Anda di halaman 1dari 11

Rubella

1.0 Pengenalan
Campak Jerman atau dikenal juga sebagai rubella adalah infeksi yang menyerang
terutama kulit dan kelenjar getah bening. Hal ini disebabkan oleh virus rubella (virus yang
menyebabkan penyakit campak), yang biasanya ditularkan melalui tetesan dari hidung atau
tenggorokan juga dapat melewati aliran darah seorang wanita hamil untuk menulari anaknya
yang belum lahir.
Ini adalah penyakit yang umumnya ringan pada anak-anak, bahaya medis yang utama
dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil karena dapat menyebabkan sindrom
rubella bawaan pada bayi. Sebelum vaksin untuk melawan campak jerman tersedia pada
tahun 1969, epidemi campak jerman terjadi setiap 6-9 tahun, paling sering di antara anakanak 5 sampai 9 tahun.
Sebagian besar infeksi campak jerman saat ini muncul pada mereka yang masih muda,
orang dewasa yang tidak diimunisasi dan pada anak-anak. Bahkan, para ahli
memperkirakan bahwa 10% orang dewasa muda saat ini rentan terhadap rubella, yang bisa
menimbulkan bahaya bagi anak-anak mereka mungkin suatu hari nanti.

Rubella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan menimbulkan demam ringan
dengan ruam pungtata dan ruam makulopapuler yang menyebar dan kadang-kadang mirip
dengan campak atau demam scarlet. Anak-anak biasanya memberikan gejala konstitusional
yang minimal, tetapi orang dewasa akan mengalami gejala prodromal selama 1-5 hari
berupa demam ringan, sakit kepala, malaise, coryza ringan dan konjungtivitis. Limfadenopati
post aurikuler, oksipital dan servikal posterior muncul dan merupakan ciri khas dari infeksi
virus ini yang biasanya muncul 5-10 hari sebelum timbulnya ruam. Hampir separuh dari
infeksi ini tanpa ruam. Lekopeni umum terjadi dan trombositopeni juga bisa terjadi, tetapi
manifestasi perdarahan jarang. Arthalgia dan, yang lebih jarang terjadi, arthritis sebagai

komplikasi infeksi ini terutama pada wanita dewasa. Ensefalitis dan trombositopeni jarang
terjadi pada anak-anak; ensefalitis terjadi lebih sering pada orang dewasa.
Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin.
Sindroma rubella congenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS) terjadi pada 90% bayi
yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan;
risiko kecacatan congenital ini menurun hingga kira-kira 10-20% pada minggu ke-16 dan
lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu. Infeksi janin
pada usia lebih muda mempunyai risiko kematian di dalam rahim, abortus spontan dan
kecacatan congenital dari sistem organ tubuh utama. Cacat yang terjadi bisa satu atau
kombinasi dari jenis kecacatan berikut seperti tuli, katarak, mikroftalmia, glaucoma
congenital,

mikrosefali,

meningoensefalitis,

keterbelakangan

mental,

patent

ductus

arteriosus, defek septum atrium atau ventrikel jantung, purpura, hepatosplenomegali, icterus
dan penyakit tulang radiolusen.
Penyakit CRS yang sedang dan berat biasanya sudah dapat diketahui ketika bayi baru
lahir; sedangkan kasus ringan yang mengganggu organ jantung atau tuli sebagian, bisa saja
tidak terdeteksi beberapa bulan bahkan hingga beberapa tahun setelah bayi baru lahir.
Diabetes mellitus dengan ketergantungan insulin diketahui sebagai manifestasi lambat dari
CRS. Malformasi congenital dan bahkan kematian janin bisa terjadi pada ibu yang menderita
rubella tanpa gejala. Membedakan rubella dengan campak, demam scarlet (lihat infeksi
Streptokokus) dan penyakit ruam lainnya (misalnya infeksi eritema dan eksantema subitum)
perlu dilakukan karena gejalanya sangat mirip. Ruam makuler dan makulopapuler juga
terjadi pada sekitar 1-5% penderita dengan infeksi mononucleosis (terutama jika diberikan
ampisilin), juga pada infeksi dengan enterovirus tertentu dan sesudah mendapat obat
tertentu. Diangosa klinis rubella kadang tidak akurat.
Konfirmasi laboratorium hanya bisa dipercaya untuk infeksi akut. Infeksi rubella dapat
dipastikan dengan adanya peningkatan signifikan titer antibodi fase akut dan konvalesens
dengan tes ELISA, HAI, pasif HA atau tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik rubella yang
mengindikasikan infeksi rubella sedang terjadi. Sera sebaiknya dikumpulkan secepat
mungkin (dalam kurun waktu 7-10 hari) sesudah onset penyakit dan pengambilan berikutnya
setidaknya 7-14 hari (lebih baik 2-3 minggu) kemudian. Virus bisa diisolasi dari faring 1
minggu sebelum dan hingga 2 minggu sesudah timbul ruam. Virus bisa ditemukan dari
contoh darah, urin dan tinja. Namun isolasi virus adalah prosedur panjang yang
membutuhkan waktu sekitar 10-14 hari. Diagnosa dari CRS pada bayi baru lahir dipastikan
dengan ditemukan adanya antibodi IgM spesifik pada spesimen tunggal, dengan titer
antibodi spesifik terhadap rubella diluar waktu yang diperkirakan titer antibodi maternal IgG

masih ada, atau melalui isolasi virus yang mungkin berkembang biak pada tenggorokan dan
urin paling tidak selama 1 tahun. Virus juga bisa dideteksi dari katarak kongenital hingga
bayi berumur 3 tahun.
2.0 Ciri-ciri pederita virus rubella
Penyakit campak Jerman atau sering juga dikenal dengan Rubella tidak sedikit yang
belum mengetahuinya. Memang gejalanya sama dengan campak pada umumnya tetapi
sebenarnya memiliki perbedaan dari penyebab dan cara penularannya. Campak Jerman
lebih sering menyerang anak-anak tetapi orang dewasa juga bisa terkena campak ini.
Rubella juga termasuk kedalam salah satu penyakit TORCH yang terkenal akan bahayanya
pada kehamilan. Rubella dapat ditularkan secara kongenital dari Ibu ke bayinya yang
berdampak pada resiko kelainan atau cacat pada bayi.
Gejala Rubella pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa. Virus ini
membutuhkan umumnya membutuhkan waktu sekitar 2 minggu lebih untuk dapat
menimbulkan gejala, tetapi ada juga yang tidak bergejala sama sekali dan masih bisa
menularkan virusnya.

Gejala penyakit campak Jerman umumnya menimbulakn gejala seperti berikut :


1.
2.
3.
4.

Demam ringan dan sakit kepala


Gejala seperti sedang flu atau pilek
mata merah dan iritasi ringan
Pembengkakan kelenjar getah bening

5. Munculnya

ruam

merah

pada

kulit

dan

menyebar

ke

seluruh

tubuh

Pada wanita sering disertai dengan nyeri pada persendian dan berlangsung selama 2
minggu.Campak Jerman hanya kan menyerang sekali selama hidup karena secara alami
tubuh akan membentuk kekebalan terhadap virus ini.
3.0 Rubella Kongenital Pada Ibu Hamil dan Bayi
Wanita hamil di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sedangkan
diagnosis dan penanganannya masih merupakan permasalahan bagi para ahli kesehatan di
Indonesia.Penanganan Rubela Kongenital memang tidak semudah seperti masalah
kesehatan yang lain. Banyak hal masih menjadi kontroversi seperti halnya interpretasi hasil
serologi, kapan terjadi infeksi akut, berapa besar kemungkinan janin terinfeksi dan menjadi
cacat, perlu tidaknya pengobatan terminasi dan lain-lain.
Infeksi rubela ditegakkan dengan pemeriksaan serologi yaitu serokonversi IgG atau 1GM
spesifik sedang pada fetus bila menemukan 1gM. Virus rubela sangat teratogen dengan
akibat berbagai kelainan kongenital seperti tuli sensorik, Ventrikel Septal Defect, katarak,
mental retardasi. Pencegahan dengan memberikan vaksinasi sebelum hamil pada ibu yang
belum kebal.
Seharusnya setiap wanita mengetahui tentang Rubela Kongenital karena Rubella yang
juga sangat berbahaya bagi ibu hamil. Virus Rubella memang tidak hanya menyerang ibu
hamil, akan tetapi efek yang diakibatkan virus ini harus diwaspadai oleh ibu hamil karena
dapat menyebabkan keguguran, terganggunya perkembangan pada janin, bahkan dapat
mengakibatkan terjadinya kelainan saat proses kelahiran. Dan terakhir, ada dugaan

sementara bahwa Virus Rubella yang menyerang ibu hamil dapat menyebabkan anak
mengalami autisme.

Untuk itu sebelum merencanakan kehamilan ada baiknya Anda mendeteksi terlebih dahulu
ada tidaknya virus ini dalam tubuh dengan melakukan serangkaian tes yang disebut tes
TORCH. Namun bagi seorang ibu yang sudah terkena Virus Rubella sebelum hamil maka
ketika hamil ia malah memiliki kekebalan tubuh terhadap virus tersebut, kekebalan tubuh si
ibu terhadap Virus Rubella itu akan ikut masuk ketubuh janin dengan begitu, janin tidak akan
terkena Rubella hingga kemudian si anak lahir dan berusia satu tahun.
Lantas apakah semua wanita harus takut dengan infeksi ini ? tentu tidak, karena
semua penyakit ada obatnya. Kita harus mengetahui gejala-gejala secara umum yang
sering timbul ketika Rubela ini akan menjangkiti. Pada dewasa gejala awal tersebut sifatnya
ringan bahkan sama sekali tidak timbul. Ruam (kemerahan pada kulit) pada awalnya muncul
di wajah dan leher lalu menyebar ke seluruh badan, dan berlangsung 3 hari. selain itu Pada
langit-langit mulut timbul bintik-bintik kemerahan.
Infeksi Rubella pada kehamilan bisa menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau
bahkan gangguan terhadap janin. Menurut perhitungan dan penelitian ada sebanyak 50%
lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam,
tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan teraasa nyeri. Setelah 1-2 hari muncul
bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
4.0 Rubela kongenital
Pengertian Rubela kongenital adalah Infeksi transplasenta pada janin dengan rubela,
biasanya pada kehamilan trimester pertama, Rubela kongenital disebabkan oleh infeksi
maternal. Rubela kongenital adalah suatu infeksi oleh virus penyebab rubela (campak
jerman) yang terjadi ketika bayi berada dalam kandungan dan bisa menyebabkan cacat
bawaan. Istilah jerman tidak ada hubungannya dengan negara jerman, tetapi kemungkinan
berasal dari bahasa perancis kuno germain dan bahasa latin germanus, yang artinya
adalah mirip atau serupa.
Rubela kongenital adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan infeksi kronik
intrauterine dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Selama infeksi wanita
hamil, virus rubela dapat menimbulkan infeksi pada janin melalui plasenta. Akibatnya janin
meninggal dalam kandungan atau lahir dengan rubela kongenital. Bayi yang menderita
infeksi kronik (infeksi dalam kandungan) merupakan sumber penularan bagi orang

sekitarnya. Kita harus mewaspadai Rubela kongenital pada saat wanita hamil, karena resiko
tertularnya janin yang dikandung oleh ibu terinfeksi Rubella bervariasi, tergantung kapan ibu
terinfeksi.

Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 8090%. Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi
turun yaitu 10-20%. Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100% jika ibu terinfeksi
saat usia kehamilan > 36 minggu.
Janin yang tertular berisiko mengalami Sindrom Rubella Kongenital, terutama bila
infeksi terjadi pada usia janin < 4 bulan. Sindrom Rubella Kongenital biasanya terjadi hanya
bila ibu terinfeksi pada saat umur kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5
bulan, jarang sekali terjadi infeksi. Tetapi, sekali terjadi Sindrom Rubella Kongenital
akibatnya mengerikan. Bayi mengalami katarak pada lensa mata, gangguan pendengaran
atau tuli, gangguan jantung, dan kerusakan otak. Di samping itu, bayi juga berisiko lebih
besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan
gangguan syaraf (pan-encephalitis). Penyebab virus rubella merupakan virus RNA tergolong
genus Rubivirus dalam famili Togaviridae. Virus rubela berbentk bulat (sferis) dengan
diameter 60-70 nm dan memiliki inti (core) nukleoprotein padat, dikelilingi oleh dua lapis lipid
yang mengandung glicoprotein envelope E1 dan E2.
Virus bersifat termolabil, cepat menjadi tidak aktif pada temperatur 37C dan pada
temperatur -20C dan relatif stabil selama berbulan bulan pada temperatur -60C. Virus
rubela dapat dihancurkan oleh enzim proteinase dan pelarut lemak tetapi relatif rentan
(resistent) terhadap pembekuan, pencairan dan sonikasi tampaknya rubela stabil secara
antigen dan berbeda dari semua virus lain yang telah dikenal. Berbeda dengan togavirus

yang lain, virus rubela hanya terdapat pada manusia. Penularan virus ini terjadi terutama
melalui kontak langsung atau droplet dengan sekret nasofaring dari penderita. virus
biasanya diisoloasikan pada biakan jaringan. Jika infeksi dialami dialami ibu saat usia
kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20%. Selanjutnya
menjadi 6% setelah usia kehamilan > 36 minggu.
5.0 Pencegahan Rubela Kongenital
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat diberikan
secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum (GIS) yang diberikan
dengan dosis besar (0,25?0,50 mL/kg atau 0,12?0,20 mL/lb) dalam 7?8 hari pasca
pemajanan.
Efektiviias globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya tergantung. pada kadar
antibodi produk yang digunakan dan pada faktor yang belum diketahui. Manfaat GIS telah
dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi klinis tidak
ada atau minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam darah. Bentuk
pencegahan ini tidak terindikasi, kecuali pada wanita hamil nonimun.
Program vaksinasi atau imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan
terhadap rubella. Di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi sernua laki?laki dan
wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas tidak hamil.
Imunisasi adalah efektif pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan dan
diberikan sebagai vaksin MMR.
Imunisasi rubella harus diberikan pada wanita pasca pubertas yang kemungkinan
rentan pada setiap kunjungan perawatan kesehatan. Untuk wanita yang mengatakan bahwa
mereka mungkin hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak secara rutin diperlukan,
tetapi harus diberikan nasehat mengenai sebaiknya menghindari kehamilan selama 3 bulan
sesudah imunisasi. Kebijakan imunisasi sekarang telah berhasil memecahkan siklus
epidemic rubella yang biasa di Amerika Serikat dan menurunkan insiden sindrom rubella
kongenital yang dilaporkan pada hanya 20 kasus pada tahun 1994. Namun imunisasi ini
tidak mengakibatkan penurunan presentase wanita usia subur yang rentan terhadap rubella.
6.0 Pencegahan Sebelum kehamilan
Sebelum hamil pastikan bahwa Anda telah memiliki kekebalan terhadap virus
Rubella dengan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM.

Jika hasil keduanya negatif, sebaiknya Anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi, namun
Anda baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi
Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif,
dokter akan menyarankan Anda untuk menunda kehamilan
Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi dan antibodi yang
terdapat dalam tubuh Anda dapat melindungi dari serangan virus Rubella. Bila Anda hamil,
bayi Anda pun akan terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital.
Bila Anda sedang hamil dan belum mengetahui apakah tubuh Anda telah terlindungi dari
infeksi Rubella maka Anda dianjurkan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan antiRubella IgM :
Jika Anda telah memiliki kekebalan (anti-Rubella IgG positif), berarti janin Anda pun
terlindungi dari ancaman virus Rubella
7.0 Prognosis
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang kadang terjadi.
Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan
ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yangterjadi pada sekitar 1/6.000 kasus.
Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubella kongenital bervariasi menurut
keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas dari defisit
neuromotor, termasuk sindrom autistik. Kebanyakan penderitanya akan sembuh sama sekali
dan mempunyai kekebalan seumur hidup terhadap penyakit ini.
Namun, dikhawatirkan adanya efek teratogenik penyakit ini, yaitu kemampuannya
menimbulkan cacat pada janin yang dikandung ibu yang menderita rubella. Cacat bawaan
yang dibawa anak misalnya penyakit jantung, kekeruhan lensa mata, gangguan pigmentasi
retina, tuli, dan cacat mental. Penyakit ini kerap pula membuat terjadinya keguguran.
8.0 Cara Mencegah Rubella Pada Kehamilan
Vaksinasi sejak kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan terhadap serangan
virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus
digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR
(Mumps, Measles, Rubella). Vaksin Rubella diberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus
mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6

tahun, harus tetap diberikan umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat
diberikan pada ibu yang sudah hamil.
Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya memeriksa
kekebalan tubuh terhadap Rubella, seperti juga terhadap infeksi TORCH lainnya.
Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi atau sudah divaksinasi
terhadap Rubella. Anda tidak mungkin terkena Rubella lagi, dan janin 100% aman.
Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif,
berarti anda baru terinfeksi Rubella atau baru divaksinasi terhadap Rubella. Dokter akan
menyarankan Anda untuk menunda kehamilan sampai IgM menjadi negatif, yaitu selama 36 bulan.
Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak mempunyai kekebalan
terhadap Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan memberikan vaksin Rubella dan
menunda kehamilan selama 3-6 bulan. Bila anda tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau
menunda kehamilan atau sudah hamil, yang dapat dikerjakan adalah mencegah anda
terkena Rubella
Bila sudah hamil padahal belum kebal, terpaksa anda berusaha menghindari tertular
Rubella dengan cara berikut:
Jangan mendekati orang sakit demam Jangan pergi ke tempat banyak anak berkumpul,
misalnya Playgroup, sekolah TK dan SD Jangan pergi ke tempat penitipan anak Sayangnya,
hal ini tidak dapat 100% dilaksanakan karena situasi atau karena orang lain yang terjangkit
Rubella belum tentu menunjukkan gejala demam. Kekebalan terhadap Rubella diperiksa
ulang lagi umur 17-20 minggu.
Bila ibu hamil mengalami Rubella, periksalah darah apa benar terkena Rubella.
Bila ibu sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah, pastikan apakah benar
Rubella dengan memeriksa IgG danIgM Rubella setelah 1 minggu. Bila IgM positif, berarti
benar infeksi Rubella baru.
Bila ibu hamil mengalami Rubella, pastikan apakah janin tertular atau tidak
Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus
Rubella dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari
air ketuban (cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter

ahli kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 22
minggu.
Bagi wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi untuk Rubella. Vaksinasi
sebaiknya tidak diberikan ketika si ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami
gangguan sistem kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid maupun penyinaran. Jika
tidak memiliki antibodi, diberikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah
penyuntikan.
9.0 Kesimpulan
Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari
adalah sebuah infeksi yang menyerang terutama kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit
ini disebabkan oleh virus rubella (virus yang berbeda dari virus yang menyebabkan
campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau tenggorokan.
Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil
kepada janin yang dikandungnya Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir
mati, dan kelainan pada janin, yang terjadi jika infeksi rubella ini muncul pada awal
kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi pada usia
kehamilan >12 minggu jarang menyebebkan kelainan. jika virus tersebut menyerang ibu
dengan kehamilan di bawah 12 minggu, terutama 8 minggu pertama, tingkat keparahan
bawaan lebih tinggi dibandingkan virus rubella masuk pada usia kehamilam lebih lanjut,

Reference
http://nyomankandun.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderfiles/manual_p2m.pdf ,
diakses tanggal 5 April 2016
http://www.dinkes.jogjaprov.go.id/index.php/cinfopenyakit/read/105.html ,diakses
tanggal 5 April 2016
http://www.who.int/immunization_monitoring/diseases/rubella/en/ , diakses tnaggal
5 April 2016
http://www.who.int/immunization_monitoring/diseases/rubella_surveillance/en/index.
html , diakses tanggal 5 April 2016
http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/180--abcg-dpt-polio-campak-danhepatitis-baimunisasi-wajib-bagi-semua-bayi.html ,diakses tanggal 5 April 2016

Anda mungkin juga menyukai