DISUSUN OLEH
Christine Laurenza Sirait
102015112
PEMBIMBING
dr. Asnominanda, Sp.THT-KL
1|Page
LAPORAN KASUS
RUMAH SAKIT TNI AU Dr ESNAWAN ANTARIKSA
SMF TELINGA HIDUNG TENGGOROK
Jl. Merpati No 2, Halim Perdanakusuma Jakarta Timur 13610
Tanda Tangan
NIM
.............
: 112015112
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. WS
Umur
: 63 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: D3
berbau. Keluarnya cairan dari telinga kanan dirasakan sejak 2 bulan belakangan namun hilang
timbul. OS mengatakan merasa telinga kanan tersumbat karena adanya cairan
sehingga
pendengaran OS menurun. Selain itu OS juga mengeluh batuk dan pilek sejak 1 minggu yang
lalu, OS mengatakan batuknya tidak terlalu sering dalam sehari, batuknya berdahak kental dan
berwarna putih, sedangkan pileknya sepanjang hari tidak pada waktu tertentu, ingus yang keluar
tidak terlalu kental dan berwarna bening. OS mengatakan tidak nyeri dan gatal di telinga, telinga
tidak berdengung, tidak ada riwayat mengorek telinga, tidak ada pusing berputar dan tidak ada
nyeri menelan. OS mengaku sebelumnya sering mengalami keluhan yang sama, namun keluhan
tersebut hilang timbul.
Keluhan keluarnya cairan dari telinga terutama terjadi saat OS sedang pilek. OS
mengatakan duhulu sekitar 2 tahun yang lalu sakit telinga kiri dan 1 tahun yang lalu pernah
mengalami sakit telinga dengan gejala yang sama yaitu sakit pada telinga yang sangat dan
menyebabkan OS demam, OS sempat dibawa ke dokter dan diberi asam mefenamat dan
antibiotic setelah dari dokter beberapa hari telinga OS keluar cairan dan OS mengalami
perbaikan sehingga OS tidak memeriksakan ke dokter lagi. OS mengatakan dikeluarganya tidak
ada yang mengalami sakit seperti ini.
OS megeluh pendengaran menurun karena telinga tersumbat, tidak ada pusing berputar,
tidak ada bunyi berdengung ditelinga, tidak ada kelumpuhan pada wajah, tidak ada nyeri di
tulang belakang telinga dan tidak ada demam.
OS mengakatakan jika ia sudah minum obat yaitu Cefixime dan Ambroxol, keluhan
batuk membaik namun cairan telinga kanan tetap keluar.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):
OS ada riwayat infeksi saluran pernafasan akut dan riwayat otitis media akut
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tensi
: 110/80 mmHg
Pernafasan
: 20x/ menit
Suhu
: 36 0C
3|Page
Nadi
: 80x/menit
Berat Badan
: 76 kg
Tinggi Badan
: 165 cm
III.PEMERIKSAAN FISIK
a. Telinga
Bentuk daun telinga
Kelainan Kongenital
Tumor/ tanda peradangan
Pre aurikuler
Retroaurikuler
Nyeri tekan tragus
Penarikan daun telinga
Tes Fungsi Tuba
Valsava
Thoinbee
Liang Telinga
Membran Timpani
Kanan
Normotia
Tidak ditemukan
Kiri
Normotia
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
(-)
(-)
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
(-)
(-)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
CAE lapang, serumen (+),
Sekret (+), Hiperemis (+)
Perforasi Sentral
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
CAE lapang, serumen (+),
Sekret (+), Hiperemis (-)
Perforasi Central
4|Page
Bentuk
Tanda Peradangan
Vestibulum
: Simetris
: Tidak ditemukan tanda peradangan dari luar
: - Tampak bulu hidung bilateral +/+
- Hiperemis -/-, massa -/-, lapang +/+, polip -/- Hipertrofi -/- Mukosa basah kiri-kanan; krusta kuning
kehijauan -/-
c.
d. Tenggorok
Faring
Dinding faring: sedikit hiperemis, permukaan licin
Arkus faring : simetris kanan-kiri, sedikit hiperemis
5|Page
Tonsil
Uvula
Gigi geligi
Lain-lain
e. Leher
Kelenjar limfe submandibula : tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe servikal
: tidak ada pembesaran
f. Maksillo Fasial
Deformitas
- Tidak ditemukan deformitas os maxilla, os mandibula, dan os zygomaticum
- Hematoma (-)
IV. RESUME
Dari anamnesa didapatkan :
Seorang wanita Ny.S berusia 63 tahun datang ke poliklinik THT RS Pusat AU dengan keluhan
telinga kanan keluar cairan sejak 1 minggu yang lalu, OS mengatakan dulu telinga kiri pernah
keluar cairan juga namun sembuh sendiri. Cairan yang keluar dari telinga kanan sama dengan
telinga kiri dulu yaitu berupa cairan encer sedikit kental, berwarna putih dan tidak berbau.
Keluarnya cairan dari telinga kanan dirasakan sejak 2 bulan belakangan namun hilang timbul.
OS mengatakan merasa telinga kanan tersumbat karena adanya cairan sehingga pendengaran OS
menurun. Selain itu OS juga mengeluh batuk dan pilek sejak 1 minggu yang lalu, OS
mengatakan batuknya tidak terlalu sering dalam sehari, batuknya berdahak kental dan berwarna
putih, sedangkan pileknya sepanjang hari tidak pada waktu tertentu, ingus yang keluar tidak
6|Page
terlalu kental dan berwarna bening. OS mengatakan tidak ada nyeri dan gatal di telinga, telinga
tidak berdengung, tidak ada riwayat mengorek telinga, tidak ada pusing berputar dan tidak ada
nyeri menelan. Keluhan keluarnya cairan dari telinga terutama terjadi saat OS sedang pilek. OS
mengatakan duhulu sekitar 2 tahun yang lalu sakit telinga kiri dan 1 tahun yang lalu pernah
mengalami sakit telinga dengan gejala yang sama yaitu sakit pada telinga yang sangat dan
menyebabkan OS demam, OS sempat ke dokter dan diberi asam mefenamat dan antibiotic
setelah dari dokter beberapa hari telinga OS keluar cairan dan OS mengalami perbaikan.
.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
Telinga
1. Kelainan Congenital
2. Tumor Telinga pre/retroauriculer
3. Radang Telinga pre/retroauriculer
4. Nyeri tekan tragus
5. Penarikan daun telinga
6. Liang Telinga kanan/kiri
7. Membran Timpani kanan/kiri
8. Tes penala Rinne
9. Tes penala Weber
10. Tes penala Swabach
Hidung
Vestibulum
V. DIAGNOSIS BANDING
7|Page
DIAGNOSIS KERJA
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) benigna tipe aktif auricula dextra dan tipe inaktif
auricular sinistra
VII.
VIII. PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan OMSK tipe aman aktif adalah membersihkan liang telinga dan kavum
timpani (toilet telinga) dengan tujuan membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi
perkembangan mikroorganisme.
1. Toilet telinga dengan metode suction toilet kemudian lakukan pencucian telinga cairan
2.
3.
4.
5.
H2O2 3%
Ear toilet
Antibiotik
Kortikosteroid
Mukolitik
: H2O2 3% 3 x gtt 5 AD
: Cefixime 2x200mg
: Methylprednisolon 3 x4mg
: Ambroxol 3 x 30mg
a. Anjuran(Edukasi)
- Jaga kebersihan telinga
- Jangan mengorek telinga
- Jaga telinga agar tidak masuk air saat mandi atau beraktifitas, dilarang berenang
- Segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas.
- Sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk
mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
IX. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam
b. Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
8|Page
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Otitis media adalah suatu peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid atau sel-sel mastoid. Otitis media dibagi menjadi otitis media
supuratif dan otitis media nonsupuratif. Pada masing-masing klasifikasi, otitis media bisa dalam
bentuk akut maupun kronis. Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai otitis media supuratif
yang bersifat kronis atau disingkat sebagai OMSK, atau dalam bahasa awam disebut sebagai
9|Page
congek. Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan radang pada telinga tengah yang
ditandai dengan adanya perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah.
Sekret bisa keluar terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau pun kental.
OMSK ini juga dibagi menjadi 2, yaitu OMSK tipe tenang (tipe mukosa/tipe benigna) dan
OMSK tipe bahaya (tipe tulang/tipe maligna).
Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia ini antara 3,8% dan pasien OMSK
merupakan 25% dari jumlah kasus pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT di rumah sakit.
Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan yang kurang bersih, status kesehatan serta
gizi yang buruk merupakan faktor yang menjadi dasar meningkatnya prevalensi OMSK di negara
berkembang.
PEMBAHASAN
I. Otitis Media Supuratif Kronik
A. Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata
(OMP) atau disebut juga congek ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah selama lebih dari 2 bulan
secara terus-menerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa
nanah.1
OMSK ini berupa kelanjutan dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi
membran timpani yang terjadi lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang yang menyebabkan
OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat,
virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi rendah) atau hygiene buruk.2
Otitis media supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna karena
terbentuknya kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik. Penyakit OMSK
ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan gejala-gejala penyakit
yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini dapat berganda,
gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah yang terus menerus (hilang
timbul) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi pendengaran yang disebabkan
kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan
infeksi langsung.1,3
B. Etiologi
10 | P a g e
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis) dan mencapai telinga tengah melalui tuba
eustachius. Fungsi tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang
dijumpai pada anak dengan palatoskisis dan sindrom down. Adanya tuba patulous,
menyebabkan refluks isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di
Amerika Serikat.
Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah
defisiensi imun sistemik. Kelainan humoral, seperti hipogammaglobulinemia dan cellmediated (infeksi HIV) dapat timbul sebagai infeksi telinga kronik.
Faktor-faktor risiko OMSK antara lain:3
1) Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi terdapat
hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok
sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir
dipastikan, bahwa hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan
tempat tinggal yang padat.
2) Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem
sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui
apakah hal ini primer atau sekunder.
3) Riwayat otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronik merupakan kelanjutan dari otitis media akut
dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan
satu telinga dan berkembangnya penyakit ke arah keadaan kronik
4) Infeksi
Proses infeksi pada otitis media supuratif kronik sering disebabkan oleh campuran
mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar yang ada
saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas
aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%.
Jenis bakteri yang ditemukan pada OMSK agak sedikit berbeda dengan kebanyakan
infeksi telinga lain, karena bakteri yang ditemukan pada OMSK pada umumnya berasal
dari luar yang masuk ke lubang perforasi tadi.
5) Infeksi saluran nafas atas
11 | P a g e
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas.
Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya
daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah,
sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
6) Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insidens lebih besar terhadap otitis
media kronik.
7) Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronik yang lebih tinggi dibanding
yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi
terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum
terbukti kebenarannya.
8) Gangguan fungsi tuba eustachius
Hal ini terjadi pada otitis kronik aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh
edema. Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap
pada OMSK:
a) Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
b) Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan
pada perforasi.
c) Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel. Pada pinggir perforasi, epitel skuamous dapat
mengalami pertumbuhan yang cepat di atas sisi medial dari membran timpani
yang hal ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.
C. Epidemiologi
Insiden dari OMSK ini bervariasi pada setiap negara, baik negara maju maupun
negara berkembang. Di negara-negara berkembang, angka kejadian OMSK jauh lebih
tinggi oleh karena beberapa hal, misalnya higiene yang kurang, faktor sosioekonomi, gizi
yang rendah, kepadatan penduduk serta masih ada pengertian masyarakat yang salah
terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai tuntas.3
Menurut survei yang dilakukan pada 7 provinsi di Indonesia pada tahun 1996
ditemukan insiden OMSK sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari
220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Jumlah
12 | P a g e
penderita ini kecil kemungkinan untuk berkurang bahkan mungkin bertambah setiap
tahunnya mengingat kondisi ekonomi yang masih buruk, kesadaran akan kesehatan yang
masyarakat yang masih rendah dan sering tidak tuntasnya pengobatan yang dilakukan.3
D. Klasifikasi OMSK
OMSK dibagi menjadi 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa/tipe benigna)
dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang/tipe maligna). 4 Berdasarkan aktivitas sekret yang
keluar dikenal juga OMSK tipe aktif dan OMSK tenang. OMSK aktif ialah OMSK
dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang
ialah keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman
jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat
kolesteatoma.4
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan
kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe
tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau atik, kadang-kadang
terdapat juga koleteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar
komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.4
Tabel 1. Perbedaan OMSK benigna dan OMSK Maligna4
infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien
dengan daya tahan tubuh yang rendah. Disamping itu campuran bakteri aerob dan
anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamosa
juga berperan dalam perkembangan tipe ini. Sekret mukoid kronik berhubungan dengan
hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan
mukosiliar yang jelek.4
Kumpulan epitel ini nantinya akan mengalmi involusi menjadi lapisan lapisan epitel
telinga tengah. Jika involusi ini gagal terjadi maka kumpulan epitel tersebut akan
menjadi kolesteatom kongenital.
Pada kolesteatom kongenital ditemukan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda
infeksi, lokasi kolesteatom biasanya di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau
di serebelopontin angle.
15 | P a g e
infeksi
yang
berlangsung
lama
(teori
metaplasia).4
bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun, lingkungan dan sosial
ekonomi. Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya anak mendapat infeksi telinga
tengah adalah struktur tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa dan kekebalan tubuh
yang belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka
lebih mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa Otitis Media Akut (OMA).
Respons inflamasi yang timbul adalah berupa udem mukosa. Jika proses inflamasi
ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus dan merusak epitel.
Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan infeksi biasanya
menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang pada akhirnya dapat berkembang
menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi,
infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini berlanjut terus akan merusak jaringan
sekitarnya.
F. Gejala Klinis
1. Telinga berair (otore)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung
stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik
telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang
tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh
perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul.
Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi
dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak
dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor
memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping
kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret
yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga
dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer
2.
dapat menghantar bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Pada OMSK tipe maligna
biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi
sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang
pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.3,4
Penurunan fungsi koklea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi
karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa
terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf
berat. Hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.3,4
3. Otalgia (nyeri telinga)
Adanya nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK dan bila ada merupakan suatu
tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder.
Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal
abses, atau trombosis sinus lateralis.3,4
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo
seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh
kolesteatom. Pada penderita yang sensitif, keluhan vertigo dapat terjadi karena perforasi
besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan menyebabkan keluhan
vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan
yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke
telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut menjadi
meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini
memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani.3,4
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna:3,4
1. Adanya abses atau fistel retroaurikular
2. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum timpani.
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
18 | P a g e
media
supuratif
akut.
Bakteri
yang
sering
dijumpai
pada
OMSK
19 | P a g e
yang lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan masuknya infeksi.
Menembus selaput otak
Dimulai begitu penyakit mencapai dura, menyebabkan meningitis. Dura sangat
resisten terhadap penyebaran infeksi, akan menebal, hiperemi, dan lebih melekat
20 | P a g e
ketulang. Jaringan granulasi terbentuk pada dura yang terbuka dan ruang subdura
3)
yang berdekatan.
Masuk ke jaringan otak
Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah diantara ventrikel dan permukaan
korteks atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi ke jaringan otak ini
dapat terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan infeksi ke ruang Virchow
Robin yang berakhir di daerah vaskular subkorteks.
Pengenalan yang baik terhadap perkembangan prasyarat untuk mengetahui
Pada tiap gerakan dari kesepuluh otot tersebut, kita bandingkan antara kanan dan kiri :5
-
Seluruh otot ekspresi tiap sisi muka dalam keadaan normal akan mempunyai nilai 30.
22 | P a g e
miringotomi segera pada pasien otitis media akut yang tidak membaik dalam 48 jam
dengan pengobatan medikamentosa saja.
Penyebaran oleh proses destruksi seperti oleh kolesteatom atau infeksi langsung ke
labirin akan menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran, misalnya vertigo,
mual, muntah serta tuli saraf. Komplikasi telinga dalam antara lain :5
a) Fistula Labirin
Otitis media supuratif kronik terutama yang dengan kolesteatom dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada bagian vestibuler labirin, sehingga terbentuk
fistula. Pada keadaan ini infeksi dapat masuk, sehingga terjadi labirinitis dan akhirnya
akan terjadi komplikasi tuli total atau meningitis.
Fistula di labirin dapat diketahui dengan tes fistula yaitu dengan memberikan
tekanan udara positif ataupun negatif ke liang telinga melalui otoskop siegel atau
corong telinga yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ujungnya yang
dimasukkan ke dalam liang telinga. Balon karet dipencet dan udara di dalamnya
menyebabkan perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi
masih paten akan terjadi kompresi dan ekspansi labirin membran. Tes fistula positif
akan terjadi nistagmus atau vertigo. Tes fistula bisa negatif, bila fistulanya sudah
tertutup oleh jaringan granilasi atau bila labirin sudah mati/ paresis kanal.
Pemeriksaan radiologik CT scan yang baik kadang-kadang dapat memperlihatkan
fistula labirin, yang biasanya ditemukan di kanalis semisirkularis horizontal. Pada
fistula labirin, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dan
menutup fistula sehingga fungsi telinga dalam dapat dipulihkan kembali. Tindakan
bedah harus adekuat untuk mengontrol penyakit primer. Matriks kolesteatom dan
jaringan granulasi harus diangkat dari fistula sampai bersih dan daerah tersebut harus
segera ditutup dengan jaringan ikat atau sekeping tulang/ tulang rawan.
b) Labirinitis
Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin disebut labirinitis umum
(general), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis
terbatas (labirinitis sirkumskripta) menyebabkan vertigo saja atau tuli saraf saja.
23 | P a g e
Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi di ruang perilimfa. Terdapat dua
bentuk labirinitis yaitu labirinitis serosa dan supuratif. Labirinitis serosa dapat
berbentu labirinitis serosa difus dan sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi atas
labirinitis supuratif akut difus dan kronik difus.
Pada kedua bentuk labirinitis ini operasi harus segera dilakukanuntuk menghilangkan
infeksi dari telinga tengah. Kadang-kadang diperlukan drainase nanah dari labirin
untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotik yang adekuat terutama
ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan / tanpa kolesteatom.
3. Komplikasi ke Ekstradural
a. Petrositis
Penyebaran infeksi telinga tengah ke apeks os petrosum yang langsung ke sel-sel
udara. Keluhannya antara lain diplopia (N.VI), nyeri daerah parietal, temporal, dan
oksipital (N.V), otore persisten. Dikenal dengan sindrom Gradenigo. Keluhan lain
keluarnya nanah yang terus menerus dan nyeri yang menetap paska mastoidektomi.
Pengobatannya operasi (ekspolorasi sel-sel udara os petrosum dan jaringan pathogen)
serta antibiotika.5
b. Tromboflebitis Sinus Lateralis
Akibat infeksi ke sinus sigmoid ketika melewati os mastoid. Hal ini jarang terjadi.
Gejalanya berupa demam yang awalnya naik turun lalu menjadi berat yang disertai
menggigil (sepsis). Nyerinya tidak jelas kecuali terjadi abses perisinus. Kultur darah
positif terutama saat demam.
Pengobatan dengan bedah, buang sumber infeksi os mastoid, buang tulang/dinding
sinus yang nekrotik. Jika terbentuk thrombus lakukan drainase sinus dan dikeluarkan.
Sebelumnya diligasi vena jugularis interna untuk cegah thrombus ke paru dan tempat
lain.5
c. Abses Ekstradural
Terkumpulnya nanah antara duramater dan tulang. Hal ini berhubungan dengan
jaringan granulasi dan kolesteatom yang menyebabkan erosi tegmen timpani atau
mastoid. Gejala berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Rontgen mastoid posisi
Schuller, tampak kerusakan tembusnya lempeng tegmen. Sering terlihat waktu
operasi mastoidektomi.5
d. Abses Subdural
24 | P a g e
Biasanya tromboflebitis melalui vena. Gejala berupa demam, nyeri kepala dan
penurunan kesadaran sampai koma, gejala SSP berupa kejang, hemiplegia dan tanda
kernig positif.5
Punksi lumbal perlu untuk membedakan dengan meningitis. Pada abses subdural
kadar protein LCS normal dan tidak ditemukan bakteri. Pada abses ekstradural nanah
keluar waktu mastoidektomi, sedangkan subdural dikeluarkan secara bedah syaraf
sebelum mastoidektomi.5
4. Komplikasi ke SSP
a. Meningitis
Gambaran klinik berupa kaku kuduk, demam, mual muntah, serta nyeri kepala hebat.
Pada kasus berat kesadaran menurun. Analisa LCS kadar gula menurun dan protein
meninggi. Meningitis diobati terlebih dahulu kemudian dilakukan mastoidektomi.5
b. Abses Otak
Ditemukan di serebelum, fossa kranial posterior/lobus temporal, atau fossa kranial
media. Berhubungan dengan tromboflebitis sinus lateralis, petrositis atau meningitis.
Biasanya merupakan perluasan langsung dari infeksi telinga dan mastoid atau
tromboflebitis. Umumnya didahului abses ekstradural.5
Gejala abses serebelum ataksia, disdiadokokinetis, tremor intensif dan tidak tepat
menunjuk suatu objek. Abses lobus temporal berupa afasia, gejala toksisitas (nyeri
kepala, demam, muntah, letargik). Tanda abses otak nadi lambat, kejang. Pada LCS
protein meninggi dan kenaikan tekanan liquor. Terdapat edema papil. Lokasi abses
ditentukan dengan angiografi, ventrikulografi atau tomografi komputer. Pengobatan
antibiotika parenteral dosis tinggi dan drainase lesi. Setelah keadaan umum baik,
dilakukan mastoidektomi.5
I. Terapi
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.
Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu (1) adanya perforasi membran timpani
yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, (2) terdapat
sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal, (3) sudah terbentuk
jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid, dan (4) gizi dan higiene yang
kurang.
25 | P a g e
28 | P a g e
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur pada rongga operasi serta
membuat meatoplasti yang lebar sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi
terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar.4,5,7
3) Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum
merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior
liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan
patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.4,5,7
4) Miringoplasti
Operasi ini merupakan operasi timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan
timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan di membran timpani. Tujuan
operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe
aman dengan perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman
fase tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran
timpani.4,5,7
5) Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat atau
OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenagkan dengan pengobatan medikamentosa.
Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan
juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang
pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani
dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak
jarang operasi ini harus dilakukan 2 tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.4,5,7
6) Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus
OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas.Tujuan operasi ini ialah untuk
menyembuhkan penyakit dan memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik
mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di membran timpani, dikerjakan
melalui 2 jalan (combine approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid
dengan melakukan timppanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe
29 | P a g e
bahaya belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering kambuhnya kolesteatom
kembali.4,5,7
J. Prognosis
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan kontrol yang baik
terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran bervariasi dan tergantung dari
penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui
prosedur pembedahan, walaupun hasilnya tidak sempurna.4,7
Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat menimbulkan
kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak ditangani dengan segera.
Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien karena telah mengalami komplikasi
intrakranial yaitu meningitis.4,7
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams LG, Boies LR, Higler PA. Anatomi telinga. Boies buku ajar penyakit THT. Edisi
6. Jakarta: EGC; 1997.h.30-8
2. Restuti RD, Bashiruddin J, Damajanti S, Soepardi EA, Iskandar N.Gangguan
pendengaran dan kelainan telinga. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2007.h.10-6.
3. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Edisi 13. Jilid 2.
Jakarta: Binarupa Aksara. 1997.h.392-5
4. Restuti RD, Bashiruddin J, Damajanti S, Soepardi EA, Iskandar N.Otitis media supuratif
kronis. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi
keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007.h.69-74.
5. Restuti RD, Bashiruddin J, Damajanti S, Soepardi EA, Iskandar N. Komplikasi otitis
media supuratif. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.h.78-9.
6. House JW, Brackmann DE. Facial nerve grading system. Otolaryngol. Head Neck Surg
1993.h.1467.
7. Adams LG, Boies LR, Higler PA. Infeksi kronik pada telinga tengah dan mastoid. Boies
buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC; 1997.h.107-16.
8. Endang M, Retno W, Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007.p.64-72.
30 | P a g e