Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana
masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan
dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya.
limbah, yang dimaksud dengan limbah cair adalah sisa dari
suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair yang
dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Sedangkan menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste
water) adalah kotoran dari masyarakat, rumah tangga dan juga
yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan
lainnya. Begitupun dengan Metcalf & Eddy (2003) mendefinisikan
limbah berdasarkan titik sumbernya sebagai kombinasi cairan hasil
buangan rumah tangga (permukiman), instansi perusahaaan,
pertokoan, dan industri dengan air tanah, air permukaan, dan air
hujan.

Pengelolaan

limbah

cair

dalam

proses

produksi

dimaksudkan untuk meminimalkan limbah yang terjadi, volume


limbah minimal dengan konsentrasi dan toksisitas yang juga
minimal.
Sedangkan pengelolaan limbah cair setelah proses produksi
dimaksudkan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan

pencemar yang terkandung didalamnya sehingga limbah cair


tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Dengan demikian
dalam pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang
efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan
yang dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai dengan upaya
minimisasi limbah (waste minimization), pengolahan limbah (waste
treatment), hingga pembuangan limbah produksi (disposal).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengolahan Limbah Hotel?
2. karakteristik Pengelolaan Limbah Hotel?
3. Bagaimana Proses Pengolahan Air Buangan Perhotelan
4. Keuntungan dan Keunggulan Proses Biofilter Anaerob-Aerob ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengolahan limbah hotel.
2. Untuk mengetahui karakteristik pengolahan limbah hotel.
3. Untuk mengetahui Proses Pengolahan Air Buangan Perhotelan
4. Untuk Mengetahui Keuntungan dan Keunggulan Proses Biofilter
Anaerob-Aerob ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hotel
Pengertian hotel
Menparpostel

sesuai

dengan

Surat

Keputusan

No.KM 37/PW. 340/MPPT-86, tentang Peraturan

Usaha dan Penggolongan Hotel yaitu hotel adalah suatu jenis


akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan
untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan

minuman

serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola


komersial.

Pengertian

hotel

menurut

Surat

secara

Keputusan

ini

hendaknya dibedakan dengan penginapan atau losmen, dimana


menurut Surat Keputusan ini penginapan atau losmen tidak
termasuk dalam pengertian hotel.
Sedangkan hotel juga menyediakan pemenuhan berbagai
kebutuhan hidup sehari-hari seperti makanan, pencucian/laundry
dan

lain-lain

bagi

para

pengunjungnya,

sehingga

dalam

aktivitasnya hotel juga menghasilkan berbagai limbah cair dan


sampah layaknya suatu komplek pemukiman penduduk.
B. Karakteristik Limbah Perhotelan
a. Karakteristik limbah
Karakteristik limbah cair dari perhotelan relatif sama seperti
limbah cair domestik dari pemukiman, karena aktivitas-aktivitas
yang ada di hotel relatif sama seperti aktivitas yang ada di
lingkungan
dihasilkan
yang

ada

pemukiman.
dari
dan

Sementara jumlah

perhotelan tergantung
tingkat

huniannya.

dari

limbah
jumlah

Disamping

itu

yang
kamar
juga

dipengaruhi oleh fasilitas tambahan yang ada di hotel tersebut.

Limbah perhotelan pada umumnya mempunyai sifat-sifat


sebagai berikut:
1. Senyawa fisik:
a. Berwarna
b. Mengandung padatan
2. Senyawa kimia
a. Kimia organik:
1) Mengandung karbohidrat
2) Mengandung minyak dan lemak
3) Mengandung protein
4) Mengandung unsur surfactan antara lain detergen

3.

dan sabun
b. Kimia inorganik:
1)
Mengandung alkalinity
2)
Mengandung Khloride
3)
Mengandung Nitrogen
4)
Mengandung Phospor
5)
Mengandung Sulfur
Senyawa biologi:
a. Mengandung protista dan virus
Rata-rata karakteristik limbah perhotelan adalah sebagai

berikut:
1) Konsentrasi BOD di dalam air limbah 200-300 mg/lt
2) Konsentrasi SS di dalam air limbah 200-250 mg/l.
b. Peraturan Pemerintah Tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan
Hotel
Limbah cair hotel adalah limbah dalam bentuk cair yang
dihasilkan oleh kegiatan hotel yang dibuang ke lingkungan dan
diduga

dapat

menurunkan

kualitas

lingkungan.

Dengan

demikian, maka limbah cair hotel harus memenuhi

baku

mutu limbah cair hotel, yang merupakan batas maksimum


limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan.
Baku mutu limbah cair hotel tersebut diatur dalam
Keputusan

Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-

52/Menlh/10/1995 (Lampiran A dan B) dan Peraturan Daerah

Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2011 tentang Baku


Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :
Kep-52/Menlh/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Hotel Tanggal 23 Oktober 1995
Parameter
BOD
COD
TSS
pH

Kadar maksimum (mg/l)


75
100
100
6,0 - 9,

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :


Kep-52/Menlh/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Hotel Tanggal 23 Oktober 1995
Parameter
BOD
COD
TSS
pH

Kadar maksimum
(mg/l)
30
50
500
6,0 - 9,0

c. Parameter Air Buangan Kegiatan Perhotelan


1. Biochemical Oxygen Demand, BOD (BOD5)
BOD5 berarti analisis Biochemical Oxygen Demand
yang diinkubasi selama 5 hari. BOD merupakan ukuran
jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh bakteri
aerob/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi
sejumlah tertentu zat organic dalam keadaan aerob. Menurut
Mahida (1981) BOD akan semakin tinggi jika derajat
pengotoran

limbah

semakin

besar.

BOD

merupakan

indikator pencemaran penting untuk menetukan kekuatan


atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang
telah tercemar. Nilai BOD yang tinggi dapat menyebabkan
penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air limbah
yang diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia
adalah sebesar 30 ppm.
Kristanto (2002) menyatakan
mempunyai

beberapa

kelemahan

bahwa

uji

diantaranya

BOD
adalah:

Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh


bahan-bahan organic atau bahan-bahan tereduksi lainnya,
yang disebut juga Intermediate Oxygen Demand.
Uji BOD membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu
lima hari.
Uji BOD yang dilakukan selama lima hari masih belum
dapat menunjukkan nilai total BOD, melainkan 68 %
dari total BOD.
Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di
dalam air tersebut, misalnya germisida seperti klorin yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang
dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga
hasil uji BOD kurang teliti.
2. Chemical Oxygen Demand (COD)
Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air
dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat daripada uji BOD,
yaitu berdasarkan reaksi Kimia dari suatu bahan oksidan. Uji
tersebut disebut uji COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu

suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan


oleh bahan oksidan, misalnya kalium dikhromat, untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam
air.
Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan
oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD karena bahanbahan

yang

stabil

terhadap

reaksi

biologi

dan

mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD.


Sebagai contoh, selulosa sering tidak terukur melalui uji
BOD karena sukar dioksidasi melalui reaksi biokimia, tetapi
dapat terukur melalui uji COD. Bahkan yang tidak dapat
didegradasi secara biologis tersebut akan didegradasi
secara kimiawi melalui proses oksidasi. Kelebihan uji COD
disbanding uji BOD adalah analisa COD hanya memakan
waktu 3 jam, sedangkan analisis BOD 5 memerlukan 5 hari.
Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 800 mg/l, tidak
dibutuhkan pengenceran sampel sedang pada umumnya
analisa BOD selalu membutuhkan pengenceran. Ketelitian
dan ketepatan (reproducibility) uji COD adalah 2 sampai 3
kali lebih tinggi dari uji BOD. Gangguan dari zat yang bersifat
racun terhadap mikroorganisme pada uji BOD, tidak menjadi
soal pada uji COD. Tetapi uji COD mempunyai kekurangan
yaitu uji COD hanya merupakan suatu analisa yang
menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang menirukan

oksidasi biologis (yang sebenarnya terjadi di alam), sehingga


merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di
atas maka uji COD tidak dapat membedakan antara zat-zat
yang sebenarnya tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang
teroksidasi secara biologis. Selain itu uji COD juga dapat
menghasilkan racun dari reaksi oksidasi kimianya dan juga
dapat mengurangi oksigen terlarut dalam air.
3. Total Suspended Solids (TSS)
Total Suspended Solids atau total

padatan

tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter


>1m) yang tertahan pada saringan millipore dengan
diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir
halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh
kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air.
Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan
organik yang terlarut dalam air, mineral dan garamgaramnya. Penyebab utama terjadinya TSS adalah bahan
anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan.
Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul
sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada
air buangan rumah tangga. Penentuan zat padat tersuspensi
(TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air
limbah domestik, dan juga berguna untuk penentuan
efisiensi

unit

pengolahan

air.

Penentuan

zat

padat

tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui ke kuatan


pencemaran air limbah domestik, dan juga berguna untuk
penentuan efisiensi unit pengolahan air. Tetapi jika nilai TSS
semakin

tinggi

(kekeruhan)

maka

pada

dapat

perairan,

mempengaruhi
selain

itu

turbiditas

juga

dapat

mempengaruhi kehidupan akuatik karena jika turbiditas terus


bertambah maka oksigen dan cahaya matahari terhalang
masuk kedalam perairan sehingga mengganggu proses
fotosintesis bagi kehidupan akuatik.
C. Proses Pengolahan Air Buangan Perhotelan
Seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal,
untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik
tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi
sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik
yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan
penampung lumpur. Air limpasan dari bak pengendap awal
selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran
dari bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi
dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak
kontaktor anaerob terdiri dari tiga buah ruangan. Penguraian zatzat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi,
pada

permukaan

media

filter

akan

tumbuh

lapisan

film

mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat

organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap secara


anaerob atau tanpa udara. Air limpasan dari bak kontaktor anaerob
dialirkan ke bak kontaktor aerob. Bak kontaktor atau biofilter aerob
ini terdiri dari tangki aerasi dan biofilter aerob. Di dalam ruang
biofilter aerob ini juga ini diisi dengan media dari bahan pasltik tipe
sarang tawon. Setelah air limbah di aerasi atau dihembus dengan
udara dialirkan ke tangki atau bak biofilter aerob sehingga mikro
organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada
dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan
media.

Gambar 2.1.
Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Perhotelan Dengan Proses
Biofilter

Dengan

demikian

air

limbah

akan

kontak

dengan

mikroorgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang


menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat
meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta
mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan
ammonia menjadi lebih besar. Selanjutnya, air dialirkan ke bak
pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung

10

massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke


bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan
air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak
kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor
untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air
yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke
sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan
aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD),
ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya.
D. Keuntungan dan Keunggulan Proses Biofilter AnaerobAerob
Proses dengan biofilter anaerob-aerob ini mempunyai beberapa
keuntungan antara lain:
Adanya air buangan yang melalui media penyangga yang terdapat
pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan mikroorganisme yang
menyelimuti permukaan media atau yang disebut juga biological film.
Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum
teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan
mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter
tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikroorganisme
yang menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas
bidang kontaknya

maka efisiensi penurunan

organiknya

makin

(BOD)

besar.

Selain

konsentrasi

menghilangkan

zat
atau

mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini dapat juga


11

mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids


(SS) , deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.
Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang
melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung
suspended solids dan bakteri e-coli setelah melalui filter ini akan
berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan sangat besar
karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan
sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel
yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa
aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter
anaerob-aerob ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa
memakai bahan kimia serta kebutuhan energinya sangat kecil. Poses
ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas
yang tidak terlalu besar.
Selain terdapat keuntungan, proses dengan biofilter anaerob-aerob
mempunyai keunggulan. Beberapa keunggulan proses pengolahan
air limbah dengan biofilter anaerob-aerob antara lain yakni:
4. Perawatannya sangat mudah.
5. Biaya operasinya rendah.
6. Jumlah lumpur yang dihasilkan relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan proses lumpur aktif.
7. Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor

yang

bila
dapat

menyebabkan euthropikasi.
8. Kebutuhan energi lebih kecil.
9. Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang
cukup besar.
10. Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.

12

BAB III
KESIMPULAN
a. Kesimpulan
1. Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan
sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa
penginapan, makanan dan

minuman serta jasa penunjang

lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.


2. Karakteristik limbah cair dari perhotelan relatif sama seperti
limbah cair domestik dari pemukiman, karena aktivitas-aktivitas
yang ada di hotel relatif sama seperti aktivitas yang ada di
lingkungan pemukiman
b. Saran
1. Perlu adanya pemeriksaan lanjutan terhadap hotel-hotel yang
berskala kecil mengingat masih minimnya pengolahan limbah
yang dilakukan.
2. Perlu adanya monitoring terkait pengolahan limbah

kepada

pemilik hotel khususnya kota Makassar melalui pertemuan yang


dilakukan secara khusus.

13

14

Anda mungkin juga menyukai