Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang
Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang
arahan
zonasi
pemanfaatan
ruang
dan
arahan
pengendalian
ruang;
d. Penjabaran struktur ruang wilayah dan pusat kegiatan baik kawasan strategi
e.
f.
1-1
g. Dasar penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan ijin
ganguan (HO).
Perkembangan dan pertumbuhan wilayah Kecamatan Singorojo sebagai
salah satu Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Kabupaten Kendal sangat dinamis
sehingga perlu diarahkan dan dikendalikan melalui proses perencanaan yang
terpadu sesuai dengan amanat Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun
2007, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010
tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah dan
Nomor 20 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Kendal Tahun 2011-2031. Guna
memenuhi hal tersebut, diperlukan dokumen Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah
Kabupaten kedalam sebuah dokumen RDTR Kecamatan Singorojo.
1.2.
dan
peruntukan
lahan
di
Kecamatan Singorojo antara kondisi riil dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kendal;
1-2
2.
penataan
ruang
dalam
pemberian
atau
penolakan
izin
lokasi
2)
Lingkup Substansi
Adapun muatan substansi meliputi struktur dan sistematika Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan memuat langkah-langkah penentuan :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
1-3
b. Elaborasi
3) Analisa kawasan perencanaan
a. Analisa struktur kawasan perencanaan
b. Analisa peruntukan blok rencana
c. Analisa prasarana transportasi
d. Analisa fasilitas umum
e. Analisa utilitas umum
f. Analisa amplop ruang
g. Analisa kelembagaan dan peran serta masyarakat
4) Perumusan dan ketentuan teknis rencana detail
a. Konsep rencana
b. Produk rencana detail tata ruang
1. Rencana Struktur ruang kawasan
2. Rencana peruntukan blok
3. Rencana penataan bangunan dan lingkungan (amplop ruang)
4. Indikasi Program pembangunan.
5) Pengendalian rencana detail
a. Tujuan
b. Komponen pengendalian
a) Zonasi
b) Aturan insentif dan dis insentif
c) Perijinan dalam pemanfaatan ruang.
d) Pengendalian Pemanfaatan Ruang melalui pengawasan
6) Kelembagaan dan peran aktif masyarakat
a. Peran kelembagaan
b. Peran serta masyarakat
c. Peran Masyarakat dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang
1.4.
1.4.1.Pendekatan Perencanaan
1.4.1.1. Pendekatan Participatory
Pendekatan ini menekankan adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam
merencanakan pembangunan (penyelesaian masalah) mulai dari pengenalan
wilayah, pengidentifkasian masalah sampai pada penentuan skala prioritas. Secara
garis besar pendekatan partisipatif mengandung makna adanya keikutsertaan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, mulai dari melakukan
analisis masalah mereka, memikirkan bagaimana cara mengatasinya, mendapatkan
rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan sendiri tentang
alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka atasi.
Tiga alasan utama mengapa perencanaan partisipatif dibutuhkan, yaitu
(Conyers, 1991, 154-155):
1-4
a. Alasan
pertama
partisipasi
masyarakat
merupakan
suatu
alat
guna
kombinasi
dari
komprehensif
rasionalistik
yang
menekankan
pada
pelaksanaan yang analitik, penelitian dan pengumpulan data yang menyeluruh dan
inkrimental yang menitikberatkan pada tugas interaksional untuk mencapai
konsensus pada perubahan yang terbatas.
Asumsi yang digunakan didalam pendekatan ini adalah :
a. Membolehkan terjadinya konsensus dalam setiap isu yang dihadapi
b. Untuk mengarahkan kebijaksanaan umum sebaiknya ditangani secara
terpusat
c. Untuk rancangan program yang efisien lebih efektif untuk dilaksanakan
oleh mekanisme prencanaan yang desentralistik
Pendekatan mixed scanning adalah penggabungan antara model rasional dan
incremental. Pendekatan ini disusun berdasarkan cara kerja metafora observasi
situasi dan kondisi yang menggunakan dua pandangan. Pertama melakukan
observasi kondisi seluruh kawasan dengan pengamatan secara terus menerus
sehingga diperoleh hasil penganalisaan apa yang menjadi potensi yang detail dan
menyeluruh dari kondisi suatu daerah observasi. Yang kedua memperhatikan pada
daerah observasi tersebut bagaimana kondisi masyarakatnya yang sama dengan
observasi terakhir atau hasil yang lalu dan akan membuat analisa gabungan
dengan pandangan pertama apabila terdapat ketidaklaziman pada potensi yang
dimiliki daerah observasi tersebut.
1-5
1.4.2.Pendekatan Studi
1.4.2.1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan ini menekankan pada prosedur yang ketat dalam menentukan
variabel-variabel penelitiannya. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya
variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus
didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas
dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan
pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil
penelitian
dan
kemampuan
penelitian
sejenis.
replikasi
Selanjutnya,
serta
penelitian
generalisasi
kuantitatif
penggunaan
memerlukan
model
adanya
digunakan.
Juga,
pendekatan
ini
lebih
memberikan
makna
dalam
terukur
baik
kualitas,
kuantitas
ataupun
dimensi
masing-masing
2.
3.
jasa,
industri,
1-6
4.
5.
permukiman,
perdagangan
dan
jasa,
industripariwisata,
6.
rumah tangga)
Pengolahan sampah
daerah, swasta)
Identifikasi daerah rawan bencana, meliputi lokasi, sumber bencana, besaran
dampak
Data dan informasi disusun dan disajikan dalam bentuk peta, diagram, tabel
1-7
Teknik
yang
dipakai
berbentuk
observasi
terstruktur,
survey
dengan
menurut
blok-blok
perencanaan.
Faktor-faktor
lain
yang
harus
alokasi
penduduk
tersebut
dapat
di
elaborasi
kebutuhan-
1-8
Zonasi dengan pendekatan ini relative cepat dihasilkan, tetapi hasilnya tidak sesuai
dengan kebutuhan pengendalian di suatu daerah karena adanya perbedaan
karakteristik dan kebutuhan pengendalian daerah tersebut dengan kondisi dan
persoalan pada daerah rujukan. Dengan demikian, hasil dari pendekatan ini masih
perlu disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan daerah. Cakupan kebijakan
ini meliputi:
a.
b.
Kajian
literature
mengenai
tata
guna
lahan
dan
hirarkinya,
d.
1-9
c. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif rasionalistik deskripsi empiris terhadap
parameter dan veariabel yang bersifat kualitatif (deskripsi kualitas).
Sedangkan pada penyusunan peraturan zonasi dengan pendekatan induksi
didasarkan
pada
kajian
yang
menyeluruh,
rinci
dan
sistematik
terhadap
b.
yang
ditetapkan
oleh
Kementrian
PU
dengan
penyesuaian
seperlunya)
c.
d.
e.
1 - 10
1.5.
Kerangka Pikir
Gambar 1.1.
Kerangka Pikir
1 - 11
1.6.
Kerangka Analiss
Gambar 1.2.
Kerangka Analisis
1 - 12
1 - 13