Anda di halaman 1dari 21

SEKOLAH UNGGULAN DAN

KEPALA SEKOLAH UNGGUL


Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah
Paradigma dan Konsep Pendidikan Islam

Dosen :
Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir, MA.

Disusun Oleh :
FITRIAH, S.Ag.
NIM. 2103090150973

PROGRAM PASCA SARJANA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2016

I. PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak sekolah yang menamakan dirinya sebagai lembaga
pendidikan Islam unggulan. Namun tidak jelas kriteria dan standar yang
diberlakukan pada masing-masing sekolah. Kualitas layak tidaknya predikat
unggulan bagi suatu sekolah akan mempengaruhi mutu dan kualitas
pendidikan Islam dibanding dengan pendidikan atau institusi pendidikan pada
umumnya. Mutu sekolah hendaknya dapat sejajar dan lebih unggulan dari
pendidikan umum unggulan lainnya. Tujuan umum dari program tersebut
untuk mendorong tercapainya tujuan pendidikan nasional, adapun secara
kusus tujuanya untuk menghasilkan output pendidikan yang unggulan dalam
memiliki nasionalisme, dan patriotisme yang tinggi, memiliki motivasi dan
ketrampilan untuk mencapai prestasi dan keunggulan serta kepribadian
kokoh, peka sosial, berjiwa kepemimpinan dan disiplin.
Sekolah yang mengatasnamakan dirinya sebagai sekolah unggulan
harus diakui oleh pemerintah dan masyarakat, bukan oleh sekolah itu sendiri.
Karena keunggulan berarti memiliki nilai yang lebih dibanding dengan
sekolah yang lain dan tentunya nilai itu tidak hanya dapat dilihat dari aspek
fisik, melainkan juga aspek-aspek lain yang sangat menentukan. Misalnya
proses pembelajarannya ataupun output yang dihasilkan. Apabila dicermati,
dari kebijakan ini, bahwa harus ada implementasi sekolah unggulan untuk
melibatkan teknologi pendidikan, salah satunya teknologi pembelajaran.
Sekolah dan guru sebagai pelaku utama dalam penerapan sekolah unggulan
dituntut inovatif dan kreatif untuk menggunakan perangkat teknologi,
sehingga mendukung kualitas pembelajaran Dalam kesempataini penulis akan
memaparkan pengertian, latar belakang, dan kreteria sekolah unggulan.

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian SekolahUnggulan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan unggul adalah lebih tinggi, pandai, kuat, dan sebagainya
daripada yang lain, terbaik dan terutama. Sedangkan keunggulan artinya
keadaan unggulan; kecakapan, kebaikan dan sebagainya yang lebih dari
pada yang lain.
Secara ontologis sekolah unggulan dalam perspektif Departemen
Pendidikan Nasional adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai
keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya. Untuk mencapai
keunggulan tersebut, maka masukan (input), proses pendidikan, guru,
tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana
penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan
tersebut.
Dengan demikian, sekolah unggulan dapat didefinisikan sekolah
yang dikembangkan dan dikelola sebaik-baiknya dengan mengarahkan
semua komponennya untuk mencapai hasil lulusan yang lebih baik dan
cakap daripada lulusan sekolah lainnya.
B. Munculnya Sekolah Unggulan
Sejak diberlakukannya Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional yang menempatkan Sekolah sebagai bagian
dari subsistem pendidikan nasional. Sekolah pun dituntut untuk
melakukan inovasi dan pembaharuan diri baik secara kelembagaan
maupun dari sisi mutu output-nya. Mutu output yang diharapkan telah
terkonsep dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3 yang menyebutkan bahwa
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia.
Konsep ini memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dimana menaruh harapan dan cita-cita bahwa suatu lembaga pendidikan
harus mampu membawa dan mengarahkan siswanya untuk memiliki iman,
taqwa dan akhlaq mulia. Sehingga mereka cerdas baik secara intelektual,
moral maupun spiritual. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki

tugas menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia berkualitas


dibidang IMTAQ dan IPTEK yang perlu dibarengi dengan terobosan dan
inovasi yang up to date guna memfasilitasi lahirnya output yang unggul.
Pada kenyataannya, sekolah unggulan ternyata mendapat dukungan
dari masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang
unggulan dengan tanpa menghiraukan berapapun biaya yang dikeluarkan.
Sehingga menjadiakan Sekolah unggulan menjadi lahan bisnis yang
menggiurkan disamping misi sosial tertentu yang diemban oleh yayasan
yang mendirikan Sekolah-Sekolah unggulan.
Dalam konteks lembaga pendidikan atau istilah unggulan dapat
dilekatkan pada Sekolah yang pada akhirnya terdapat adanya keinginan
dan gairah baru dilingkungan organisasi pendidikan seperti sekolah untuk
inovasi menjadi lebih baik kualitasnya dan unggul dari sekolah lainnya.
Usaha ini menuntut sekolah bukan hanya harus memiliki cita-cita dan
keinginan saja, tapi sekolah agar selalu memiliki kebutuhan berprestasi
sehingga tercapai keunggulan dalam segala aspeknya.
C. Karakteristik Sekolah Unggulan
Secara umum sekolah yang dikategorikan unggulan harus meliputi
tiga aspek diantaranya: Petama, Input. Menurut Daniel Goleman
kemampuan mengenal diri dan lingkungannya adalah kemampuan untuk
melihat secara objektif atau analisis, dan kemampuan untuk merespon
secara tepat, yang membutuhkan kecerdasan otak (Intelligence Quotien)
dan kecerdasan emosional (Emotional Quotien). Di samping itu,
kecerdasan spiritual (Spiritual Quotien) calon siswa hendaknya dapat
terukur saat seleksi siswa baru. Dengan demikian, tes seleksi siswa baru
hendaknya dapat mengukur ketiga aspek kecerdasan atau bahkan dapat
mengukur berbagai kecerdasan (multy intellegence). Sehingga, tes seleksi
siswa baru tujuannya tidak semata-mata untuk menerima atau menolak
siswa tersebut tetapi jauh ke depan untuk mengetahui tingkat kecerdasan
siswa. Dengan data tingkat kecerdasan siswa tersebut dapat digunakan

sebagai dasar untuk menentukan proses pembinaannya dan bahkan dapat


untuk menentukan target atau arah pendidikan di masa depan.
Untuk sekolah, dapat menyeleksi siswa dengan sistem seleksi yang
sangat ketat. Selain seleksi bidang akademis, juga diberikan persyaratan
lain sesuai tujuan yang ingin dicapai sekolah. Sungguh suatu keunggulan
luar biasa bila suatu sekolah sudah mampu selektif dalam proses
penerimaan siswa baru. Calon siswa nantinya dapat dibina, dibimbing dan
belajar sesuai dengan tingkatan kecerdasan mereka, yang nantinya
diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang unggul.
Kedua, proses. Dalam proses belajar-mengajar, sekolah unggulan
ini setidaknya berkaitan dengan kemampuan guru, fasilitas belajar,
kurikulum, metode pembelajaran, program ekstrakurikuler, dan jaringan
kerjasama, diantaranya:
1. Kemampuan guru, sekolah unggulan harus memiliki guru yang
unggulan juga. Artinya, guru tersebut harus profesional dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar. Adapun kompetensi guru yang
memungkinkan untuk mengembangkan suatu lembaga pendidikan
yang unggul yaitu :Petama, kompetensi penguasaan mata pelajaran.
Kedua, kompetensi dalam pembelajaran. Ketiga, kompetensi dalam
pembimbingan. Keempat, kompetensi komunikasi dengan peserta
didik. Kelima, kompetensi dalam mengevaluasi.
Untuk mengembangkan kompetensi ini guru harus selalu rajin-rajin
membaca, belajar terus menerus, selalu up to date membaca fenomena
sosial yang terjadi dimasyarakat sehingga pembelajaran bersifat
faktual dan kontekstual. Pembelajaran dapat berjalan efektif sehingga
mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Pembelajaran bisa dikatakan efektif, bila guru mampu memberikan
pengalaman baru bagi siswanya, membentuk kompetensi siswa, serta
melibatkan peserta didik dalam perencanaan pelaksanaan dan
penilaian pembelajaran. Siswa harus didorong untuk menafsirkan
informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat
diterima oleh akal sehat. Misal salah satunya dengan tanya jawab.

Disamping itu guru harus ikhlas memberi pelayanan kepada siswa


dalam belajar, dalam artian siswa merasa nyaman berada dalam
bimbingan guru tersebut. Guru harus mampu menilai hasil balajar
ranah kognitif, psikomotorik dan afektif siswa dan dapat mengetahui
siapa dan ranah apa saja yang belum dikuasai oleh siswa, sehingga
guru tepat memberi pencerahan kembali kepada siswanya.
Dengan demi Guru yang profesional, dalam pembelajaran harus
menempuh empat tahap, yaitu: Pertama, persiapan, dalam arti yang
luas adalah segala usaha misalnya membaca, kursus, pelatihan,
seminar, diskusi, lokakarya yang dilakukan oleh guru dalam rangka
mengembangkan profesionalitasnya. Persiapan dalam perngertian
yang sempit adalah kegiatan pembuatan program kerja guru yang
meliput penyusunan kegiatan pembelajaran selama satu tahun,
program semester, penyusunan silabus dan pembuatan rencara
pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum. Kedua,
pelaksanaan, bahwa guru harus fleksibel, artinya pelaksanaan program
disesuaikan dengan kondisi dan situasi peserta didik. Fokus
pelaksanaan pembelajaran adalah pengalaman peserta didik, baik
pengalaman kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Ketiga, Penilaian,
perlu dilakukan terhadap kedua belah pihak, baik guru maupun siswa.
Penilaian harus dilakukan secara objektif dan transparan. Keempat,
refleksi. Tindakan yang dilakukan dengan memikirkan aktivitas
pembelajarannya dan melaksanakan pembelajarannya berdasarkan
tujuan yang jelas atas dasar pertimbangan moral dan etika.
Guru harus mampu tanggap terhadap aktivitas pembelajaran dengan
melakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan siswa sehingga tujuan
pembelajaran akan tercapai. Proses pendidikan Islam tidak akan
berhasil dengan baik tanpa peran guru yang professional, terutama
pada proses pembelajaran saat guru menggunakan metode dan
memberikan materi. Peranan guru sangat penting tersebut bisa
menjadi potensi besar dalam memajukan atau meningkatkan mutu
pendidikan.

Guru yang benar-benar berlaku professional dan dapat mengelola


dengan baik, tentunya mereka akan makin semangat dalam
menjalankan tugasnya, bahkan rela melakukan inovasi-inovasi
pembelajaran untuk mewujudkan kesuksesan pembelajaran peserta
didik. Namun jika mereka terlantar akibat tindakan pimpinan mereka
justru bisa menjadi penghambat serius terhadap proses pendidikan.
Sikap guru ini sangat tergantung pada kualitas manajemen personalia.
2. Fasilitas belajar, Sekolah unggulan harus dilengkapi dengan fasilitas
yang mewadahi. memiliki sarana dan prasarana yang mewadahi bagi
siswa untuk menguasai ilmu pengetahuan danteknologi.
3. Kurikulum, Sekolah unggulan tidak harus menggunakan kurikulum
yang berrstandar internasional. Kurikulum nasional dengan berbagai
penyempurnaan sesuai kebutuhan perkembangan siswa pun cukup
baik. Terutama dari segi bahan, misalnya bidang IPA dan PAI, masih
terlalu menekankan bahan-bahan klasik yang memang penting, tetapi
kurang memasukkan bahan dan penemuan modern yang lebih dekat
dengan situasi teknologi saat ini. Misalnya mengkaitkan materi-materi
dari kedua mata pelajaran tersebut. Di samping itu, penguasaan bahasa
Arab, bahasa inggris dan bahasa Indonesia mutlak diperlukan.
Sehingga

siswa

dapat

mengkomunikasikan

gagasan

dan

pengetahuannya kepada orang lain secara sistematis dengan


menggunakan kedua bahasa tersebut. Perpaduan kedua kurikulum itu
akan sangat membantu dalam menghasilkan generasi-generasi masa
depan yang lebih unggul.
4. Metode pembelajaran, Sekolah unggulan harus menggunakan metode
pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif dan kreatif yang
disertai dengan kebebasan dalam mengungkapkan pikirannya.
5. Program ekstrakurikuler, Sekolah unggulan harus memiliki
seperangkat kegiatan ekstrakurikuler yang mampu menampung semua
kemampuan, minat, dan bakat siswa. Keragaman ekstrakurikuler akan
membuat siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuannya di
berbagai bidang secara optimal

6. Jaringan kerjasama,Sekolah unggulan memiliki jaringan kerjasama


yang baik dengan berbagai instansi, terutama instansi yang
berhubungan dengan pendidikan dan pengembangan kompetensi
siswa. Dengan adanya kerjasama dengan berbagai instansi akan
mempermudah siswa untuk menerapkan sekaligus memahami
berbagai sektor kehidupan (life skill).
Ketiga, Output, Sekolah uggulan harus menghasilkan lulusan yang
unggulan. Keunggulan lulusan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian yang
tinggi. Indikasi lulusan yang unggulan ini baru dapat diketahui setelah
yang bersangkutan memasuki dunia kerja dan terlibat aktif dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kemampuan lulusan yang dihasilkan dirasa unggulan, bila mereka
telah mampu mengembangkan potensi intelektual, potensi emosional, dan
potensi spiritualnyadimana mereka berada.
D. Kurikulum Sekolah Unggulan
1. Kurikulum harus dirancang untuk membantu siswa
mencapai

perkembangan

yang

menyeluruh

dan

seimbang secara lebih luas dan mendalam (luas,


terpadu, dan internasional).
2. Berdiferensiasi, melayani berbagai kemampuan dan
bakat

sesuai

tingkat

kemampuan

dan

kecerdasan

anak/Multiple Intelligences.
3. Penekanan pada pertumbuhan intellectual (learning to
know), berfokus pada pengajaran dan pengembangan
potensi kecerdasan intelektual/akademis, pengetahuan
anak didik.
4. Pertumbuhan emotional, spiritual (learning to be)
berfokus pada penanaman nilai dan pengembangan
moral spiritual anak didik.

5. Pertumbuhan Physical/Social (learning to do) berfokus


pada

pelatihan

dan

pengembangan

fisikdan

keterampilan anak didik.


6. life skills dan pertumbuhan komunikasi (learning to
live

together)

berfokus

pada

pengembangan

keterampilan/kecakapan hidup dan cara berkomunikasi


dengan orang lain.
E. Materi dan Proses Pembelajaran Sekolah Unggulan
Salah satu cara untuk mengembangankan scientific and
religious attitude adalah dengan memberlakkan anak
seperti

'ilmuwan

muda'

sewaktu

anak

mengikuti

pembelajaran IPA. Oleh karena itu, sistem pembelajaran


yang perlu dikembangkan dengan baik yaitu active and
cooperative learning, diantaranya :
1. problem-based learning, yaitu strategi pembelajaran
yang

berpusat

pada

siswa,

yang

bersama-sama

membentuk kelompok kecil memecahkan masalah


dan merefleksikan pada pengalamannya, sedangkan
guru berperan sebagai fasilitator.
2. inquiry-based learning, pembelajaran yang aktif dan
berpusat pada siswa, yang di fokuskan pada kegiatan
bertanya atau berpikir kritis dan pemecahan masalah.
3. project-based learning, pembelajaran yang di
fokuskan pada pengembangan pembuatan produk atau
pembuatan karya.
4. ICT-based learning, proses pembelajaran didukung
oleh fasilitas internet, LCD dan Hot spot program.
5. creative Teaching Techniques, langkah-langkah
pembelajaran

dengan

membiasakan

anak

didik

melakukan; observation/experiment, recording, analysis,


presentation & discussion.

6. contextual

teaching

and

learning,

membantu

mengkaitkan konten mata pelajaran dengan situasi


dunia.
F. Guru yang Profesional dalam Sekolah Unggulan
Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar,
pendidik dan pelatih haruslah memiliki potensi-potensi
sebagai berikut:
1. Academic Potential, meliputi advanced and innovative
knowledge, integrated and comprehensive knowledge,
popular

information,

teaching-learning

material

development, selecting use of effective resource.


2. Professional Potential, yaitu appopriate approaches,
effective

teaching

innovative

methods

teaching

application,

techniques,

creative,
teaching

administration, designing instruction, assessing student


learning, local & international curriculum contents,
teaching-learning information technology.
3. Managerial Potential, yaitu student management,
managing

classroom

procedures,

classroom

action

research, instructional management.


4. Social

Potential,

yaitu

effective

communications,

facilitating students in cognitively simulating activities,


school culture environment of respect and support.
5. Ethical Potential, yaitu moral development (akhlaqul
karimah),

marhamah,

sabar

dan

tabah,

moeslem

personality.
G. Pengembangan Pendidikan Islam Melalui Sekolah Unggulan
Pengembangan pendidikan Islam dapat terealisasi melalui adanya
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Institusi yang

melahirkan kebijakan-kebijakan yang mendukung program Sekolah


unggulan adalah Departemen Agama.
Sekolah sebagai suatu institusi

pendidikan

harus

mampu

mengembangkan mutu dan keunggulan pendidikan. Sekolah yang


mengenalkan dirinya sebagai Sekolah unggulan, harus beda dari pada
Sekolah lainnya. Sekolah harus memiliki keuggulan yang layak
dibanggakan oleh Sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini dikenal dua
jenis keunggulan, yaitu:
1. Keunggulan Komparatif
Keunggulan komparatif adalah keunggulan yang sudah disediakan,
dimiliki tanpa perlu adanya suatu upaya. Kekayaan alam yang dimiliki
oleh

suatu

wilayah

adalah

contoh

nyata

keunggulan

komparatif.konteks lembaga pendidkan, keunggulan komparatif


menekankan pada keunggulan kaitannya dengan sumber daya yang
disediakan, dimilki tanpa perlu adanya suatu upaya. Misalkan suatu
Sekolah dibandingkan dengan Sekolah lainnya memiliki fasilitas
belajar yang diperoleh dari bantuan dari pemerintah, sedangkan
Sekolah disekitarnya belum menerima bantuan fasilitas belajar. Nah
Sekolah ini memiliki keunggulan komparatif.
2. Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang timbul karena ada
suatu upaya yang dilakukan untuk mencapainya. Keunggulan
kompetitif terkait dengan daya saing suatu produk yang relatif mapan
sehingga mampu memasuki pasar tertentu dengan tingkat harga dan
kualitas sesuai kebutuhan penggunanya. Produk yang memiliki
keunggulan kompetitif biasanya didukung oleh pelayanan memadai
sehingga memiliki daya saing dibandingkan dengan produk yang
berasal dari sumber lain.
Sekolah yang memiliki keunggulan kompetitif akan terus mengejar
prestasinya sehingga mampu bersaing dengan Sekolah lain, walaupun
sudah mendapat bantuan dari pemerintah Sekolah unggulan ini tetap dan
terus berusaha meningkatkan kualitas keunggulannya, baik dalam hal
manajemennya maupun outputnya. Pelayanan terhadap siswa dikelola

dengan baik sehingga mereka dapat belajar dalam keadaan kondusif.


Lulusan yang berkualitas akan dicari oleh masyarakat untuk diberdayakan
potensinya yang diperoleh ketika di Sekolah.
Tantangan kehidupan saat ini lebih mengutamakan keunggulan
kompetitif dibandingkan keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif
menekankan pada keunggulan kaitannya dengan sumber daya yang
disediakan. Sedangkan keuntungan kompetitif bersandar pada penguasaan
IPTEK serta informasi. Atas dasar pemahaman tersebut, yang dimaksud
dengan keunggulan/excellence pada istilah Center for Excellence
adalah jenis keunggulan kompetitif yaitu keunggulan yang diraih melalui
suatu usaha.
Sekolah unggulan merupakan satu aktivitas yang kompleks karena
berkaitan dengan pengembangan sebuah organisasi sebagai wadah
terhimpunnya komunitas yang memiliki latar belakang yang beragam.
Membangun budaya unggulan dalam sebuah organisasi, termasuk budaya
unggulan dalam lingkungan Sekolah memerlukan proses dan waktu yang
panjang.
Mengembangkan keunggulan dalam sebuah Sekolah melalui
pendekatan budaya organisasi berarti mengorganisasi beragam manusia
dan melebur mereka dalm satu pikiran yang terarah ke pembuatan produk
dan layanan terbaik, pemuasan pelanggan sepenuhnya dan pemeliharaan
warga organisasi itu sendiri. Berikut ini hal-hal yang mendukung untuk
mengembangkan organisasi Sekolah dalam mencapai keunggulan,
diantaranya:
1. Visi untuk unggulan
Visi unggulan menjadi

demikian

sentral

posisinya

dalam

pengembangan Sekolahunggulan, sebab tanpa visi, mimpi dan


gambaran tentang masa depan sebuah organisasi sulit untuk berjalan
lancar. Dengan visi unggulan sebuah Sekolah selalu mengupayakan
arah masa depan yang lebih baik, memiliki SDM yang religious,
terampil mandiri dan berwawasan ke depan.
2. Kepemimpinan yang inspiratif

Organisasi membutuhkan kepemimpinan yang professional tapi rendah


hati, visioner dan inspiratif. Kepemimpinan yang mampu mengubah
dan memperbarui organisasi serta dapat membangkitkan semangat dan
memberikan inspirasi kepada segenap komunitas organisasi yang
dipimpinnya.
3. Kolaborasi dan Kolegilitas
Kolaborasi mencakup semua aktivitas yang dilakukan oleh komunitas
organisasi pembelajar dan layanan pendukung eksternalnya bersamasama berbagi informasi dan ide-ide, merencankan bersama, dan
bersama-sama pula membuat keputusan dan partisipasi dalam
pengembangan organisasi. Kolegialitas lebih menekankan interaksi
interpersonal yang dibangun melalui keterbukaan atau keyakinan.
4. Membangun rasa saling percaya
Dalam sebuah organisasi terdapat team work yang tidak mungkin
bekerja sama kecuali atas dasar nilai saling mempercayai atau mampu
menjadikan diri sebagai anggota yang pantas dipercayai. Di lembaga
pendidikan

seperti

Sekolah

juga

diperlukan

semangat

saling

mempercayai dalam bekerja sama agar tercipta iklim organisasi yang


kondusif bagi komunitas Sekolah.
5. Membangun jaringan sosial (social capital)
Untuk menjadi Sekolah organisasi unggulan, Sekolah perlu memiliki
kecerdasan sosial. Kemampuan sebuah Sekolah untuk tetap survive
tidak hanya ditentukan oleh seberapa besar kemmpuannya dalam
menghasilkan output yang berkinerja dan berprestasi unggulan, tetapi
juga ditentukan oleh koneksinya dengan stakeholders, dan para
pengguna jasa. Salah satunya tetap menjaga kepercayaan stakeholders
terhadap

keunggulan

Sekolah

dengan

mempertahankan

dan

meningkatkan citra serta kinerja organisasi Sekolah unggulan.


Dengan merealisasikan beberapa bentuk pendekatan-pendekatan
pengembangan pendidikan Islam melalui Sekolah unggulan maka
diharapkan akan melahirkan lulusan yang bisa menampilkan citra diri
sebagai sosok makhluk Tuhan yang didalam dirinya terdapat potensi
rasional (nalar), emosi dan spiritual. Tiga dimensi keunggulan dalam

perspektif Islam mencitrakan sosok manusi utuh. Lembaga pendidikan


yang terlalu banyak menekankan pentingnya nilai akademik, kecerdasan
otak atau IQ saja, mengabaikan kecerdasan emosi (EQ) yang mengajarkan
integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental,
kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau
sinergis menjadikan pendidikan kehilangan ruhnya.
Dalam perspektif pendidikan ideal belumlah cukup untuk
menggambarkan keutuhan sosok manusia. Sebab dalam diri manusia
terdapat satu aspek penting lainnya yaitu potensi spriritual. Kecerdasan
yang membuat manusia berbuat kebaikan, kebenaran, keindahan, dan
kasih sayang dalam hidup, kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan
hidup manusia dalam kontek makna yang luas dan lebih kaya. Kecerdasan
spiritual yang ditanamkan melalui pendidikan akan memberikan bekal
kepada peserta didik sehingga mampu menjawab keprihatinan dirinya
tentang apa arti menjadi manusia, apa makna dan tujuan puncak dari hidup
manusia.
Dengan demikian pemerintah akan mampu memfasilitasi sekolah
terhadap pengembangan pendidikan Islam, apa yang dimiliki dan apa yang
menjadi kebutuhan siswa dalam kerangka mengembangkan seluruh
potensi yang ada pada diri siswa baik itu potensi intelektual, emosional
dan spiritualnya. Dengan demikian Sekolah dapat melahirkan sosok yang
memiliki intelektualitas tinggi yang siap berpotensi, responsif terhadap
perkembangan dan mempunyai pandangan ke depan dan sikap kritis, jati
diri yang jelas, empati ditopang dengan iman dan takwa dalam konteks
Sekolah model sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berciri khas
Islam.
H. Kepala Sekolah Unggul
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung
jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga
menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan

penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan


kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran. Guru di masa
mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well
informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang
berkembang dan berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini.
Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di
tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola
penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara
professional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan dari
siswa, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan
profesionalitas tersebut, guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif.
Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang
dimilikinya secara terus-menerus.
Di samping itu, guru masa depan harus paham penelitihan guna
mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya,
sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada
praktek pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namun
kenyataannya justru mematikan kreativitas para siswanya. Begitu juga,
dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru
untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun,
disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedang berlangsung.
Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru
dituntut memikiki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun
isinya. Namun, jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang
terkandung dari setiap jenis kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh
para ahli maupun dalam perspektif kebijakan pemerintah, kiranya untuk
menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana, untuk
mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang
sungguh-sungguh dan komprehensif.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi
peran kepala sekolah. Idochi Anwar

dan Yayat Hidayat Amir (2000)

mengemukakan bahwa Kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas


mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi
professional guru. Perlu digarisbawahi bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan
materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan
kompetensi sebagaimana telah dipaparkan di atas.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas,
2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai ; (1)
educator (pendidik), (2) manajer, (3) administrator, (4) supervisor
(penyelia), (5) leader (pemimpin), (6) inovator (pencipta iklim kerja), dan
(7) motivator.
Menunjuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana
disampaikan oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara
ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peingkatan profesi
guru.
1. Kepala Sekolah sebagai Edukator (pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan
guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di
sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan
focus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar
mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat
kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa
berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara
terus-menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan efektif dan efesien.
2. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus
dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan
dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah
seyogyanya dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang
luas

kepada

para

guru

untuk

dapat

melaksanakan

kegiatan

pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan


pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti MGMP tingkat

sekolah,

MGMP

kluster,

forum

MGMP

kabupaten,

diskusi

professional, kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah,


melanjutkan pendidikan, kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh
pihak lain, dan sebagainya.
3. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk
tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari factor biaya.
Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan
kompetensi guru tentunya akan mempengarui terhadap tingkat
kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya
dapat

mengalokasikan

anggaran

yang

memadai

bagi

upaya

peningkatan kompetensi guru.


4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervise di
lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana cara mengubah pola
pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif
dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi dimana
gru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat
berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan
berdasarkan data, fakta yang objektif ( Sahertian, 2000 : 20 )
Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib
dilaksanakan
kegiatan

dalam

supervisi

penyelenggaraan
dilaksanakan

oleh

pendidikan.
kepala

Pelaksanaan

sekolah

dalam

memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena proses


belajar-mengajar yang dilaksanakan guru merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan
utama. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu.Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu
melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu
melaksanakan kegiatan supervisi yang dapat dilakukan melalui
kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran

secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode,


media yang digunakan, dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran ( E. Mulyasa, 2004).
Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus
keunggulan

guru

dalam

melaksanakan

pembelajaran,

-tingkat

penguasaan guru yang bersangkutan-, selanjutnya diupayakan solusi,


pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki
kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya
dalam melaksanakan pembelajaran.
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002)
mengemukakan

bahwa,menghadapi

kurikulum

yang

berisi

perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode, dan


evaluasi

pengajarannya,

sedah

sewajarnya

kalau

para

guru

mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka. Dari


ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betulbetul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala
sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru,
sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik.
5. Kepala Sekolah sebagai Leader (pemimpin)
Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat
menumbuh suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap
peningkatan kompetensi guru ? Dalam teori kepemimpinan setidaknya
kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu; kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada
manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang
kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut
secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
yang ada. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari hasil
studi yang dilakukan Bambang Budi Wiyono (2000) terhadap 64
kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa
ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah
dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada manusia.

Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan


kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam
sifat-sifat sebagai berikut: (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung
jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar,
(6) emosi yang stabil, dan (7) teladan ( E. Mulyana, 2003).
6. Kepala Sekolah sebagai Inovator ( pencipta iklim kerja )
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap
guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul,
yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena
itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif,
kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut : (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang
dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu
disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga
mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan
dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu
diberitahu tentang sesuatu dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian
hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman
juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psikofisik guru, sehingga memperoleh kepuasan ( E. Mulyana : 2003).
7. Kepala Sekolah sebagai Motivator.
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama para pendidik.
Guru diberikan kebebasan memilih strategi, metode, dan teknik-teknik
pembelajaran dan pengajaran yang palin efektif, sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa dan kondisi nyata di
sekolah. seorang kepala sekolah harus bisa memberi motivasi kepada
para guru agar dapat menemukan strategi, metode, dan teknik
III.

pembelajaran yang sesuai.


PENUTUP
Sekolah unggulan mampu mengubah citra sekolah menjadi lebih
baik dan bisa menunjukkan kualitasnya dikalangan lembaga pendidikan
pada umumnya. Program yang dicanangkan pemerintah ini merupakan
langkah positif untuk mensejajarkan kualitas sekolah dengan sekolah umum,

baik manajemennya maupun output yang dihasilkan, sehingga memilki nilai


lebih yang selalu dicari lulusannya dan didamba-dambakan masyarakat.
Pada dasarnya, munculnya sekolah unggulan dilatar belakangi oleh
masalah yang sama, yaitu masih rendahnya mutu pendidikan Islam,
terutama masalah output yang dihasilkan dan kualitas manajemen yang ada
di Sekolah. Dari sinilah, pemerintah melakukan langkah awal dengan
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung adanya sekolah
ungulan.
Seperti menyekolahkan guru-guru sekolah hingga tingkat S2,
menyediakan fasilitas-fasilitas laboratorium dan lain-lain. Setelah proyek ini
jalan dan sukses menjadi sekolah percontohan bagi sekolah-sekolah lainnya
(sekolah swasta), Sehingga sekolah tersebut bangkit untuk bisa berkembang
seperti sekolah unggulan negeri tersebut. Sehingga tidak menutup
kemungkinan sekolah swasta dapat menjadi sekolah unggulan.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Maimun, Agus Zainul Fitri. Sekolah Unggulan. Malang: UIN Maliki Press,
2010.
Ahid, Nur. Problematika Sekolah Aliyah di Indonesia. Kediri: STAIN Kediri
Press, 2009.

Fachruddin, Fuad dari Headlye Beare, dkk. Creating An Exellence School.


London: Routtledge, 1991.
Lubis, Halfian. Pertumbuhan SMA Islam Unggulan di Indonesia. Badan Litbang
dan Diklat Departemen Agama Republik Indonesia, 2002.
Maimun, Agus dan Agus Zaenul Fitri. SekolahUnggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif. Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Mastuhu. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999
Muhammad. Konsep Pengembangan SekolahUnggulan, Kreatif, Vol. 4, No. 1,
Januari, 2009.
Puslitbang, Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2001, Manajemen Sarana dan
Prasarana Jakarta, Balitbang Agama dan Diklat Keagamaan RI, 2001
Qomar, Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya: Erlangga, 2007.
Sahlan, Asmaun. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah. Malang: UINMALIKI Press, 2010.
Salim, Peter dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English Press, 1991.
Semiawan. Prespektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta, Grasindo, 1996
Surtiah. Pengembangan Potensi Anak Didik di Sekolah, Makalah Pelatihan
Manajemen Sekolah se-Jawa Timur 1 s/d 28 Februari 1999, Malang:
STAIN
Trimantara, Petrus. Sekolah Unggulan: Antara Kenyataan dan Impian, Jurnal
Pendidikan Penabur, Vol. 6, No.08, Juni, 2007.
Zayadi, Ahmad. Desain Pengembangan Sekolah. Jakarta: Dirjen Kelembagaan
Pendidikan Islam Depag, 2005.

Anda mungkin juga menyukai