LANDASAN TEORI
kerja
efektif
adalah
banyaknya
jam
kerja
pada
unit
3-1
dikurangi, maka kegiatan pada unit pengolahan akan berjalan lebih produktif dan
efisien
3.1.3
sebagai berikut :
a.
Hopper
Hopper adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi
sebagai tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi penambangan
sebelum material tersebut masuk ke dalam alat peremuk.
b.
Vibrating Grizzly
Merupakan susunan batang-batang baja yang membentuk ukuran lubang
bukaan tertentu. Vibrating Grizzly berfungsi sebagai pengumpan mesin peremuk,
juga untuk memisahkan material umpan yang sudah memenuhi ukuran yang
3-2
diharapkan. Dengan adanya alat ini maka material umpan yang telah memenuhi
ukuran produk tidak perlu dilakukan pengecilan ukuran lagi.
c. Alat Peremuk Jaw Crusher
Jaw crusher terdiri dari dua tipe yaitu blake dan dodge. Alat peremuk jaw
crusher dalam prinsip kerjanya adalah alat ini memiliki 2 buah rahang dimana
salah satu rahang diam dan yang satu dapat digerakan, sehingga dengan adanya
gerakan rahang tadi menyebabkan material yang masuk ke dalam kedua sisi
rahang akan mengalami proses penghancuran. Material yang masuk diantara dua
rahang akan mendapat jepitan atau kompresi. Ukuran material hasil peremukan
tergantung pada pengaturan mulut pengeluaran (setting), yaitu bukaan maksimum
dari mulut alat peremuk. Produk peremukan akan berukuran 85 % minus ukuran
bukaan maksimum, sedangkan ukuran umpan masuk adalah 85 % x gape.
Kapasitas mesin peremuk jaw crusher dibedakan menjadi kapasitas desain
dan kapasitas nyata. Kapasitas desain merupakan kemampuan produksi yang
seharusnya dicapai oleh mesin peremuk tersebut, sedang kapasitas nyata
merupakan kemampuan produksi mesin peremuk sesungguhnya yang didasarkan
pada sistem produksi yang diterapkan. Kapasitas desain diketahui dari spesifikasi
yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan
dengan cara pengambilan conto produk yang dihasilkan.
d. Ayakan Getar
Adalah alat yang digunakan untuk memisahkan ukuran material hasil
proses peremukan berdasarkan besarnya bukaan pada ayakan tersebut yang
dinyatakan dengan mesh. Pengertian mesh adalah jumlah lubang bukaan yang
3-3
Jarak pengangkutan
Produksi
f. Reduction Ratio
Reduction ratio sangat menentukan keberhasilan suatu peremukan, karena
besar kecilnya nilai reduction ratio ditentukan oleh kemampuan alat peremuk
untuk mengecilkan ukuran material yang akan diremuk. Untuk itu harus dilakukan
pengamatan terhadap tebal material umpan maupun tebal material produk.
Reduction ratio adalah perbandingan ukuran terbesar umpan dengan
ukuran terbesar produk. Padaprimary crushingbesarnya reduction ratio adalah 4
7 dan pada secondary crushing besarnya reduction ratio adalah 7 20. Besarnya
reduction ratio merupakan batasan agar kerja alat efektif.
tF
RL =
wF
=
tP
dimana :
RL = limiting reduction ratio
tF = tebal umpan (cm)
tP = tebal produk (cm)
wF = lebar umpan (cm)
wP = lebar produk (cm)
g. Kesediaan Alat Peremuk
Adalah pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis
tersebut, misalnya kesediaan fisik dan efektivitas penggunaannya yang
3-5
menyatakan apakah jam kerja alat tercapai sesuai dengan yang diharapkan atau
tidak.
a. Mechanical Availability
Adalah cara untuk mengetahui kondisi alat yang sesungguhnya dari alat yang
sedang digunakan.
W
MA =
x 100 %
Persamaan 3.2
W+R
dimana :
W = jumlah jam kerja alat tanpa mengalami kerusakan
R = jumlah jam perbaikan
b. Physical Availability
Adalah berguna untuk menunjukkan ketersediaan keadaan fisik alat yang
sedang digunakan.
W+S
PA =
x 100 %
Persamaan 3.3
W+R+S
dimana :
S
= jumlah jam alat tidak dapat digunakan tapi tidak mengalami kerusakan
W
UA =
x 100 %
Persamaan 3.4
W+S
dimana :
UA = memperlihatkan efektivitas alat yang tidak sedang rusak dapat
dimanfaatkan.
d. Effektive Utilization (Eut)
Cara menunjukkan berapa persen seluruh waktu kerja yang dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif.
W
Eut =
x 100 %
Persamaan 3.5
W+R+S
e. Effektifitas Penggunaan
Untuk mengetahui tingkat penggunaan alat peremuk dan kemampuan yang bisa
dicapai.
Kapasitas nyata
Ep =
x 100 %
Kapasitas desain
produksi seharusnya.
3.2 Produktivitas Alat
Produktivitas alat merupakan kemampuan alat yang digunakan untuk
memindahkan material dalam ukuran waktu tertentu (biasanya dihitung per jam).
3-7
2.
Alat angkut
Alat angkut adalah alat-alat produksi untuk mengangkut material menuju
proses berikutnya. Contohnya Truck, Lori Lokomotif, Belt Conveyor, Pipa
Lumpur (Slurry), Scrapper dan sebagainya
3.
Alat bantu.
Sedangkan alat bantu adalah alat-alat berat yang digunakan untuk
membantu kelancaran produksi.Contohnya Bulldozer, Ripper, Grader, Lubrication
Truck, Water Truck, Fuel Truck dan sebagainya.
3.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Alat
Salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui baik buruknya
hasil kerja (keberhasilan) suatu alat pemindahan tanah mekanis adalah besarnya
produksi yang dapat dicapai oleh alat tersebut. Oleh sebab itu usaha dan upaya
untuk dapat mencapai produksi yang tinggi selalu menjadi perhatian yang serius.
Untuk memperkirakan lebih teliti produksi alat-alat yang sudah dibicarakan di
3-8
atas, perlu dipelajari faktor-faktor yang langsung mempengaruhi hasil kerja alatalat tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah .
Jenis Material
Karena perbedaan kekerasan dari material yang akan digali sangat
bervariasi. Maka sering dilakukan pengelompokkan sebagai berikut:
a. Agak keras atau Medium hard digging, misalnya tanah liat atau lempung
(clay) yang basah dan lengket. Batuan yang sudah lapuk (wheathered
rock).
b. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya tanah atas atau
top soil, pasir (sand), lempung pasiran (sandclay), pasir lempungan
(clayedsand).
c. Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya batu sabak (slate),
material yang kompak (compacted material), batuan sedimen (sedimentary
rock), konglomerat, breksi (breccia).
d. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan segar
(fresh rock) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum dapat
digali, misalnya batuan beku segar (fresh igneous rock), batuan malihan
segar (fresh metamorphic rock).
Effisiensi Operator
Merupakan faktor manusia yang menggerakkan alat-alat yang sangat sukar
untuk ditentukan effisiensinya secara tepat karena selalu berubah-ubah dari hari
3-9
kehari bahkan dari jam ke jam tergantung dari keadaan cuaca, keadaan alat yang
dikemudikan, suasana kerja dan lainnya. Sebenarnya effisiensi operator tidak
hanya disebabkan oleh kemalasan pekerja itu sendiri, tetapi juga karena
kelambatan-kelambatan dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari
seperti : melumasi kendaraan, mengganti yang aus, membersihkan bagian=bagian
terpenting sesudah sekian jam dipakai, memindahkan ketempat lain, tidak adanya
keseimbangan antara alat gali muat dan alat angkut, menunggu peledakan,
perbaikan jalan dan sebagainya.
3
W
x 100 %
W R
.............................Persamaan 3.7
3 - 10
Keterangan :
W = Working hours atau jumlah jam kerja merupakan waktu yang
dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam kondisi dapat
dioperasikan artinya tidak rusak, meliputi setiap keterlambatan yaitu
pulang ke lokasi kerja, pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan
bakar serta keadaan cuaca.
R = Repair hours merupakan waktu untuk perbaikan dan waktu yang
hilang karena menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu untuk
penyediaan suku cadang serta waktu untuk perawatan preventif.
b
W
x 100 %
WSR
..............................................Persamaan 3.8
Keterangan :
W = Working hours atau jumlah jam kerja.
ST = Scheduled Time (W+R+S) atau jumlah seluruh jam kerja dimana alat
dijadwalkan untuk beroperasi.
3 - 11
Berat Material
Berat material yang akan diangkut oleh alat-alat angkut dapat mempengaruhi :
a. Kecepatan kendaraan.
b. Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan
dan tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.
c. Membatasi volume material yang dapat diangkut.
Oleh sebab itu berat jenis material pun harus diperhitungkan pengaruhnya
terhadap kapasitas alat muat maupun alat angkut.
Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali-muat yang berada di atas
atau di bawah jenjang (Gambar 3.1).
Bottom
Loading,
yaitu
alat
gali-muat
melakukan
penggalian
Sumber : www.caterpillar.com
Gambar 3.1:
Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi Alat Gali Muat Terhadap Alat
3 - 13
dengan