Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
Dalam bahasa kedokteran Inggris, pinggang dikenal sebagai low back.
Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L-1 sampai seluruh tulang
sacrum dan otot-otot sekitarnya. Tulang belakang lumbal sebagai unit struktural
dalam berbagai sikap tubuh dan gerakan ditinjau dari sudut mekanika.1
Daerah pinggang mempunyai fungsi yang sangat penting pada tubuh
manusia. Fungsi penting tersebut antara lain, membuat tubuh berdiri tegak,
pergerakan, dan melindungi beberapa organ penting.1
Peranan otot-otot erektor trunksi adalah memberikan tenaga imbangan ketika
mengangkat benda. Dengan menggunakan alat petunjuk tekanan yang ditempatkan di
dalam nukleus pulposus manusia, tekanan intradiskal dapat diselidiki pada berbagai
sikap tubuh dan keadaan. Sebagai standar dipakai tekanan intradiskal ketika berdiri
tegak.1
Tekanan intradiskal yang meningkat pada berbagai sikap dan keadaan itu
diimbangi oleh tenaga otot abdominal dan torakal. Hal ini dapat diungkapkan oleh
penyelidikan yang menggunakan korset toraks atau abdomen yang bisa dikembung
kempiskan yang dikombinasi dengan penempatan alat penunjuk tekanan didalam
lambung. Hasil penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa 30% sampai 50% dari
tekanan intradiskal torakal dan lumbal dapat dikurangi dengan mengencangkan otototot torakal dan abdominal sewaktu melakukan pekerjaan dan dalam berbagai posisi.2
Kontraksi otot-otot torakal dan abdominal yang sesuai dan tepat dapat
meringankan beban tulang belakang sehingga tenaga otot yang relevan merupakan
mekanisme yang melindungi tulang belakang. Secara sederhana, kolumna vertebralis
torakolumbal dapat dianggap sebagai tong dan otot-otot torakal serta lumbal sebagai
simpai tongnya.1
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak Low
Back Pain akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat,

dan biasanya dikenal sebagai loro boyok. Biasanya mereka mengobatinya dengan
pijat urat dan obat-obatan gosok, karena anggapan yang salah bahwa penyakit ini
hanya sakit otot biasa atau karena capek bekerja. Penderita penyakit ini sering
mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktifitas
membungkuk (sholat, mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas
mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk.2
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi.
HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L4-L5 dan L5S1. Biasanya NBP oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6
minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
----2.1 Definisi
----- HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus
melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal menekan
medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga
menimbulkan gangguan.8

2.2 Anatomi
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. 5 Columna vertebralis
adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulangtulang tak beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :
- Cervicales (7)
- Thoracicae (12)
- Lumbales (5)
- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)

- Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)

Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar


terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus
intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale
anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina,
kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot
penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara satu
dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).5

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang
dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus

invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum


longitudinalis posterior.3
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis.
Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi
gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar
kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.

Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage


Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus
pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit
kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna
vertebralis.

Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah


bangunan yang tidak peka nyeri.2,4
Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus
intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot
(aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas
daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otototot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.3
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti
oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan
sukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat
lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.5
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:

Daerah lumbal, khususn ya daerah L5-S1 mempun yai tugas


y a n g b e r a t , y a i t u menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat

badan disangga oleh sendi L5-S1.


Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi
sangat tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi

tubuh dilakukan pada sendi L5-S1


Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena
l igamentum longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan
posterior diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.

2.3 Patofisiolgi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit

Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan
nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang
berada di canalis vertebralis menekan radiks.6
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang
oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon
dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi
nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah
pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi
adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi
primer pada sistem saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. 2 Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya
karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada
kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na
dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang
sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar
pemeriksaan Laseque.3
2.4 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :2,3

Degenerasi diskus intervertebralis


Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
Trauma berat atau terjatuh
Mengangkat atau menarik benda berat
Riwayat trauma

Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban beban berat, duduk,

mengemudidalam waktu lama.


Sering membungkuk.
Posisi tubuh saat berjalan
Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).
Struktur tulang belakang.
Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.

2.5 Faktor Resiko


Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :

Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi


Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
Riawayat cedera punggung atau HNP sebelumnya

Faktor risiko yang dapat dirubah :3


1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik
barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada
punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan
seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,
latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan
diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang

2.6 Gejala Klinis


Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP
dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang
pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan

gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Berikutnya
ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma kauda equina.8
Gejala klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang
perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan
berdenyut menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar (A beta)
terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya.8
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :3

Nyeri punggung bawah.


Nyeri daerah bokong.
Rasa kaku atau tertarik pada punggung bawah.
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang
dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki,

tergantung bagian saraf mana yang terjepit.


Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan,

terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.


Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat,

batuk, bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.


Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota
badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot
tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles

(APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang
memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi

permanen.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada
sisi yang sehat.

2.7 Diagnosis

10

-----

Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,

pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang.2


1. Anamnesis
- Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah
-

spontan.
Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari

sendi, tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan

keterlibatan radiks saraf.Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang
setelah melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah,
mungkin disebabkan tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan mungkin
tumor dalam kanalis vertebralis; nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan
berkurang setelah melakukan gerakan tubuh mungkin disebabkan
spondilitis ankilopoetika; batuk, bersin dan mengejan akan memprovokasi

nyeri pada HNP.


Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik,
jenis neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang

normal dan nyeri berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan.


Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya

infeksi, misalnya spondilitis.


Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik; bila
progresif mungkin tumor.

Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.

Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik.

Riwayat keluarga dapat dijumpai pada artritis rematoid dan osteoartritis.

2. Pemeriksaan Fisik umum2

11

Posisi berdiri:

Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.


o Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis,
lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang
miring tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.

Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.

Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).


o Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.

Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.

Posisi duduk:
o Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.
o Perhatikan bagian belakang tubuhnya.

Posisi berbaring :
o Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
o Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
o Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.

12

o Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya


kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).
o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan
menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat
respons pasien.
o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan
(step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra.
o Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
o Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu
berguna pada diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk
melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau
adanya neuropati yang bersamaan.
o Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4
dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
o Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor
neuron (UMN).
o Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
berupa UMN atau LMN.
3. Pemeriksaan neurologik,
a Pemeriksaan sensorik
b Pemeriksaan motorik dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi
otot
c Pemeriksaan tendon
d Pemeriksaan yang sering dilakukan:
- Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tes bragard, tes
-

Sicard)
Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
Tes Distraksi dan Tes Kompresi

13

4. Pemeriksaan penunjang
a Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari: Elektromiografi (EMG)
Bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana
b

gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap kompresi


Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
Berguna untuk menilai pasien spinal stenosis atau mielopati

c. Myelogram
Berguna untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi
dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat
protrusi diskus. Juga digunakan untuk membedakan kompresi radiks dari
neuropati perifer.
d. MRI tulang belakang
Bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau kauda
equina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal
mengevaluasi gangguan radiks saraf. MRI merupakan standar baku emas
untuk HNP.
e. Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal
atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela
invertebrata dan pembentukan osteofit.

14

f. Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP


g. pemeriksaan Laboratorium klinik
h. Pemeriksaan lain,misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint block
(melakukan blok langsung pada sendi yang nyeri atau pada saraf yang
menuju ke sana).
2.8 Terapi
Pada prinsipnya penanganan LBP dapat mencakup :7,9
1. Medikamentosa
Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk jangka
waktu pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi
obat. Tidak dianjurkan penggunaan muscle relaxan karena memiliki efek depresan.
Pada tahap awal, apabila didapati pasien dengan depresi premorbid atau timbul
depresi akibat rasa nyeri, pemberian anti depresan dianjurkan. Untuk pengobatan
simptomatis lainnya, kadang-kadang memerlukan campuran antara obat analgesik,
antiinflamasi, OAINS, dan penenang.

15

2. Penanganan operatif
Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:

Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu: nyeri berat/

intractable/ menetap/ progresif.


Defisit neurologik memburuk
Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi konservatif tak

berhasil
Terbukti

adanya

kompresi

radiks

berdasarkan

pemeriksaan

neurofisiologik dan radiologi


3. High Rehabilitasi Medik
a. Frequency current (HFC CFM)
Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27 MHz dan panjang
gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal antara lain :
- Mempercepat resolusi inflamasi kronik
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi spasme
- Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous
b. Traksi Mekanik
Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang sehingga sendi saling
menjauh. Efek mekanis traksi pada tulang belakang adalah :
-

Mengulur otot-otot paravertebralis, ligamen dan kapsul sendi


Peregangan terhadap diskus intervertebralis
Peregangan dan penambahan gerakan sendi apofisial pada prosesus

artikularis.
- Mengurangi nyeri sehingga efek relaksasi akan lebih mudah diperoleh
c. Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan
berdasarkan

kesanggupan

dan

kecenderungan

manusia

untuk

mempertahankan sikap badan melawan kekuatan dari luar. Kemampuan


mempertahankan sikap tubuh melibatkan aktivitas sensomotorik dan
mekanisme refleks sikap. Aktivitas motorik terapi ini bersifat umum yang

16

diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi mempertahankan sikap tubuh.


Tujuan terapi ini:
-

Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan

tubuh
Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan
psikis sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah

dan pernafasan.
Mengurangi nyeri

Double knee-to-chest stretch Pelvic tilt exercise

Pelvic tilt exercise

Curl-up exercise

17

Lower trunk rotation stretch Curl-up exercise

Alternate arm-leg extension exercise

2.9 Pencegahan7
Latihan Punggung Setiap Hari:
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut
dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan
lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai.
Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah
beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.

18

3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di
lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan
mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
Berhati-Hatilah Saat Mengangkat:
1. Gerakanlah

tubuh

kepada

barang

yang

akan

diangkat

sebelum

mengangkatnya.
2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah
3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa
lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki)
jika memang diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama, letakkanlah salah satu kaki pada
bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi
secara periodic.
4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut dapat tertekuk dengan baik tidak
teregang.

19

5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk
dikursi
Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu
berhak rendah
2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi
sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.
4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
2.10 Prognosis
Dengan operasi 90% perbaikan fungsi secara baik dalam 1 tahun. Perbaikan
motoris biasanya lebih cepat daripada sensorik. Menurut Anderson, faktor-faktor
yang mempengaruhi penyembuhan/prognosis adalah diagnosis etiologi spesifik, usia
lanjut, pernah nyeri pinggang sebelumnya dan gangguan psikososial. Sebagian besar
pasien sembuh secara cepat dan tanpa gangguan fungsional.Rata-rata 60-70% sembuh
dalam 6 minggu, 80-90% dalam 12 minggu. Penyembuhan setelah 12 minggu
berjalan sangat lambat dan tak pasti. D i a g n o s i s s a n g a t b e r k a i t a n d e n g a n
penyembuhan,

penderita

n yeri

pinggang

bawah

dengan iskialgia

membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan tanpa iskialgia. Dari penelitian
Weber, tahun pertama terdapat perbaikan secara signifikan pada kelompok yang
dioperasi dibanding tanpa operasi, namun kedua kelompok baik dioperasi maupun
tidak, pada observasi tahun ke 4-10 terlihat perbaikan yang ada tidak berbeda secara
signifikan.

20

BAB 3
KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak Low
Back Pain akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat,
dan biasanya dikenal sebagai sakit pinggang.
Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke
tungkai bawah terutama pada saat aktifitas membungkuk (sholat, mencangkul).
Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas mengangkat beban yang berat dan
sering membungkuk.
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering
(90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya HNP lumbalis
akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang
diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.
Terapinya

meliputi

medikamentosa

dan

rehabilitasi

medik.

Terapi

medikamentosa seperti obat AINS untuk pemberian jangka pendek. Sedangkan terapi
rehabilitasi medik seperti High frequency current (HFC CFM), Traksi Mekanik dan
Bugnet Exercises.
Prognosisnya pada sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu
dengan terapi konservatif.

21

DAFTAR PUSTAKA
1. Nuarta B., 2004. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III,
Jilid kedua, cetakan keenam.Jakarta : Media Aesculapius.
2. Partono
M.
Mengenal
Nyeri
pinggang.

In

http://mukipartono.com/mengenalnyeripinggang-hnp/
3. Purwanto ET.Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Jakarta: Perdossi
4. Putrialthafunnisa, 2010. Rehabilitasi Medik Pada Penderita Hernia Nukleus
Pulposus. In http://putrialthafunnisa.wordpress.com/2010/07/04/rehabilitasimedik-pada-penderita-hernia-nukleus-pulposus/
5. Sidharta Priguna, 2004. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri
Pinggang Bawah. In :http://www.kalbe.co.id
6. Sidharta Priguna, 1999. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima.
Jakarta: PT Dian Rakyat.
7. Sidharta Priguna, 2005. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta :
PT Dian Rakyat.

22

Anda mungkin juga menyukai