Preskas Mioma Uteri Dalam Kehamilan
Preskas Mioma Uteri Dalam Kehamilan
: o6 Januari 2015
Jam
: 12.15 WIB
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama
Umur
Agama
Pendidikan terakhir
Ny. F
45 tahun
Islam
SMA
Pekerjaan
Status
Alamat
Nama Suami
Pendidikan Suami
Pekerjaan Suami
No CM
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya.
Keluhan Tambahan :
Tidak ada
kehamilan disangkal pasien. Adanya demam disangkal oleh pasien. Buang air besar dan
buang air kecil dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menyangkal menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, maupun alergi
obat dan asma bronkial.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ayah pasien mempunyai Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus, penyakit jantung,
gangguan ginjal, asma pada anggota keluarga yang lain disangkal oleh pasien.
Riwayat Haid :
Pasien menarche pada usia 13 tahun, teratur, tidak sakit, siklus 28 hari, lama 7 hari, HPHT
tanggal 20 Mei 2015, taksiran partus tanggal 27 februari 2016.
Riwayat Pernikahan :
Pernikahan pertama dan telah berlangsung selama 8 tahun.
Riwayat Kontrasepsi :
Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS TANDA VITAL
Keadaan Umum
: baik
Kesadaran
: Composmentis
Tek. Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5 C
TB/BB
: 165 cm / 75 kg
STATUS GENERALIS
Kepala
Mata
THT
Leher
Dada
Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
:
Adanya warna kehitaman pada daerah wajah (cloasma gravidarum).
Turgor kulit kurang
Mata cekung (-), bibir kering (-), mukosa mulut kering (-)
Tampak abdomen buncit simetris
(Abdomen)
Plapis TFU
TBJ
: 2652 gram
Auskultasi
His
:-
Pemeriksaan Dalam
Vaginal toucher (VT) : v/v tak. ketuban positif, portio tebal lunak pembukaan 2
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium (6 Januari 2016 )
Hemoglobin
: 13,2 g/dl
GDS
: 128 mg/dl
Leukosit
: 10.92 /l
Hematokrit
: 39,9 %
Trombosit
: 278.000 /l
Kreatinin
: 0,5 mg/dl
Masa pendarahan
: 2 menit
3
Masa pembekuan
Golongan darah
HBSAg
Anti HIV
: 12 menit
: Ab/ Rh (+)
: Negatif
: Non reaktif
V. DIAGNOSIS
Awal masuk RS
Pulang dari RS
VI.
VII.
RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Observasi tanda vital & DJJ
2. IVFD RL 20 tpm
3. SC
4. Myomektomi
5. MOW
6. Motivasi agar tidak cemas saat operasi
PROGNOSIS
Ibu
: Quo ad vitam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
6 Januari 2016
Jam 14.00 WIB
S/ : TAK yang berarti hanya dari hasil USG dokter terdapat mioma
uteri, ini kehamilan anak ke-2
O/ : KU : baik
Jam 18.00
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/90 mmHg
R : 23 x/menit
S :36,5 C
N : 78 x/menit
HIS: (-)
TBJ : 2652 gr
Hb : 13,2
HbsAg/HIV : NR
USG (+) tampak miom supra pubik
A/ : G2P1A0 H. 36-37 minggu d/ mioma uteri
P/ : - Observasi K/U, DJJ, dan TTV
Jam 19.00 WIB
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/90 mmHg
R : 23 x/menit
S :36,5 C
N : 78 x/menit
HIS: (-)
TBJ : 2652 gr
Hb : 13,2
HbsAg/HIV : NR
USG (+) tampak miom supra pubik
A/ : G2P1A0 H. 36-37 minggu d/ mioma uteri
P/ : - Observasi K/U DJJ, HIS, dan TTV
Jam 22.00 WIB
Jam 23.00 WIB
MOW
Lapor dr. Dublianus SpAn (+) instruksi : ACC OP
Memberi tahu untuk puasa (+)
Jam 24.00
7 Januari 2016
Jam 05.00 WIB
Jam 06.00 WIB
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg
R : 23 x/menit
S :37,9 C
N : 84 x/menit
HIS: (-)
Hb : 13,2
HbsAg/HIV : NR
USG (+) tampak miom supra pubik
Laporan Pembedahan
Teknik : Sectio Cessaria + Histerorafi
1.
2.
3.
4.
tampak uterus.
Perdarahan intraabdomen 20 ml.
Plica vesica uterina disayat melintang.
Incisi diperlebar secara melintang ke lateral secara tumpul dengan menggunakan jari.
Selaput ketuban dipecahkan, lahir bayi dan didapatkan kepala pada pukul 12.15 WIB
DISKUSI
I.
II.
IDENTIFIKASI
Ny.F, 45 tahun, datang ke POLI RSUD Cilegon pada tanggal 06 Januari 2016 pukul
12.15 WIB ingin memeriksakan kehamilannya dan ingin mengetahui tafsiran berat badan
janin. Saat ini pasien mengatakan tidak ada keluhan. Selama hamil Ny.M mengaku
memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan setiap bulan. Pasien juga mengatakan
mengalami mual dan muntah pada awal kandungan sampai usia kehamilan 4 bulan.
Adanya nyeri hebat saat kehamilan disangkal pasien. Adanya demam disangkal oleh
pasien. Buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal.
III.
PERMASALAHAN
a. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
b. Apakah yang menjadi kemungkinan etiologi mioma uteri kasus ini?
c. Apakah penatalaksanaan mioma uteri pada kasus ini sudah tepat?
d. Apa saja faktor penyebab terjadinya mioma uteri?
e. Apa komplikasi yang perlu diperhatikan passca operasi mioma uteri?
Dari
hasil
USG
ditemukan
mioma
berukuran
9,2
9,9
cm
TINJAUAN PUSTAKA
8
10
Uterus (rahim)
Uterus akan membesar pada awal kehamilan di bawah pengaruh estrogen dan
progesteron yang meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot
polos dan serabut-serabut kolagen jaringan uterus menjadi higroskopis. Uterus yang semula
sebesar telur ayam atau beratnya 30 gr menjadi seberat 1000 gr pada akhir kehamilan. Pada
minggu I isthmus uteri mengalami hipertropi, bertambah panjang serta lunak (soft) sehingga
pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh yang disebut Tanda Hegar.
Regangan dinding rahim karena besarnya pertumbuhan dan perkembangan janin
menyebabkan isthmus uteri makin tertarik ke atas dan menipis membentuk segmen bawah
rahim (SBR). Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke semua arah, tetapi terjadi
11
pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta sehingga uterus bentuknya tidak sama.
Bentuk rahim yang tidak sama disebut Tanda Piskacek. Perimbangan hormonal yang
mempengaruhi uterus yaitu estrogen dan progesteron sering terjadi perubahan konsentrasi
sehingga progesteron mengalami penurunan dan menimbulkan kontraksi uterus yang disebut
Tanda Braxton Hicks.
Serviks Uteri
12
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas
jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Mioma uteri terdiri dari
sel-sel otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun dalam bentuk gulungan, yang bila
membesar akan menekan otot uterus normal.
Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine
fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.
3.2 Epidemiologi mioma uteri
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum
pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh
wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun
(kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang
sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini
dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik
menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya
hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan
nullipara.
3.3 Etiologi mioma uteri
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai
abnormalitas kromosom lengan 12q13-15.
1. Teori Reseptor estrogen dan teori stimulasi estrogen
Mioma uteri tumbuh pada masa reproduksi, mioma uteri dijumpai setelah
menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan
terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada menopause dan pengangkatan
13
ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas.
2. Teori Cell Nest dari Meyer dan De Snoo
Teori ini tentang asal mioma dari sel imatur bukan dari selaput otot yang matur.
Teori ini diperkuat oleh penelitian dari Lipschutz bahwa sel imatur di dalam cell nest
yang bila dipengaruhi oleh estrogen secara terus menerus yang akan menyebabkan
pertumbuhan mioma uteri.
3. Teori Human Growth Hormone (HGH)
Dasarnya adalah level HGH yang meninggi pada pemberian estrogen dan selama
kehamilan, dimana pada saat itu mioma mulai tumbuh atau pembesaran mioma itu sudah
ada.
4. Teori mutasi7
Mutasi ini mencakup rentetan perubahan pada kromosom, baik secara parsial maupun
secara keseluruhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi
genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen
Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim yang
berubah menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih banyak daripada otot
rahim normal. Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan
kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan
fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium
(9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita
dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak
daripada miometrium normal.
14
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini,
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri,,
yaitu :
1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara
35-45 tahun.
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat
ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri
yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri
tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana
mioma uteri muncul setelah menarke, dan mengalami regresi setelah menopause.
Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor
15
Teori Stimulasi
Stimulasi Estrogen
Teori Cellnest
proliferasi di uterus
Pemberian estrogen
Hiperplasia endometrium
tumor fibromatosa
Mioma Uteri
Mioma Uteri
16
Faktor Resiko:
Etiol
Umur
Estrogen, Progesteron
Paritas
(mempengaruhi
kontrol proliferasi sel dan ekspresi y
Obesitas
Riwayat Keluarga
Kehamilan
Jaringan Myometrium
Myometrium React
Mempengaruhi Lingkun
Terbentuk Jaringan Fibroid
17
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan
satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus
atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik
sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa
pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24). 5
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan
Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa
ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Pemberian agonis
GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek
estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen
terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin like growth factor 1 yang distimulasi
oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh
estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih
daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah
ooforektomi bilateral pada usia dini.
1. Lokasi
Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.1,3,5
2.
Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :1,3,5
Mioma Uteri Submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di jumpai
6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan
perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan
kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai Currete bump. Tumor
jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai
tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama
mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi,
dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena
proses di atas.
Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus. Jarang
sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks
dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum
berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri
dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like
pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak
karena pertumbuhan sarang mioma ini.
20
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor
ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru
gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis
iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung
mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat
terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh
karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi
secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau
transformasi maligna.
21
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat
juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara
lain adalah :
-
endometrium.
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik.
2) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosum yang akan dilahirkan, pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3) Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Begitu mioma membesar, akan
memberi rasa seperti rasa berat pada pelvik atau gejala tekanan pada struktur-struktur
disekitarnya.
Sering kencing, adalah gejala yang sering muncul bila mioma yang
laterla atau mioma intralegamen, yang menyebabkan obstruksi ureter unilateral dan
hidronefrosis.
Konstipasi dan susah defekasi dapat disebabkan oleh mioma posterior
yang besar.
22
Kompres vaskulatur pelvis oleh uterus yang membesar dengan hebat dapat menyebabkan
varicositis atau edema ekstremitas bawah
4) Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi bila mioma mempengaruhi transportasi tuba normal atau implantasi
ovum yang terfertilisasi.
Mioma intramural besar yang berlokasi di kornu dapat menutup
pasien dengan mioma submukosum atau intramural hal ini disebabkan oleh karena
distorsi rongga uterus.
Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah
dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu
disingkirkan,
indikasi
untuk
dilakukan miomektomi.
3.7 Diagnosis Mioma Uteri
ANAMNESIS
Tumor ini biasanya tanpa gejala, kadang-kadang penderita merasakan adanya benda
dalam perut bagian bawah. Kadang bisa tumbuh nyeri, perdarahan patologis pervaginam. Nyeri
tidak khas pada mioma, timbulnya nyeri dan sakit pada mioma uteri mungkin disebabkan
gangguan peredaran darah disertai nekrosis setempat atau disebabkan proses radang dengan
perlekatan ke omentum usus.
Pada myoma geburt yang kecil penderita mengeluh adanya massa di vagina. Sedangkan
pada myoma geburt yang berukuran besar akan menekan kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala-gejala gangguan berkemih. Tekanan yang berlarut-larut dapat menyebabkan
23
hidroureternephrosis serta menyebabkan konstipasi dan nyeri waktu defekasi dan gangguan
pencernaan lainnya. Dapat juga terjadi edema tungkai karena penekanan pada vena cava inferior.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi abdomen
Terdapat benjolan dibagian bawah.
b. Palpasi abdomen
Teraba suatu massa yang besar atau kecil di pelvis dan tumbuh ke atas dalam rongga
abdomen. Biasanya padat, kenyal, berbenjol-benjol, mobil.
c. Perkusi abdomen
Pada mioma, ketokan perut pekak terdapat di bagian paling menonjol ke depan apabila
penderita tidur terlentang dan apabila tumornya tidak terlampau besar maka terdengar suara
timpani di sisi perut kanan dan kiri karena usus-usus terdorong ke samping. Daerah pekak
ini tidak akan berpindah apabila penderita dibaringkan di sisi kanan atau kiri.
d. Auskultasi abdomen
Auskultasi sangat penting pada tumor perut yang besar untuk menyingkirkan kehamilan.
Pada mioma terdengar bising uterus sedangkan pada kehamilan yang cukup tua terdengar
bising uterus sekaligus detak jantung dan gerakan janin.
PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS
Pada myoma geburt didapatkan pada pemeriksaan :
a.
Inspeksi : tampak adanya massa tumor apabila tumor tersebut terlahir hingga
keluar dari vagina
b.
Inspekulo : tampak massa tumor di jalan lahir, apabila massa tumor kecil maka
sekaligus dapat terlihat tangkai yang keluar dari OUE
c.
Pemeriksaan Bimanual
24
Dengan pemeriksaan ini dapat diungkapkan tumor padat uterus yang umumnya terletak
digaris tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-benjol.1,3,5 Bila
korpus uteri digerakkan maka akan terasa portio bergerak. Pada myoma geburt teraba
massa padat kenyal yang bertangkai asalnya dari dalam kavum uteri.
d.
PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Pemeriksaan Laboratorium5
Pemeriksaan ini mencakup pemeriksaan Hb, jumlah leukosit, trombosit, LED.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat seberapa parah komplikasi anemia pada mioma
uteri. Pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati dan sebagainya hanya dilakukan
bila ada indikasi.1
2. Paps Smear13
Untuk mendeteksi dini ada tidaknya tanda-tanda keganasan pada mulut rahim dan korpus
uteri serta untuk mengetahui fungsi hormonal estrogen dan progesteron.HCG (Human
Chorionic Gonadotrophine).
Pemeriksaan ini untuk mengesampingkan tanda-tanda diagnosis banding kehamilan.
3. Pemeriksaan sinar X
Dapat menunjukkan kalsifikasi leiomioma yang khas pada wanita pasca menopause.
4. USG
USG sangat membantu diagnosis. Dengan USG dapat terlihat gambaran perbesaran
uterus dengan batas kapsul mioma jelas dan terdapat gambaran penampang seperti
spindel.
25
Gambar 4.
Gambaran ultrasonografi uterus dan adneksa pada pasien yang dicurigai mioma
Atrofi.
26
Degenerasi hyalin.
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktrur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau sebagian kecil daripadanya seolah olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
Degenerasi kistik.
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas di mana sebagian dari mioma
menjadi cair sehingga terbentuk ruangan yang tidak teratur berisi agar
agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe
sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dengan kista ovarium atau suatu kehamilan.
Degenerasi lemak
Jarang
terjadi
dan
merupakan
kelanjutan
dari
degenerasi
hyalin
(Prawirohardjo, 2007).
27
histeroskopi,
dan
MRI.
Kehamilan
Pada fibroid dengan degenerasi kistik, uterus membesar dan lunak sehingga memiliki
penampakan klinis yang sama dengan kehamilan. Berdasarkan penampakan payudara,
serviks yang lunak, tes kehamilan, dan USG menyingkirkan keraguan.
-
Hematometra
Disebabkan oleh stenosis servikal dengan gejala uterus membesar, amenore sekunder.
USG dan tes kehamilan dapat menyingkirkan hematometra.
-
Adenomiosis
Gejala klinis hampir sama dengan mioma uteri. Uterus dengan ukuran 12 minggu atau
pembesaran ireguler uterus mengarah pada diagnosis fibroma. Adenomiosis cenderung
lebih lunak. USG dapat menegakkan diagnosis.
-
Uterus bikornus
Endometriosis
Gejala klinis hampir sama, tapi uterus dalam ukuran normal dan melekat dengan massa
pelvis.
-
Kehamilan ektopik
Ektopik yang kronik dengan pelvic hematocele dapat memberikan kesan fibroid, dengan
anamnesa yang baik dan USG dapat menyingkirkan keraguan
-
Riwayat dan gejala klinis mungkin sama, tapi massa radang lebih lunak dan uterus
terfiksir dengan ukuran normal.
28
Subserus atau pedunculated mioma mirip dengan tumor ovarium. USG dapat
menunjukkan asal tumor tapi asal tumor yang sebenarnya diketahui dari laparotomi.
-
Fibroid dapat didiagnosa sebagai tumor ganas ovarium. Laparotomi perlu dilakukan
untuk menegakkan diagnosa.
-
Karsinoma Endometrium
Dapat timbul bersamaan dengan mioma pada perempuan lanjut usia. Perlu dilakukan
kuretase untuk menyingkirkan keganasan.
-
Miomatous polip
Penonjolan ke dalam ostium uteri dapat menyerupai produk konsepsi dan kanker serviks.
Riwayat penyakit dan biopsi dapat menegakkan diagnosa.
3.9 Penatalaksanaan Mioma Uteri
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri
tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya
mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga
menyebabkan fertilitas.
Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif
1. Konservatif
a. Konservatif dengan pemeriksaan periodik
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun medikamentosa
terutama bila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.Walaupun
demikian mioma uteri memerlukan pengamatan 3-6 bulan, maksudnya setiap 3-6 bulan
pemeriksaan pelvik dan atau USG pelvik seharusnya diulang.
Pada wanita menopause, mioma biasanya tidak memberikan keluhan. Bahkan
pertumbuhan mioma dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut
(2)
. Estrogen harus
29
digunakan dengan dosis yang terkecil-kecilnya pada wanita post menopause dengan mioma atau
mengontrol gejala-gejala dan ukuran mioma harus diperiksa dengan pemeriksaan pelvik dan
USG pelvik setiap 6 bulan. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami
menopause yang terlambat. Bila didapatkan pembesaran mioma pada masa post menopause,
harus dicurigai kemungkinan keganasan dan pilihan terapi dalam hal ini adalah histerektomi
total.
b. Pengobatan Medikamentosa dengan GnRHa (Gonadotropin Releasing Hormon Agonist)
Hal ini didasarkan atas pemikiran mioma terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan
dipengaruhi oleh estrogen. Pemberian GnRH dapat selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin hingga uterus menjadi mengecil. Karena itu GnRH berguna
mengontrol perdarahan (kecuali pada polipoid submukosa yang malah dapat memperberat
perdarahan).
Untuk merangsang siklus menstruasi baru, hipotalamus menghasilkan GnRH yang
kemudian dibawa ke kelenjar pituitary, lalu merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen
dan progesteron.
Obat yang disebut Gn-RH agonists (Lupron, Synarel) beraksi seperti GnRH. Tetapi ketika
dipakai sebagai terapi, agonis GnRH memberikan efek yang berlawanan terhadap hormon alami
yang ada. Estrogen dan progesteron rendah, menstruasi berhenti, mioma mengecil dan anemia
membaik.
GnRH dapat diberikan dengan suntikan setiap bulan, nasal spray, atau ditanam dibawah
kulit yang akan mengurangi kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga myom
dapat mengecil. Namun, keamanan jangka panjang dan keefektifannya belum ditentukan,
tingkat hipoestrogenik dalam waktu lama meningkatkan resiko osteoporosis.Menurut
literatur terakhir, pemakaian GnRHa lebih dari 3 bulan menyebabkan myomektomi lebih
sulit.Pemakaian GnRHa hanya boleh digunakan sementara karena GnRH menyebabkan
menopause yang palsu. Bila pemakaian GnRH dihentikan maka mioma yang lisut itu
tumbuh kembali dibawah pengaruh estrogen karena mioma itu masih mengandung
reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Androgens Ovarium dan kelenjar
30
Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan
keguguran yang berulang.
b. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi
dapat dilaksanakan per-abdominal atau per-vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan
karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.
Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam
mengangkat uterus.
Histerektomi dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang
memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk
histerektomi adalah sebagai berikut:
Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan oleh pasien.
c. Penanganan Radioterapi
-
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
32
Mioma
Besar > 14
mgg
Besar < 14
mgg
Tanpa keluhan
Dengan
keluhan
33
Konservatif
Operatif
dengan cara menghentikan suplai darah ke uterus dan tumornya, sehingga tumor
menyusut. Cara kerjanya adalah dengan menyuntikkan partikel-partikel kecil melalui
kateter kedalam arteri uterina yang juga memperdarahi mioma. Darah akan membawa
partikel tersebut sampai menyumbat cabang arteri dan menghambat peredaran darah ke
mioma secara permanen. Akibat adanya emboli dari partikel tersebut, mioma akan
menyusut dan kemudian mengecil. Teknik ini memiliki beberapa keuntungan antara lain,
tidak ada insisi, waktu penyembuhan lebih singkat dan resiko perdarahan lebih kecil.
Syarat melakukan Embolisasi arteri uterina adalah penderita yang mengalami perdarahan
hebat, mioma uteri yang menekan rektum dan kandung kemih, pasien yang menolak
histerektomi dan tidak ingin punya anak lagi.
Komplikasi terumum dari embolisasi arteri uterine adalah sindrom post
embolisasi. 1 % wanita menjalani histerektomi setelah embolisasi, biasanya karena
infeksi. Embolisasi arteri uterina membutuhkan tindak lanjut jangka panjang dan wanita
harus diberi peringatan akan adanya komplikasi kemudian. Tingkat kekambuhan
embolisasi arteri uterina 10 % setelah 2 tahun.6
34
Embolisasi arteri uterina mempunyai resiko untuk infeksi parah dari leiomioma
yang mengalami infark setelah prosedur ini.
Komplikasi
1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya
baru
ditemukan
pada
pemeriksaan
histologi
uterus
yang
telah
diangkat.Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.7
2. Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis.Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen
akut.Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
3. Nekrosis dan infeksi
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya.
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.
Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan
sekunder tersebut antara lain:
Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur
aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari
padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair,
sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat
juga
Degenerasi lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Komplikasi yang sering ditemui mioma dalam kehamilan adalah nyeri yang merupakan
suatu syndroma yang disertai dengan mual, muntah dan demam yang muncul pada
trimester kedua kehamilan atau awal trimester ketiga kehamilan. Sindroma ini pertanda
dari perubahan degenerativ dari mioma dan merupakan hasil dari insufisiensi vaskuler
karena tidak adekuatnya suplay darah. Mioma yang ukurannya kecil dari 5 cm jarang
mengalami degenerasi dalam kehamilan sedangkan yang berukuran lebih dari 8 cm
sering berhubungan dengan isiden yang tinggi menimbulkan komplikasi dalam
kehamilan.
Bahaya yang mungkin terjadi pada tindakan miomektomi pada kehamilan adalah sulitnya
mengatasi perdarahan, terutama bila enukleasi dilakukan pada daerah pembuluh darah
besar dari uterus atau pada daerah bekas implantasi plasenta.
Komplikasi yang sering terjadi tergantung pada
37
Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi kavum uteri khususnya pada mioma
submukosum.
Dapat menyebabkan HPP akibat inersia maupun atonia uteri akibat gangguan mekanik
dalam fungsi miometrium
Jika letaknya dekat pada serviks, dapat menghalangi kemajuan persalinan dan menghalangi
jalan lahir.
38
Mioma membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang
meningkat
Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah
diutarakan sebelumnya, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna
mengangkat sarang mioma. Namun, pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang
menyebabkan perdarahan.
Meskipun jarang, mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi dengan gejala dan tanda
sindrom akut abdomen.
Terapi mioma dengan kehamilan adalah konservatif karena miomektomi pada kehamilan
sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan dapat juga menimbulkan
abortus. Operasi terpaksa jika lakukan kalau ada penyulit-penyulit yang menimbulkan
gejala akut atau karena mioma sangat besar. Jika mioma menghalangi jalan lahir, dilakukan
SC (Sectio Caesarea) disusul histerektomi tapi kalau akan dilakukan miomektomi lebih
baik ditunda sampai sesudah masa nifas.7,8
Dari literatur medis dilaporkan peningkatan insiden miomectomy yang dilakukan
sewaktu
dilakukan dalam kehamilan masih kontoversi, namun masih ada juga yang berhasil
melakukan.
Pertimbangan untuk melakukan pengangkatan mioma dalam kehamilan didasarkan pada
ukuran mioma dan gejala yang dikeluhkan pasien. Lokasi mioma uteri sub serosa
memberikan kemudahan dalam melakukan enukleasi dan menutup dasar dari mioma.
Hiperkoagulasi pada kehamilan juga ikut memudahkan dalam proses hemostasis
sehingganya prosedur miomectomi pada kehamilan ini jadi lebih aman.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya (Lolis et all 1994) membuat kriteria untuk
memutuskan miomektomi pada kehamilan adalah :
1.
2.
Nyeri perut yang hebat yang tidak respon dengan pengobatan konservatif
3.
4.
Telah dilakukan konseling dengan pasien tentang resiko interfensi bedah ini
5.
Persalinan yang terhambat oleh adanya mioma uteri harus dilakukan seksio sesarea.
Tetapi miomektomi tidak dilakukan kecuali mioma tersebut berada pada daerah yang
akan dilakukan insisi, karena dapat terjadi perdarahan yang hebat. Apabila tetap akan
dilakukan miomektomi maka sebaiknya dilakukan sekaligus histerektomi
Lace menyatakan bahwa jika tumor yang ditemukan pada saat operasi ukurannya besar,
maka operasi pengangkatannya sebaiknya dilakukan setelah 5-6 bulan pasca seksio
sesarea. Howkins menyatakan bahwa pada hampir semua kasus adalah bijaksana untuk
menunda miomektomi sampai uterus mengalami involusi, sebaiknya setelah 6 bulan
setelah seksio sesarea.
Karena terjadi peningkatan vaskularisasi uterus selama kehamilan, resiko untuk terjadi
peradarahan dan angka kesakitan post operatif selama miomectomi. Beberapa laporan
memperlihatkan miomectomi sewaktu SC bisa aman. Yang masih kontroversi sampai
sekarang adalah miomectomi yang dilakuan dalam kehamilan, beberapa kasus dilaporkan
aman melakukan miomectomi dalam kehamilan yang dikerjakan secara hati-hati dan
pada pasien yang terseleksi.
Lolis et all, 2003 melaporkan hasil suatu studi penelitian terhadap luaran kehamilan yang
dilakukan miomectomi dalam kehamilannya yang dilakukan secara hati-hati pada
beberapa pasien terseleksi. Dari 13 pasien yang dilakukan miomectomi dalam
kehamilannya dengan berdasarkan pada karateristic mioma dan gejala yang ditimbulkan,
12 (92,3%) dari kasus itu miomectomi berhasil dilakukan dan aman serta tanpa
komplikasi terhadap kehamilannya sampai aterm. Satu kasus mengalami kontraksi uterus
sehari setelah operasi dan tidak respon dengan pengobatan medical sehingga terjadi
abortus. Dari yang 11 kasus itu persaliannya diakhiri dengan SC elektif dengan
melahirkan bayi yang baik ( BB, 2500-3850 gr
dilakukan SC emergensi karena terjadi perdarahan karena plasenta previa. Tidak ada
dilakukan transfusi darah dilakukan post operatif.
Loefler an Noble (1970) (dikutip dari Wietfeld) melaporkan 1/3 dari 180 wanita yang
dilakukan miomektomi mengalami abortus pada kehamilannya, hanya 41 pasien yang
melahirkan anak hidup dimana 25% diantarannya melalui seksio.
(Katz et all, 1989 ) melaporkan berhasil melakukan miomectomi pada kehamilan 14
minggu pada suatu mioma uteri pedunculated yang besar karena menimbulkan nyeri yang
hebat dan mengganggu pernafasan. Parks and Barter juga mencatat miomectomi kadangkadang penting dilakukan jika ditemui tumor yang ukurannya besar dan menimbulkan
nyeri yang ekstrim.
Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Miomektomi yang
ekstensif dan secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus endometrium,
maka diharuskan sektio sesar pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh kembali
setelah miomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih
lanjut.
41