Anda di halaman 1dari 5

SAMPAINYA PAHALA BACAAN AL-QURAN UNTUK ORANG YG SUDAH MENINGGAL

Posted on September 5, 2015 by KH. Thobary Syadzily

Nama kitab: Syarh ash-Shudur bi Syarhi Hal al-Mawta wa al-Qubur.


Karya: Imam Jalaluddin as-Suyuthi
Cetakan: Darul Fikr, Beirut Libanon.

BAGIAN PERTAMA
Halaman 268
BAB MENERANGKAN TENTANG BACAAN AL-QURAN UNTUK MAYIT ATAU BACAAN ALQURAN DI ATAS KUBURAN.
Para ulama telah berbeda pendapat mengenai sampainya pahala bacaan Al-Quran kepada orang yang
sudah meninggal dunia. Jumhur ulama dan ketiga Imam Madzhab berpendapat bahwa pahala bacaan AlQuran sampai kpada orang yang sudah meninggal. Namun, Imam Syafii berpendapat lain karena
bersandarkan pada firman Allah taala yang berbunyi:

Dan bahwasanya seorang manusia itu tidak memperoleh selain apa yang diusahakannya. (Q.S. An-Najm
{53}: 39).
Para ulama yang menyatakan bahwa pahala bacaan Al-Quran tersebut sampai kepada orang yang sudah
meninggal dunia menanggapi ayat tersebut di atas dengan beberapa pandangan sebagai berikut:
1. Ayat tersebut sudah dinasakh (dihapus) oleh ayat yang berbunyi:

Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[1426], dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala
amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Q.S. Ath-Thur {52}: 21).

2. Ayat tersebut dikhususkan bagi kaum Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Sdangkan bagi umat Nabi
Muhammad akan memperoleh apa yang diusahakannya dan yang diusahakan orang lain untuknya. Yang
demikian ini menurut pendapat Ikrimah.
3. Yang dimaksud dengan Seorang manusia di sini adalah orang kafir. Sdangkan bagi orang mukmin
adalah apa yang diusahakan olh dirinya dan yangh diusahakan orang lain untuknya. Yang demikian ini
menurut pendapat Rabi bin Anas.
4. Seseorang tidak akan memproleh apapun selain yang diusahakannya melalui jalan yang telah
ditetapkan kecuali yang diperoleh dari jalan keutamaan. Olehkarena itu, booleh jadi Allah akan
menambahkan baginya pahala sesuai dengan kehendak-Nya. Yang demikian ini menurut pendapat AlHusain bin Al-Fadhal.
5. Huruf lam ( )pada kalimat Lil insani dalam ayat tersebut bermakna ala . Tegasnya: Laisa alal
insani illa maa saaa.
BAGIAN KEDUA
Halaman 269
Pendapat ini didasarkan pada qiyas (analogi) pada doa, sedekah, puasa, haji, dan memerdekakan hamba
sahaya yang dikemukakan sebelumnya. Menurut pendapat ini, tidak ada perbedaan anatara pemindahan
pahala haji, sedekah, wakaf, dan doa dengan bacaan Al-Quran. Pendapat ini juga didasarkan pada
hadits-hadits yang disebutkan sebelumnya. Meskipun hadits-hadits tersebut dhaif, tetapi secara
keseluruhan hadits-hadits tersebut memiliki sumber. Selain itu, pendapat ini juga berlandaskan pada
alasan bahwa kaum muslimin dari masa ke masa masih terus berkumpul untuk membacakan Al-Quran
bagi orang-orang yang sudah meninggal dunia di antara mereka. Yang demikian ini menurut ijma
(konsensus atau kesepakatan) ulama. Semua itu disampaikan oleh Al-Hafizh Syamsuddin Ibnu Abdul
Wahid al-Maqdisi al-Hanbali.
Imam Al-Qurthubi berkata, Syeikh Izzuddin bin Abdussalam telah mengeluarkan fatwa bahwa pahala
bacaan Al-Quran itu tidak sampai kepada orang yang sudah meninggal dunia. Ketika beliau sudah wafat,
sebagian sahabatnya bermimpi bertemu dengannya. Mereka bertanya kepadanya. Engkau telah
mengatakan bahwa pahala bacaan Al-Quran itu tidak sampai kepada orang yang sudah meninggal, lalu
bagaimana engkau melihat itu?
Dia menjawab, Aku mengatakan hal itu ketika aku masih hidup di dunia, tetapi sekarang aku telah
meninggalnya. Aku telah melihat adanya kemurahan Allah dalam hal itu, yaitu bahwa pahala bacaan AlQuran tersebut sampai kepada orang yang sudah meninggal dunia.
Adapun masalah bacaan Al-Quran di kuburan, sahabat-sahabat kami dan yang lainnya telah memastikan
bahwa masalah itu disyariatkan dalam agama Islam. Kemudian, Imam Al-Zafarani berkata, Aku pernah
bertanya kepada Imam Asy-Syafii mengenai masalah bacaan Al-Quran di kuburan. Jawab beliau,
Tidak apa-apa.
Di dalam kitab Syarah al-Muhadzdzab Imam Nawawi berkata, Disunnahkan bagi orang yang
berziarah kubur untuk membaca ayat-ayat suci Al-Quran yang mudah baginya dan mendoakan mereka
setelah membacanya. Hal itu sudah dinash oleh Imam Asy-Syafii.
Lebih lanjut beliau menambahkan pada tempat yang lain, Jika mereka mengkhatamkan Al-Quran di
kuburan, maka yang demikian itu lebih utama .
Sedangkan, Imam Ahmad bin Hanbal pertama kali menolak pendapat tersebut, karena tidak ada atsar
sahabat Nabi yang mendasarinya. Tetapi, setelah mendapatkan dasarnya dari atsar sahabat Nabi, beliau
pun kembali menerimanya.

Imam Asy-Syabi Al-Khalal berkata, Jika salah seorang di antara kaum Anshar meninggal dunia, mereka
pulang dan pergi ke kuburannya untuk membacakan Al-Quran untuknya.
Mengenai keutamaan surah Al-Ikhlas, Abu Muhammad As-Samarqandi menceritakan hadits dari Ali
sebagai hadits marfu. Disebutkan, Tidaklah seseorang berjalan melewati kuburan lalu dia membaca
surah Al-Ikhlas sebanyak sebelas kali, kemudian berniat memberikan pahalanya untuk orang-orang yang
sudah meninggal dunia, melainkan pahalanya akan diberikan kepada beberapa orang yang sudah
meninggal dunia.
Abul Qasim Saad bin Ali al-Zanjani menceritakan hadits dari Abu Hurairah. Dikatakan bahwa
Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa yang masuk ke pekuburan, lalu membaca surah al-Fatihah, surah
al-Ikhlas, dan surah at-Takatsur, kemudian berdoa, Ya Allah, sesungguhnya aku berniat memberikan
pahala atas apa yang aku baca ini kepada penghuni kubur yang beriman, baik laki-laki maupun
perempuan, maka mereka akan menjadi pemohon syafaat kepada Allah SWT baginya.
BAGIAN KE TIGA
Halaman 270
Al-Qadhi Abu Bakar bin Abdul Baqi al-anshari menuturkan riwayat dari dari salmah bin Ubaid.
Disebutkan bahwa Hammad al-Makki berkata, Pada suatu malam aku pernah pergi ke beberapa kuburan
di Mekkah. Kemudian, aku meletakkan kepalaku di atas sebuah kuburan hingga aku tertidur. Setelah itu
aku bermimpi melihat para penghuni kukbur duduk melingkar. Lalu aku bertanya, Apakah hari kiamat
telah tiba? Jawab mereka, Tidak, hanya saja ada seseorang dari saudara kami yang membaca surah alIkhlas dan memberikan pahalanya kepada kami.
Abdul Aziz menceritakan hadits dari Anas bin Malik r.a. Disebutkan bahwa Rsulullah saw bersabda,
Barangsiapa yang memasuki kuburan, lalu ia membaca surat Yasin, maka Allah akan memberikan
kepada mereka, sedangkan dia akan memperoleh kebaikan sejumlah penghuni kubur yang ada di sana.
Mengenai hadits, Bacakanlah surah Yasin untuk orang-orang yang sudah meninggal dunia. Imam alQurthubi berkata bahwa bacaan surat Yasin ini pantas dibaca di sisi orang ketika akan meninggal dunia,
juga pantas dibaca di sisi kuburannya.
Mengenai pendapat tersebut, aku berkata (maksudnya pengarang) bahwa pendapat yang pertama
merupakan pendapat ulama jumhur, sedangkan pendapat yang kedua merupakan pendapat Ibnu Abdul
Wahid al-Maqdisi.
Di dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali dan kitab Al-Aqibat karya Imam Abdul
Haq dari Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa: Apabila kalian memasuki pekuburan, maka
bacakanlah surah Al-Fatihah, surah Al-Falaq, surah An-Nas, dan surah Al-Ikhlas, kemudian hadiahkanlah
bacaan tersebut kepada para penghuni kubur. Maka sesungguhnya hal itu bisa sampai kepada mereka.
Imam Al-Qurthubi mengatakan pula bahwa pernah juga dikatakan bagi pembacanya akan mendapatkan
pahala bacaan Al-Quran itu, sedangkan orang yang sudah meninggal dunia akan mendapatkan pahala
bacaan karena mendengarkannya. Dengan demikian rahmat Allah akan mengiringinya. Allah SWT
berfirman:

Dan apabila dibacakan Al-Quran, dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian
mendapat rahmat. (Q.S. Al-Araf {7}: 204).
Selanjutnya Imam Al-Qurthubi mengatakan, Tidaklah jauh di dalam kemurahan Allah SWT
mengiringinya pahala bacaan Al-Quran dan memperdengarkannya secara bersamaan, serta sampainya

pahala bacaan Al-Quran tersebut yang dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal dunia, meskipun
orang itu tidak mendengar, seperti halnya sedekah dan doa.
Imam Al-Qurthubi mengatakan pula bahwa sebagian ulama kita mengambil dalil atas manfaatnya bacaan
Al-Quran bagi si mayit di sisi kuburannya berdasarkan hadits Rasulullah saw mengenai pelepah kurma
yang dibelah dua oleh beliau dan ditancapkan pada dua kuburan seraya bersabda, Mudah-mudahan
pelepah kurma ini akan meringankan penghuni kedua kuburan tersebut selama ia belum mengering
(masih basah) !
Berkaitan dengan hadits tersebut, Imam Al-Khuthabi mengatakan, Yang demikian itu, menurut para
ulama, karena segala sesuatu selama masih tetap hijau (belum mengering) dan masih utuh bertasbih
hingga ia mengering, atau berubah warna hijaunya, atau potong dari batangnya.
Halaman 271
Sedangkan ulama lainnya berkata, Jika tasbih yang dilakukan kedua pelepah kurma itu saja dapat
meringankan penghuni kuburan, lantas bagaimana dengan bacaan Al-Quran yang dilakukan oleh orang
mukmin?
Sementara itu Ibnu Asakir menuturkan riwayat melalui Hammad bin Salmah dari Qatadah. Disebutkan
bahwa Abu Barzah al-Aslami menceritakan bahwa Rasulullah saw pernah brjalan melewati sebuah
kuburan yang penghuninya sedang disiksa. Kemudian, beliau mengambil pelepah kurma dan
menanamkannya pada kuburan tersebut seraya berucap, Mudah-mudahan pelepah kurma ini dapat
meringankan siksaannya selama masih basah !
Sedangkan, Abu Barzah sendiri berpesan, Jika aku meninggal dunia nanti, letakkanlah di atas kuburanku
dua pelepah kurma.
Ketika Abu Barzah meninggal di padang pasir yang terletak di antara Karman dan Qawmis, orang-orang
berkata, Dia telah berpesan agar kami meletakkan dua pelepah kurma di atas kuburannya. Padahal, di
tempat ini sama sekali tidak terdapat pelepah kurma. Ketika mereka sedang dalam keadaan seperti itu,
tiba-tiba datang serombongan orang yang menunggang kendaraannya dengan membawa pelepah kurma.
Kemudian, mereka segera mengambil dua pelepah kurma darinya dan meletakkannya di atas
kuburannya.
Ibnu Saad menuturkan riwayat Mawriq bahwa Buraidah berwasiat agar diletakkan di atas kuburannya
dua pelepah kurma.
Dalam kitab Tarikh Ibnu An-Najjar, terjemahan Katsir Ibnu Salim al-Haiti, disebutkan bahwa dia
berpesan agar kuburannya tidak diperbaiki jika rusak. Dia sangat menekankan pesannya tersebut seraya
berucap, Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla melihat para penghuni kuburan-kuburan yang telah rusak,
lalu Dia mengasihi mereka, sehingga aku pun berharap termasuk salah satu dari mereka.
{KITAB SYARHUSH SHUDUR BI SYARHIL MAWTA MAL QUBUR HALAMAN 268-271,
KARYA AL-HAFIZH IMAM JALALUDDIN AS-SUYUTHI, CETAKAN DARUL FIKR, BEIRUT
LIBANON}.

Anda mungkin juga menyukai