Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DESEMBER 2015
Nama
No. Stambuk
: N 111 15 002
Pembimbing
: dr.Suldiah, Sp.A
PENDAHULUAN
STATUS PASIEN
Tanggal Masuk: 21-12-2015
Nama
: Bayi Ny.D
Pk. 22:30
Pk. 04:00
Anamnesis:
Bayi masuk rumah sakit rujukan dari RS.Bhayangkara dengan
BBLR+Hipoglikemi. Bayi lahir 20 Desember 2014 pukul 04.00 riwayat
persalinan spontan. Skor APGAR 5/6/7, bayi tidak segera menangis, ketuban
sedikit warna putih keruh/ ketuban pecah dini. Berat badan lahir 1400 gram,
Panjang badan lahir 44 cm. Tidak terdapat trauma lahir, tidak ada kelainan
kongenital.
Riwayat maternal: usia ibu melahirkan 20 tahun, G1P1A0. Riwayat demam (+)
pernah dialami selama hamil, dan tidak ada riwayat hipertensi atau diabetes.
Pemeriksaan antenatal care tidak rutin. Ibu tidak melakukan aktivitas berat
selama hamil.
1. PEMERIKSAAN FISIK
- Tanda Vital
o Denyut jantung
o Respirasi
o Temperatur
o CRT
- Data antropometrik
o Berat badan
o Panjang badan
o Lingkar kepala
o Lingkar dada
- System pernafasan
o Sianosis
o Merintih
o Apneu
o Retraksi dinding dada
o Gerakan dinding dada
o Cuping hidung
o Stridor
o Bunyi nafas
o Bunyi tambahan
DOWNE SCORE
o Frekuensi napas
o Retraksi
o Sianosis
o Udara masuk
o Merintih
Total skor
: 134 x/menit
: 78 x/menit
: 35.5 C
: < 2 detik
: 1500 gram
: 38 cm
: 30 cm
: 27cm
: (-)
: (-)
: (-)
: (+)
: simetris
: (-)
: (-)
: bronkovesikuler +/+
: ronkhi -/-, wheezing -/:1
:1
:0
:0
:0
:2
2
Kesimpulan
: Tidak ada gawat napas
o System Kardiovaskuler
o Bunyi jantung
: murni teratur
o Murmur
: (-)
o System Hematologi
o Pucat
: (-)
o Icterus
: (-)
o System Gastrointestinal
o Kelainan dinding abdomen
: (-)
o Muntah
: (-)
o Diare
: (-)
o Residu lambung
: (-)
o Organomegali
: (-)
o Bising usus
: (+) kesan normal
o Umbilicus
Keluaran
: (-)
Warna kemerahan : (-)
Edema
: (-)
o System Neurologi
o Aktivitas
: lemah
o Kesadaran
: letargi
o Fontanella
: datar
o Sutura
: terbuka
o Reflex cahaya
: +/+
o Kejang
: (-)
o Tonus otot
: gerakan aktif
o System Reproduksi
o Anus imperforate : (-)
o Keluaran
: (-)
o Pemeriksaan lain:
o Ekstremitas
: lengkap
o Turgor
: baik
o Kelainan kongenital: (-)
o Trauma lain
: (-)
o Reflex primitive:
Reflex moro : (+)
Reflex sacking: (+)
Reflex rooting: (+)
Reflex Babinski : (+)
Reflex palmar grasping: (+)
BALLARD SCORE
o Maturitas Neuromuskular
Maturitas Fisik
o
o
o
o
o
o
Sikap tubuh
:3
Persegi jendela
:0
Recoil Lengan
:4
Sudut Poplitea
:3
Tanda Selempang
:3
Tumit Ke kuping
:2
o Skor
: 19
o Estimasi Umur Kehamilan
Kulit
Lanugo
Permukaan Plantar
Payudara
Mata/Telinga
Genitalia
:1
: -1
:0
:1
:2
:1
: 30 - 32 Minggu
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
- WBC 12,7x 103/mm3
- Gula Darah Sewaktu: 36 mg/Dl
DIAGNOSIS
: Bayi Prematur + Hipoglikemi
Gangguan napas sedang
+ Sepsis neonatorum +
TERAPI :
- Oksigen 2 L/menit
4
DISKUSI
Sepsis neonatal merupakan infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan
ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan
sumsum tulang atau air kemih.[2]
Keadaan ini sering terjadi padi bayi beresiko misalnya BKB, BBLR, bayi
dengan sindrom gangguan napas atau bayi yang lahir dari ibu beresiko. Sepsis
neonatal dibagi dalam dua kelompok yaitu sepsis awitan dini dan awitan lambat.
Pada awitan dini, kelainan ditemukan pada hari-hari pertama kehidupan (umur di
bawah 3 hari). Infeksi terjadi secara vertikal karena penyakit ibu atau infeksi yang
diderita ibu selama persalinan atau kelahiran. Berlainan dengan kelompok awitan
dini, penderita awaitan lambat terjadi disebabkan kuman yang berasal dari
lingkungan di sekitar bayi setelah hari ke 3 lahir. Proses infeksi semacam ini
disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal dan termasuk di dalamnya infeksi
karena kuman nosokomial.[2]
Pada kasus ini, faktor resiko terjadinya sepsis adalah adanya sindrom
gangguan napas yang dialami oleh bayi. Sepsis yang terjadi termasuk awitan dini
karena terjadi kurang dari 3 hari. Infeksi terjadi secara vertikal karena penyakit
ibu atau infeksi yang diderita ibu selama persalinan atau kelahiran.
Diagnosis[1]
Dugaan sepsis
Jika tidak ditemukan riwayat infeksi intra uteri, ditemukan satu kategori A
dan satu atau dua kategori B maka kelola untuk tanda khususnya (mis.
kejang)
Jika ditemukan tambahan tanda sepsis, maka dikelola sebagai kecurigaan
besar sepsis.
Kecurigaan besar sepsis
Bayi umur sampai dengan usia 3 hari
- Riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan kecurigaan infeksi
-
tiga atau lebih gejala pada kategori B (tabel untuk kategori A dan B).
Bayi usia lebih dari 3 hari
Bayi mempunyai dua atau lebih temuan kategori A atau tiga atau lebih
temuan kategori B.
Kelompok temuan yang berhubungan dengan sepsis neonatorum[1]
Kategori A
Kategori B
1.
2.
3.
Tremor
Letargi atau lunglai
Mengantuk atau aktivitas
berkurang
4.
Iritabel atau rewel
5.
Muntah (menyokong ke
arah sepsis)
6.
Perut kembung
(menyokong ke arah sepsis)
7.
Tanda tanda mulai
muncul sesudah hari ke
empat (menyokong ke arah
sepsis)
8.
Air ketuban bercampur
mekonium
9.
Malas minum
sebelumnya minum dengan
baik (menyokong ke arah
sepsis)
di
negara
berkembang
termasuk
Indonesia,
mikroorganisme
Listeria dll.
Prosedur obstetri yang kurang memperhatikan faktor a/antisepsis misalnya
saat pengambilan contoh darah janin, bahan villi khorion atau
amniosentesis. Paparan kuman pada cairan amnion saat prosedur
dilakukan akan menimbulkan amnionitis dan pada akhirnya terjadi
Pada kasus ini ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab untuk
kecurigaan sepsis. Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal
dari vagina akan lebih berperan dalam infeksi janin. Pada keadaan ini
kuman vagina masuk ke dalam rongga uterus dan bayi dapat
terkontaminasi kuman melalui saluran pernafasan ataupun saluran cerna.
Kejadian kontaminasi kuman pada bayi yang belum lahir akan meningkat
apabila ketuban telah pecah lebih dari 18-24 jam.
Bila paparan kuman berlanjut dan memasuki aliran darah, akan terjadi
respons tubuh yang berupaya untuk mengeluarkan kuman dari tubuh. Berbagai
reaksi tubuh yang terjadi akan memperlihatkan pula bermacam gambaran gejala
klinis pada pasien. Tergantung dari perjalanan penyakit, gambaran klinis yang
terlihat akan berbeda.
Pemeriksaan penunjang [1]
-
Pemeriksaan jumlah lekosit dan hitung jenis secara serial untuk menilai
perubahan
akibat
infeksi,
adanya
lekositosis
atau
lekopeni,
trombositopenia
-
Respirasi
Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah
hipoksia. Pada kasus ini terdapat gangguan napas sedang yaitu
nafas78x/menit dengan tarikan dinding dada. Maka diberikan oksigen
2L/menit dengan kateter nasal, bayi tidak diberikan minum.
Kardiovaskuler
Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta pemantauan
tensi dan perfusi jaringan untuk cegah syok.
Eliminasi kuman penyebab merupakan pilihan utama dalam tata laksana
sepsis neonatorum, sedangkan di pihak lain penentuan kuman penyebab
membutuhkan waktu dan mempunyai kendala tersendiri. Hal ini merupakan
masalah dalam melaksanakan pengobatan optimal karena keterlambatan
pengobatan akan berakibat peningkatan komplikasi yang tidak diinginkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan antibiotik secara empiris dapat
dilakukan dengan memperhatikan pola kuman penyebab yang tersering ditemukan
di klinik tersebut. Antibiotik tersebut segera diganti apabila sensitifitas kuman
diketahui. Selain itu, beberapa terapi suportif (adjuvant) juga sudah mulai
dilakukan, walaupun beberapa dari terapi tersebut belum terbukti menguntungkan.
Pemilihan antibiotik untuk sepsis awitan dini (SAD)
Kombinasi penisilin atau ampisilin ditambah aminoglikosida mempunyai
aktivitas antimikroba lebih luas dan umumnya efektif terhadap semua organisme
10
11
Pada saat ini pemberian kortikosteroid pada pasien sepsis lebih ditujukan
untuk mengatasi kekurangan kortisol endogen akibat insufisiensi renal.
Kortikosteroid dosis rendah bermanfaat pada pasien syok sepsis karena terbukti
memperbaiki status hemodinamik, memperpendek masa syok, memperbaiki
respons terhadap katekolamin, dan meningkatkan survival. Pada keadaan ini dapat
diberikan hidrokortison dengan dosis 2 mg/kgBB/hari. Sebuah meta-analisis
memperkuat hal ini dengan menunjukkan penurunan angka mortalitas 28 hari
secara signifikan.
Dukungan Nutrisi
Sepsis merupakan keadaan stress yang dapat mengakibatkan perubahan
metabolik tubuh. Pada sepsis terjadi hipermetabolisme, hiperglikemia, resistensi
insulin, lipolisis, dan katabolisme protein. Pada keadaan sepsis kebutuhan energi
meningkat, protein otot dipergunakan untuk meningkatkan sintesis protein fase
akut oleh hati. Beberapa asam amino yang biasanya non-esensial menjadi sangat
dibutuhkan, diantaranya glutamin, sistein, arginin dan taurin pada neonatus. Pada
keadaan sepsis, minimal 50% dari energy expenditure pada bayi sehat harus
dipenuhi; atau dengan kata lain minimal sekitar 60 kal/kg/hari harus diberikan
pada bayi sepsis. Kebutuhan protein sebesar 2,5-4 g/kg/hari, karbohidrat 8,5-10
g/kg/hari dan lemak 1g/kg/hari. Pemberian nutrisi pada bayi pada dasarnya dapat
dilakukan melalui dua jalur, yaitu parenteral dan enteral. Pada bayi sepsis,
dianjurkan untuk tidak memberikan nutrisi enteral pada 24-48 jam pertama.
Pemberian nutrisi enteral diberikan setelah bayi lebih stabil.
12
DAFTAR PUSTAKA
1
Kosim, MS, dkk. 2009. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Ikatan Dokter
Anak Indonesia
13
John Mersch, MD, FAAP : Neonatal Sepsis ( Sepsis Neonatorum ). Page was
last
modified
June
20th,
2011.
Page
available
at
http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=98247
14