Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1 Definisi
Demam didefinisikan sebagai keadaan kenaikan suhu tubuh. Batas kenaikan suhu adalah
100oF (37,8oC) bila diukur secara oral atau diatas 101 oF (38,40C) pada pengukuran di rektal.
Suhu tubuh normal pada anak berkisar antara 36,1-37,8 oC. Dikenal variasi diurnal pada tubuh
yaitu suhu terendah di pagi hari pukul 02.00-06.00 sebelum bangun tidur dan suhu tertinggi
di sore hari pukul 17.00-19.00, perbedaan kedua waktu pengukuran dapat mencapai 1 oC,
fluktuasi ini lebih besar pada anak daripada orang dewasa terutama selama episode demam.
Hiperpireksia didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh 41oC atau lebih. Keadaan ini sering
dihubungkan dengan infeksi berat, kerusakan hipotalamus atau perdarahan SSP dan
memerlukan terapi. Sedangkan demam tanpa kausa jelas atau fever of unknown origin (FUO)
adalah keadaan temperatur tubuh minimal 37,8-38 oC terus menerus untuk periode waktu
paling sedikit selama 3 minggu tanpa diketahui sebabnya setelah dilakukan pemeriksaan
medis lengkap. Demam tanpa kausa jelas sebagai timbulnya demam 8 hari atau lebih pada
anak setelah dilakukan anamnesis dengan teliti dan cermat, sedangkan pada pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan laboratorium awal, tidak ditemukan penyebab demam tersebut. Demam
berkepanjangan pada anak sebagai demam yang menetap lebih dari 7-10 hari tanpa diketahui
sebabnya. Demam berkepanjangan pada anak sebagai 1) riwayat demam lebih dari 1 minggu,
2) demam tercatat selama perawatan di rumah sakit, 3) tidak ditremukan diagnosis setelah
dicari penyebabnya selama 1 minggu di rumah sakit.
3.2.2 Etiologi
Penyakit yang paling sering menyebabkan demam tanpa kausa jelas pada anak, ialah penyakit
infeksi (50%), diikuti penyakit vaskular-kolagen (15%), neoplasma (7%), inflamasi usus
besar (4%) dan penyakit lain (12%). Penyakit infeksi meliputi sindrom virus, infeksi saluran
nafas atas, saluran nafas bawah, traktus urinarius, gastrointestinal, osteomielitis,
mononukleosis, abses, bruselois dan malaria, sedangkan penyakit vaskular-kolagen meliputi
artritis reumatoid, SLE dan vaskulitis. Keganasan yang sering menimbulkan demam tanpa
kausa jelas adalah leukemia, limfoma dan neuroblastoma. Penyebab demam berkepanjang
dalam 6 kelompok, yaitu infeksi (45-55%) keganasan (12-20%) gangguan jaringan ikat (1015%) gangguan hipersensitifitas kelainan metabolik yang jarang terjadi, dan factitious fever.
Infeksi
Virus
Bakteri
Lain-lain
Osteomielitis
Tuberkulosis
Abses
hati,
perinefrik,
periapendikal,
otak,
subdiafragma,
pelvis
sinusitis, mastoiditis
Leptospirosis
Endokarditis
Histoplasmosis
Malaria
Toksoplasmosis
Blastomikosis
Penyakit kolagen
Pirogen endogen yang dihasilkan oleh sel monosit, makrofag dan sel tertentu lainnya secra
langsung atau dengan perantaraan pembuluh limfe masuk sistem sirkulasi dan dibawa ke
hipotalamus. Di dalam pusat pengendalian suhu tubuh pirogen endogen menimbulkan
perubahan metabolik, antar lain sintesis prostagladin E 2 (PGE2) yang mempengaruhi pusat
pengendalian suhu tubuh sehingga set point untuk suhu tersebut ditingkatkan untuk suatu
suhu tubuh yang lebih tinggi. Pusat ini kemudian mengirimkan impuls ke pusat produksi
panas untuk meningkatkan aktivitasnya dan ke pusat pelepasan panas untuk mengurangi
aktivitasnya sehingga suhu tubuh meningkat atau terjadi demam.
3.2.4 Pendekatan Diagnosis
Secara klasik, memberikan beberapa pedoman penting dalam menghadapi demam
berkepanjang pada anak, yaitu :
1. Pada umumnya anaknya yang menderita demam tanpa kausa jelas tidak menderita
penyakit yang jarang terjadi, tetapi penyakit yang biasa dijumpai yang mempunyai
manifestasi klinis yang atipik (tidak khas, tidak lazim).
2. Penyakit infeksi dan penyakit vaskular-kolagen (bukan neoplasma) merupakan
penyebab terbanyak demam tanpa kausa jelas pada anak.
3. Anak dengan demam tanpa kausa jelas mempunyai prognosis lebih baik daripada
dewasa.
4. Pada anak yang menderita demam tanpa kausa jelas, observasi pasien terus menerus
serta pengulangan anamnesis dan pemeriksaan fisis seringkali bermanfaat.
5. Adanya demam harus dibuktikan dengan pengukuran suhu pada rawat inap di rumah
sakit.
6. Perlu difikirkan kemungkinan demam yang disebabkan oleh obat.
7. Di Amerika Serikat, penyakit infeksi yang seringkali dikategorikan pada demam tanpa
kausa jelas adalah tuberkulosis, bruselosis, salmonelosis, dan penyakit riketsia.
Untuk mencari etiologi demam tanpa kausa jelas, seorang dokter perlu memiliki wawasan
luas dan melakukan pendekatan yang terorganisasi dengan mempertimbangkan umur anak,
tipe demam, daerah tinggal anak atau pernahkah bepergian ke daerah endemis penyakit
tertentu dan sebagainya. Pendekatan tersebut memerlukan anamnesis lengkap dan rinci.
Dilanjutkan dengan pemeriksaan fisis lengkap dan teliti serta berbagai pemeriksaan
penunjang yang dimulai dengan pemeriksaan rutin seperti darah tepi, feses dan urin lengkap.
Behrman membuat beberapa tahapan algoritmik dalam penatalaksanaan demam yaitu :
1. Tahap pertama, anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium tertentu. Setelah itu
dievaluasi untuk menentukan apakah ada gejala dan tanda spesifik atau tidak.
2. Tahap kedua, dapat dibagi 2 kemungkinan, yaitu :
a. Bila ditemukan tanda dan gejala fokal tertentu maka dilakukan pemeriksaan
tambahan yang lebih spesifik yang mengarah pada penyakit yang dicurigai.
b. Bila tidak ada tanda dan gejala fokal, maka dilakukan pemeriksaan ulang
darah lengkap
A dan B kemudian dievaluasi untuk dilanjutkan ke tahap 3.
3. Tahap ketiga, terdiri dari pemeriksaan yang lebih kompleks dan terarah, konsultasi ke
bagian lain dan tindakan invasif dilakukan seperlunya.
Lorin dan Feign melakukan pendekatan melalui dua tahap, yaitu evaluasi klinis dan
laboratorium. Evaluasi klinis mengutamakan anamnesis dan pemeriksan fisis selengkapnya
dan serinci mungkin yang dilakukan dengan cermat dan berhati-hati serta berulang-ulang.
Pemeriksaan juga perlu diulang karena kemungkinan berubah setelah beberapa hari setelah
terdapat tanda atau gejala klinis yang jelas yang sebelumnya tidak ada. Evaluasi laboratorium
harus dikerjakan langsung, selengkap mungkin, mengarah ke diagnosis yang paling mungkin
dan diulang seperlunya. Dengan cara ini diperoleh sejumlah data yang digunakan sebagai
data dasar dan dievaluasi untuk menentukan tindakan diagnosis selanjutnya. Bila anak dalam
keadaan kritis pemeriksaan harus dilakukan secepatnya. Kadang-kadang demam telah hilang
sebelum diagnosis pasti ditegakkan dan sebelum prosedur diagnosis invasif dilakukan.
Lorin dan Feign menulis tentang petunjuk diagnosis pada anak dengan FUO. Untuk
penegakkan diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisis dan laboratorium.
Anamnesis dan pemeriksaan fisis dilakukan selengkap mungkin, sedangkan pemeriksaan
laboratorium dilakukan secara bertahap. Jacobs dkk mengusulkan pendekatan diagnosis FUO
dengan melakukan pencatatan timbulnya demam untuk memastikan bahwa demam tersebut
tidak disengaja. Anamnesis dilakukan selengkap mungkin, pemeriksaan fisis terinci dan
berulang-ulang mungkin dapat menemukan hal yang yang sebelumnya tidak ditemukan dan
merupakan kunci diagnosis. Pemeriksaan laboratorium dilakukan secara bertahap dan dari
yang rutin sampai yang paling canggih seperti CT scan dan MRI.
3.2.5 Anamnesis
Anamnesiperlu dilakukan selengkap dan seteliti mungkin serta berulang kali dalam beberapa
hari oleh karena seringkali pasien atau orang tua mengingat suatu hal yang sebelumnya lupa
diberitahukannya.
1. Umur
Umur harus diperhatikan, oleh karena pada anak dibawah 6 tahun sering menderita
infeksi saluran kemih (ISK), infeksi lokal (abses, osteomielitis) dan juvenile
rheumatoid arthritis (JRA). Sedangkan anak yang lebih besar sering menderita
tuberkulosis, radang usus besar, penyakit autoimun dan keganasan.
2. Karakteristik demam
Karakteristik demam (saat timbul, lama dan pola/tipe) dan gejala non-spesifik seperti
anoreksia, rasa lelah, menggigil, nyeri kepala, nyeri perut ringan dapat membantu
diagnosis. Pola demam dapat membantu diagnosis, demam intermitten terdapat pada
fase piogenik, tuberkulosis, limfoma dan JRA, sedangkan demam yang terus menerus
dapat terjadi pada demam tifoid. Demam yang relaps dijumpai pada malaria, rat-bite
fever, infeksi borelia dan keganasan. Demam yang rekurens lebih dari satu tahun
lamanya mengarah pada kelainan metabolik, SSP atau kelainan pada pusat pengontrol
temperatur dan defisiensi imun.
3. Data epidemiologi
Anamnesis lengkap
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang
Tahap I
Foto toraks
Darah perifer lengkap, hitung jenis & morfologi
Hapusan darah tebal
Laju endap darah dan atau C-reactive protein
Urinalisis
Pemeriksaan mikroskopik apusan darah, urin
(likuor serebrospinal, feses, cairan tubuh lain bila
terdapat indikasi)
Biakan darah, urin, feses, hapusan tenggorok
Uji tuberkulin
Uji fungsi hati
Tahap II
Tahap III
Kortikosteroid menyebabkan perjalanan penyakit lain parah tanpa gejala klinis yang
jelas
Tabel 3. Risiko pemberian terapi percobaan
seperti CRP atau LED dapat dipergunakan untuk memantau. Untuk penyakit kolagen, LED
atau kadar auto antibodi dapat dipergunakan sebagai alat pemantau. Di samping itu, indikator
non spesifik seperti perbaikan nafsu makan atau peningkatan berat badan perlu diperhatikan.
Kegagalan pengobatan pada terapi percobaan ternyata hanya sekitar 5%, seperti yang
dilaporkan oleh para penulis. Separuh kasus tampak mengalami perbaikan klinis, walaupun
demam masih meneteap tetapi keadaan umum tidak memburuk, dalam hal demikian penyakit
kegansan seringkali merupakan penyebab demam. Dapat disimpulkan, bahwa pemeriksaan
pada demam tanpa kausa jelas harus dilakukan secara sistematik, walaupun pada umumnya
pengobatan berhasil memuaskan dan jarang berakhir dengan kegagalan.