Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ialah infeksi akut yang dapat terjadi di setiap tempat
di sepanjang saluran pernapasan dan adneksanya (telinga tengah, kavum pleura dan sinus
paranasalis). Secara anatomic ISPA dikelompokkan menjadi ISPA-atas misalnya batuk-pilek,
faringitis, tonsillitis, dan ISPA-bawah seperti bronchitis, bronkiolitis dan pneumonia. ISPA-atas
jarang menimbulkan kematian walaupun insidennnya jauh lebih tinggi dibandingkan ISPAbawah.
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh
infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru.
ISPA salah satu penyebab utama kematian pada anak di bawah 5 tahun tetapi diagnosis sulit
ditegakkan. World Health Organization memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kejadian ISPA pada balita di atas 40 per 1000
kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada 13 juta anak balita di dunia golongan usia balita.
Pada tahun 2000, 1,9 juta (95%) anak anak di seluruh dunia meninggal karena ISPA, 70 % dari
Afrika dan Asia Tenggara.1
Gejala ISPA sangat banyak ditemukan pada kelompok masyarakat di dunia, karena
penyebab ISPA merupakan salah satu hal yang sangat akrab di masyarakat. ISPA merupakan
infeksi akut yang disebabkan oleh virus meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan
infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA menjadi perhatian bagi anak-anak (termasuk
balita) baik dinegara berkembang maupun dinegara maju karena ini berkaitan dengan sistem
kekebalan tubuh. Anak-anak dan balita akan sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena
sistem tubuh yang masih rendah, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA
sangat tinggi bagi anak-anak dan balita.1,8
Pneumonia dan bronkiolitis yang merupakan bagian dari ISPA-bawah yang banyak
menimbulkan kematian, sehingga berperan besar dalam tingginya angka kematian bayi. Setiap
tahun diperkirakan 4 juta anak balita meninggal akibat ISPA (terutama akibat pneumonia dan
bronkiolitis) di negara berkembang. Bronkiolitis sendiri merupakan suatu penyakit infeksi akut
tersering pada usia kurang dari 2 tahun yang menimbulkan obstruksi inflamasi pada saluran
napas kecil (bronkiolus). Penyebab tersering dari bronkiolitis adalah virus Respiratory Syncytical
(RSV). Secara klinis bronkiolitis akut sukar dibedakan dengan pneumonia bakteri. Dan karena
mempunyai gejala obstruksi saluran napas, secara klinis sukar dibedakan dengan serangan asma.
Bronkiolitis pada masa bayi dapat menimbulkan dampak pada saluran napas berupa batuk,
wheezing dan hiperreaktivitas sampai beberapa tahun kemudian.1,8
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien:
Nama lengkap
: By. P
Umur
: 8 bulan 24 hari
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Karang Taliwang
Identitas keluarga
: Anak kandung
Ibu
Ayah
Nama
Ny. F
Tn. H
Umur
37 tahun
45 tahun
SD
SMA
Pekerjaan
Pengangguran
Masuk RS tanggal
: 7 Oktober 2014
Diagnosis Masuk
: Bronkiolitis
Pendidikan/Berapa tahun
Riwayat sesak napas, sering bersin pagi hari pada keluarga disangkal
1. Riwayat Pengobatan
Ibu pasien mengaku sebelumnya pasien sempat dibawa berobat ke puskesmas
Karang Taliwang, hanya diberikan obat penurun panas saja, panas tidak juga mereda, naik
kembali saat beberapa jam setelah minum obat. Pasien tampak rewel karena sesak yang
dialaminya, hari selasa malam tanggal 7 oktober 2014 jam 18.40 pasien dibawa ke IGD
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram, sampai di IGD pasien di uap, namun sesak
tetap dirasakan dan tidak membaik.
Riwayat Pribadi
1. Riwayat kehamilan dan persalinan
- Ibu pasien rutin ANC di Puskesmas, frekuensi >4 x.
- Riwayat USG (+) 3x di dokter SPOG (usia kehamilan 7,8,9 bulan)
- Riwayat sakit berat selama hamil (-). Riwayat minum obat-obatan dan jamu-jamuan
selama hamil (-)
- Riwayat konsumsi obat penambah darah dari Puskesmas (+) sejak bulan pertama
kehamilan sampai menjelang persalinan
- Selama ANC, tidak ditemukan kelainan pada janin atau ibu (riwayat perdarahan,
muntah berlebihan, demam selama kehamilan disangkal; bidan juga mengatakan letak
dan perkembangan janin normal)
- Pasien lahir normal di salah satu Rumah Sakit di Jakarta ( Pasien lupa nama rumah sakit
tempat ia melahirkan). Lahir cukup bulan
langsung menangis, riwayat biru setelah lahir (-), kuning setelah lahir (-).
2. Riwayat nutrisi
ASI ekslusif (-), Pasien sudah diberika PASI sejak pertama lahir. Susu formula
yang diberikan adalah SGM, sampai saat ini pasien tidak pernah mendapat asi.
Usia 3 bulan pasien sudah diberikan MPASI, yaitu diberikan pisang, saat usia 6
bulan diberikan biskuit bayi dan bubur susu.
Makan minum menurun sejak keluhan sesak datang. PASI yang biasanya 3 kali
dalam sehari, saat ini menjadi hanya sampai 2 kali dalam sehari dengan jumlah
yang sedikit.
B. Ulangan
HB 0
Belum
BCG
Belum
Belum
Belum
Polio 2
Belum
Belum
Polio 4
Belum
Campak : Belum
Belum
Keadaan Umum
: Tampak sedang
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital
: 37,3 oC
Nadi
Pernapasan
Suhu
Status Gizi
Berat Badan
: 7,3 kg
Panjang Badan : 80 cm
Umur
: 8 bulan
Kesimpulan status gizi berdasarkan perhitungan standar deviasi (SD) atau Z-score
dengan menggunakan nilai indeks antropometri:
BB/TB : -2 SD s/d +2 SD Gizi baik
BB/U : -2 SD s/d +2 SD BB Normal
TB/U : -2 SD s/d +2 SD TB Normal
Kesimpulan status gizi : Gizi Baik
Status General :
Kepala dan Leher :
1.
Bentuk
3.
Mata : Simetris, pupil isokor +|+, refleks cahaya langsung +|+, refleks
cahaya tidak langsung +|+, nistagmus (-), palpebra normal, konjungtiva : anemia -|-,
sklera : ikterik -|-.
4.
THT
Telinga : Struktur dan ukuran telinga normal, otorhea (-), perdarahan (-)
Hidung : Massa (-), rinorhea (-), perdarahan (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil tidak membesar
5.
Mulut
Leher
muda.
6.
Thorax :
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
midclavicula ICS V
Auskultasi
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Ekstremitas :
Diferensial Diagnosa :
1. Bronkiolitis
2. Asma Bronkial
3. Bronkitis
4. Pneumonia
Planning Diagnostik
-
DL
Foto Thorax
Kesan :
Bercak konsolidasi yang tersebar
Cor dalam batas normal
Sinus dan diafragma baik
Pemeriksaan laboratorium
Darah Lengkap
(7 Oktober 2014)
Hasil
11,8 x 103/L
4,50 x106/L
10,4 g/dl
29,4
65 fL
23,2 pg
35,4 %
377
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
Normal
4x10 11x103/L
3,5x106 5,0x106/L
12 16 g/dl
37 48%
82 95 fL
27 - 31 pg
32-36 %
150x103 400x103/L
3
Ampisilin 4 x 200 mg
Inj.Dexametason 3x1,5 mg
Nebulizer B2 Agonis (Farbiven) 1amp/8 jam
Paracetamol 3 x cth
Ambroxol syr 3 x 1/3 cth
ASI/PASI
Subject
Object
Assesment
Planning
8/10/2014
KU : Baik
Bronkiolitis
Kesadaran:
Composmentis
Infus D5 NS
20
tts/menit
mikro
TTV :
Ampisilin 4 x
200 mg
T : 37,3 C
HR : 124 x/ menit
Cefotaxim 3 x
200 mg
RR : 55x/menit
Dexametason 3
x 1,5 mg
Status Generalis:
Kepala
Normocephali
Mata : Sklera
ikterik
(-)/(-),
Konjungtiva anemi
(-)/(-)
Hidung: Sekret (+)
Mulut:
sianosis (-)
Bibir
Leher
:
Pembesaran KGB
(-)
Thorax:
Cor : S1S2 tunggal,
regule, gallop(-),
murmur (-)
Pulmo
:
Bronkovesikuler,
Ronki
(+)/(+),
Wheezing (+)/(+)
Abdomen : Bising
usus
terdengar
normal
Hepar
dan
O2 1 lpm
lien
Nebulizer
Farbiven 1 amp/
8 jam
Ambroxol sirup
3 x 1/3 cth
Pct 3 x cth
Diet bubur nasi
tidak teraba
Ekstermitas : Akral
hangat
(+),
oedem(-), sianosis
perifer (-)
9/10/2014
KU : Baik
Bronkiolitis O2 aff
Paracetamol KP
Terapi
lain
dilanjutkan
Kesadaran:
Composmentis
TTV :
T : 36,5 C
HR : 120 x/ menit
RR : 45 x/menit
Status Generalis:
Kepala
Normocephali
Mata : Sklera
ikterik
(-)/(-),
Konjungtiva anemi
(-)/(-)
Hidung: Sekret (+)
Mulut:
sianosis (-)
Bibir
Leher
:
Pembesaran KGB
(-)
Thorax:
Cor : S1S2 tunggal,
regule, gallop(-),
murmur (-)
Pulmo
:
Bronkovesikuler,
Ronki
(+)/(+),
Wheezing (+)/(+)
Abdomen : Bising
usus
terdengar
normal
Hepar dan
tidak teraba
lien
Ekstermitas : Akral
hangat
(+),
oedem(-), sianosis
perifer (-)
10/10/2014
KU : Baik
Kesadaran:
Composmentis
cth
Ambroxol puyer
TTV :
3 x1 cth
Nebulisasi lanjut
Paracetamol KP
Diet bubur nasi
T : 36,2 C
HR : 122 x/ menit
RR : 40 x/menit
Status Generalis:
Kepala
Normocephali
Mata : Sklera
ikterik
(-)/(-),
Konjungtiva anemi
(-)/(-)
Hidung: Sekret (+)
Mulut:
sianosis (-)
Bibir
Leher
:
Pembesaran KGB
(-)
Thorax:
Cor : S1S2 tunggal,
regule, gallop(-),
murmur (-)
Pulmo
:
Bronkovesikuler,
Ronki
(+)/(+),
Wheezing (+)/(+)
Abdomen : Bising
usus
terdengar
normal
Hepar dan
tidak teraba
lien
Ekstermitas : Akral
hangat
(+),
oedem(-), sianosis
perifer (-)
11/10/2014
KU : Baik
Kesadaran:
Composmentis
TTV :
cth
Ambroxol puyer
T : 36,4 C
3 x1 cth
BPL
HR : 121 x/ menit
RR : 39 x/menit
Status Generalis:
Kepala
Normocephali
Mata : Sklera
ikterik
(-)/(-),
Konjungtiva anemi
(-)/(-)
Hidung: Sekret (-)
Mulut:
sianosis (-)
Leher
Bibir
:
Pembesaran KGB
(-)
Thorax:
Cor : S1S2 tunggal,
regule, gallop(-),
murmur (-)
Pulmo
:
Bronkovesikuler,
Ronki
(+)/(+),
Wheezing (+)/(+)
Abdomen : Bising
usus
terdengar
normal
Hepar dan
tidak teraba
lien
Ekstermitas : Akral
hangat
(+),
oedem(-), sianosis
perifer (-)