DASAR-DASAR ELECTRICAL
Tujuan :
memperoleh pengetahuan dasar tentang listrik dan
elektronik sehingga dapat menerapkan pengetahuan
ini
untuk
memperbaiki
kendaraan
yang
sesungguhnya.
DASAR-DASAR ELECTRICAL
1 Konduktor dan Non Konduktor
1. Konduktor
2. Isolator
BASIC ELECTRICAL
Tujuan : Memperoleh pengetahuan dasar tentang listrik dan elektronik.
1.1 Tegangan dan Arus
Tegangan listrik (Voltage) adalah
perbedaan potensial listrik antara dua
titik dalam rangkaian listrik, dinyatakan
dalam satuan VOLT (V).
Arus
listrik
(Current)
adalah
banyaknya muatan listrik yang mengalir
melalui suatu titik dalam sirkuit listrik
tiap satuan waktu, dinyatakan dalam
satuan AMPERE (A)
BASIC ELECTRICAL
1.1 Tegangan dan Arus
Arus Searah
DC (Direct Current)
Arus Bolak-balik
AC (Alternating Current)
5
BASIC ELECTRICAL
1.2 Resistansi Listrik
BASIC ELECTRICAL
1.3 Hukum Ohm
V
I
V =IxR
V = Tegangan (volt)
I = Arus (amper)
R = Tahanan (ohm)
I =V/R
R = V/I
I4
I3
I 1 + I3 + I5 = I2 + I4
I1
V1
Vs = V1 + V2 + V3
R1
R2
VS
R3
V3
I2
I5
V2
BASIC ELECTRICAL
1.4 Rangkaian Listrik
Seri
I
I1
R1
V1
I = I1 = 12 = I3
V2
Vs = V1 + V2 + V3
V3
Rtotal = R1 + R2 + R3
Vs
I2
I3
R2
R3
Dik :
Vs = 12 V
R1 = 3 Ohm
R2 = 2 Ohm
R3 = 1 Ohm
8
Dit : R Total ?
I Total ?
V1 ?
V2 ?
V3 ?
BASIC ELECTRICAL
1.5 Rangkaian Listrik
Paralel
I3
I
IV21
R2
I
IV12
Vs
R3
Vs = V1 = V2 = V3
R1
I =I1 + I2 + I3
V3
1
1
1
1
=
+
+
R total R1 R2 R3
Dik :
Vs = 12 V
R1 = 4 Ohm
R2 = 3 Ohm
R3 = 2 Ohm
9
Dit : R Total ?
I Total ?
I1 ?
I2 ?
I3 ?
BASIC ELECTRICAL
1.6 Microcomputer
Input
Air Flow Sensor
(intake air rate)
Intake air temperatur sensor
(Intake air temperatur
sensor)
Coolant temperatur sensor
(Coolant temperatur sensor)
Throttle sensor
(throttle opening)
Boost sensor
(Supercharge pressure)
Vihecle speed sensor
(Vehicle speed)
Idle switch
(Idle state)
Variable resistor
(Idle air/fuel ratio manual adjustment)
Key switch
(Cranking Signal)
Ignition coil
(engine revolution signal)
O2 sensor
(Oxygen concentration in exhaust)
CPU
I/O
Memory
(ROM)
Output
Injector
Power Transistor
Fuel Pump
Solenoid Valve
Memory
(RAM)
10
PENGUKURAN LISTRIK
2.1 Circuit Tester
Dalam melakukan pengukuran kelistrikan diperlukan alat ukur :
1. Ampermeter (mengukur arus listrik)
2. Voltmeter (mengukur tegangan Listrik)
3. Ohm meter (untuk mengukur nilai tahanan listrik)
Dari ketiga alat pengukuran listrik itu kita kenal dengan Multitester
Dalam pengunaan alat ukur listrik perlu
diperhatikan tata cara pengunaannya,
batas maksimal yang dapat diukur,
supaya alat ukur tidak menjadi rusak :
11
Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.
PENGUKURAN LISTRIK
2.2 Pengukuran Listrik
Pengukuran Tahanan (Resistansi)
a. Menempatkan range selector pada Ohmmeter
(skala yang diinginkan)
( x 100K x 1K x 10 x 1 )
b. Melakukan zero setting dengan menghubungkan
probe merah dengan probe hitam, lalu putar zero
knob
c. Pengukuran dilakukan pada rangkaian
terbuka/open circuit atau pada saat S/W OFF
d. Pengukuran dilakukan secara paralel terhadap
bebannya
e. Polarity bebas (posisi probe boleh bolak-balik)
PENGUKURAN LISTRIK
Pengukuran Tegangan DC
a. Menempatkan range selector pada DC
voltmeter tertinggi
(1000 - 250 50 10 - 2,5 0,25) Volt
b. Melakukan zero pointer
c. Menghubungkan voltmeter secara paralel
dengan beban yang di ukur (lihat gambar)
d. Penggunaan probe tidak terbalik.
Probe ( + / merah ) pada +
Probe ( - / hitam ) pada
e. Pengukuran dilakukan pada rangkaian yang
close circuit (rangkaian tertutup) atau pada
saat S/W ON.
PENGUKURAN LISTRIK
Pengukuran Arus DC
a. Menempatkan range selector pada DC
ampere tertinggi
(0,25A, 25mA, 2,5mA, 50A)
b. Melakukan zero pointer
c. Menghubungkan amperemeter secara seri
dengan beban yang di ukur (lihat gambar)
d. Penggunaan probe tidak terbalik.
Probe ( + / merah ) pada +
Probe ( - / hitam ) pada
e. Pengukuran dilakukan pada rangkaian yang
close circuit (rangkaian tertutup) atau pada
saat S/W ON.
PENGUKURAN LISTRIK
2.3 Rumus Pengukuran Listrik
15
Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.
PENGUKURAN LISTRIK
AMPEREMETER
1
R. selector
2.5mA
2
0.25
3
25 mA
4
50 A
Pointer
Skala Max
Nilai
Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.
16
5
0.25
PENGUKURAN LISTRIK
VOLTMETER
R. selector
50
2.5
10
250
0.25
Pointer
Skala Max
Nilai
17
PENGUKURAN LISTRIK
OHM METER
R. selector
10
100
1K
100K
Pointer
Nilai
18
DASAR-DASAR ELECTRICAL
1-11-1 Kapasitor
Q=C.V
DASAR-DASAR ELECTRICAL
1-12 Fuse / Fusible Link
Fungsi : sebagai pengaman rangkaian atau sistem
DASAR-DASAR ELECTRICAL
Pembacaan
Resistor
DASAR-DASAR MAGNET
2 Dasar Magnetisme
DASAR-DASAR MAGNET
2-1 Coil ( Kumparan )
DASAR-DASAR MAGNET
2-2 Hubungan Antara Arus dan Medan Magnet
2-2-1 Right-hand Screw Thread Rule
DASAR-DASAR MAGNET
2-2-2 Medan Magnet Bertindak pada Coil
Electromagnet
Electromagnet (terdapat-core)
DASAR-DASAR MAGNET
2-2-3 Right-hand Thumb Rule
SEMI KONDUKTOR
3-1 Semikonduktor Tipe P dan N
BASIC ELECTRICAL
1.6 Semikonduktor
Thermistor
BASIC ELECTRICAL
Diode
Karakteristik dioda
Reverse Direction
K
Lampu ON
A
Lampu OFF
BASIC ELECTRICAL
Diode Zener
Fungsi
BASIC ELECTRICAL
Transistor
Simbol Transistor :
33
Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.
SEMI KONDUKTOR
3-7 Integrated Circuit ( IC )
SEMI KONDUKTOR
Jenis jenis IC
Klasifikasi berdasarkan Scale of Integration :
SSI ( Small Scale Integrated Circuit )
MSI ( Medium Scale Integrated Circuit )
LSI ( Large Scale Integrated Circuit )
VLSI ( Very Large Scale Integrated Circuit )
Klasifikasi berdasarkan penerapan dan struktur :
1. Analog IC
2. Digital IC
BATTERY
Battery
Battery
Plate Group
BATTERY
BATTERY
Kapasitas Battery
Faktor-faktor yang berpengaruh pada kapasitas battery.
i) Dimensi, bentuk dan jumlah plate
ii) Spesifikasi gravitasi, temperatur dan jumlah electrolyte
iii) Material, bentuk dan dimensi pada separator
iv) Perakitan konstruksi
1. PENGISIAN DENGAN ARUS KECIL
BATTERY
Tindakan pencegahan selama pengisian
i) Pastikan bahwa temperatur
electrolyte tidak melebihi 45C selama
pengisian.
ii) Ketika dua atau lebih battery yang
sama diisi pada saat yang sama,
hubungkan mereka dengan charger
dalam seri,
Nilai standar : 1,220 1,290 (200 C )
STARTING SYSTEM
Fungsi
Untuk pertama kali memutarkan engine supaya didapat langkah kompressi
sehingga terjadi pembakaran
STARTING SYSTEM
Reduction Type
Pinion Type
STARTING SYSTEM
Pengoperasian pada Stater Motor
STARTING SYSTEM
STARTING SYSTEM
Perhatian
Pengetesan ini harus dilakukan dgn cepat ( < 10 s) untuk mencegah coil terbakar
STARTING SYSTEM
Pengetesan Magnetic Switch Pull In
STARTING SYSTEM
Pengetesan Ground Field Coil
Brush Holder
STARTING SYSTEM
STARTING SYSTEM
Urutan pelepasan
1 Starter relay
2 Starter
PERINGATAN
Sebelum melepas starter, lepaskan dan isolasi
kabel & terminal ()
battery.
Sangat berbahaya membiarkan kabel () battery
tetap terhubung, karena tegangan battery masih
mengalir di terminal B.
STARTING SYSTEM
STARTING SYSTEM
PERHATIAN
Jangan melepaskan rear dan front bearing, kecuali ditemukan cacat/kerusakan.
Pastikan ball jangan sampai hilang, karena kemungkinan ball ikut keluar saat pelepasan armature.
Rubber packing dapat digunakan kembali bila tidak ditemukan cacat selama proses pembongkaran.
Saat melakukan pembongkaran pada bagian motor dan hanya dibutuhkan pemeriksaan pada brush dan part
yang berhubungan, tidak perlu melakukan pelepasan pinion dari starter motor.
Pastikan melepaskan pinion sebelum melakukan pembongkaran part lainnya.
STARTING SYSTEM
Pekerjaan sebelum pembongkaran
Mating mark: Rear bracket dan yoke
STARTING SYSTEM
Pembongkaran: Pinion
Untuk melepas pinion, arus harus diberikan pada starter untuk membuat pinion keluar.
PERINGATAN
Setelah starter diberi arus, jangan sampai pinion yang keluar dan berputar mengenai tangan Anda.
Kemungkinan magnetic switch akan sangat panas selama proses pemeriksaan, maka berhati-hatilah dan jangan
sampai menyentuhnya.
Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.
STARTING SYSTEM
PERHATIAN
Pemberian arus pada pull-in coil P tidak boleh lebih
dari 10
detik, dan jangan memberi arus pada holding coil H
lebih
dari 30 detik. Jika hal tersebut dilakukan, maka
kemungkinan
coil akan mengalami overheat dan terbakar.
Untuk mengeluarkan pinion dengan gaya springnya
sendiri,
pastikan untuk memberi arus pada starter saat
posisinya
tepat.
Bila starter tidak diberi arus dan lever tertarik untuk mengeluarkan pinion, maka front bracket dan/atau lever
kemungkinan akan mengalami kerusakan dikarenakan terjadi kejutan saat pelepasan stopper ring.
Arus tinggi (100 A atau lebih) akan mengalir saat arus diberikan pada starter. Untuk melakukan pemeriksaan,
gunakan kabel booster atau sejenisnya. Dan juga pastikan bahwa sambungan terpasang dengan baik.
STARTING SYSTEM
STARTING SYSTEM
PERHATIAN
Ketika switch 1 dan 2 diaktifkan, pada pull-in coil P dan
holding coil H akan mengalir arus. Rangkaian akan terhubung
tanpa ada arus tegangan di terminal B starter, maka arus akan
mengalir ke pull-in coil bersamaan dengan putaran pinion.
Matikan switch 2 (dalam 5 detik) setelah pinion mulai
berputar untuk mencegah pull-in coil terbakar.
PERHATIAN
Ketika starter diberi arus lagi (bertenaga), maka
pinion akan tertarik secara mekanis. Dengan demikian,
stopper ring akan kembali ke ring groove pada pinion
stopper. Bila hal ini terjadi, beri arus lagi pada starter
dan lanjutkan dengan prosedur pelepasan pinion lagi.
STARTING SYSTEM
Pembongkaran: Yoke dan brush holder
Angkat brush dari commutator dan tahan pada kondisi
tersebut dengan menggunakan brush spring.
Tarik part A di setiap brush spring dan angkat brush.
Tahan brush pada posisi seperti ilustrasi di samping .
Lepaskan yoke dan brush holder.
STARTING SYSTEM
Pembongkaran: Gear shaft dan internal gear
Lepaskan E-ring dan kemudian gear shaft serta internal
gear dari overrunning clutch. Lakukan hal berikut bila
gear shaft tidak dapat dilepaskan dikarenakan macetnya
bagian spline pada gear shaft dengan internal part pada
overrunning clutch.
Tekan gear shaft berlawanan dengan overrunning
clutch.
Putar gear shaft sekitar 1/8 putaran untuk mengubah
posisi bagian spline.
STARTING SYSTEM
Pembongkaran: Front bearing
STARTING SYSTEM
(2) Test for fused-together contact
Pastikan tidak terdapat hubungan antara terminal B
dan M.
STARTING SYSTEM
Pemeriksaan: Brush spring pressure
Bila menggunakan brush baru, ukur beban yang diperlukan untuk
memisahkan brush spring dari brush.
Ganti brush spring bila hasil pengukuran di bawah limit yang telah
ditentukan.
Pemeriksaan: Brush ()
STARTING SYSTEM
Pemeriksaan: Brush holder
Pemeriksaan: Yoke
STARTING SYSTEM
(2) Test for coil grounding
Pastikan tidak terdapat hubungan antara yoke dan brush (+).
Bila terdapat hubungan, maka coil ter-ground. Periksa isolasi
pelindungnya dan ganti yoke dan brush (+) bila isolasi pelindungnya tidak
dapat diperbaiki lagi.
PERHATIAN
Coil kemungkinan ter-ground pada yoke dikarenakan terdapatnya
kumpulan partikel-partikel akibat pengikisan di brush dan/atau armature.
STARTING SYSTEM
Pemeriksaan: Brush (+)
STARTING SYSTEM
Pemeriksaan: Armature
STARTING SYSTEM
(3) Commutator outside diameter
Ganti armature bila hasil pengukuran berada di luar
spesifikasi.
STARTING SYSTEM
(6) Mold depth antar segment
Perbaiki atau ganti armature bila hasil pengukuran berada
di bawah limit yang telah ditentukan.
Untuk memperbaiki armature, gosok bagian yang
diilustrasikan di samping.
Perbaiki atau ganti armature bila terdapat keausan seperti
ilustrasi di samping.
O : Dapat diterima
X : Tidak dapat diterima
STARTING SYSTEM
Pemeriksaan: Overrunning clutch
Ganti overrunning clutch bila ditemukan ketidaknormalan pada
pemeriksaan berikut :
Putar shaft searah B dan pastikan dapat berputar dengan lancar.
Putar shaft searah A dan pastikan ini terkunci.
STARTING SYSTEM
(2) Pinion gap
Hubungkan starter seperti ilustrasi di samping.
STARTING SYSTEM
Setelah pinion mulai berputar, segera matikan switch 2
(dalam waktu 5 detik) untuk menghentikan laju putaran pinion.
Setelah pinion mulai berputar, segera matikan switch 2
(dalam waktu 5 detik) untuk menghentikan laju putaran pinion.
PERHATIAN
Ketika switch 1 dan 2 diaktifkan, pada pull-in coil P dan
holding coil H akan mengalir arus. Rangkaian akan terhubung
tanpa ada arus tegangan di terminal B starter, maka arus akan
mengalir ke pull-in coil bersamaan dengan putaran pinion.
Matikan switch 2 (dalam 5 detik) setelah pinion mulai berputar
untuk mencegah pull-in coil terbakar.
Tarik keluar ujung overrunning clutch dan kemudian dorong
pelan ujung dari overrunning clutch dan ukur besar pergeseran
dalam arah axial, seperti pinion gap.
Matikan switch 1 untuk memberikan daya lagi pada starter.
Bila hasil pengukuran di luar dari spesifikasi yang telah
ditentukan, maka ganti lever.
PERHATIAN
Pinion gap harus disetel bila melakukan penggantian magnetic switch.
STARTING SYSTEM
Trouble Shooting
CHARGING SYSTEM
Fungsi Alternator
1. Sebagai Pembangkit listrik (generator)
2. Sebagai Penyedia listrik untuk komponen komponen listrik di kendaraan
3. Sebagai Charging/mengisi batery
CHARGING SYSTEM
Tipe Alternator
1. Alternator Tipe Brushed
Brushless alternator
CHARGING SYSTEM
CARA KERJA SISTEM PENGISIAN DALAM RANGKAIAN
CHARGING SYSTEM
CHARGING SYSTEM
CHARGING SYSTEM
5-4 Rotor
Rotor assembly (brushed alternator)
Rotor assembly
(brushless alternator)
CHARGING SYSTEM
Prinsip pengoperasian pada brushless alternator
CHARGING SYSTEM
Stator
Stator terdiri dari stator core, stator coil, dll
seperti ditunjukkan pada Gambar. Stator
core, yang merupakan perakitan cylindrical
pada iron layer yang tipis terikat bersama,
membentuk bagian untuk magnetic flux
dengan rotor core. Dalam inner periphery
pada stator core, slot yang disediakan di
mana stator coil dipasang.
CHARGING SYSTEM
Diode
Dua perakitan diode - salah satunya memiliki tiga atau empat diode positif dan
diode holder dan yang lainnya memiliki jumlah yang sama pada diode negatif
dan diode holder - yang digunakan.
CHARGING SYSTEM
Voltage Regulator
Voltage regulator memiliki control circuit dengan yang IC yang terintegrasikan
dan membentuk charge control circuit dengan encased terminal yang terhubung
ke alternator. Regulator body dibangun kedalam alternator.
CHARGING SYSTEM
Prinsip Rectification oleh Dioda
CHARGING SYSTEM
Pengoperasian Pengisian Circuit
Pemeriksaan Alternator
WARNING !!!
Pastikan melepas dan mengisolasi terminal ()
battery untuk mencegah terjadinya cedera
saat bekerja pada rangkaian electrical.
Tegangan battery selalu mengalir ke terminal B
saat terminal () battery terhubung.
Untuk menghubungkan ke switch, gunakan
lead wire yang diameternya sama atau lebih
besar dengan chassis harness yang terhubung
ke terminal B.
Putar switch dan pastikan
menunjukkan tegangan battery.
bahwa
voltmeter
Start engine.
Nyalakan semua switch lampu di kendaraan dengan
segera.
Akselarasikan engine hingga mencapai kecepatan seperti
yang ditunjukkan di bawah ini, kemudian ukur arus output
alternator. Sekitar 2300 rpm.
Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.
Pemeriksaan Alternator
1. Pengujian pada test bench
Pemeriksaan Alternator
2. Pengujian saat terpasang pada kendaraan
Pasang voltmeter, ammeter dan switch yang terhubung
dengan terminal B Alternator.
CATATAN
Switch pada kondisi OFF.
Putar switch ke posisi ON dan pastikan bahwa voltmeter
menunjuk tegangan battery.
Hidupkan engine dan nyalakan semua lampu serta
perlengkapan listrik lainnya, naikkan rpm engine kemudian
baca arus maksimum saat putaran alternator mencapai 5000
rpm (putaran engine kira-kira 2410 rpm).
Bila arus yang terbaca 70% atau lebih dari output nominal,
maka alternator berada pada kondisi normal.
CATATAN
Pengujian di kendaraan adalah cara pengujian yang paling mudah dilakukan, akan tetapi
cara pengujian yang paling tepat adalah pada test bench.
Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.
Pemeriksaan Alternator
Service standard (satuan: mm)
Pemeriksaan Regulator
PERINGATAN
Pastikan melepas dan mengisolasi terminal () battery untuk
mencegah terjadinya cedera saat bekerja pada rangkaian electrical.
Tegangan battery selalu mengalir ke terminal B saat terminal ()
battery terhubung.
Untuk menghubungkan ke switch, gunakan lead wire yang
diameternya sama atau lebih besar dengan chassis harness yang
terhubung ke terminal B.
Matikan semua beban elektrik (lamp, dsb) saat melakukan
pemeriksaan.
Putar kembali switch, kemudian start engine.
Ukur tegangan (V) di terminal B ketika diketahui arus output
sebesar 5 A atau kurang pada kecepatan engine mencapai kirakira
PERHATIAN
2300 Rpm.
Bila arus output di antara 5 s/d 10 A, maka hasil pengukuran (regulated voltage) akan didapat lebih
rendah. 28 V 0,2 s/d 0,3 V
Bila arus output 5 A atau lebih, lakukan salah satu dari hal berikut :
Nyalakan engine sesaat untuk mengisi battery.
Ganti dengan battery yang sudah terisi penuh.
Lakukan pemeriksaan ulang pada test bench bila hasil pengukuran melewati nilai standar yang telah
ditentukan.
Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.
Pemeriksaan Regulator
1. Pengujian pada test bench
Dengan menggunakan rangkaian seperti terlihat di
samping, periksa tegangan regulator dengan prosedur
berikut.
Gunakan battery full charge dan putar switch ke posisi
ON. Naikkan putaran alternator secara bertahap dan
pastikan bahwa arus menunjukkan 10 A atau kurang saat
putaran alternator mencapai 5000 rpm.
Bila hasil pengukuran menyimpang dari nilai standar,
maka ganti regulator.
Pemeriksaan Regulator
2. Pengujian saat terpasang pada kendaraan
Bila arus charging menunjukkan 10 A atau kurang pada saat putaran engine 2410 rpm, baca tegangan
regulator.
Bila arus charging menunjukkan 10 A atau lebih, biarkan battery terisi untuk sementara atau ganti battery
dengan yang full charge, atau sebagai pengganti hubungkan seri dengan battery sebuah resistor bernilai
0,25 ohm guna membatasi arus pengisian.
Bila tegangan regulator menyimpang dari nilai standar, maka ganti regulator assy. #940 ALTERNATOR
<24V-50A> 54-12-
PREHEATING SYSTEM
PREHEATING SYSTEM
Dirancang untuk memudahkan engine dinyalakan, preheating system
memanaskan intake air dengan menggunakan intake air heater yang disediakan
dalam intake air passage atau menginduksi ignition dengan cara memanasi plug
yang dipasang di setiap combustion chamber
PREHEATING SYSTEM
Intake Air Heater Tipe Preheating System
Intake air heater tipe preheating system digunakan untuk injeksi engine langsung
dan dirancang untuk memanasi udara kompresi secara elektrik bagi mesin dingin
untuk start yang secara langsung memanasi udara yang datang dari pembersih
udara.
PREHEATING SYSTEM
PREHEATING SYSTEM
Glow Plug Tipe Preheating System
Glow plug tipe preheating system digunakan dalam swirl chamber tipe engine
dan beberapa engine injeksi langsung.
PREHEATING SYSTEM
Glow plug biasa
Glow plug memiliki coil panas yang dipasang dalam pelindung metal tube. Panas
memberi hambatan isolasi powder mengisi ruang antara heat coil dan metal
tube untuk membatasi dan mempertahankan heat coil.
Glow plug
PREHEATING SYSTEM
Glow plug pilot
glow plug pilot terdiri dari coil panas, terminal yang menyangga heat coil dan
melindungi cover. Akan menyala merah bersamaan dengan glow plug untuk
mengindikasikan bahwa pemanasan awal sedang berlangsung.
Periksa glow plug pilot untuk open-circuited coil dan kondisinya terpasang. Ganti
jika ditemukan kesalahan apapun. Gunakan glow plug pilot yang spesifikasi
untuk penggantian. Gunakan pengganti yang berbentuk sama karena yang
bukan dari spesifikasi yang sama dapat menyebabkan masalah.
Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.
PREHEATING SYSTEM
Glow plug relay
glow plug relay adalah kombinasi dari dua relay independen bertempat di satu
case: salah satunya adalah preheating relay dan yang lainnya adalah starting relay.
Relay ini diaktifkan dengan mengoperasikan starter switch untuk menyebabkan
circuit switch-over untuk pemanasan dan penyalaan engine tanpa voltage yang
digunakan di seluruh glow plug berubah sehingga glow plug dipertahankan
dengan benar pada temperatur merah panas.
PREHEATING SYSTEM
PREHEATING SYSTEM
Pemeriksaan pada Glow Plug
Periksa glow plug untuk keausan atau
kerusakan thread, insulator yang terbakar atau
cacat, open-circuited heat coil, dan ganti jika
terdapat kerusakan apapun.
Untuk memeriksa glow plug untuk opencircuited atau short-circuit, ukur resistensi
antara terminal dan pelindung metal tube atau
plug housing. Jika tester menunjukkan nilai
standar, maka glow plug berfungsi dengan
normal.
Pemeriksaan pada glow plug
LIGHTING SYSTEM
High-low beam changeover
LIGHTING SYSTEM
Memeriksa keselarasan headlight beam alignment
Penyetelan Headlamp
1. Persiapan sebelum penyetelan
Parkir kendaraan pada tempat yang rata.
Pastikan menempatkan ganjalan ban dengan tepat.
Pindahkan beban dari kendaraan dan pastikan tidak
ada seorangpun di dalamnya.
Pompa ban sampai pressure yang ditentukan.
Tempatkan orang di dalam kendaraan dengan berat
sekitar 55 kg.
Start engine dan pastikan battery telah di-charge.
Tempatkan convergent headlamp tester dan
kendaraan tepat saling berhadapan antara satu dan
lainnya seperti yang diperlihatkan pada gambar.
Sejajarkan center dari headlamp bulb dengan center
dari convergent lens pada convergent headlamp tester.
Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.
Penyetelan Headlamp
2. Penyetelan Dipped Beam
Nyalakan dipped beam.
Lakukan penyetelan dengan prosedur berikut sampai posisi elbow
point pada dipped beam cut-off line seperti ilustrasi di samping.
Vertical adjustment : Setel dengan memutar screw A dan B dalam
jumlah yang sama.
Horizontal adjustment: Putar screw B. Setel posisi optical axis dari
dipped beam (kanan & kiri) seperti ilustrasi di samping. Cut-off line
position: 0,7
Penyetelan Headlamp
LIGHTING SYSTEM
Stop Lamp
Ketika brake pedal ditekan untuk menggunkaan brake, rod dalam switch
digerakkan oleh spring. Pergerakan contact point dari bagian terisolasi ke
metal part, berakibat pada lamp yang menyala.
LIGHTING SYSTEM
Backup Lamp
Lampu ini menyala ketika transmission shift lever berada dalam posisi MUNDUR.
Pada kendaraan transmisi manual, backup lamp switch disediakan dalam
transmisi,
LIGHTING SYSTEM
Turn Signal Lamp
BASIC INSTRUMENT
Speedometer
Engine Tachometer
BASIC INSTRUMENT
Oil Pressure Gauge Tipe Bimetal
Bimetal tipe oil pressure gauge Bimetal tipe oil pressure gauge
circuit (sebelum diaktifkan)
circuit (ketika diaktifkan)
BASIC INSTRUMENT
Water Temperature Gauge
BASIC INSTRUMENT
Fuel Gauge
BASIC INSTRUMENT
Horn
Windshield Wiper
Wiper motor
BASIC INSTRUMENT
Wiper blade
Wiper arm
BASIC INSTRUMENT
Windshield Washer
Washer pump
BASIC INSTRUMENT
AIR CONDITIONER
Heater
Water valve
Hot water heater
BASIC INSTRUMENT
Cooler
BASIC INSTRUMENT
Pemeriksaan jumlah refrigerant
Circuit Schematic
KLIK !
KLIK !
KLIK !
KLIK !
KLIK !
DOUBLE KLIK !
KLIK !
DOUBLE
KLIK !
INI ADALAH
TAMPILANMENU UTAMA
DOUBLE
KLIK !
GROUP 54-10
/ C01
GROUP 54-14
/ AK 20A
Circuit
number, wire
diameter, wire
color
Code number
#262
Kembali ke
soal (klik)
Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.
BACK
Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.
BACK
KLIK