Definisi Spermatokel
Spermatokel, yang juga dikenal sebagai kista spermatik, adalah
kondisi medis yang ditandai dengan terbentuknya kantung abnormal (kista)
yang terisi dengan cairan dan sperma mati di dalam epididimis, suatu
saluran bergulung padat yang terletak di belakang testis dimana sprema
disimpan dan matang. Ketika kista ini tidak terisi dengan sperma, kondisi ini
dikenal sebagai kista epdidimal.
1
Etiologi
Penyebab spermatokel belum diketahui secara pasti. Tetapi, Banyak
ahli percaya hasil dari penyumbatan di salah satu tabung yang mengalirkan
sperma dari testis ke epididimis. Trauma dan peradangan juga dapat
menyebabkan spermatokels.
Beberapa hipotesis termasuk bahwa spermatokel mungkin timbul dari
ductules eferen, mungkin dilations aneurisma dari epididimis, atau mungkin
dilatasi sekunder untuk obstruksi distal.
Manifestasi Klinis
Nyeri di testis juga bisa disebabkan oleh kista yang tumbuh di
epididimis (tabung melingkar yang terletak di belakang setiap testis). Kista
ini jinak dan mulai keluar sebagai akumulasi sel-sel sperma. Sering kali,
kista sangat kecil dan tidak menimbulkan masalah. Namun kadang-kadang,
kista tumbuh dengan ukuran beberapa sentimeter. Pada titik ini, pria
mungkin merasa berat di testis, tidak nyaman atau bahkan rasa sakit.
Patofisiologi
Spermatokel dapat berasal dari divertikulum rongga yang ditemukan
pada caput epididimid. Sperma yang menumpuk disitu lama kelamaan akan
menumpuk dan membuat suatu divertikulum pada caput epididimis.
Spermatokel ini diduga pula berasal dari epididimitis atau trauma
fisik. Timbulnya scar pada bagian manapun di epididmis, akan
menyebabkan
obstruksi
dan
mungkin
mengakibatkan
timbulnya
spermatokel.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik. Pemeriksan fisik menunjukkan adanya massa di dalam skrotum yang:
Unilateral (hanya ditemukan pada salah satu testis)
Lunak
2
Diagnosis Banding
Penyebab terbentuknya massa di dalam skrotum bervariasi dan bisa
merupakan sesuatu yang jinak maupun keganasan. Penyebab dari
pembentukan massa skrotum bisa berupa:
-
Penatalaksanaan
Tidak ada terapi medis spesifik yang diindikasikan dalam
penatalaksanaan untuk simple spermatokel. Analgesik oral dapat diberikan
untuk mengobati gejala. Jika penyebab yang mendasarinya berupa
epididimitis
yang
menyebabkan
rasa
tidak
nyaman,
maka
dapat
operatif
yang
utama
untuk
kasus-kasus
spermatokel.
Prognosis Spermatokel
Prognosis
dari
kasus
spermatokel
yang
ditangani
dengan
Definisi Orkitis
Orkitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada testis. Pada orkitis
terisolasi, umumnya etiologi tersering adalah infeksi viral, terutama infeksi
mumps / gondongan. Infeksi virus lain yang lebih jarang, seperti virus coxsackie
juga telah ditemukan dapat menimbulkan orkitis terisolasi.Selain itu, orkitis juga
bisa timbul sebagai komplikasi dari epididimitis, sehingga dapat pula disebut
epididimo-orkitis. Pada kasus epididimo-orkitis, umumnya memiliki etiologi
bakterial dari suatu infeksi saluran genitourinaria baik simptomatik maupun tidak.
Orkitis lebih sering timbul sebagai komplikasi dari epididimitis dibandingkan
dengan orkitis terisolasi.
Etiologi epididimo-orkitis yang umum ditemukan berbeda antar kelompok
usia. Pada kelompok laki-laki berusia 14-35 tahun, epididimo-orkitis umumnya
ditimbulkan oleh patogen yang ditransmisikan secara seksual, seperti N.
gonorrhoeae atau C. trachomatis. Epididimo-orkitis nonspesifik dapat disebabkan
oleh berbagai jenis bakteri aerob dan seringkali dikaitkan dengan abnormalitas
anatomik. Pada kelompok usia di bawah 14 tahun atau lebih tua dari 35 tahun,
infeksi dengan patogen genitourinaria umum seperti E. coli dapat ditemukan.E.
coli dan H. influenza umum ditemukan pada epididimitis pada pria homoseksual
yang melakukan seks anal insertif.
Epididimitis TB dapat terjadi pada daerah endemis TB dan merupakan TB
urogenital yang paling umum dijumpai. Epididimitis TB terjadi melalui
persebaran hematogen dan seringkali turut melibatkan ginjal.3Suatu laporan kasus
dari India mencantumkan adanya suatu insiden epididimo-orkitis TB yang
terisolasi tanpa adanya infeksi TB di organ lain termasuk ginjal, pada laki-laki
berusia 38 tahun dengan keluhan pembengkakan skrotum selama 4 bulan disertai
dengan nyeri skrotum dan sekret. Mengingat epidemiologi TB di Indonesia tinggi,
tentunya
TB
sebagai
suatu
penyebab
epididimo-orkitis
patut
pula
dipertimbangkan, terutama bila tidak dapat ditemukan etiologi lain yang mungkin.
Epididimo-orkitis juga dapat timbul sebagai bagian dari suatu penyakit
vaskulitis sistemik seperti sindrom Behcet, purpura Henoch-Schonlein, dan
sarkoidosis. Penggunaan obat amiodarone juga dapat menimbulkan epididimitis.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, setidaknya 20% pasien prepubertal (<10 tahun)
dengan infeksi mumps akan mengalami orkitis. Setidaknya 4 dari 5 kasus orkitis
akibat mumps terjadi pada usia prepubertal. Orkitis terisolasi cukup jarang
ditemukan.
Pada kasus orkitis bakterial, sebagian besar kasus diasosiasikan dengan
epididimitis (epididimo-orkitis), dan biasanya terjadi pada pasien pria usia di
bawah 35 tahun yang aktif secara seksual atau pada pasien pria usia lebih dari 50
tahun dengan BPH. Meskipun demikian, pada kelompok usia anak dan lanjut usia,
patogen urinaria seperti E. coli juga dapat menimbulkan epididimo-orkitis. Pada
pria homoseksual yang mempraktikkan seks anal, E. coli dan bakteri koliform
lainnya juga sering menimbulkan epididimo-orkitis, terutama pada pasangan yang
bertindak sebagai pasangan insertif.
Diperkirakan 1 tiap 1000 pria mengalami epididimitis tiap tahunnya di
Amerika Serikat, dengan angka kunjungan medis diperkirakan lebih dari 600.000
tiap tahunnya. Instrumentasi saluran kemih seperti pemasangan kateter, obstruksi
saluran kemih baik didapat maupun kongenital, refluks saluran kemih akibat
sebab didapat maupun kongenital, aktivitas fisik berat, mengendarai sepeda atau
sepeda motor, dan promiskuitas telah ditemukan sebagai faktor risiko epididimitis.
Epididimitis lebih sering terjadi dari orkitis. Orkitis dapat terjadi pada 58%
laki-laki yang terdiagnosis epididimitis.
Patofisiologi
Orkitis terisolasi biasanya timbul menyertai infeksi viral, terutama infeksi
mumps. Pada orkitis terisolasi, inflamasi hanya terjadi pada testis tanpa
melibatkan epididimis dan timbul melalui persebaran hematogen.
Pada epididimo-orkitis, patogenesis yang paling umum terjadi adalah
melalui suatu infeksi retrograd asendens dari saluran kemih yang kemudian
menyebar melalui vas deferens hingga ke epididimis dan bahkan testis. Faktor
anatomi memiliki peranan dalam proses ini. Selain itu, abnormalitas anatomis
saluran kemih, baik didapat (BPH pada pria usia lanjut) maupun kongenital
(stenosis meatal) dapat menimbulkan refluks urin yang telah ditemukan berperan
dalam patogenesis epididimo-orkitis.
Pada epididimitis, biasanya refluks pertama kali terjadi pada bagian ekor
epididimis melalui vas deferens. Kemudian, infeksi dari ekor epididimis dapat
meluas ke badan dan kepala epididimis, bahkan dapat mencapai korda
spermatikus menjadi funikulitis dan dapat mencapai testis sehingga menjadi
epididimo-orkitis.
Manifestasi Klinis
Manifestasi utama orkitis, baik orkitis terisolasi maupun sebagai bagian
dari epididimo-orkitis, adalah nyeri testikular dan pembengkakan skrotum. Nyeri
dan bengkak yang timbul biasanya semakin memberat secara bertahap dalam
hitungan hari (tidak seperti torsio testis yang umumnya memberat dengan cepat
dalam hitungan jam).
Mengingat etiologi orkitis terisolasi umumnya viral, biasanya orkitis
terisolasi bersifat akut dan dapat sembuh sendiri. 4 Sedangkan kasus epididimoorkitis dapat bersifat akut maupun kronik. Epididimo-orkitis akut memiliki
gambaran nyeri epididimal dan skrotal serta pembengkakan skrotal yang
awitannya cepat dalam periode beberapa hari, sedangkan epdidimo-orkitis kronik
biasanya memiliki gambaran klinis kronik lebih dari 6 minggu.
Pada pasien dengan orkitis terisolasi akibat virus, biasanya nyeri dan
pembengkakan skrotum timbul mendadak dan unilateral. Gejala lain yang
menyertai tidak menentu, namun dapat timbul malaise, demam, myalgia, mual,
dan nyeri kepala. Bila dikaitkan dengan infeksi mumps, orkitis biasanya timbul 47 hari setelah parotitis.
Pemeriksaan fisik pada orkitis terisolasi umumnya menunjukkan tandatanda inflamasi testis unilateral tanpa disertai tanda-tanda inflamasi epididimis.
Dapat ditemukan pembesaran testis, indurasi testis, nyeri tekan, eritema kulit
skrotum, dan edema kulit skrotum.
Pada pasien dengan epididimitis, nyeri biasanya terlokalisasi pada bagian
posterior testis dan dapat menjalar ke arah ingunal dan abdomen bawah. Bila
inflamasi telah meluas menjadi epididimo-orkitis, nyeri juga terasa pada testis dan
sulit dibedakan dengan nyeri pada posterior testis. Gejala-gejala infeksi saluran
kemih bawah seperti demam, frekuensi, urgensi, hematuria, dan disuria dapat
epididimo-orkitis,
biasanya
nyeri
akan
berkurang bila
dilakukan
pemeriksaan Prehn. Sedangkan sebaliknya, pada torsio testis biasanya nyeri akan
bertambah hebat bila dilakukan pemeriksaan Prehn. Pemeriksaan tanda Prehn
dapat dilakukan untuk membedakan epididimo-orkitis dengan torsio testis,
meskipun tidak selalu dapat diandalkan.
Pemeriksaan refleks kremaster dilakukan dengan memberikan rangsang
sentuh pada kulut paha sisi medial bagian atas. Refleks kremaster yang normal
(ditandai dengan kontraksi otot kremaster ipsilateral, menimbulkan elevasi testis
unilateral) biasanya ditemukan pada epididimo-orkitis, sedangkan refleks
kremaster biasanya tidak ditemukan pada torsio testis.
Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mencari adanya infeksi saluran
kemih yang terkait. Pemeriksaan nyeri sudut kostovertebra (CVA) perlu dilakukan
untuk mencari tanda-tanda kemungkinan adanya suatu pyelonefritis yang terkait
10
Diagnosis Banding
Torsio testis
Hidrokel
Trauma skrotalis
Tumor testis
Penatalaksanaan
Pada orkitis terisolasi akibat virus, penatalaksanaan terutama dilakukan
secara suportif. Dapat dilakukan tirah baring, elevasi skrotum, dan kompres
hangat atau dingin untuk mengurangi nyeri. Umumnya, orkitis viral dapat sembuh
sendiri dalam 3-10 hari dan tidak perlu diberikan antibiotik.
Pada epididimo-orkitis dengan kecurigaan penyebab bakterial, terapi
antibiotik dapat dimulai secara empiris sebelum kultur memberikan hasil.5Terapi
empiris yang dapat dilakukan berbeda sesuai dengan kelompok pasien. Untuk
11
pasien dengan usia di atas 35 tahun dengan kecurigaan infeksi organisme enterik
dapat diberikan ciprofloxacin 2x500 mg selama 14 hari, levofloxacin 1x500 mg
selama 10 hari, ofloxacin 2x300 mg selama 10 hari, trimethoprimsulfamethoxazole (160 mg/800 mg) 2x1 tablet selama 10 hari, atau amoxicillinclavulanate (875 mg/125 mg) 2x1 tablet selama 10 hari.
Pada pasien prepubertal dengan kecurigaan infeksi organisme enterik
dapat diberikan trimethoprim-sulfamethoxazole 3-6 mg/kgBB/kali 2x1 kali
selama 10 hari, atau amoxicillin-clavulanate 15-20 mg/kgBB/kali 2x1 kali selama
10 hari. Pada pasien yang aktif secara seksual berusia kurang dari 35 tahun
dengan kecurigaan infeksi menular seksual, dapat diberikan ceftriaxone 250 mg
IM dalam dosis tunggal, ditambah dengan azithromycin 1 g per oral dalam dosis
tunggal atau doxycycline 2x100 mg per oral selama 10 hari.
Bila memungkinkan, terapi antibiotik perlu dilakukan sesuai dengan
organisme penyebab pada kasus tersebut. Terapi yang sesuai dengan tiap-tiap
patogen antara lain:
10 hari
C. trachomatis: doxycycline 2x100 mg selama 10 hari, azithromycin 1 g
dosis tunggal per oral, ofloxacin
abses. Selain itu, pasien dengan kasus kronik dan rekuren dapat membutuhkan
epididimektomi untuk mengurangi gejala yang timbul.
Komplikasi
Pasien perlu diberikan informasi dan edukasi mengenai komplikasi yang
mungkin terjadi, seperti sepsis, abses, gangguan fertilitas, atrofi testis dan
perluasan infeksi. Pada pasien yang mengalami sepsis maka perlu dilakukan
hospitalisasi dan pemberian antibiotik parenteral. Pada pasien dengan komplikasi
abses maka perlu dilakukan drainase terbuka.
Prognosis
Follow-up untuk menilai perbaikan klinis dan massa testis sebaiknya
dilakukan 3-7 hari setelah evaluasi awal dan inisiasi terapi. Dengan terapi, nyeri
umumnya membaik dalam 1-3 hari, namun dibutuhkan 2-4 minggu hingga
indurasi mengalami resolusi.
Pada follow-up, anak laki-laki prepubertal sebaiknya dirujuk ke urolog
untuk evaluasi abnormalitas anatomi saluran urogenital. Laki-laki berusia lebih
dari 50 tahun sebaiknya dievaluasi untuk menilai obstruksi uretra akibat
pembesaran prostat.
Follow-up pada pasangan seksual juga perlu dilakukan, terutama bila
epididimo-orkitis disebabkan oleh infeksi menular seksual. Edukasi mengenai
pentingnya terapi antibiotik sampai selesai lengkap dan penggunaan kondom
perlu dilakukan.
Prognosis pada umumnya baik. Pada orkitis mumps atau infeksi virus
lainnya, biasanya dapat sembuh dengan spontan dalam 3-10 hari dengan
komplikasi yang jarang dan minimal. Pada epididimo-orkitis bakterial, umumnya
dapat sembuh tanpa komplikasi bila ditatalaksana dengan antibiotik secara tepat.
13
14