Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Banyak istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan janin mengalami hambatan
pertumbuhan seperti pseudomature, small for date, dysmature, fetal malnutrition syndrome,
chronic fetal distress, IUGR dan small for gestational age (SGA).Batasan yang diajukan oleh
Lubchenco (1963) adalah bahwa setiap bayi yang berat badan lahirnya sama dengan atau
lebih rendah dari presentil ke-10 untuk masa kehamilan pada Denver Intrauterine Growth
Curves adalah bayi SGA. Ini dapat terjadi pada bayi yang prematur, matur, ataupun
postmatur.(1,2)
Bayi baru lahir dengan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) sering terlihat kurus,
pucat dan kulitnya kering. Tali pusat lebih sering terlihat tipis dan suram daripada tebal dan
bersinar. Bayi-bayi dengan PJT kadang-kadang mempunyai pandangan mata yang lebar.
Beberapa bayi tidak mempunyai penampilan kelainan gizi, tetapi secara keseluruhan kecil.
Retardasi pertumbuhan dalam rahim memiliki definisi berat badan bayi kurang dari
persentil sepuluh untuk usia kehamilan bayi, dalam artian bayi baru lahir berukuran lebih
kecil dibandingkan dengan usia kehamilannya. IUGR ini dapat dideteksi dengan pengukuran
rahim dan pemeriksaan USG ketika kontrol ke dokter. Retardasi pertumbuhan dapat
disebabkan karena rokok, pertambahan berat badan yang kurang pada Ibu, penggunaan obatobatan dan alkohol, janin kembar, kelainan tali pusat atau plasenta, preeklampsia, dan
riwayat IUGR sebelumnya. Retardasi mental ini meningkatkan risiko janin meninggal di
dalam kandungan. Karena hal inilah pentingnya kontrol teratur ke dokter. Apabila Ibu
dikatakan mengalami IUGR maka segera dicari penyebabnya, hentikan hal-hal yang dapat
memperburuk seperti merokok, alkohol, obat-obatan, dan perbaiki gizi Ibu(3).

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

DEFINISI
IUGR adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir yang meliputi semua

parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang badan). Banyak istilah yang dipergunakan untuk
menunjukkan pertumbuhan janin terhambat (PJT) seperti pseudomature, small for date,
dysmature, fetal malnutrition syndrome,chronic fetal distress, IUGR dan small for gestational
age (SGA). yang beratnya dibawah 10 persentil untuk usia gestasionalnya. Bayi-bayi antara
persentil 10 dan 90 diklasifikasikan sebagai kelompok dengan berat sesuai usia gestasional.
(Wikjosastro, 2005)
Menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin
yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai
dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restrictionadalah suatu keadaan
dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir
dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya.
Menurut Gordon (2005), pertumbuhan janin terhambat (Intra uterine growth restriction)
diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri
normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah IUGR sering diartikan sebagai kecil untuk masa
kehamilan-KMK (small for gestationalage). Umumnya janin dengan IUGR memiliki taksiran
berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan
janin dalamusia kehamilan yang sama. Janin dengan IUGR pada umumnya akan lahir
prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu). Bila beradadi
bawah presentil ke-7 maka disebut small for gestational age (SGA), di mana bayi mempunyai
berat badan kecil yang tidak menimbulkan kematian perinatal.

Gambar 1. Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan

1.
1.
2.

Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu:


Berat badan lahir di bawah presentil ke-10
2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Sedangkan pada SGA ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:
Berat badan lahir di bawah presentil ke-7
Tidak adanya proses patologis.(4,6)
Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:
1. Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita distress yang lama di
mana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan
sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang
seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.
2. Disproportionate Fetal Growth Restriction: Terjadi akibat distress subakut. Gangguan
terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini
panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi.
Bayi tampak waste dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit
kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.(1)
Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan lingkaran
kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami perubahan misalnya Drillen
(1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah sedangkan berat hati,
3

limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan bayi prematur dengan berat yang
sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa gestasinya.
2.2.

EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang angka PJT kejadian berkisar antara 2%-8% pada bayi
dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan angka kejadian untuk
SGA adalah 7% dan 10%-15% adalah janin dengan PJT.(5,6)
Pada 1977, Campbell dan Thoms memperkenalkan ide pertumbuhan simetrik dan
pertumbuhan asimetrik. Janin yang kecil secara simetrik diperkirakan mempunyai beberapa
sebab awal yang global (seperti infeksi virus, fetal alcohol syndrome). Janin yang kecil
secara asimetrik diperkirakan lebih kearah kecil yang sekunder karena pengaruh restriksi gizi
dan pertukaran gas. Dashe dkk mempelajari hal tersebut diantara 1364 bayi PJT (20%
pertumbuhan asimetris, 80% pertumbuhan simetris) dan 3873 bayi dalam presentil 25-75
(cukup untuk usia kehamilan).
Tingkat IUGR-BBLR dapat dikategorikan sebagai presentasi dari semua kelahiran,
sebagai berikut: rendah (<5%), sedang (5-10%), tinggi (10-15%), dan sangat tinggi (>15%).
Untuk BBLR dan IUGR-BBLR masing-masing, insiden tertinggi ditemukan di Asia Tengah
(28%, 33%). Prevalensi rata-rata 11% dari semua kelahiran di negara berkembang, dan
sekitar 21% di Asia Tenggara. Di tingkat internasional, insiden tertinggi untuk BBLR dan
IUGR-BBLR masing-masing adalah: Bangladesh (50%, 39%), India (28%, 21%), dan
Pakistan (25%, 18%). Untuk negara-negara Asia lainnya, data korespondensi adalah: Sri
Lanka (19%, 13%), Kamboja (18%, 12%), Vietnam, dan Filipina (11%, 6%), Indonesia dan
Malaysia (8%, 4%), Thailand (8%, 3%), dan China (6%, 2%) (De Ones, 1998).

2.3.

ETIOLOGI
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau abnormalitas yang
mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau menyebabkan ukuran sel menurun. Hal
tersebut mungkin terjadi ketika janin tidak cukup mendapat nutrisi dan oksigen yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan, atau karena

infeksi. Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya kecil), kebanyakan
PJT disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1.

Maternal
Tekanan darah tinggi
Penyakit ginjal kronik
Diabetes Melitus
Penyakit jantung dan pernapasan
Malnutrisi dan anemia
Infeksi
Pecandu alkohol dan obat tertentu
Perokok
2.

Uterus dan Plasenta


Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta
Plasenta abruption, plasenta praevia, infark plasenta (kematian sel pada
plasenta), korioangioma.
Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus
Twin-to-twin transfusion syndrome

3.

Janin
Janin kembar
Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela
dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT).
Kelainan kongenital
Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan
kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18
berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih).
Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT) .
Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin). Berbagai macam
zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol
dapat menyebabkan PJT. (1,2,4,5,6)
5

Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan asimetris
dibedakan menjadi:
1. Simetris : Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang
tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan
dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung),
infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents <Coxsackie virus, Listeria),
Rubella,

Cytomegalovirus,

Herpes

simplex/Hepatitis

B/HIV,

Syphilis),

kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok(8).
Faktor-faktor lainnya :
a.

Pertambahan berat maternal yang jelek

b.

Infeksi janin

c.

Malformasi kongenital

d.

Kelainan kromosom

e.

Sindrom Dwarf
2.

Kombinasi Simetris dan Asimetris


a. Obat-obat teratogenik: Narkotika, tembakau, alkohol, beberapa preparat
antikonvulsan.
b. Malnutrisi berat

3.

Asimetris : Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian


lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ
lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh
yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha umumnya
terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang.
Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang
terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi
dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan(8). Faktor-faktor lainnya :
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
6

f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri

2.4.

FAKTOR RESIKO
Menurut Lausman dan Walker (2012), hal-hal yang menyebabkan terjadinya
IUGR bisa terdapat pada kehamilan ibu, janinnya sendiri, maupun dari plasenta, yaitu
sebagai berikut:
1. Faktor resiko dari ibu
a. Kehamilan sebelumnya dengan IUGR
b. Berat badan ibu sebelum kehamilan rendah
c. Kurangnya penambahan berat badan selama kehamilan dan nutrisi (<1500 kkal/hari)
d. Status sosioekonomi yang rendah
e. Merokok, konsumsi alkohol, narkoba
f. Usia kehamilan yang ekstrem, <16 tahun atau >35 tahun
g. Menggunakan assistedreproductivetechnology (misal in vitro fertilization)
h. Mengonsumsi obat-obatan teratogenik seperti antikonvulsan, methotrexate, warfarin.
i. Penyakit

vaskuler

seperti

hipertensi

kronis,

pre-gestational

diabetes,

anti

phospholipidanti body syndrome, collagen vascular disease (systemic lupus


erythematosus, thrombophilia, penyakit ginjal, Crohns disease, kolitis ulseratif)
j. Hipoksia
k. Anemia termasuk hemoglobinopati
2. Faktor Risiko dari Janin
a. Infeksi kongenital: cytomegalovirus, rubella, varicella, toxoplasmosis, tuberculosis,
HIV, malaria kongenital
b. Aneuploidies: triploidy, trisomy 13, 18, 21
c. Microdeletions: 4pd. Imprinting: Russell-Silver syndrome
3.

Faktor Risiko dari Plasenta


a. Insufisiensi vaskular uteroplasenta
7

b. Chorionic separation (partial abruption, hematoma)


c. Malformasi major uterus (unicornuate uterus)

2.5.

PATOGENESIS
Temuan patologis yang paling sering ditemukan pada kehamilan dengan IUGR yang
berat dan kematian janin dalam rahim pada trimester ketiga yang tidak dapat dijelaskan
adalah adanya insufisiensi pembuluh darah uteroplasenta. Pada kelainan sirkulasi
uteroplasenta akibat dari perkembangan plasenta yang abnormal, pasokan oksigen, masukan
nutrisi, dan pengeluaran hasil metabolik menjadi abnormal. Janin menjadi kekurangan
oksigen dan nutrisi pada trimester akhir sehingga timbul IUGR yang asimetrik yaitu lingkar
perut yang jauh lebih jecil daripada lingkar kepala. Pada keadaaan yang parah mungkin akan
terjadi kerusakan tingkat seluler berupa kelainan nukleus dan mitokondria.
Pada keadaan hipoksia, produksi radikal bebas di plasenta menjadi sangat banyak dan
antioksidan yang relatif kurang (misalnya: preeklampsia) akan menjadi lebih parah. Soothill
dan kawan-kawan (1987) telah melakukan pemeriksaan gas darah pada IUGR yang parah
dan menemukan asidosis dan hiperkapnia, hipoglikemia, dan eritroblastosis

2.6.

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN IUGR INTRAUTERIN


a) Pertumbuhan IUGR Intrauterin
Pada masa kehamilan janin mengalami pertumbuhan tiga tahap di dalamkandungan,
yaitu:
a. Hiperplasia, yaitu: Pada 4-20 minggu kehamilan terjadi mitosis yangsangat cepat dan
peningkatan jumlah DNA.
b. Hiperplasia dan hipertrofi, yaitu: Pada 20-28 minggu aktifitas mitosis menurun, tetapi
peningkatan ukuran sel bertambah.
c. Hipertrofi, yaitu: Pada 28-40 minggu pertumbuhan sel menjadi maksimalterutama
pada minggu ke 33, penambahan jumlah lemak, otot dan jaringanikat tubuh.
b) Perkembangan IUGR Intrauterin
8

Peningkatan rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh kondisi diet rendah
nutrisi terutama protein
a. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh
makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwakondisi kekurangan nutrisi
sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan.Kekurangan
nutrisi pada awal kehamilandapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang
simetris.Hal sebaiknyaterjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi
hiperglikemia padakehamilan lanjut.
b. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga
terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi.Didapati ukuran
plasenta yang luas.
c. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksiantara janin
dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung padalamanya kekurangan.Pada
kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhandan kembali meningkat jika nutrisi
yang diberikan membaik. Pada kondisikronis mungkin telah terjadi proses
perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.

2.7.

MANIFESTASI KLINIS
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan IUGR biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit
keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu dibanding pada bayinormal yang tampak
tebal dan kuat. IUGR muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel.
Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisidan oksigenasi yang cukup untuk
perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meski pada
sejumlah janin, ukuran kecil untuk masakehamilan bisa diakibatkan karena faktor genetik
(kedua orangtua kecil),kebanyakan kasus IUGR atau Kecil Masa Kehamilan (KMK)
dikarenakan karenafaktor-faktor lain.
IUGR dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan.IUGR yang muncul sangatdini sering
berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu. Sementara, IUGR yang muncul
terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problemlain. Pada kasus IUGR,
pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjaditerbatas. Ketika aliran darah ke plasenta
tidak cukup, janin akan menerima hanyasejumlah kecil oksigen, ini dapat berakibat denyut
jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi mengalami kematian. Bayi-bayi
yang dilahirkan dengan IUGR akan mengalami keadaan berikut :

Penurunan level oksigenasi

Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasiadaptasi bayi


segera setelah lahir)

Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalamkandungan) yang


dapat berakibat sindrom gawat nafas

Hipoglikemia (kadar gula rendah)

Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin

Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)


10

2.8.

KLASIFIKASI

Gam
bar 2. Klasifikasi IUGR (Warshaw, 2006)

Antara IUGR dan SGA banyak terjadi salah pengertian karena definisikeduanya
hampir mirip.Tetapi pada SGA tidak terjadi gangguan pertumbuhan, bayi hanya mempunyai
ukuran tubuh yang kecil. Sedangkan pada IUGR terjadisuatu proses patologis sehingga berat
badan janin tersebut kecil untuk masakehamilannya.
Berdasarkan gejala klinis dan USG janin kecil dibedakan atas:
1. Janin

kecil

tapi

sehat.

Berat

lahir

di

bawah

presentil

ke-10

untuk

masakehamilannya.Mempunyai ponderal indexdan jaringan lemak yangnormal.

11

Ponderalindex=

BB ( gram ) x 100
PB (cm)

2. Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis, inilah yangdisebuttrue


fetal growth restriction. Berdasarkan ukuran kepala, perut,dan panjang lengan dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1) Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, dimanatotal jumlah sel
kurang, ini biasanya disebabkan oleh gangguankromosom atau infeksi kongenital
misalnya TORCH. Proses patologis berada di organ dalam sampai kepala.
2) Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total sel
normal tetapi ukurannya lebih kecil. Biasanyagangguan ini disebabkan oleh faktor
maternal atau faktor plasenta.

Simetris

Asimetris

Semua Bagian Tubuh

Kepala Lebih

Kecil

Besar Dari Perut


Ponderal Index Normal

Meningkat

Perbandingan Kepala,
Perut Dan Panjang Tangan

Meningkat

Normal
Etiologi:

Faktor

Genetik Dan Infeksi

Insufisiensi
Plasenta Kronik

Jumlah Sel-Lebih Kecil

Normal

Ukuran Sel Normal

Kecil

Bayi

Biasanya

Dengan

12

Komplikasi
Buruk

Prognosisnya

Tanpa

Komplikasi

Baik Prognosisnya

Berikut ini perbedaan antara IUGR tipe simetris dan asimetris menurut Millitelo, et
al (2009):

13

Gambar 3. Perbedaan Spesifik IUGR Simetris dan Asimetris

2.9.

DIAGNOSIS
1) Anamnesi Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan kardiopulmonal dan pada
kehamilan ganda.(6)
2) Tinggi Fundus Uteri
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada kehamilan kecil.
Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di letakkan dari simpisis pubis sampai
bagian teratas fundus uteri. Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua)
atau 3 (tiga) sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita
dapat mencurigai bahwa janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.(4).
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion, janin letak
lintang.(1)
3) USG Fetomaternal
14

Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau cephalometry angka
kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang tidak
normal maka dapat kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut kita
dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak, khususnya
pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara ukuran lingkar
kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi adanya asimetris PJT.(4,6)
Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan amnion, oligohidramnion
biasanya sangat spesifik pada asimetris PJT dan biasanya ini menunjukkan adanya
penurunan aliran darah ke ginjal.(6)
Setiap ibu hamil memiliki patokan kenaikan berat badan. Misalnya, bagi Anda
yang memiliki berta badan normal, kenaikannya sampai usia kehamilan 9 bulan adalah
antara 12,5 kg-18 kg, sedangkan bagi yang tergolong kurus, kenaikan sebaiknya antara 16
kg-20 kg. Sementara, jika Anda termasuk gemuk, maka pertambahannya antara 6 kg11,5
kg. Bagi ibu hamil yang tergolong obesitas, maka kenaikan bobotnya sebaiknya kurang
dari 6 kg. Untuk memantau berat badan, terdapat parameter yang disebut dengan indeks
massa tubuh (IMT). Patokannya, bila :
IMT 20 24 = normal IMT 25 29 = kegemukan (overweight) IMT lebih dari 30 =
obesitas IMT kurang dari 18 = terlalu keras
Jadi, jika IMT Anda 20-24, maka kenaikan bobot tubuh selama kehamilan antara 12,5 kg18 kg, dan seterusnya. Umumnya, kenaikan pada trimester awal sekitar 1 kg/bulan.
Sedangkan, pada trimester akhir pertambahan bobot bisa sekitar 2 kg/bulan(9).
4) Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi end-diastolik
yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya PJT.
5) Pemeriksaan Laboratorium
i.
Pemeriksaan gula darah, bila ada indikasi diabetes mellitus
ii.
Screening penyakit infeksi, waspada infeksi TORCH, Syphilis
iii.
Pengukuran kadar enzim transaminase, waspada Hepatitis B dan C

15

2.5 DIAGNOSIS BANDING


Janin kecil pada ibu yang ukuran tubuhnya kecil pula. Wanita yang tubuhnya kecil
secara khas akan memiliki bayi yang berukuran kecil pula. Jikawanita itu memulai
kehamilannya dengan berat badan kurang dari 100 pound (<50 kg). Resiko melahirkan bayi
yang kecil menurut usia gestasionalnya akan meningkat paling tidak dengan sebanyak dua
kali lipat (Eastman danJackson,1986; Simpson dkk.,1975). Pada wanita yang kecil dengan
ukuran panggul yang kecil, kelahiran bayi yang kecil dengan berat lahir yang secara genetik
dibawah berat lahir rata-rata untuk masyarakat umum, tidak selalu merupakan kejadian yang
tidak dikehendaki.

2.6 KOMPLIKASI
IUGR yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapatmenyebabkan
bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian.Kondisi inidisebabkan karena terjadinya
kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan
tersebut masih bisa di tanganikehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya
jika sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi
untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.
Komplikasi pada IUGR dapat terjadi pada janin dan ibu :
i.

Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :

Langsung:
A. Asfiksia
B. Hipoglikemia
C. Aspirasi meconium
D. Hipotermi
E. Perdarahan pada paru
16

F. Polisitemia
G. Hiperviskositas sindrom
H. Gangguan gastrointestinal

Tidak langsung
Pada simetris IUGR keterlambatan perkembangan dimulai darilambat dari sejak
kelahiran, sedangkan asimetris IUGR dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat
kegagalan neurologi dan intelektualitas.Tapi prognosis terburuk ialah IUGR yang
disebabkan oleh infeksikongenital dan kelainan kromosom.

ii.

Ibu
A. Preeklampsia
B. Penyakit jantung
C. Malnutrisi

2.7 PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang
mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah
membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah
ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien
PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil,
diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan
riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan
pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan
taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada
pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang
suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling
efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi
terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan
adalah :
17

1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera
dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan
bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban)
atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom
serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan
nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi
dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat
membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat
dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin
termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin
menggunakan USG setiap 3-4 minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan,
hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi
ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok
berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur.
Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi
setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta
perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT
karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang
diperparah dengan proses melahirkan
3. Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan
oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT
yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia
(gula darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin
dengan PJT asimetris lebih dapat catch-up pertumbuhan setelah dilahirkan.
18

Tatalaksana Perinatal
IUGR dihubungkan dengan keadaan medik yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi

plasenta, perkembangan atau pertumbuhan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu.
Banyak faktor yang lazim, baik pada bayi yang dilahirkan secara prematur maupun yang
dilahirkan dengan berat badan lahir rendah (BBLR), dihubungkan dengan IUGR (Behrman,
et al. 2000).
Masalah

pada

bayi

IUGR

dengan

BBLR

antara

lain:

asfiksia,

meconealaspirationsyndrome, hipotermia, hipoglikemia, infeksi, polisitemia, pulmonary


hemorrhage. Sedangkan pada bayi IUGR dengan outcome premature berisiko mengalami
asfiksia,

hipotermia,

feeding

difficulties,

infeksi

&necrotizingenterocilitis,

hiperbilirubinemia, respiratory distress, apneic spells, intraventricular hemorrhage,


hipoglikemia, metabolic acidosis, oxygen toxicity (retinopathy of preterm {ROP}) (Kabra
dan Srivastava, 2011).
Persalinan bayi BBLR harus dilakukan di rumah sakit dengan tenaga kesehatan yang
profesional dan fasilitas memadai. Rujukan inutero harus dilakukan sebelum waktu
persalinan tiba. Peralatan resusitasi seperti suctioncatheter, bagandmask, oksigen,
laringoskop harus disiapkan. Disiapkan juga infantwarmer dengan lampu 200W untuk
mencegah hipotermia. Untuk tempat perawatan bayi BBLR dengan berat >1800 gram atau
usia kehamilan >34 minggu dapat dirawat dirumah dibawah pengawasan dokter keluarga.
Indikasi bayi BBLR harus dirawat di RS adalah jika (Kabra dan Srivastava, 2011):
Berat badan bayi <1800 gram
Lahir pada usia kehamilan <34 minggu
Bayi tidak dapat menyusu atau minum dari sendok
Bayi sakit
Jika bayi baru lahir harus dirawat di rumah sakit, maka tatalaksananya adalah sebagai
berikut (IDAI, 2011):
1. Pemberian vitamin K
19

Injeksi 1 mg IM sekali pemberian atau per oral 2 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur
3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2. Mempertahankan suhu tubuh normal
Dapat melalui kontak kulit ke kulit, kangaroomothercare, pemancar panas, inkubator
atau ruangan hangat. Bayi tidak boleh dimandikan dan harus diukur berkala.

3. Pemberian minum
ASI merupakan pilihan pertama. Jika bayi mendapat ASI, pastikan jumlahnya cukup
dengan cara apapun. Perhatikan juga cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi
menghisap sehari sekali. apabila bayi sudah tidak mendapat cairan IV dan beratnya
naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2x seminggu.
Pemberian minum minimal 8x/hari, tetapi jika bayi masih ingin dapat diberikan lagi
(ad libitum).
Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi yang tidak stabil,
fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomali mayor saluran cerna, NEC, IUGR berat,
dan berat lahir <1000 g.
Panduan pemberian minum berdasarkan BB:
a. Berat lahir <1000 g
Minum melalui pipa lambung (gavagefeeding) diawali 10 ml/kg/hari dengan
ASI perah/term formula/half-strength preterm formula. Minum bisa ditingkatkan
0,5-1 ml, interval 1 jam, setiap 24 jam, jika toleransinya baik.
20

b. Berat lahir 1000-1500 g


Minum melalui pipa lambung (gavagefeeding) diawali 10 ml/kg/hari dengan
ASI perah/termformula/half-strengthpretermformula. Minum bisa ditingkatkan 12 ml, interval 2 jam, setiap 24 jam, jika toleransinya baik.
c. Berat lahir 1500-2000 g
Minum melalui pipa lambung (gavagefeeding) diawali 10 ml/kg/hari dengan
ASI perah/termformula/half-strengthpretermformula. Minum bisa ditingkatkan 24 ml, interval 3 jam, setiap 12-24 jam, jika toleransinya baik.
Setelah 2 minggu, pemberian minum pada bayi a, b,dan c diganti dengan ASI
perah + HMF(humanmilkfortified)/fullstrengthpretermformula sampai berat badan
mencapai 2000 g.
d. Berat lahir 2000-2500 g
Apabila

mampu

sebaiknya

diberikan

minum

per

oral

dengan

ASI

perah/termformula.
e. Bayi sakit
Pemberian minum diawali 10 ml/kg/hari dan bisa ditingkatkan 3-5 ml, interval 3
jam, setiap 8 jam, jika toleransinya baik.
4. Pencegahan infeksi
Bayi BBLR memiliki risiko tinggi terkena infeksi. Sumber infeksi terbanyak berasal
dari personalhandling dari ibu, kerabat, dan tenaga kesehatan. Orang yang sedang
sakit tidak boleh kontak dengan bayi BBLR. Susu formula yang bukan berasal dari
ASI juga merupakan sumber infeksi yang dapat menyebabkan diare dan sepsis
sehingga harus dihindari. Imunisasi pada bayi BBLR tetap harus dilakukan dengan
jadwal dan dosis yang sama dengan bayi dengan berat badan normal (Kabra dan
Sivastravam, 2011).
5. Imunisasi dapat diberikan setelah berat badan bayi > 2.000 gram, atau usia bayi telah
mencapai 2 bulan

2.8 PENCEGAHAN
21

Pencegahan terjadinya pertumbuhan janin terhambat, idealnya dimulai sejak sebelum


konsepsi dengan mengoptimalkan kondisi kesehatan, pengobatan dan asupan nutrisi ibu.Jika
ibu merokok, maka berhenti merokok merupakan faktor yang sangat penting. Faktor resiko
lain dapat disesuaikan dengan kondisi ibu, seperti profilaksis antimalarial bagi wanita yang
hidup pada area endemik, dan koreksi asupan nutrisi. Penelitian menunjukkan bahwa terapi
pengobatan terhadap hipertensi ringan sampai sedang tidak mengurangi insiden pertumbuhan
janin terhambat (Leveno, 2009).
Selama kehamilan, perkiraan awal masa kehamilan sangat penting. Pada kehamilan
yang berisiko terjadi pertumbuhan janin terhambat, misalnya pada wanita dengan hipertensi
atau wanita yang sebelumnya pernah melahirkan bayi dengan pertumbuhan janin terhambat,
dapat diberikan profilaksis aspirin dosis rendah pada awal masa kehamilan, dan hal ini
terbukti dapat menurukan insiden terjadinya pertumbuhan janin terhambat hingga 10%
(Leveno, 2009).
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti
diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang
serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya;
makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan
narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup.
Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi.
Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik
pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu
hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa
ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter kandungan.
22

4. Olah raga teratur.


Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi
keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu
dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui
sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4
minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36,
pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan
pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin
besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi,
pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan(9).
2.9 PROGNOSIS
Pada kasus-kasus IUGR yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati(stillbirth)
atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak
nantinya. Kasus-kasus IUGR dapat muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi sehat,
meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering.
Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol
kehamilan (prenatal care) secarateratur dapat menekan risiko munculnya IUGR. Perkiraan
saat ini mengindikasikan bahwa sekitar 65% wanita pada negara sedang berkembang paling
sedikitmemiliki kontrol 1 kali selama kehamilan pada tenaga kesehatan, baik bidanmaupun
dokter
Hal yang paling penting dari bayi lahir dengan riwayat IUGR adalah outcome-nya.
Kebanyakan bayi aterm dengan riwayat IUGR akan tumbuh dan memiliki tingkat intelegensi
yang normal. Tetapi jika bayi lahir preterm, kebanyakan akan mengalami kecacatan
neurologis seperti cerebralpalsy. Jika bayi IUGR lahir dengan kelainan kromosom (misalnya
trisomi 18 atau 13) biasanya 100% akan mengalami kecacatan bahkan kematian. Sedangkan
jika lahir dengan adanya infeksi outcome-nya bisa bermacam-maca.
23

Sedangkan untuk outcome jangka panjang (non-neurologis) di usia dewasa nantinya,


bayi yang lahir dengan IUGR ini akan berisiko lebih tinggi terhadap diabetes dan penyakit
jantung.

BAB III
KESIMPULAN
IUGR (Intrauterine Growth Restriction) atau pertumbuhan janin terhambat (PJT)
ditentukan bila berat janin kurang dari 10% dari berat yang harus dicapai pada usia
kehamilan tertentu (WHO, 1995) dan merupakan jalur akhir yang umum di mana pengaruh
genetik dan lingkungan mengakibatkan berat badan lahir rendah untuk usia kehamilan. Bayi
kecil dengan tidak ada bukti pengaruh genetik atau lingkungan yang merugikan harus
didefinisikan sebagai kecil untuk usia kehamilan (KMK). Meskipun semua bayi dengan
IUGR juga adalah KMK, tidak semua bayi KMK juga IUGR (Warshaw, 2006).
Menurut Lausman dan Walker (2012), hal-hal yang menyebabkan terjadinya IUGR
bisa terdapat pada kehamilan ibu (riwayat IUGR, berat badan hamil kurang, kurang nutrisi,
24

merokok), janinnya sendiri (infeksi kongenital, genetik), maupun dari plasenta (insufisiensi
plasenta, chorionic separation).
IUGR dibagi menjadi subtipe simetris yang berarti kecil secara proporsional dan
asimetris yang berarti ukuran kepala dan abdomen berbeda. Adanya pola gangguan
pertumbuhan janin yang simetris dan asimetris dapat memperkirakan penyebab IUGR. Tipe
simetris biasanya lebih berat (Leveno et all, 2009).
Diagnosis IUGR bisa melalui serial sonografi dan Doppler berkala pada wanita
yang memiliki faktor resiko. Walaupun telah dilakukan pemeriksaan yang khusus dan
lengkap, namun seringkali diagnosis belum dapat ditegakkan sampai proses persalinan yang
diputuskan berdasarkan kondisi bayi (Leveno, 2009).
Pencegahan terjadinya pertumbuhan janin terhambat, idealnya dimulai sejak
sebelum konsepsi dengan mengoptimalkan kondisi kesehatan, pengobatan dan asupan nutrisi
ibu (Leveno, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
1. Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI. 1999: 781-83.
2. Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and gynekology. Volume
99. No: 3. Maret 2003.
3. Retardasi Pertumbuhan dalam Rahim (Intrauterine Growth Retardation-IUGR). Dalam
http://www.kehamilan.klikdokter.com. Diakses tanggal 27 November 2015
4.

Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm SL, Casey BM. Dashe
JS, Shefield JS, Yost NP. In: William Manual of Obstetrics. Edisi 2003. The University of
Texas Southwestern Medical Centre at Dallas. 2003:743-760

5. Konar H. In : D. C Dutta Text Book of Obstetrics Including Perinatology and Contraception.


Edisi ke-4. 1998:496-501
6. Alkalay A. In :St. IUGR. Dalam http://www.google.com. Diakses tanggal 23 November 2015
25

7. Harper T. Fetal Growth Restriction. Dalam http://www.emedicine.com. Diakses tanggal 24


November 2015.
8. Sharoon C, 2010. Intrauterine Growth Restriction.
9. Cunninghan FG, Gant NF, Leveno KJ, et al, 2005.Obstetri Williams Vol
1/Edisi21.EGC.Jakarta.Harper T, 2008.

10.

26

Anda mungkin juga menyukai