Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut definisi World Health Organization (WHO) kematian
maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 24 hari
sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya
kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan
(Prawirohardjo S, 2005). Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam dua
golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi - komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas, serta penyebab-penyebab tidak langsung
seperti penyakit jantung, hipertensi, kanker, dan lainnnya (Wikndjosastro,
2005).
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan indikator yang peka dan spesifik mengukur derajat kesehatan
dan

kualitas

hidup

masyarakat

yaitu

sebagai

hasil

dari

program

pembangunan yang telah dilaksanakan. AKI merupakan salah satu target


yang ditentukan dalam tujuan pembangunan Millenium Development Goals
(MDGs) tujuan ke-5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu, dimana target akan
dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai 3/4 resiko jumlah
kematian ibu. Dari hasil survey yang dilakukan AKI telah menunjukan
penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan
target tujuan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras
terus-menerus (SDKI, MDGs, dan Bappenas:2007).
Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) diperoleh AKI tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 KH. Berdasarkan
SDKI 2012 AKI di Indonesia tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka kematian ini melonjak tinggi dibanding hasil SDKI 2007
(BKKBN, 2013).
Menurut Agung (Menko Kesra), sangat masuk akal jika SDKI 2012
mencatat rata-rata AKI melonjak dikarenakan sejumlah program terobosan
untuk menekan kematian ibu melahirkan seperti Jaminan Persalinan
(Jampersal) diakui kurang berhasil (Sindonews, 2013). Sedangkan untuk
AKB tahun 2008 sebesar 34/1000 KH, adapun target AKB pada MDGs 2015
sebesar 17 per 1000 KH. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari
semua komponen untuk mencapai target tersebut (MDGs dan Badan Pusat
Statistik, 2007).
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang meninggal
sebelum mencapai usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang
sama. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, Departemen
Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun ada 401 bayi di
Indonesia yang meninggal dunia sebelum mencapai 1 tahun. Kematian bayi
berusia 0-1 tahun di Indonesia, masih menurut SDKI terbilang tinggi
dibandingkan dengan negara-negara tetangga (BKKBN, 2009). Dan menurut
SDKI tahun 2007 AKB di Indonesia sebesar 34 kematian per 1000 kelahiran
hidup (Menteri Kesehatan RI, 2009).
Di Provinsi Jawa Barat AKI dan AKB relatif masih tinggi, saat ini AKI
pada tahun 2006 mencapai 312 per 100.000 KH. Sementara AKB mencapai
40,87 per 1000 KH. Penyebab kematian itu antara lain disebabkan oleh
perdarahan 25%, infeksi 10%, eklampsi/ preeklampsi 13%, dan lain-lain
sebesar 15% (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan hasil survei Kepala Bidang Pelayanan Masyarakat
Dinas Kesehatan Jawa Barat, Niken Budiastuti menyebutkan jumlah Ibu
melahirkan pada tahun 2010 di Jawa Barat sebanyak 685.274 orang.

Sebanyak 794 orang ibu diantaranya meninggal dunia baik saat kehamilan,
melahirkan maupun masa nifas. Sedangkan AKI saat melahirkan pada 2009
sebanyak 814 orang. Penyebab utama kematian ibu melahirkan adalah
pendarahan, hipertensi, penanganan yang tidak melibatkan tenaga medis,
akibat hamil usia muda < 20 tahun atau terlalu tua > 35 tahun serta kelahiran
hanya dengan paraji atau dukun beranak (Dinkes Jawa Barat, 2009).
Tercatat sebanyak 46 dari 100.000 angka kelahiran hidup ibu
meninggal di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2012 sedangkan AKB
yaitu 34,05 per 1000 kelahiran hidup (Laporan Tahunan Kabupaten
Bandung, 2012).
Adapun penyebab mendasar yang dapat mempengaruhi AKI dan
AKB adalah masih kurangnya kesempatan untuk mengikuti pendidikan
formal, tradisi dan budaya daerah, yaitu anggapan bahwa anak perempuan
lebih baik cepat menikah dan punya anak, ekonomi keluarga kurang,
lingkungan yang buruk mempengaruhi kondisi kesehatan ibu maupun bayi
(Nenny R.2007).
Upaya penurunan AKI dilakukan oleh pemerintah melalui kebijakan
Departemen Kesehatan yang mengacu pada intervensi strategi. Intervensi
strategi dalam upaya safe motherhood dinyatakan sebagai 4 pilar safe
motherhood, yaitu : Keluarga berencana, yang memastikan bahwa setiap
orang/pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan KB agar
dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan
dan jumlah anak. Pelayanan antenatal, untuk mencegah komplikasi obstetrik
bila mungkin, dan memastikan bahwa komplikasi deteksi sedini mungkin
serta di tangani secara memadai. Persalinan yang aman, memastikan
bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan
dan alat untuk pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan

pelayanan nifas kepada ibu dan bayi. Pelayanan obstetri esensial,


memastikan bahwa pelayanan obstetrik untuk resiko tinggi dan komplikasi
tersedia untuk ibu hamil yang membutuhkannya (BPS, 2007).
Penyebab utama kematian Ibu masih disebabkan oleh Trias
Kematian Ibu, yaitu: Perdarahan, Infeksi dan Eklampsi. Selain penyebab
langsung kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab tidak langsung
seperti 3 terlambat dan 4 terlalu. Yang dimaksud dengan 3 terlambat yaitu
terlambat mengenali tanda bahaya dalam memutuskan dirujuk ke fasilitas
kesehatan,

terlambat

mencapai

fasilitas

kesehatan,

serta

terlambat

mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan, sedangkan yang dimaksud


dengan 4 terlalu antara lain terlalu muda (usia < dari 20 tahun), terlalu tua
(usia > dari 35 tahun), terlalu sering (jarak kelahiran kurang dari 2 tahun),
atau terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 3). Hal tersebut menjelaskan
berbagai bukti bahwa 4 terlalu merupakan salah satu faktor resiko yang
dapat menyebabkan meningkatnya AKI dan AKB (Profil Kesehatan Kota
Cimahi, 2010).
WHO menyatakan bahwa anemia merupakan penyebab penting dari
kematian ibu saat hamil ataupun melahirkan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa persentase kematian ibu saat melahirkan akibat anemia adalah 70%
dan sekitar 19,7% akibat hal lain. Anemia pada kehamilan juga berhubungan
dengan meningkatnya angka kesakitan ibu saat melahirkan. Pada wanita
hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan
persalinan seperti meningkatkan resiko terjadinya kematian janin di dalam
kandungan, melahirkan secara prematur atau bayi lahir dengan berat badan
rendah dan juga angka kematian bayi setelah dilahirkan. Di samping itu
perdarahan sebelum dan setelah melahirkan lebih sering dijumpai pada

wanita yang anemia dan hal itu dapat berakibat fatal. Sebab wanita yang
anemia tidak dapat mentolerir kehilangan darah (WHO, 2007).
Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia angka
kejadian anemia cukup tinggi di Indonesia. Bila diperkirakan pada 2003-2010
prevalensi anemia masih tetap di atas 40 persen, maka akan terjadi
kematian ibu sebanyak 18 ribu per tahun yang disebabkan pendarahan
setelah melahirkan. Ini merupakan kondisi dengan estimasi 3-7 persen ibu
meninggal karena menderita anemia berat. Sebesar 20-40 persen ibu
meninggal karena penyebab tak langsung anemia.
Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi,
kekurangan asam folat, infeksi dan kelainan darah. Anemia dalam kehamilan
dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas.
Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan sel-sel otak, lahir sebelum waktunya, BBLR,
perdarahan sebelum dan saat persalinan (Tarwoto, 2007).
Bidan sebagai salah satu tenaga pelaksana dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan nifas
dan pemeriksaan bayi baru lahir serta mampu membantu masyarakat yang
dijumpai selama masa tersebut. Perlu kita ketahui bahwa keberhasilan
pelayanan diatas ada pada saat akhir masa nifas, ibu dan bayinya dalam
keadaan sehat.
Maka dari itu bidan harus mampu memberikan asuhan dan
memberikan nasihat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil,
persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan atas tanggung
jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini
termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan
bayi, dan mengupayakan medis serta melakukan tindakan pertolongan

gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medis lainnya. Bidan
mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya

untuk

wanita

tersebut,

tetapi

juga

termasuk

keluarga

dan

komunitasnya. Pekerjaan ini termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan


untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi,
keluarga berencana dan asuhan anak.
Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu
secara berkesinambungan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir dan keluarga berencana. Asuhan komprehensif merupakan asuhan
yang tidak terputus dalam memenuhi kebutuhan klien sehingga terciptanya
mutu pelayanan kebidanan, asuhan komprehensif secara menyeluruh dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi dalam jumlah yang signifikan.
Peran serta bidan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
optimal. Bidan harus bisa menjadi pihak kesehatan terdekat bagi
masyarakat, memberikan bimbingan, asuhan, penyuluhan bagi ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas juga bayi baru lahir. Upaya-upaya tersebut itu diantaranya
adalah dengan mengupayakan pemberian asuhan antenatal, asuhan ibu
bersalin yang aman dengan tanggung jawabnya sendiri, observasi ibu nifas
secara komprehensif, termasuk juga deteksi dini pada ibu dan janin,
pelayanan keluarga berencana dan pendidikan untuk menjadi orang tua. Hal
tersebut juga sesuai dengan KepMenKes RI No. 900/ MenKes/ SK/ VII/ 2002
(Azwar, 2006).
Berdasarkan uraian diatas, asuhan kebidanan secara komprehensif
merupakan suatu cara untuk mendeteksi dini adanya komplikasi pada ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir sehingga dapat dipantau lebih lanjut
komplikasi yang akan terjadi. Ibu hamil yang mengalami anemia merupakan

salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan komplikasi pada ibu dan
bayi baik dalam masa kehamilan, persalinan ataupun nifas, oleh karena itu
penulis

terdorong

untuk

memberikan

asuhan

kebidanan

secara

komprehensif yang dimulai pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir pada Ny. H dengan usia 21 tahun. Dengan demikian penulis
memberikan judul untuk studi kasus ini yaitu ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF PADA NY. H G1P0A0 DENGAN ANEMIA RINGAN DI BPM
BIDAN PELLY YULIA Amd. Keb KAB. BANDUNG BARAT PERIODE 2
SEPTEMBER 30 OKTOBER 2013.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif selama
masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan kegiatan asuhan kebidanan secara komprehensif,
maka penulis diharapkan dapat :
a. Memberikan asuhan kebidanan selama masa kehamilan pada Ny.H
dengan anemia ringan
b. Memberikan asuhan kebidanan selama masa persalinan pada Ny.H
c. Memberikan asuhan kebidanan selama masa nifas Pada Ny.H
dengan anemia ringan
d. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir pada bayi Ny.H
e. Memberikan asuhan kebidanan asuhan keluarga berencana pada
Ny.H
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Memberikan pengalaman bagi penulis untuk dapat melakukan asuhan
kebidanan secara komprehensif dari masa kehamilan, persalinan, nifas,
dan bayi baru lahir dan keluarga berencana.
2. Bagi Institusi
Memberikan pendidikan, pengalaman,

dan

kesempatan

bagi

mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan komprehensif, sehingga

dapat menumbuhkan dan menciptakan bidan yang terampil dan


professional serta sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dalam
membantu membuat laporan.
3. Bagi Lahan Praktek
a. Sebagai salah satu gambaran pelaksaaan pelayanan kesehatan
asuhan kebidanan.
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk pemberian asuhan kebidanan
selanjutnya yang lebih baik di masa yang akan datang.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan hasil asuhan kebidanan komprehensif
terdiri dari lima BAB, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Anemia dalam Kehamilan


Kehamilan
Persalinan
Nifas
Bayi Baru Lahir
Keluarga Berencana
Dokumentasi Kebidanan

BAB III : TINJAUAN KASUS


BAB IV: IDENTIFIKASI DAN PEMBAHASAN MASALAH
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai