar 188,67 cm dan surut terendah sebesar 46,33 cm sehingga didapat
nilai MSL sebesar 117,5 cm.
31
Dari gambar (6) dapat dilihat bahwa tipe pasut Pantai Kura-Kura, Kabupaten
Bengkayang termasuk tipe semi diurnal karena dalam satu hari terjadi dau kali
pasang dan dua kali surut. Tetapi hal ini tidak bisa di jadikan sebagai patokan karena
pengamatan hanya dilakukan selama 3 hari, karena seharusnya pengamatan dilakukan
minimal selama lima belas hari.
4.2 Arus
Arus laut permukaan pergerakan air secara horizontal yang disebabkan oleh
pengaruh angin, gelombang dan pasang surut. Dari hasil pengukuran dapat dibuat
histogram seperti gambar (7). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kecepatan
arus berkisar antara 0.019 0.13 m/s. Kecepatan arus maksimum yang terjadi pada
pukul 18.00 WIB hari ketiga tanggal 07 Mei 2016 yakni 0.13 m/s dengan arah arus
cenderung ke arah Timur Laut (Arah 30), dan kecepatan arus minimum yang terjadi
pada pukul 16.00 WIB hari ketiga tanggal 07 Mei 2016 sebesar 0.019 m/s dengan
arah cenderung ke arah Timur (Arah 190).
32
Keterangan :
ARAH ARUS
UTARA
TIMUR LAUT
TIMUR
TENGGARA
SELATAN
BARAT DAYA
BARAT
BARAT LAUT
WARNA
RENTANG
NILAI
337.522.5
22.5-67.5
67.5112.5
112.5157.5
157.5202.5
202.5247.5
247.5292.5
292.5337.5
kecepatan arus sebesar 0,04 m/s dengan elevasi sebesar 46,33 cm dan arahnya
cenderung ke arah Timur Laut (Arah 35). Pengukuran ini belum bisa dijadikan
patokan karena data pengukuran pada dasarnya harus diambil minimal 15 hari.
4.3 Gelombang
Dari data gelombang yang didapatkan maka akan terlihat tinggi dan rendahnya
gelombang pada saat jam tertentu di pantai kura-kura. Hal ini terjadi karena pengaruh
angin yang berada di pantai kura-kura. Pada tanggal 26 Mei 2016 diperoleh periode
rata-rata terendahnya sebesar 0 sekon (pukul 14.00), periode rata-rata tertingginya
sebesar 6,58 sekon (pukul 10.00), tinggi signifikan terendahnya sebesar 8,94 cm
(pukul 12.00) dan tinggi signifikan tertingginy sebesar 22,47 cm (pukul 16.00). Pada
tanggal 27 Mei 2016 diperoleh periode rata-rata terendahnya sebesar 2,47 sekon
(pukul 10.00), periode rata-rata tertingginya sebesar 9,96 sekon (pukul 14.00), tinggi
33
gelombang periode tertinggi terjadi pada tanggal 7 Mei 2016, pukul 14.00 WIB
selama 9,96 sekon sedangkan yang terendah terjadi pada tanggal 6 Mei 2016, pukul
10.00 WIB selama 0 sekon.
Adapun periode terendah dihasilkan 0 sekon dikarenakan terjadi kesalahan
pengolahan data atau pengambilan datanya. Dan dapat dilihat pula tinggi signifikan
tanggal 26 dan 27 Mei 2016 terjadi pada waktu yang sama. Tinggi dan periode sangat
bervariasi karena disebabkan faktor angina yang ada ditempat pengambilan data. Data
34
yang diambil belum dapat dijadikan patokan karena minimal pengambilan data
gelombang dilakukan selama 15 hari.
4.4 Sedimen Trap
Analisis angkutan sedimen ini digunakan untuk menentukan terjadinya
perubahan garis pantai. Hal ini terjadi karena pengaruh ombak baik yang menuju
pantai atau ke lepas pantai. Dari stasiun yang dipasang pada pengambilan diperoleh
histogram seperti dibawah ini..
35
36
Stasiun 7
37
38
39
40
41
42
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari hasil pengukuran di
43
6.
Batimetri
Berdasarkan data yang telah didapat terhadap pengukuran batimetri,
kedalaman yang diperoleh antara 0,91 4,25 m di sekitar bibir pantai.
5.2
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan data untuk arus, pasut, gelombang, batimetri dan angkutan
sedimen minimal dilakukan 15 hari.
2. Perangkat sedimen harus diangkat hati-hati agar sedimen yang tertampung
tidak keluar bersama air laut.
3. Untuk ke depannya agar lokasi praktikum dapat dipindahkan ke tempat
lain.
4. Ketelitian praktikan harus lebih diperhatikan dalam pengambilan data.
44
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, http://doddys.files.wordpress.com/2007/02/parallel.jpg.
Hutabarat dan Evans, 1984, Pengantar Oseanografi, UI Press, Jakarta
Nontji, 1987, Laut Nusantara, Penerbit Djambatan, Jakarta
Ongkosono, O.S.R dan Suyarso, 1989, Pasang Surut, LIPI-Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi, Jakarta
Riyadi, S., (2007), Studi Gelombang di Perairan Selatan Bali Menggunakan Model
SWAN, Tugas Akhir S1 di Jurusan Teknik Kelautan, ITS.
Rojali, A., (2009), Pemodelan penjalaran dan transformasi Gelombang Laut di
Perairan dengan Kemiringan Dasar Konstan, Tugas Akhir S1 di Jurusan
Osenografi, ITB.
Taqwin, S., (2009), Pemodelan penjalaran dan transformasi Gelombang Laut di
Perairan dengan Kemiringan Dasar Konstan , Tugas Akhir S1 di Jurusan
Osenografi, ITB.
Taringan, A.P.M., dan Zein, A.S., (2005), Analisa Refraksi Gelombang Pada
Pantai, Jurnal Teknik SIMETRIKA, Vol. 4 No. 2, PP. 345-351.
Triatmodjo, B., (1999), Teknik Pantai, Yogyakarta, Beta Offset.
Setiyono, H., 1996, Kamus Oseanografi, Cetakan Pertama, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
Supangat, A., 1990, Pengantar Oseanografi, ITB, Bandung
45
LAMPIRAN
Hidrooseanografi
1.
Pasang Surut
Y
113.33
92.5
72.83
76.33
81
101.33
125.33
142.67
146.33
155.67
151.5
136.3
113.6
93.67
74
76.3
84.66671
105
130
154.34
170.67
174.67
169.3
158.3
137
111.5
86.17
70.67
68
75.33
100.5
46
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
121.67
133.33
146.67
154.33
142.67
130.67
107
84.67
78.33
73.67
88.33
118
152.833
174
183
188.67
178.67
172.16
46.33
88.22
86.67
MAX
MIN
MSL
188.67
46.33
117.5
2. Arus
Tabel 3. Data Arah dan Kecepatan Arus air Laut Pantai Kura-Kura
Pukul
Panjan
g Tali
Waktu
(s)
18.00
24.15
19.00
48.1
20.00
136
21.00
63
22.00
63
Kecepatan
(m/s)
0.082815
735
0.041580
042
0.014705
882
0.031746
032
0.031746
Arah
Elevasi (cm)
Elevasi
(m)
270
113.33
1.1333
240
92.5
0.925
240
72.83
0.7283
90
76.33
0.7633
240
81
0.81
47
23.00
67
24.00
21.09
1.00
28.07
2.00
35.76
3.00
46.01
4.00
40.26
5.00
77.31
6.00
183.03
7.00
266
8.00
42.61
9.00
56.86
10.00
318
11.00
158
12.00
45
13.00
1.2
480
14.00
1030
15.00
0.47
265
16.00
65
17.00
82
18.00
20
19.00
83.22
20.00
24.8
21.00
73.32
032
0.029850
746
0.094831
674
0.071250
445
0.055928
412
0.043468
811
0.049677
099
0.025869
875
0.010927
17
0.007518
797
0.046937
339
0.035174
112
0.006289
308
0.012658
228
0.044444
444
0.0025
0.001941
748
0.001773
585
0.030769
231
0.024390
244
0.1
0.024032
684
0.080645
161
0.027277
80
101.33
1.0133
95
125.33
1.2533
65
142.67
1.4267
60
146.33
1.4633
60
155.67
1.5567
80
151.5
1.515
80
136.3
1.363
30
113.6
1.136
100
93.67
0.9367
240
74
0.74
240
76.3
0.763
240
84.66671
0.84666
71
220
105
1.05
80
130
1.3
90
154.34
1.5434
100
170.67
1.7067
70
174.67
1.7467
240
169.3
1.693
270
158.3
1.583
210
137
1.37
260
111.5
1.115
230
86.17
0.8617
230
70.67
0.7067
48
22.00
331
23.00
470
24.00
582
1.00
600
2.00
69
3.00
210
4.00
48.87
5.00
379
6.00
15.88
7.00
600
8.00
176
9.00
132
10.00
102
11.00
60
12.00
84
13.00
36
14.00
40
15.00
112
16.00
32.85
17.00
27.31
18.00
15
19.00
45
687
0.006042
296
0.004255
319
0.003436
426
0.003333
333
0.028985
507
0.009523
81
0.040924
903
0.005277
045
0.125944
584
0.003333
333
0.005681
818
0.007575
758
0.019607
843
0.033333
333
0.023809
524
0.055555
556
0.05
0.017857
143
0.060882
801
0.073233
248
0.133333
333
0.044444
444
210
68
0.68
200
75.33
0.7533
150
100.5
1.005
140
121.67
1.2167
90
133.33
1.3333
50
146.67
1.4667
40
154.33
1.5433
60
142.67
1.4267
60
130.67
1.3067
330
107
1.07
270
84.67
0.8467
240
78.33
0.7833
190
73.67
0.7367
250
88.33
0.8833
70
118
1.18
60
152.833
1.52833
240
174
1.74
60
183
1.83
240
188.67
1.8867
210
178.67
1.7867
30
172.16
1.7216
35
46.33
0.4633
49
20.00
21
21.00
30.53
3.
0.095238
095
0.065509
335
250
88.22
0.8822
240
86.67
0.8667
Gelombang
L
111
111
112
110
111
111
111
111
111
110
109
112
111
111
111
110
109
112
112
112
111
110
H
6
2
3
6
6
6
5
2
6
3
8
5
4
4
5
6
7
4
1
3
4
5
50
23
114
24
117
25
115
26
115
27
116
28
116
29
114
30
116
31
116
32
115
33
116
34
117
35
113
36
116
37
115
38
117
39
114
40
116
41
116
42
116
43
117
44
115
45
116
46
115
47
116
48
115
49
115
50
116
51
116
Tinggi Signifikan : 13,52941176
113
109
110
109
112
112
110
112
111
110
110
112
112
111
111
112
112
112
111
109
111
111
111
112
110
112
112
111
112
1
8
5
6
4
4
4
4
5
5
6
5
1
5
4
5
2
4
5
7
6
4
5
3
6
3
3
5
4
Sedimentasi
B(-)
-27.8
T (+)
27.3
S(-)
-85
U(+)
44.8
51
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
0
0
0
-13.7
-54.1
-20.3
0
0
-21.6
-71.3
0
-28.6
0
-240.9
-77.1
-27.5
0
-332
-39.4
0
-33.6
-25.6
0
0
0
0
32.6
104.8
30.3
0
0
49.2
64
0
11.4
0
251.3
29.6
48.1
6.8
153.7
52.5
0
11
49.8
0
0
0
0
-36.8
-102.3
-28.9
0
-9.9
0
-177.6
0
-26.1
0
-271.9
-92.5
-29.8
-39.9
-154.4
-48.3
0
-28.1
-194.1
0
0
0
0
28.9
78.4
19.9
0
0.8
0
67
0
55.4
0
114.1
159.6
19.8
28.5
161
29.7
0
31.3
11.3
0
Mesh
Diameter
(mm)
10
30
18
34
60
1
0.5
0.25
250
0.05
10
30
18
34
1
0.5
Phi
4.9068
9
0
1
2
4.3219
28
4.9068
9
0
1
Berat
Tertampu
ng (gr)
% Berat
% Komulatif
2.3
0.92
0.92
7.7
4
4.6
3.08
1.6
1.84
4
5.6
7.44
0.9
0.36
7.8
1.3
13
13
2.9
1.5
29
15
42
57
52
12
60
0.25
2
4.3219
28
4.9068
9
3.9
39
96
250
0.05
2.1
21
117
10
30
6.6
22
22
18
7.6
34
0.5
6.7
60
0.25
5.6
250
0.05
10
30
18
47.9
34
0.5
4.2
60
0.25
250
0.05
4.3219
28
0.2
5.
4.3219
28
4.9068
9
25.33333
333
22.33333
333
18.66666
667
11.66666
667
3.5
0.688468
158
0.4
82.44406
196
7.228915
663
5.163511
188
0.344234
079
47.33333333
69.66666667
88.33333333
100
0.688468158
83.13253012
90.36144578
95.52495697
95.86919105
Batimetri
Jam
07.37
07.44
07.47
07.52
07.54
08.01
Posisi
49 N
02607070091540
49 N
02608170091370
49 N
02608560091297
49 N
02608530091290
49 N
02608710091352
49 N
02608010091449
Kedalaman
(m)
koreksi
tranduser
(cm)
0.66
0.91
0.52
0.77
3.25
3.1
3.35
3.5
3.75
3.25
53
08.09
08.13
08.17
10
08.24
11
08.31
12
08.40
13
08.44
14
08.52
15
08.58
16
09.03
17
13.27
18
13.31
19
13.58
20
14.09
21
14.17
22
14.23
23
14.28
24
14.33
25
14.44
26
14.49
27
14.54
28
14.58
29
15.00
49 N
02607410091596
49 N
02607950091509
49 N
02609150091362
49 N
02608900091350
49 N
02609680091415
49 N
02609010091495
49 N
02608930091497
49 N
02608940091619
49 N
02609670091517
49 N
02610100091415
49 N
02610490091323
49 N
02610480091327
49 N
02611410091477
49 N
02611070091557
49 N
02610380091658
49 N
02611280091738
49 N
02611960091658
49 N
02612490091588
49 N
02613390091652
49 N
02612990091721
49 N
02612660091770
49 N
02612890091796
49 N
3.5
3.75
2.9
3.15
3.5
3.75
3.4
3.65
3.4
3.65
3.5
3.75
3.25
4.25
3.2
3.45
3.3
3.55
3.25
0.54
0.79
4.25
4.25
4.1
4.35
4.25
3.3
3.55
3.7
3.95
3.7
3.95
3.9
4.15
3.8
4.05
3.6
3.85
2.7
2.95
54
30
15.04
31
15.07
32
15.16
33
15.22
34
15.27
35
15.32
36
15.37
37
15.41
38
15.50
02612870091789
49 N
02613590091712
49 N
02613860091670
49 N
02614610091734
49 N
02614220091780
49 N
02613840091849
49 N
02614080091892
49 N
02614700091836
49 N
02615180091781
49 N
02616950091887
2.8
3.05
3.5
3.75
4.25
3.8
4.05
3.7
3.95
3.1
3.35
3.5
3.75
3.5
3.75
3.7
3.95
55