Anda di halaman 1dari 13

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Produksi Teoritis dan Produksi Nyata


Produksi teoritis adalah kemampuan produksi yang seharusnya dapat
dicapai dengan nyata oleh unit pengolahan ( Alat ), sedangkan Produksi nyata
adalah kemampuan produksi sesungguhnya dari unit pengolahan ( Alat )
berdasarkan sistem produksi yang diterapkan. Kapasitas desain dapat diketahui
dari spesifikasi alat yang diterapkan oleh pabrik pembuatnya, sedangkan kapasitas
nyata dapat diperoleh dari perhitungan hasil produksi pada unit pengolahan.
3.1.1

Jam Kerja Efektif


Jam

kerja

efektif

adalah

banyaknya

jam

kerja

pada

unit

pengolahan/produksi sesungguhnya dibandingkan dengan jam kerja yang


seharusnya dicapai oleh unit pengolahan/produksi. Jam kerja efektif berguna
untuk menentukan tingkat produktifitas dan efektifitas dari suatu pekerjaan yang
dilakukan, dalam hal ini adalah pada unit pengolahan/produksi.
3.1.2

Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi


Kendala atau permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada unit

pengolahan/produksi akan menyebabkan kegiatan pada unit pengolahan berjalan


kurang produktif dan efisien sehingga sasaran produksi yang telah ditentukan
tidak dapat terpenuhi. Salah satu masalah adalah seringnya terjadi kemacetan pada
proses peremukan, ini dapat terjadi karena kondisi material dan alat itu sendiri.
Oleh karena itu jika permasalahan yang ada dapat dihilangkan atau paling tidak

3-1

dikurangi, maka kegiatan pada unit pengolahan akan berjalan lebih produktif dan
efisien
3.1.3

Kegiatan Unit Peremuk


Untuk memperkecil material hasil penambangan yang umumnya masih

berukuran bongkah digunakan alat peremuk. Mula-mula material hasil


penambangan masuk melalui hopper yang kemudian diterima vibrating grizzly
sebelum masuk ke dalam mesin peremuk. Hasil dari peremukan kemudian
dilakukan pengayakan yang akan menghasilkan dua macam produk yaitu produk
yang lolos ayakan yang disebut undersize yang merupakan produk yang akan
diolah lebih lanjut dan material yang tidak lolos ayakan yang disebut oversize
yang merupakan produkta yang akan diolah di proses selanjutnya.
3.1.4

Peralatan Pada Unit Peremuk


Peralatan-peralatan yang biasanya digunakan pada unit peremuk adalah

sebagai berikut :
a.

Hopper
Hopper adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi
sebagai tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi penambangan
sebelum material tersebut masuk ke dalam alat peremuk.

b.

Vibrating Grizzly
Merupakan susunan batang-batang baja yang membentuk ukuran lubang
bukaan tertentu. Vibrating Grizzly berfungsi sebagai pengumpan mesin peremuk,
juga untuk memisahkan material umpan yang sudah memenuhi ukuran yang

3-2

diharapkan. Dengan adanya alat ini maka material umpan yang telah memenuhi
ukuran produk tidak perlu dilakukan pengecilan ukuran lagi.
c. Alat Peremuk Jaw Crusher
Jaw crusher terdiri dari dua tipe yaitu blake dan dodge. Alat peremuk jaw
crusher dalam prinsip kerjanya adalah alat ini memiliki 2 buah rahang dimana
salah satu rahang diam dan yang satu dapat digerakan, sehingga dengan adanya
gerakan rahang tadi menyebabkan material yang masuk ke dalam kedua sisi
rahang akan mengalami proses penghancuran. Material yang masuk diantara dua
rahang akan mendapat jepitan atau kompresi. Ukuran material hasil peremukan
tergantung pada pengaturan mulut pengeluaran (setting), yaitu bukaan maksimum
dari mulut alat peremuk. Produk peremukan akan berukuran 85 % minus ukuran
bukaan maksimum, sedangkan ukuran umpan masuk adalah 85 % x gape.
Kapasitas mesin peremuk jaw crusher dibedakan menjadi kapasitas desain
dan kapasitas nyata. Kapasitas desain merupakan kemampuan produksi yang
seharusnya dicapai oleh mesin peremuk tersebut, sedang kapasitas nyata
merupakan kemampuan produksi mesin peremuk sesungguhnya yang didasarkan
pada sistem produksi yang diterapkan. Kapasitas desain diketahui dari spesifikasi
yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan
dengan cara pengambilan conto produk yang dihasilkan.
d. Ayakan Getar
Adalah alat yang digunakan untuk memisahkan ukuran material hasil
proses peremukan berdasarkan besarnya bukaan pada ayakan tersebut yang
dinyatakan dengan mesh. Pengertian mesh adalah jumlah lubang bukaan yang

3-3

terdapat dalam 1 inchi panjang. Kapasitas dari ayakan dihitung dengan


menggunakan rumus seperti pada vibrating grizzly. Proses pengayakan
dipengaruhi oleh faktor-faktor :
-

lamanya waktu pengayakan

banyaknya material halus dalam umpan

kandungan air dalam material

bentuk dari lubang ayakan


Untuk menghitung efisiensi dari ayakan diperoleh dari perbandingan
antara berat material yang benar-benar lolos ayakan dengan berat material yang
seharusnya lolos ayakan. Efisiensi dinyatakan dalam persen.
e. Ban Berjalan
Ban berjalan merupakan alat angkut pada unit peremukan yang berfungsi
untuk mengembalikan material hasil peremukan yang tidak lolos ayakan untuk
dilakukan proses peremukan lagi. Ban berjalan digerakkan oleh motor penggerak
yang dipasang pada head pulley. Ban berjalan akan kembali ke tempat semula
karena di belokkan oleh pulley awal dan pulley akhir. Material yang
didistribusikan melalui pengumpan akan dibawa oleh ban berjalan dan berakhir
pada head pulley. Pada saat proses kerja di unit peremuk dimulai, ban berjalan
harus bergerak lebih dulu sebelum alat peremuk bekerja. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kelebihan muatan (over load) pada ban berjalan.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pemakaian ban berjalan adalah :
Sifat fisik dan keadaan material
Keadaan topografi
3-4

Jarak pengangkutan

Produksi

f. Reduction Ratio
Reduction ratio sangat menentukan keberhasilan suatu peremukan, karena
besar kecilnya nilai reduction ratio ditentukan oleh kemampuan alat peremuk
untuk mengecilkan ukuran material yang akan diremuk. Untuk itu harus dilakukan
pengamatan terhadap tebal material umpan maupun tebal material produk.
Reduction ratio adalah perbandingan ukuran terbesar umpan dengan
ukuran terbesar produk. Padaprimary crushingbesarnya reduction ratio adalah 4
7 dan pada secondary crushing besarnya reduction ratio adalah 7 20. Besarnya
reduction ratio merupakan batasan agar kerja alat efektif.
tF
RL =

wF
=

tP

.......... Persamaan 3.1


wP

dimana :
RL = limiting reduction ratio
tF = tebal umpan (cm)
tP = tebal produk (cm)
wF = lebar umpan (cm)
wP = lebar produk (cm)
g. Kesediaan Alat Peremuk
Adalah pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis
tersebut, misalnya kesediaan fisik dan efektivitas penggunaannya yang

3-5

menyatakan apakah jam kerja alat tercapai sesuai dengan yang diharapkan atau
tidak.
a. Mechanical Availability
Adalah cara untuk mengetahui kondisi alat yang sesungguhnya dari alat yang
sedang digunakan.
W
MA =

x 100 %

Persamaan 3.2

W+R
dimana :
W = jumlah jam kerja alat tanpa mengalami kerusakan
R = jumlah jam perbaikan
b. Physical Availability
Adalah berguna untuk menunjukkan ketersediaan keadaan fisik alat yang
sedang digunakan.
W+S
PA =

x 100 %

Persamaan 3.3

W+R+S
dimana :
S

= jumlah jam alat tidak dapat digunakan tapi tidak mengalami kerusakan

W + R + S = seluruh jam kerja dimana alat dijadwalkan untuk dioperasikan


c. Use of Availability
Menunjukkan persen waktu yang digunakan alat untuk beroperasi pada saat alat
dapat digunakan.
3-6

W
UA =

x 100 %

Persamaan 3.4

W+S
dimana :
UA = memperlihatkan efektivitas alat yang tidak sedang rusak dapat
dimanfaatkan.
d. Effektive Utilization (Eut)
Cara menunjukkan berapa persen seluruh waktu kerja yang dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif.
W
Eut =

x 100 %

Persamaan 3.5

W+R+S
e. Effektifitas Penggunaan
Untuk mengetahui tingkat penggunaan alat peremuk dan kemampuan yang bisa
dicapai.
Kapasitas nyata
Ep =
x 100 %
Kapasitas desain

... Persamaan 3.6

f. Waktu Produksi Effektif


Perbandingan

antara waktu produksi sesungguhnya dengan waktu

produksi seharusnya.
3.2 Produktivitas Alat
Produktivitas alat merupakan kemampuan alat yang digunakan untuk
memindahkan material dalam ukuran waktu tertentu (biasanya dihitung per jam).

3-7

Umumnya pemindahan material dihitung berdasarkan volume baik dalam satuan


m3, yard3 ataupun ton.
Peralatan mekanis yang biasa digunakan pada operasi penambangan
ditinjau dari fungsinya, dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam alat yaitu:
1.

alat gali muat


Alat gali muat adalah alat produksi untuk menggali dan mengisikan material
hasil galiannya ke dalam alat angkut. Contohnya Backhoe, Dragline, Front-End
Loader, Claimshell, Bucket Wheel Excavator (BWE), Bucket Chain Excavator
(BCE) dan sebagainya.

2.

Alat angkut
Alat angkut adalah alat-alat produksi untuk mengangkut material menuju
proses berikutnya. Contohnya Truck, Lori Lokomotif, Belt Conveyor, Pipa
Lumpur (Slurry), Scrapper dan sebagainya

3.

Alat bantu.
Sedangkan alat bantu adalah alat-alat berat yang digunakan untuk
membantu kelancaran produksi.Contohnya Bulldozer, Ripper, Grader, Lubrication
Truck, Water Truck, Fuel Truck dan sebagainya.
3.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Alat
Salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui baik buruknya
hasil kerja (keberhasilan) suatu alat pemindahan tanah mekanis adalah besarnya
produksi yang dapat dicapai oleh alat tersebut. Oleh sebab itu usaha dan upaya
untuk dapat mencapai produksi yang tinggi selalu menjadi perhatian yang serius.
Untuk memperkirakan lebih teliti produksi alat-alat yang sudah dibicarakan di

3-8

atas, perlu dipelajari faktor-faktor yang langsung mempengaruhi hasil kerja alatalat tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah .

Jenis Material
Karena perbedaan kekerasan dari material yang akan digali sangat
bervariasi. Maka sering dilakukan pengelompokkan sebagai berikut:
a. Agak keras atau Medium hard digging, misalnya tanah liat atau lempung
(clay) yang basah dan lengket. Batuan yang sudah lapuk (wheathered
rock).
b. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya tanah atas atau
top soil, pasir (sand), lempung pasiran (sandclay), pasir lempungan
(clayedsand).
c. Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya batu sabak (slate),
material yang kompak (compacted material), batuan sedimen (sedimentary
rock), konglomerat, breksi (breccia).
d. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan segar
(fresh rock) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum dapat
digali, misalnya batuan beku segar (fresh igneous rock), batuan malihan
segar (fresh metamorphic rock).

Effisiensi Operator
Merupakan faktor manusia yang menggerakkan alat-alat yang sangat sukar
untuk ditentukan effisiensinya secara tepat karena selalu berubah-ubah dari hari
3-9

kehari bahkan dari jam ke jam tergantung dari keadaan cuaca, keadaan alat yang
dikemudikan, suasana kerja dan lainnya. Sebenarnya effisiensi operator tidak
hanya disebabkan oleh kemalasan pekerja itu sendiri, tetapi juga karena
kelambatan-kelambatan dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari
seperti : melumasi kendaraan, mengganti yang aus, membersihkan bagian=bagian
terpenting sesudah sekian jam dipakai, memindahkan ketempat lain, tidak adanya
keseimbangan antara alat gali muat dan alat angkut, menunggu peledakan,
perbaikan jalan dan sebagainya.
3

Efektifitas Penggunaan Alat Mekanis


Efektifitas penggunaan alat mekanis merupakan faktor yang menunjukan
kondisi alat-alat mekanis dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan
kehilangan waktu selama kerja.
Adapun parameter efektifitas dalam penggunaan alat-alat mekanis meliputi :

Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability )


Mechanical Availability (MA) adalah angka yang menunjukan tingkat suatu
alat dapat bekerja dengan memperhitungkan kehilangan waktu karena alasanalasan mekanis seperti perawatan atau reparasi mesin, penggantian suku cadang
(sparepart) dan lain-lain. Kesiapan mekanis merupakan suatu cara untuk
mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat yang sedang
dipergunakan.
Persamaan untuk Mechanical Availability adalah sebagai berikut :
MA

W
x 100 %
W R
.............................Persamaan 3.7

3 - 10

Keterangan :
W = Working hours atau jumlah jam kerja merupakan waktu yang
dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam kondisi dapat
dioperasikan artinya tidak rusak, meliputi setiap keterlambatan yaitu
pulang ke lokasi kerja, pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan
bakar serta keadaan cuaca.
R = Repair hours merupakan waktu untuk perbaikan dan waktu yang
hilang karena menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu untuk
penyediaan suku cadang serta waktu untuk perawatan preventif.
b

Penggunaan Efektif (Effective Utilization)


Faktor yang menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang
tersedia dapat dimanfaatkan untuk bekerja atau persen waktu yang dimanfaatkan
oleh alat untuk bekerja dari sejumlah waktu kerja yang tersedia. Effective
Utilization ini sama dengan pengertian efisiensi kerja alat mekanis.
EU

W
x 100 %
WSR

..............................................Persamaan 3.8

Keterangan :
W = Working hours atau jumlah jam kerja.
ST = Scheduled Time (W+R+S) atau jumlah seluruh jam kerja dimana alat
dijadwalkan untuk beroperasi.

3 - 11

Dari hasil pengamatan dan perhitungan produksi crusher dengan menggunakan


persamaan :
Sehingga produksi crusher dapat dihitung sebagai berikut :
P = EU x H x W
P = 65,42% x 100 ton/jam x 4,58 jam/hari . Persamaan 39
= 299 ton/hari
Jadi produksi crusher dalam satu tahunnya adalah :
Ph = P x 25 hari kerja x 12 bulan
= 285 ton/hari x 25 hari x 12 bulan
= 89.887 ton/tahun x 2 unit Crushing Plant
= 179.774 ton/tahun

Berat Material
Berat material yang akan diangkut oleh alat-alat angkut dapat mempengaruhi :
a. Kecepatan kendaraan.
b. Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan
dan tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.
c. Membatasi volume material yang dapat diangkut.
Oleh sebab itu berat jenis material pun harus diperhitungkan pengaruhnya
terhadap kapasitas alat muat maupun alat angkut.

Pola Penggalian dan Pemuatan


Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi maka pola
pemuatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola
3 - 12

pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi pengupasan


serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang
datang, mangkuk (bucket) alat gali-muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan.
Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut
lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat galimuatnya.
Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat
gali-muat dan alat angkut, yaitu :
a

Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali-muat yang berada di atas
atau di bawah jenjang (Gambar 3.1).

Top Loading, yaitu alat gali-muat melakukkan penggalian dengan menempatkan


dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di bawah alat gali-muat.

Bottom

Loading,

yaitu

alat

gali-muat

melakukan

penggalian

menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut.

Sumber : www.caterpillar.com
Gambar 3.1:
Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi Alat Gali Muat Terhadap Alat

3 - 13

dengan

Anda mungkin juga menyukai