Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS PEMBENGKAKAN

PERIKORONITIS

Disusun Oleh :
Nur Azmina

2015 16 096

Raja Khairunisa Priskilla

2015 16 097

Pembimbing :
Komang Krisna Dewi, drg., M.Pd

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2016

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I

: LAPORAN KASUS.........................................................................................
Identitas............................................................................................................
Anamnesis........................................................................................................
Status Umum....................................................................................................
Status Lokalis...................................................................................................
Odontogram.....................................................................................................
Diagnosis Utama..............................................................................................
Rencana Perawatan..........................................................................................
Pengobatan.......................................................................................................
Pemeriksaan Penunjang...................................................................................
Sebelum Perawatan..........................................................................................
Pasca Perawatan...............................................................................................

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................


Definisi.............................................................................................................
Etiologi.............................................................................................................
Penjalaran Penyakit..........................................................................................
Diagnosis........................................................................................................
Gejala Klinis...................................................................................................
Rencana Terapi...............................................................................................
BAB III : PEMBAHASAN KASUS.............................................................................
Etiologi...........................................................................................................
Patofisiologis..................................................................................................
Gejala Klinis..................................................................................................
Diagnosis........................................................................................................
Rencana Terapi...............................................................................................
BAB IV : KESIMPULAN.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

: Andi Dini Maulida

Umur

: 20 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jl. Bhakti No. 5, Bintaro, Pesanggrahan

No Telpon

: 087782516779

Pekerjaan

: Mahasiswi

Bangsa / Asal Daerah : Indonesia / Jakarta


ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Pipi kiri bawah bengkak dan wajah terasa besar sebelah, mengganggu
makan, mengganggu tidur saat malam, lalu kesulitan membuka mulut.
Riwayat Penyakit :

Pipi kiri bawah bengkak sejak 1 hari yang lalu (20 April 2016) dan sakit
jika dipegangH. Sekarang datang dalam keadaan demam dan sudah minum
bat asam mefenamat. Belum periksa ke dokter dan baru hari ini datang ke
poli bedah mulut (21 April 2016).

STATUS UMUM
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran Pasien

: Compos mentis

Tanda tanda Vital

Tensi darah
Suhu
Frek Nadi
Frek Pernafasan

: 120/70mmHg
: Febris
: 80x/menit
: 20x/menit

Kelainan Sistemik

Penyakit Jantung
Diabetes Militus
Hemophilia
Hepatitis
Alergi Obat
Alergi Makanan
Penyakit Lain

:(-)
:(-)
:(-)
:(-)
:(-)
:(-)
:(-)

STATUS LOKALIS
a.

Pemeriksaan Ekstra Oral :


Inspeksi

Lokasi / Regio
Bentuk Kelainan
Warna

: 38
: Pembengkakan
: Kemerahan

Palpasi

Suhu
Batas
Mudah digerakan / tidak
Permukaan
Konsistensi
Nyeritekan
Fluktuasi
Ukuran
Kelenjar getah bening

: Febris
: Tidak Jelas
: Mudah digerakan
: Halus, licin
: Lunak
:(+)
:(-)
: P ( 6 cm ) L ( 4 cm )
: Teraba, Sakit

b. Pemeriksaan Intra Oral :


Inspeksi

Trismus
Kelainan
Lokasi
Warna

: 2 Jari
: Pembengkakan
: Regio 38
: Kemerahan

Palpasi

Suhu
Batas
Mudah digerakan / tidak

:
: Tidak jelas
: Mudah digerakkan

Permukaan
Konsistensi
Nyeritekan
Fluktuasi
Ukuran

: Halus, licin
: Lunak
:(+)
:(-)
: P (6 cm) L (4 cm)

Keterangan

Bibir Atas
Bibir Bawah
O.H
Ginggiva
Oklusi
Palatum
Mukosa pipi kiri & kanan
Lidah
Dasar Mulut

: Normal
: Normal
: Baik
: Normal
: Normal
: Sedang
: Normal
: Normal
: Normal

ODONTOGRAM
18
24

17
25

16
26

15
27

IV III

V IV

PE

III

14
28

13

II

II II

II

12

11

21

22

X X

I I II

III

III

IV

IV

X
48
2

47

46

45

44

43

DIAGNOSIS UTAMA

42

41

23

31

32

33

34

35

36

37

38

Perikoronitis et causa Food Impaction gigi 38


Gigi 16
: Pulpitis Reversible
Gigi 26
: Pulpitis Reversible

RENCANA PERAWATAN

Perikoronitis Foto Roentgen + Premedikasi Debridemen + Irigasi


larutan saline

PENGOBATAN

R/ tab Lyncomycin 500 mg no. XV


3 dd tab 1

R/ tab Asam Mefenamat 500 mg no. X


3 dd tab 1 prn

R/ sol Sodium Chloride no. I flz


3 dd garg

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lab. Radiologi Mulut (Periapial / Panoramic / Chepalometri)


Lab. Patologi Anatomi
Sitologi
Biopsi
Lab. Mikrobiologi
Bakteriologi
Jamur
Lab. Patologi Klinik

1. Rujukan
Poli Penyakit Dalam
Poli THT
Poli Kulit Kelamin
Poli Syaraf

Poli Bedah

Keterangan :

8
4

7
5

6
6

5
7

4
8

Regio 38 terdapat gambaran radio diffuse berbatas tidak jelas. Terdapat kerusakan
tulang alveolar.

SEBELUM PERAWATAN
20 April 2016
Anamnesis :

Pasien mengeluh pipi sebelah kiri bagian bawah bengkak dan wajah terasa
besar sebelah mulai 1 hari yang lalu

Sakit ketika ditekan atau dipegang

Demam ketika mulai bengkak

Mengganggu makan

Mengganggu tidur saat malam

Kesulitan mengunyah dan membuka mulut

Pemeriksaan fisik :

Menunjukkan tanda vital pasien stabil; ditemukan trismus 2 jari

EO : Tampak pipi kiri bawah bengkak ukuran P ( 6 cm ) L (4 cm ), batas


tidak jelas, konsistensi kenyal dan lunak, nyeri bila ditekan, tidak ada
fluktuasi, kelenjar getah bening teraba dan sakit.

IO : Di regio 38 terdapat pembengkakan berwarna kemerahan.


Diagnosis :
Pericoronitis et causa food impaction
Terapi :

R/ tab Lincomycin 500 mg No. XV


3 dd tab 1

R/ tab Asam Mefenamat 500mg No. X


3 dd tab 1

R/ sol Sodium Chloride fl. No. I


3 dd garg

PASCA PERAWATAN
16 Mei 2016
Anamnesis :

Bengkak sudah kempes

Demam tidak ada

Nyeri di leher pasien sudah tidak ada.

Mulut sudah lebih mudah dibuka

Pemeriksaan fisik :

Menunjukkan tanda vital pasien stabil

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Perikoronitis adalah infeksi akut non spesifik pada jaringan lunak di


sekitar mahkota gigi yang erupsinya tidak sempurna. Berhubungan dengan
inflamasi pada gingiva dan jaringan lunak di sekeliling gigi yang erupsi secara
tidak normal, biasanya dapat ditemukan pada gigi yang erupsi sangat pelan atau
impaksi, dan sangat sering terjadi pada gigi molar ketiga. Terdapat tiga tipe
perokoronitis yaitu akut, subakut dan kronis.1-6
ETIOLOGI
Peradangan ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri yang berkembang
biak akibat debris makanan yang terjebak dibawah operkulum. Beberapa
penelitian mengatakan mikroflora dari perikoronitis didominasi oleh bakteri
anaerobik. Proses peradangan ini dapat disebabkan oleh akumulasi debris
makanan disekitar operkulum dan trauma oklusal gigi antagonisnya.1,2
Bakteri grampositif Streptococcus adalah bakteri yang paling sering
ditemukan pada perikoronitis molar ketiga, diikuti oleh bakteri gramnegatif
Fusobacterium dan Prevotella.4
PENJALARAN PENYAKIT
Posisi gigi molar ketiga di dalam rahang dan anatominya mempengaruhi
akumulasi biofilm di gigi dan dapat menyebabkan karies. Posisi gigi molar ketiga
yang impaksi menyebabkan sulitnya pembersihan di daerah tersebut sehingga
memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi. Bila terjadi infeksi di bagian
korona, maka disebut sebagai pericoronitis, yaitu kondisi inflamasi akut yang
biasanya berhubungan dengan parsial erupsi gigi molar ketiga rahang bawah.
Abses perikoronal merupakan hasil dari inflamasi jaringan lunak operculum, yang
menutupi gigi yang erupsi sebagian.,5,6
DIAGNOSIS
Diagnosis perikoronitis dalpat ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis
yang cermat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Sesuai dengan etiologi yang mengakibatkan perikoronitis, dari anamnesis
didapatkan riwayat seperti sakitnya gigi, riwayat hygiene gigi yang buruk.
Dari anamnesis juga didapatkan gejala berupa sakit dan kesulitan
membuka mulut.6
2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan tanda vital biasa ditemukan demam. Selain itu juga
ditemukan adanya pembengkakan di bawah dagu. Bila dipalpasi akan
terasa kenyal.6
3. Pemeriksaan penunjang7
Pemeriksaan penunjang sangat berperan dalam menegakkan diagnosis.
Foto panoramik digunakan untuk menilai posisi gigi dan adanya abses
pada gigi. Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada kasus abses yang

diduga sumber infeksinya berasal dari gigi.


Pemeriksaan penunjang lainnya adalah pemeriksaan pencitraan resonansi
magnetik (Magnetic resonance Imaging / MRI) yang dapat mengetahui

lokasi abses, perluasan dan sumber infeksi.


Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan penunjang diagnostik yang
tidak invasif dan relatif lebih murah dibandingkan TK, cepat dan dapat

menilai lokasi dan perluasan abses.


Pemeriksaan darah rutin dapat melihat adanya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda infeksi. Analisis gas darah dapat menilai adanya
sumbatan jalan nafas. Pemeriksaan kultur dan resistensi kuman harus
dilakukan untuk mengetahui jenis kuman dan antibiotik yang sesuai.

GEJALA KLINIS
Tanda-tanda dan gejala meliputi warna kemerahan yang jelas, lesi edema
supuratif yang lunak, dengan rasa sakit yang menyebar ke telinga, tenggorokan
dan dasar mulut. 5,6
Pasien merasa tidak nyaman karena dengan rasa yang tidak enak dan
kesulitan untuk membuka mulut. Sebagai tambahan terdapat juga sakit, serta
terlihat bengkak pada pipi disudut rahang.5
Bila terjadi komplikasi dapat menyebabkan terjadinya :
1. Keterlibatan ini dapat menjadi local dalam bentuk abses perikoronal
2. Apabila ini terjadi pada gigi vital yang tidak erupsi sempurna, hal ini
dapat menimbulkan pembentukan kista
3. Dapat menyebar ke posterior hinga ke daerah orofaringeal dan ketengah
ke dasar lidah, dan menyebabkan pasien sulit untuk menelan

4. Tergantung kepada tingkat keparahan, terdapat keterlibatan dengan


submaksila, servikal, servikal dalam, dan kelenjar getah bening
retrofaringeal.
5. Pembentukan abses peritonsilar, selulitis dan Angina Ludwig jarang
terjadi, namun merupakan gejala sisa dari perikoronitis akut.5,6
RENCANA TERAPI5
Perawatan pada perikoronitis tergantung pada :
Keparahan inflamasi
Komplikasi sistemik
Kelayakan untuk mempertahankan gigi yang terlibat
Pada pertemuan pertama :
1. Area dibersihkan perlahan dengan air hangat dan membuang debris
superfisial dan eksudat dengan penggunaan anestesi topikal
2. Flap direfleksikan dengan scaler dan debris dibawahnya juga
dibersihkan, dan area di bilas dengan air hangat
3. Instruksikan kepda pasien termasuk berkumur dengan menggunakan
larutan campuran air hangat dan satu sendok teh garam, istirahat,
banyak mengkonsumsi cairan, dan pemberian antibiotic sistemik, jika
gejala penyakit yang menyertai muncul
4. Apabila flap gingiva membengkak,
anteroposterior

untuk

membuat

dan

drainase

berfluktuasi,
dilakukan

insisi
dengan

menggunakan Blade Bard-Parker No.15, diikuti dengan memasukkan


jarum inch gauze
Pada pertemuan berikutnya, pertimbangan dibuat untuk menentukan
apakah gigi harus dipertahankan atau dicabut. Apabila diputuskan gigi untuk
dipertahankan, penting untuk dilakukan prosedur pembedahan operkulektomi
menggunakan pisau periodontal atau bedah-elektro. Dibawah anestesi, insisi
berbentuk wedge dibuat untuk membagi jaringan yang terdiri dari flap gingiva
dengan jaringan distal hingga ke gigi yang terlibat. Setelah jaringan dibuang,
diberikan periodontal pack.5

Semua infeksi odontogenik dan infeksi faringeral yang menyebar ke ruang


di wajah dan leher harus dimulai dengan antibiotik yang mencangkup gram
positive, gram negative aerob dan anaerob.4
Bila gigi molar ketiga merupakan penyebab utama maka dapat dilakukan
pencabutan gigi molar ketiga. Penghilangan patologis yang berhubungan dengan
gigi molar ketiga akan mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup
seseorang.8

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
ETIOLOGI
Pada pasien ini perikoronitis merupakan penyebab utama abses. Posisi gigi
38 memudahkan makanan, debris dan bakteri terjebak di korona, sehingga
menyebabkan infeksi pada gusi yang disebut pericoronitis. Jika tidak segera
ditangani infeksi tersebut akan menyebar ke tenggorokan atau leher.
PATOFISIOLOGIS
Posisi gigi 38 keadaan anatomi giginya mempengaruhi akumulasi biofilm
di dalam rongga mulut. Posisi gigi 38 menyebabkan sulitnya pembersihan di
daerah sekitar gigi tersebut sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya
infeksi. Penyebaran infeksi odontogenik dapat melalui 2 jalan, yaitu periapikal
dan periodontal. Pada kasus ini, penyebaran infeksi melalui jaringan periodontal
karena adanya poket periodontal disekitar gigi molar ketiga mandibula dan
operkulum yang menutupi oklusal gigi molar ketiga mandibula sehingga sisa

makanan mudah terselip kemudian akumulasi bakteri menyebabkan infeksi pada


jaringan perikorona.
GEJALA KLINIS
Gejala yang timbul pada pasien ini yaitu rasa sakit di pipi bila dipegang,
pembengkakan di region 38, trismus 2 jari, demam dan malaise. Area koronoid
notch region 38 berwarna kemerahan.
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang
1. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan keluhan utama pasien yaitu rasa sakit
dan bengkak pada pipi sebelah kiri bawah, wajah terasa besar sebelah serta
kesulitan membuka mulut. Riwayat penyakit sekarang yaitu bengkak sejak
1 hari lalu dan sakit jika dipegang, belum minum obat dan hari ini baru
datang ke poli gigi (21 April 2016 ).
2. Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien
tampak sakit sedang. Kesadaran umum pasien compos mentis. Pada
pemeriksaan tanda vital biasa didapatkan demam. Pemeriksaan Ekstra Oral
didapatkan pembengkakan pada region 3 dengan ukuran P (6 cm) L ( 4
cm) dengan batas tidak jelas, warna serupa warna kulit, konsistensi lunak,
tidak ada fluktuasi, nyeri bila ditekan, dan kelenjar getah bening teraba dan
sakit. Pada pemeriksaan Intra Oral didapatkan regio 38 terdapat
pembengkakan berwarna kemerahan.
3. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan periksaan penunjang berupa Foto Roentgen Panoramik,
dan didapatkan gambaran region 38 radiodiffuse berbatas tidak jelas.
Tidak terdapat kerusakan tulang alveolar.

RENCANA TERAPI

Pertama dilakukan foto roentgen panoramic untuk melihat penyebaran abses.


Setelah itu dilakukan pre medikasi berupa :

R/ tab lincomicin 500mg No. XV


3 dd tab 1

R/ tab AsamMefenamat 500mg No. X


3 dd tab 1

R/ sol Sodium Chloride fl No. I


3 dd garg

Setelah itu disarankan kepada pasien agar dilakukan odontektomi segera.

BAB IV
KESIMPULAN
Pada tanggal 21 April 2016 pasien perempuan bernama Andi Dini Maulida
Aziz usia 20 tahun datang ke Poli gigi RSGM UPDM (B) dengan keluhan utama
pipi kiri bawah bengkak, wajah terasa besar sebelah dan kesulitan membuka
mulut. Riwayat penyakit pasien yaitu pipi kiri bawah bengkak sejak 1 hari yang
lalu dan sakit bila dipegang, pasien belum periksa ke dokter dan baru sekarang
datang ke poli gigi RSGM UPDM(B).
Pada pemeriksaan fisik menunjukkan tanda vital pasien stabil namun
pasien sedikit demam, ditemukan trismus 2 jari. Pada pemeriksaaan ekstra oral
tampak pipi kiri bengkak ukuran P (6 cm) L (4cm), batas tidak jelas, konsistensi
kenyal dan keras, nyeri bila ditekan, tidak ada fluktuasi, kelenjar getah bening
teraba dan sakit. Pada pemeriksaan intra oral di regio 38 terdapat pembengkakan
berwarna kemerahan. Kemudian dilakukan foto roentgen panoramic untuk
melihat luas penyebaran abses, didapatkan gambaran radiodiffuse di distal gigi 38
dan tidak tampak kerusakan tulang alveolar.
Dari riwayat penyakit, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang
dapat disimpulkan bahwa diagnosis pasien tersebut adalah perikoronitis et causa
food impaction di regio gigi 38 karena posisi gigi yang memudahkan makanan,
debris dan bakteri terjebak di korona, sehingga menyebabkan infeksi pada gusi.
Pasien dilakukan pembersihan pada gusi disekitar gigi 38 dan diberi medikasi
berupa pemberian antibiotik, analgesik dan obat kumur.

3 minggu kemudian pasien datang untuk kontrol. Pada pemeriksaan fisik


menunjukan tanda vital pasien stabil dan sudah tidak demam. Pada pemeriksaan
ekstra oral didapatkan bahwa bengkak sudah kempes, nyeri di leher sudah tidak
ada dan mulut sudah lebih mudah dibuka. Pada pemeriksaan intra oral pada regio
38 sudah tidak ada pembengkakan dan warna kembali normal. Kemudian pasien
disarankan untuk dilakukan odontektomi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kadaryati L, Indiarti I. Perawatan perikronitis regio molar satu kanan bawah pada
anak laki-laki usia 6 tahun. Indonesian Journal of Dentistry, 2007; 14(2); 127-131
2. Molney J, Stassen L. Pericoronitis : Treatment and a clinical dilemma. Journal of the
Irish Dental Association. 2009; 55(4); 190-192
3. Akpata O. Acute pericoronitis and the position the mandibular third molar in Niger.
Journal of Biomedical Sciences. 2007; 6(1&2); 41-42
4. Salinas MB, Riu NC, Aytes LB, Escoda CG. Antibiotic susceptibility of the bacteria
causing odntogenic infections. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2006; 11; 70-75
5. Clinical periodont
6. Glickman I, Smulow JB. Periodoontal desease; Clinical, radigraphic and histopathlgic
features. Philadelphia: W. B. Saunders Company; 1974; 57
7. Novialdi, Asyari A. Penatalaksanaan absesb submandibula dengan penyulit

uremia dan infark miokardium lama. Padang: Bagian telinga hidung


tenggorokan bedah kepala leher; 2010: 1-7
8. Amanat N, Mirza D, Rizvi KF. Pattern of third molar impaction: frequency and
types among patients attending urban teaching hospital of Karachi. Pakistan
oral & dental journal. 2014; 34(1): 34-37

Anda mungkin juga menyukai