PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Selama ini masyarakat Indonesia hanya menggantungkan kebutuhan energi
dari bahan bakar yang berbasis fosil. Padahal, cadangan bahan pembuat minyak
ini semakin menipis dan akan segera habis dalam beberapa tahun. Konsumsi
minyak global sebesar 1,2 juta barel per hari, cadangan minyak di dunia
berkurang dengan sangat cepat. Bahkan, produksi minyak dunia telah mencapai
puncaknya pada tahun 2005 dan sejak saat itu tidak ada lagi peningkatan yang
melebihi produksi maksimal tersebut. Jika kita lihat kenyataan yang terjadi bahwa
kebutuhan akan minyak merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari lagi
mengingat semakin banyaknya industriindustri yang berkembang. Saat ini
pengembangan bahan bakar nabati untuk menggantikan bahan bakar fosil terus
dilakukan. Biofuel akan menggantikan premium, solar, maupun kerosin atau
minyak tanah. Pemerintah mentargetkan antara tahun 2009-2010 komposisi
biofuel dan bahan bakar fosil mencapai 15 persen berbanding 85 persen.
Kebutuhan nasional untuk bahan bakar nabati sedikitnya 18 miliar liter per tahun.
Akan tetapi keterbatasan bahan baku ini menjadi kendala utama karena harus
berbagi dengan berbagai industri lain. Selain itu Biodiesel adalah sebuah alternatif
untuk bahan bakar diesel berbasis minyak bumi yang terbuat dari sumber daya
terbarukan seperti minyak nabati, lemak hewan, atau alga.
Biodiesel adalah senyawa mono alkil ester yang diproduksi melalui reaksi
transesterifikasi antara trigliserida (minyak nabati, seperti minyak sawit, minyak
jarak, dengan metanol menjadi metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis
basa. Biodiesel terdiri dari asam lemak rantai panjang dengan alkohol terpasang,
sering berasal dari minyak nabati. Hal ini dihasilkan melalui reaksi minyak nabati
dengan alkohol metil atau etil alkohol dengan adanya katalis. Lemak hewani
adalah sumber potensial. Umumnya katalis digunakan adalah kalium hidroksida
(KOH) atau katalis sodium hidroksida (NaOH). Proses kimia yang disebut
transesterifikasi yang menghasilkan biodiesel (metil ester) dan gliserin. biodiesel
disebut ester metil jika alkohol yang digunakan adalah metanol. Jika etanol yang
digunakan, disebut ester etil. Indonesia kaya akan bahan baku penghasil metil
ester. Metil ester adalah nama untuk jenis fatty ester, umumnya merupakan
monoalkil ester yang terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak nabati).
Minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku metil ester dapat berasal
dari kacang kedelai, kelapa, kelapa sawit, padi, jagung, jarak, papaya dan banyak
lagi melalui proses transesterifikasi sederhana. Metil ester dibuat melalui suatu
proses kimia yang disebut transesterifikasi dimana gliserin dipisahkan dari
minyak nabati. Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil ester (biodiesel)
atau mono-alkil ester dan gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku
utama untuk pembuatan metil ester antara lain minyak nabati, lemak hewani,
lemak bekas atau lemak daur ulang dengan adanya penambahan katalis.
1.2.
Tujuan
Rumusan Masalah
Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Metil Ester
Metil ester lemak merupakan senyawa ester alkil yang berasal dari minyak
dapat digunakan sebagai bahan baku metil ester dapat berasal dari kacang kedelai,
kelapa, kelapa sawit, padi, jagung, jarak, papaya dan banyak lagi melalui proses
transesterifikasi sederhana.
Tabel 2.1. Tumbuh tumbuhan yang mengandung minyak
Jenis Tumbuhan
Produktivitas
(liter minyak/Ha/Thn)
Jagung
172
Biji Kapas
325
Jerami
363
Kacang kedelai
446
Wijen
696
Biji matahari
925
Kacang tanah
1.059
Biji opium
1.163
Jojoba
1.818
Jatropa
1.892
Kelapa
2.689
Kelapa sawit
5.950
(Sumber : Aries, 2006)
Metil ester dapat dicampur dengan bahan bakar diesel minyak bumi dalam
berbagai rasio. Jika 0,45 % biodiesel dicampur dengan bahan bakar diesel
minyak bumi, otomatis akan meningkatkan daya lumas bahan bakar. Rasio
keseimbangan energi metil ester minimum 1-2, 5. Artinya, untuk setiap satu unit
energi yang digunakan pada pupuk, pestisida, bahan bakar, pemurnian, proses, dan
transportasi, minimum terdapat 2,5 unit energi dalam metil ester. Campuran 20 %
biodiesel dan 80 % bahan bakar diesel minyak bumi disebut dengan B20.
Campuran B20 merupakan bahan bakar alternatif yang terkenal di Amerika
Serikat, terutama untuk bis dan truk. B20 mengurangi emisi, harganya relatif
murah, dan tidak memerlukan modifikasi mesin. Keuntungan dari metil ester
adalah:
1) Campuran dari 20 % biodisel dengan 80 % petroleum diesel dapat digunakan
pada unmodified diesel engine.
2) Sekitar setengah dari industri metil ester dapat menggunakan lemak atau
minyak daur ulang.
3) Metil ester tidak beracun.
4) Metil ester memiliki cetane number yang tinggi ( di atas 100, bandingkan
dengan bahan bakar diesel yang hanya 40).
5) Penggunaan metil ester dapat memperpanjang umur mesin diesel karena
biodiesel lebih licin.
6) Metil ester menggantikan bau petroleum dengan bau yang lebih enak.
Dengan mengembangkan metode yang murah, diharapkan dapat
diproduksi metil ester yang lebih murah, yang dapat bersaing secara ekonomi
dengan petroleum, dan menjadikan metil ester sebagai salah satu bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan. Metil ester dibuat melalui suatu proses kimia
yang disebut transesterifikasi dimana gliserin dipisahkan dari minyak nabati.
Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel) atau mono-alkil
esters dan gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk
pembuatan metil ester antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas atau
lemak daur ulang. Semua bahan baku ini mengandung trigliserida, asam lemak
bebas (ALB) dan zat-pencemar dimana tergantung pada pengolahan pendahuluan
dari bahan baku tersebut, sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol.
Pada pembuatan metil ester ini
katalis dibutuhkan karena alkohol larut dalam minyak. Minyak nabati kandungan
asam lemak bebas lebih rendah dari pada lemak hewani, minyak nabati biasanya
selain mengandung ALB juga mengandung phospholipids, phospholipids dapat
dihilangkan pada proses degumming dan ALB dihilangkan pada proses refining.
Minyak nabati yang digunakan dapat dalam bentuk minyak. Produk metil ester
tergantung pada minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku serta
pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut. Alkohol yang digunakan
sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah methanol, namun dapat pula
proses
produksi, lamanya
waktu pencampuran
atau
kecepatan
4) Suhu, Semakin tinggi suhu maka semakin cepat kecepatan reaksinya. Pada
proses alkoholisis pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi dipengaruhi
katalisator yang dipakai.
5) Pengadukan, Agar reaksi berjalan dengan baik diperlukan pencampuran
sebaik- baiknya dengan cara pengadukan. Pencampuran yang baik dapat
menurunkan tahanan perpindahan massa. Untuk reaksi heterogen dengan
berkurangnya tahanan perpindahan massa makin banyak molekulmolekul
reaktan yang dapat mencapai fase reaksi, sehingga dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya reaksi.
6) Perbandingan pereaksi, Reaksi alkoholisis pada umumnya memerlukan
alkohol yang berlebihan agar reaksi berjalan sempurna.
2.3.
2.4.1. Esterifikasi
Jika bahan baku yang digunakan adalah minyak mentah yang memiliki
kadar FFA (free fatty acid) tinggi (>5%), seperti minyak jelantah, PFAD, CPO low
grade, dan minyak jarak, proses transesterifikasi yang dilakukan untuk
mengkonversi minyak menjadi metil ester tidak akan berjalan efisien. Bahan
bahan di atas perlu melalui proses praesterifikasi untuk menurunkan kadar FFA
hingga di bawah 5%. Umumnya, proses esterifikasi menggunakn katalis asam.
Asamasam pekat seperti asam sulfat (sulphuruic acid) dan asam klorida
(chloride acid) adalah jenis asam yang sekarang ini banyak digunakan sebagai
katalis. Pada tahap ini akan diperoleh minyak dengan campuran metil ester kasar
dan metanol sisi yang kemudian dipisahkan. Proses esterifikasi dilanjutkan
dengan proses esterifikasi alkalin (transesterifikasi) terhadap produk tahap
pertama di atas dengan menggunakan katalis Alkalin. Pada proses ini digunakan
Sodium Hidroksida 1 wt% dan alkohol (umumnya Metanol) 10 wt%. Kedua
proses esterifikasi ini dilakukan pada temperatur 70oC. Proses esterifikasi
mengikuti mekanisme reaksi yang sama seperti transesterifikasi katalis asam.
Brown dan Ronnback mengilustrasikan mekanisme esterifikasi asam karboksilat
rantai pendek seperti asam asetat dalam medium homogen dimulai dengan
protonasi gugus karbonil. Esterifikasi umumnya dilakukan untuk membuat
biodiesel dari minyak berkadar FFA tinggi. Pada tahap ini, asam lemak bebas akan
dikonversikan menjadi metil ester.
2.4.2. Transesterifikasi
Transesterifiaksi merupakan suatu proses penggantian alkohol dari suatu
gugus ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asamasam lemak ke
dalam bentuk ester sehingga menghasilkan alkyl ester. Proses tersebut dikenal
sebagai proses alkoholisis. Proses alkoholisis ini merupakan reaksi biasanya
berjalan lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis. Katalis
yang biasa dipergunakan adalah katalis asam seperti HCl dan H 2SO4 dan katalis
basa seperti NaOH dan KOH. Proses ini dapat dijalankan secara batch maupun
sinambung, dimana pada proses batch menggunakan labu leher tiga atau
autoclave. Selain itu dalam autoclave proses dapat berjalan pada suhu tinggi
dalam fase cair, sehingga akan bisa berlangsung lebih cepat. Proses sinambung
dilaksanakan dalam reaktor CSTR dengan alat pencampur yang berupa pengaduk
atau gas inert. Proses ini lebih sulit dikarenakan perlu bahan baku yang lebih
banyak dan waktu yang lebih panjang. Metanolisis merupakan reaksi
pembentukan metil ester dengan menggunakan metanol dimana reaksinya
seimbang dan kalor reaksinya kecil. Untuk menggeser reaksi ke kanan biasanya
menggunakan metanol berlebihan dibanding gliserida, maka reaksi yang terjadi
bisa dianggap reaksi searah. Proses transesterifikasi meliputi dua tahap.
Transesterifikasi I yaitu pencampuran antara kalium hidroksida (KOH) dan
metanol (CH3OH) dengan minyak sawit. Reaksi transesterifikasi I berlangsung
sekitar 2 jam pada suhu 58-65C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam
reaktor adalah asam lemak yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah
ditentukan. Reaktor transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk.
Selama proses pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reaktor 65C,
campuran metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reaktor dan waktu reaksi
mulai dihitung pada saat itu. Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan
10
konversi sekitar 94%. Selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu
untuk memisahkan gliserol dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di
lapisan bawah karena berat jenisnya lebih besar daripada metil ester. Gliserol
kemudian dikeluarkan dari reaktor agar tidak mengganggu proses transesterifikasi
II. Selanjutnya dilakukan transesterifikasi II pada metil ester. Setelah proses
transesterifikasi II selesai, dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar
gliserol terpisah dari metil ester. Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek
daripada pengendapan I karena gliserol yang terbentuk relatif sedikit dan akan
larut melalui proses pencucian. Minyak nabati dengan kadar asam lemak bebas
(ALB) nya rendah (< 1%), bila lebih, maka perlu pretreatment karena berakibat
pada rendahnya kinerja efisiensi. Padahal standar perdagangan dunia kadar ALB
yang diijinkan hingga 5%. Jadi untuk minyak nabati dengan kadar ALB >1%,
perlu dilakukan deasidifikasi dengan reaksi metanolisis atau dengan gliserol kasar.
2.4.
bakunya terjamin.
Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya
3)
kualitas solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin).
Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik
4)
5)
6)
7)
8)
3.1.
3.1.1. Alat
1) Heatingmantle
2) Magnetic stirrer
3) Labu leher tiga
4) Thermometer
5) Condenser
6) Pipet hisap
7) Pompa
8) Ember
9) Erlenmeyer
10) Corong pemisah
11) Spatula
3.1.2. Bahan
1) Minyak; yang digunakan dapat berupa minyak goreng, minyak jelantah,
minyak CPO
2) Methanol
3) Katalis NaOH
3.2.
Prosedur Percobaan
12
DAFTAR PUSTAKA