Anda di halaman 1dari 49

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )

PENDIDIKAN KESEHATAN
Cabang Ilmu

: Keperawatan Anak

Topik

: Penggunaan Kontrasepsi (KB)

Hari/ Tanggal

Waktu

: 09.00 WITA s/d Selesai

Tempat

Sasaran

: Pasien Post Partum

Metode

: Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Media

: Leaflet, X banner

Materi

: Terlampir

Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan ini diharapkan pasien post partum
dapat memahami, mengetahui, serta memilih kontrasepsi yang tepat.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan pasien post partum dapat :
1. Mengetahui macam-macam KB.
2. Mengetahui keuntungan dan kerugian masing-masing jenis KB .
3. Memilih KB yang sesuai.

Kegiatan Penyuluhan
No
Tahap
1.
Pendahuluan

Penyajian
materi

Kegiatan
1. Memberi salam terapeutik
2.

Memperkenalkan diri

3.

Menjelaskan tujuan

4.

Kontrak waktu

Waktu
5 menit

1. Menjelaskan dan menguraikan materi: 20 menit


a. Macam-macam KB
b. Keuntungan dan kerugian KB
2. Memberikan kesempatan pada pasien
post partum untuk bertanya
3. Menjawab pertanyaan pasien post
partum yang berkaitan dengan materi
yang belum jelas
4. Memberikan
pertanyaan

pada

masyarakat
1. Menyimpulkan materi yang telah
3

Penutup

disampaikan.
2. Mengucapkan salam penutup

5 menit

Evaluasi
1. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara perawatan payudara
2

Baik

: Dapat menjelaskan cara perawatan payudara

Cukup : Dapat menjelaskan sebagian cara perawatan payudara

Kurang

: Tidak dapat menyebutkan cara perawatan payudara

2. Menjelaskan manfaat ASI

Baik

Cukup : Dapat menjelaskan sebagian manfaat ASI

Kurang

: Dapat menjelaskan manfaat ASI

: Tidak dapat menjelaskan manfaat ASI

3. Menjelaskan dan mendemonstrasikan teknik menyusui yang baik dan benar

Baik

Cukup

Kurang

: Dapat menjelaskan proses teknik menyusui yang baik dan


benar
: Dapat menjelaskan sebagian teknik menyusui yang baik dan
benar
: Tidak dapat menjelaskan teknik menyusui yang baik dan
benar

NANTI UBAH aa

Materi Penyuluhan
KONTRASEPSI (judulnya begini???)
A. Pengertian KB
3

KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda


kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau
membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan
medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan0(ferundity).
B. Macam-macam KB
Secara umum KB terdiri atas dua macam yaitu KB dengan menggunakan
alat serta KB tanpa menggunakan alat. KB tanpa alat yakni KB alamiah dan
coitus interuptus (senggama terputus). Sedangkan untuk KB menggunakan alat
terdiri atas kondom, KB suntik, implant, KB pil, AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim), tubektomi dan vasektomi.
1. KB Alamiah
KB Kalender
Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga
berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender
adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi
dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/menstruasi
wanita. Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak
selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12
atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini
menjadi dasar dari KBA sistem kalender.

Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi
maupun konsepsi
-

Manfaat kontrasepsi
Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.

Manfaat konsepsi
Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan

melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan


kesempatan bisa hamil.
Keuntungan

Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai


berikut:
1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari
resikokesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
6. Tidak memerlukan biaya.
7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang
berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama.
Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi.
Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan
metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan
di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan

dengan

metode simptothermal. Angka

kegagalan

penggunaan

metode

kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.

Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif


Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
a) Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel
sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
b) Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi,
diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan
masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
c) Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi
sendiri.
d) Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan
perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
e) Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya
perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur
menjadi tidak tepat.
Metode Suhu Basal
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat(tidur).Pengukuran suhu basal dilakukan
pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktifitas
lainnya.

Tujuan

pencatatan

suhu

basal

untuk

mengetahui

kapan

terjadinya.masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang


berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral,
per vagina,atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang
sama selama 5 menit.

Manfaat
Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun
kontrasepsi. Manfaat kontrasepsi. Metode suhu basal tubuh berguna bagi
pasangan yang menginginkan kehamilan. Manfaat kontrasepsi Metode suhu
basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan menghindari atau
mencegah kehamilan.
Efektifitas
6

Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan
berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat
keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan
per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15
kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih
efektif

apabila

seperti:kondom,

dikombinasikan
spermisida

dengan

ataupun

metode

metode

kontrasepsi

kalender

atau

lain

pantang

berkala(calender method or periodic abstinence).


Factor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh
1. Influensa atau infeksi traktus respiratorius lain.
2. Infeksi/penyakit lain yang meninggikan suhu badan.
3. Inflamasi lokal lidah, mulut atau daerah anus
4. Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk.
5. Jam tidur ireguler.
6. Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu basal
badan
7. Pemakaian selimut elektris.
8. Kegagalan membaca thermometer dengan tepat Penyakit.
9. Merokok dan atau minum alkohol.
10. Penggunaan obat-obatan
11. Stres
Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri
tentang masa subur/ovulasi.
2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi
masa ovulasi/masa subur.
3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan
untuk hamil.
4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa
subur/ovulasi sepertiperubahan lender servik.
5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.
Keterbatasan
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai
berikut:
1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur,
merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
4. Pengukuran suhu ubuh tharus dilakukan pada waktu yang sama.
7

5. Tidak mendeteksi awal masa subur.


6. Membutuhkanmasa pantang yang lama.
Teknik Penggunaan Metode suhu basal tubuh
Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
1. Umumnya digunakan thermometer khusus dengan kalibrasi yang
diperbesar (basal thermometer).
2. Pengukuran dilakukan secara: Oral

(3 menit) Rektal (1 menit)vagina (3

menit)
3. Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun
dari tempat tidur).
4. Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
5. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari
siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal dan
rendah dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau
biasanya.
6. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan
lain.
7. Tarik garis pada 0,05 derajat celcius 0,1 derajat celcius di atas suhu
tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung
(cover line) atau garis suhu.
8. Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut
suhu tubuh berada di atas garis pelindung/suhu basal.
9. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore
ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk
periodemasa tak subur).
10. Masa pantang untuk senggama pada metode3 suhu basal tubuh labih
panjang dari metode ovulasi billings
11. Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati
2. Senggama terputus (nanti cariii aa)
3. Kondom
Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet/lateks,
berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat
dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kebanyakan kondom
terbuat dari karet/lateks tipis, tetapi ada yang membuatnya dari jaringan hewan
(usus kambing) atau plastik.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom
adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang
8

ujung yang buntu berfungsi untuk menampung sperma. Diameternya 31-36,5


mm dan panjangnya 19 mm. kondom dilapisi dengan pelican yang
mempunyai sifat spermatisid.
a. Macam-macam Kondom
1) Kulit
Terbuat dari membrane usus biri-biri, tidak meregang atau mengkerut,
menjalarkan panas tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas
selama senggama. Harganya lebih mahal.
2) Lateks
Kondom ini paling banyak dipakai, elastis, dan murah.
3) Plastik
Kondom ini sangat tipis (0.025-0.035 mm), dapat menghantarkan panas
tubuh, dan lebih mahal dari kondom lateks.
b. Keuntungan Kondom
1) Mencegah kehamilan
2) Memberi perlindungan terhadap PHS (Penyakit akibat Hubungan Seks)
3) Dapat diandalkan
4) Tidak ada efek samping
5) Relatife murah
6) Sederhana, ringan, disposable, reversible
7) Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervise, atau follow up
8) Pria ikut secara aktif dalam program KB
c. Kerugian Kondom
1) Angka kegagalan relatife tinggi
2) Perlu menghentikan sementara aktifitas dan spontanitas hubungan seks guna
memasang kondom
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati, dan terus-menerus setiap senggama
(kurang praktis)
e. Cara penggunaan
1) Pada Pria
a) Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan, lalu dorong kondom
dengan jari keposisi bawah. Tujuannya agar tidak tersobek saat membuka
bungkusnya. Selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom.
b) Dorong kondom dari bawah agar keluar dari bungkusnya, kemudian
pegang kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada
disebelah luar.
c) Pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk agar tidak ada udara
yang masuk dan letakan pada kepala penis.
d) Pada saat kondom dipasang, penis harus dalam keadaan tegang (ereksi).
Pasanglah kondom dengan menggunkan telapak tangan untuk mendorong
gulungan kondom hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku
karena kondom dapat robek).
9

e) Setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan tahan
kondom dipangkal penis dengan jari agar kondom tidak lepas dan tidak
meninggalkan air mani di vagina.
f) Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar.
Kondom bekas langsung dibuang ke tempat yang seharusnya untuk
mencegah mengkontaminasi orang lain terutama anak-anak.
2) Barier Intra Vagina
Metode ini merupakan metode untuk menghalangi masuknya spermatozoa ke
dalam traktus genitalia interna wanita dan mematikan spermatozoa oleh
spermisidnya.
a. Keuntungan
1) Mencegah kehamilan
2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks
b. Kerugian
1) Angka kegagalan relatif tinggi
2) Aktifitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus-menerus pada setiap
senggama
c. Macam-macam Barier Intra Vagina
1) Diafragma (Diaphragma)
2) Kap Serviks (Cervical cap)
3) Spons (Sponge)
4) Kondom Wanita
Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra
Vagina harus dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang dapat
mempengaruhi efektivitas metode ini antara lain :
a) Paritas
b) Frekuensi senggama
c) Kemampuan untuk memakainya dengan benar
d) Kebiasaan-kebiasaan akseptor
e) Motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan
Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang
menggunakan metode ini yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom Syok Toksik (Toxic
Shock Syndrom / TSS) bila terjadi kelalaian dalam pemakaiannya. Sindrom ini
disebabkan oleh toxin yang dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. TSS
sering terjadi pada wanita yang memakai tampon (intra-vaginal) selama haid.
Calon akseptor metode Barier Intra Vagina harus diberi intruksi-intruksi untuk
mengurangi/mencegah risiko timbulnya TSS, yaitu antara lain :
1) Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya
2) Jangan biarkan metode ini lebih lama dari 24 jam
3) Jangan menggunakan metode ini pada saat haid, atau bila ada perdarahan pervaginaan, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah kondom)
10

4) Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6-12 minggu sebelum menggunakan


metode ini
5) Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS :
Demam
Muntah
Diare
Nyeri otot tubuh
Rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari)
6) Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis
7) Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi yang lain
4. KB Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di
Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang
praktis, harganya relatif murah dan aman.
Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan
kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya
pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula
bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB
hormonal selama maksimal 5 tahun.
-

Jenis Kb Suntik
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:

1. Suntikan / bulan ; contoh : cyclofem


2. Suntikan / 3 bulan ; contoh : Depoprovera, Depogeston.
- Cara Kerja
a. Menghalangi ovulasi (masa subur)
b. Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
c. Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim
d. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
e. Mengubah kecepatan transportasi sel telur.
Suntikan KB adalah suatu cairan berisi zat untuk mencegah kehamilan selama
jangka waktu tertentu (antara 1 3 bulan). Cairan tersebut merupakan hormon sistesis
progesteron. Pada saat ini terdapat dua macam suntikan KB, yaitu golongan progestin
seperti Depo-provera, Depo-geston, Depo Progestin, dan Noristat, dan golongan
kedua yaitu campuran progestin dan estrogen propionat, misalnya Cyclo Provera.
Hormon ini akan membuat lendir rahim menjadi kental, sehingga sel sperma tidak
dapat masuk ke rahim. Zat ini juga mencegah keluarnya sel telur (ovulasi) dan
membuat uterus (dinding rahim) tidak siap menerima hasil pembuahan
11

Hanafi Hartanto (1996) menjelaskan mekanisme kerja kontrasepsi suntik


dalam dua bagian, yaitu primer dan sekunder. Mekanisme primer adalah mencegah
ovulasi. Pada mekanisme ini, kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan
LH. Respons kelenjar hipofise terhadap gonadotropin-releasing hormon eksogenous
tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada di
hipofise. Ini berbeda dengan pil oral kombinasi (POK), yang tampaknya menghambat
ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hipofise. Penggunaan kontrasepsi
suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian KB Suntik Depoprovera, endometrium menjadi dangkal dan
atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi oedematous.
Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya,
sehingga tidak didapatkan atau hanya terdapat sedikit sekali jaringan bila dilakukan
biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam
waktu 90 hari setelah suntikan berakhir.
Pada mekanisme sekunder, lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga
merupakan barier terhadap spermatozoa. Mekanisme sekunder ini juga membuat
endometium kurang layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi. Mekanisme
ini mungkin juga mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii.
Pemberian hormon progestin akan menyebabkan pengentalan mukus serviks
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Hormon tersebut juga mencegah
pelepasan sel telur yang dikeluarkan tubuh wanita. Tanpa pelepasan sel telur, seorang
wanita tidak akan mungkin hamil. Selain itu pada penggunaan Depo Provera,
endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar.
Sedangkan hormon progestin dengan sedikit hormon estrogen akan merangsang
timbulnya haid setiap bulan.
-

Keuntungan
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan

angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin, 1996). Suntikan KB tidak
mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali Cyclofem. Suntikan KB mungkin
dapat melindungi ibu dari anemia (kurang darah), memberi perlindungan terhadap
radang panggul dan untuk pengobatan kanker bagian dalam rahim.
Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak
berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam tidak diperlukan pada
pemakaian awal, dan dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik perawat maupun
12

bidan. Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen tidak mempengaruhi


secara serius pada penyakit jantung dan reaksi penggumpalan darah. Oleh karena
tindakan dilakukan oleh tenaga medis/paramedis, peserta tidak perlu menyimpan obat
suntik, tidak perlu mengingat setiap hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan
suntikan berikutnya. Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan, hanya saja
peserta harus rutin kontrol setiap 1, 2 atau 3 bulan. Reaksi suntikan berlangsung
sangat cepat (kurang dri 24 jam), dan dapat digunakan oleh wanita tua di atas 35
tahun, kecuali Cyclofem.
-

Kerugian dan Efek Samping


a. Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang
b.
c.
d.
e.
f.
g.

banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.


Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang
Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan jerawat.
Efek yang terakhir dan efek peningkatan berat badan terjadi karena pengaruh

hormonal, yaitu progesterone. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi


untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk
menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga mempermudah perubahan
karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali efek sampingnya adalah penumpukan
lemak yang menyebabkan berat badan bertambah dan menurunnya gairah seksual.
Salah satu sifat lemak adalah sulit bereaksi atau berikatan dengan air, sehingga
organ yang mengandung banyak lemak cenderung mempunyai mempunyai
kandungan air yang sedikit / kering. Kondisi ini juga terjadi pada vagina sebagai
akibat sampingan dari hormon progesteron. Vagina menjadi kering, sehingga merasa
sakit (dispareuni) saat melakukan hubungan seksual, dan jika kondisi ini berlangsung
lama akan menimbulkan penurunan gairah atau disfungsi seksual pada wanita.
-

Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien menghendaki

pemakaian kontrasepsi jangka panjang, atau klien telah mempunyai cukup anak sesuai
harapan, tapi saat ini belum siap. Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang
menghendaki tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan
sanggama, atau klien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen, dan klien yang
13

sedang menyusui. Klien yang mendekati masa menopause, atau sedang menunggu
proses sterilisasi juga cocok menggunakan kontrasepsi suntik.
-

Kontra Indikasi
Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra indikasi

pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan KB suntik jika ibu
sedang hamil, ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan jantung, varises (urat
kaki keluar), mengidap tekanan darah tinggi, kanker payudara atau organ reproduksi,
atau menderita kencing manis. Selain itu, ibu yang merupakan perokok berat, sedang
dalam persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina, sakit kepala
sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan yang menjadi pantangan penggunaan
KB suntik ini
-

Cara Pemberian

a.

Waktu Pemberian

Setelah melahirkan : hari ke 3 5 pasca salin dan setelah ASI berproduksi


Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah

keguguran (asal ibu belum hamil lagi)


Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid

b.

Lokasi Penyuntikan

Daerah bokong/pantat
Daerah otot lengan atas

5. KB Pil
Kontrasepsi pil adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet,
mengandung hormone estrogen dan progesterone untuk mencegah kehamilan.
Kontrasepsi pil/oral secara umum terdiri dari dua jenis, yaitu :
1) Pil kombinasi
Jenis :
-

Monofasik

Bifasik

Trifasik
Manfaat dan keuntungan :
a. Memiliki efektivitas yang tinggi
b. Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
14

c. Tidak menganggu hubungan seksual


d. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah
anemia), tidak terjadi nyeri haid
e. Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan
f. Mudah dihentikan setiap saat
g. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
h. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
Kerugian ;
a. Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
b. Mual, terutama pada tiga bulan pertama
c. Perdarahan bercak, terutama tiga bulan pertama
d. Pusing
e. Nyeri payudara
f. Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat
badan justru memiliki dampak positif
g. Berhenti haid (Amenorhea), jarang pada pil kombinasi
h. Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI)
i. Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan
perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan
seks berkurang.
j. Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko
stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit
meningkat. Pada perempuan usia >35 tahun dan merokok perlu hati-hati
k. Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS

15

Waktu mulai menggunakan pil kombinasi :


a. Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak
hamil.
b. Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
c. Boleh menggunakan pada hari ke-8 tetapi perlu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke-8 sampai hari ke-14 atau
tidak melakukan hubungan seksual sampai ibu telah menghabiskan paket
pil tersebut
d. Setelah melahirkan :
-

Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif

Setelah 3 bulan dan tidak menyusui

Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)

e. Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin mengganti


dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu
haid
Instruksi Kepada Klien :
Catatan : Tunjukkan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan pesankan
untuk mengikuti panah yang menunjukkan deretan pil berikutnya :
1. Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap
hari
2. Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
3. Sangat diaanjurkan penggunaannya pada hari pertama haid
4. Pada paket 26 pil dianjurkan mulai minum pil placebo sesuai dengan hari
yang ada pada paket
5. Beberapa paket pil mempunyai 28 pil yang lain 21 pil bila paket 28 pil
habis sebaiknya anda mulai minum paket pil yang baru. Bila paket 21 pil
habis sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari
paket yang baru.
16

6. Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil ambillah pil
yang lain
7. Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam maka bila keadaan
memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan anda pil dapat diteruskan

2) Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)


Jenis minipil
-

Kemasan dengan isi 35 pil : 300g levonorgestrel atau 350g noretindron

Kemasan dengan isi 28 pil : 75g despgestrel

Manfaat/keuntungan dari Kontrasepsi Minipil :


-

Sangat efektif bila digunakan secara benar

Tidak menganggu hubungan seksual

Tidak mempengaruhi ASI

Kesuburan cepat kembali

Nyaman dam mudah digunakan

Sedikit efek samping

Dapat dihentikan setiap saat

Tidak mengandung estrogen

Kerugian :
-

Hampir 30-60% mengalam gangguan haid (perdarahan bercak, spotting,


amenorea)

Peningkatan/penurunan berat badan

Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama

Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar


17

Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat

Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan), tetapi


resiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak
menggunakan minipil

Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersama dengan obat


tubercolosis atau obat epilepsy

Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS

Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka), tetapi


sangat jarang terjadi.

Waktu mulai mengggunakan Minipil :


-

Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan
pencegahan dengan kontrasepsi lain

Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila
mengggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan
hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi
lain untuk 2 hari saja

Bila klien tidak haid (Amenorea), minipil dapat digunakan setiap saat, asal
saja diyakini tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual selama 2
hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja

Bila menyusui antara 6 minggu pasca persalinan dank lien telah mandapat
haid, minipil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid

Minipil diberikan segera pasca keguguran

Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin


menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera diberikan, bila saja
kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebut sedang
tidak hamil. Tiadk perlu menggunakan sampai datangnya haid berikutnya

18

Apabila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, minipil


diberikan pada jadwal suntikan yang berikutnya. Tidak diperlukan
penggunaan metode kontrasepsi yang lain

Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal dan ibu


tersebut ingin menggantinya dengan minipil, minipil diberikan pada hari
1-5 siklus haid dan tidak memerlukan metode kontrasepsi lain

Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunaakan adalah AKDR (termasuk


AKDR yang mengandung hormone), minipil dapat diberikan pada hari 15 siklus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR

Instruksi Kepada Klien :


-

Minum minipil setiap hari pada saat yang sama

Minum pil yang pertama pada hari pertama haid

Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, minumlah
pil yang lain, atau gunakan metode kontrasepsi lain bila klien berminat
melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya

Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil
tersebut begitu klien ingat. Gunakan metode pelindung selama 48 jam

Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa tersebut
sesegera klien ingat dan gunakan metode pelindung sampai 1 bulan

Walaupun klien belum haid, mulailah paket baru sehari setelah paket
terakhir habis

Bila haid klien teratur setiap bulan dan kemudian kehilangan 1 siklus
(tidak haid) atau bila merasa hamil, temui petugas klinik klien untuk
memeriksa uji kehamilan

Indikasi
Biasanya, bila pil KB diminum sesuai petunjuk, sel-sel telur dicegah
pematangannya sehingga tidak sampai pada keadaan dimana mereka dapat
dibuahi. Tambahan lagi, lendir leher larim tetap kental sehingga sperma pria
19

sukar untuk naik. Lebih dari itu, lapisan endometrium tidak dipersiapkan untuk
nidasi dari sel telur yang sudah dibuahi. Karena itu pil KB memberikan
perlindungan berganda terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan.
Kontra Indikasi
Kehamilan, gangguan fungsi hati yang hebat, penyakit kuning atau
rasagatal-gatal yang terus-menerus selama kehamilan sebelumnya, sindroma
Dubin-Johnson, sindroma Rotor, pernah atau sedang mengalami proses
troboembolik di arteri-arteri atau vena-vena dan keadaan dimana ada
kecenderungan kea rah penyakit-penyakit tersebut (misalnya gangguan system
pembekuan darah dengan kecenderungan menuju trobosis penyakit-penyakit
jantung tertentu), anemia sickle cell, adanya kanker payudara atau endometrium
yang masig di derita atau sedang diobati, diabetes berat, disertai perubahan
vascular, gangguan metabolism lemak, riwayat adanya herpes pada waktu
hamil, otosklerosis yang memburuk selama kehamilan.
6. KB Implant
Implant/susuk KB adalah kontrasepsi dengan cara memasukkan tabung kecil di
bawah kulit pada bagian tangan yang dilakukan olej dokter Anda. Tabung kecil
berisi hormon tersebut akan terlepas sedikit-sedikit, sehingga mencegah
kehamilan. Keuntungan memakai kontrasepsi ini, Anda tidak harus minum pil
atau suntik KB berkala. Proses pemasangan susuk KB ini cukup 1 kali untuk
masa pakai 2-5 tahun. Dan bilamana Anda berenca hamil, cukup melepas
implant ini kembali, efek samping yang ditimbulkan, antara lain menstruasi
tidak teratur.
Jenis-Jenis Implant dan Mekanisme Kerjanya
a.

Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,
dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama
kerjanya 5 tahun

b.

Implanon. Terdiri dari 1 batang lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan
diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya
3 tahun

c.

Jadena dan indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg


Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun

20

Adapun Mekanisme Kerjanya adalah :


a.

Mengentalkan lendir serviks sehingga menyulitkan penetrasi sperma

b.

Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok


untuk implantasi zygote

c.

Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.

d.

Mengurangi transportasi sperma.


Indikasi

1. Pemakaian KB yang jangka waktu lama.


2. Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu
dekat.
3. Tidak dapat memakai jenis KB yang lain.
Kontra Indikasi
1. Hamil atau diduga hamil, Pendarahan Vagina tanpa sebab.
2. Wanita dalam usia reproduksi.
3. Telah atau belum memiliki anak.
4. Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk Jadena).
5. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
6. Pasca persalinan dan tidak menyusui.
7. Pasca keguguran.
8. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap.
9. Riwayat kehamilan ektopik.
10. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau amenia
bulan sabit (sickle cell).
11. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
12. Sering lupa menggunakan pil.
13. Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya.
14. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
15. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
16. Miom uterus dan kanker payudara.
17. Gangguan toleransi glukosa.
Kelebihan
Banyak alasan dapat dikemukakan mengapa implant dikembangkan dan
diperkenalkan sebagai cara KB yang baru. Alasan-alasan tersebut antara lain :
21

1. Implant merupakan cara KB yang sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan
dapat mengembalikan kesuburan secara sempurna
2. Implant tidak merepotkan. Setelah pemasangan, akseptor tidak perlu melakukan
atau memikirkan apa-apa misalnya pada penggunaan pil
3. Sekali pasang, akseptor akan mendapatkan perlindungan selama 5 tahun
4. Implant cukup memuaskan. Tidak ada yang dimasukkan ke dalam vagina dan
tidak mengganggu kebahagiaan dalam hubungan seksual
5. Implant sangat mudah diangkat kembali. Bila seorang akseptor menginkan anak
lagi, kesuburannya dapat langsung kembali setelah norplant diangkat
6. Implant merupakan cara KB yang ideal bagi ibu yang tidak amau mempunyai
anak lagi, akan tetapi belum siap untuk melakukan sterilisasi (GUNAWAN, 1999).
Keuntungan dari metode ini adalah:
1. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
2. Tidak melakukan pemeriksaan dalam
3. Bebas dari pengaruh estrogen
4. Tidak mengganggu ASI
5. Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan
6. Perdarahan lebih ringan
7. Tidak menaikkan tekanan darah
8. Mengurangi nyeri haid
9. Mengurangi/ memperbaiki anemia
10. Melindungi terjadinya kanker endometrium
11. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
12. Melindungi diri dari beberapa penyakit radang panggul
Kekurangan
1. Timbul beberapa keluhan nyeri kepala, peningkatan/ penurunan berat badan, nyeri
payudara, perasaan mual, pusing kepala, perubahan mood atau kegelisahan.
2. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
3. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual, termasuk
HIV/AIDS
4. Efektifitasnya menurun jika menggunakan obat-obat tuberkulosis atau obat
epilepsi.
5. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per
tahun).
22

Efek Samping
1. Efek samping paling utama dari implant adalah perubahan pola haid, yang terjadi
pada kira-kira 6 % akseptor terutama selama 3-6 bulan pertama dari pemakaian.
2. Yang paling sering terjadi:
a.

Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus haid

b.

Perdarahan bercak (spotting)

c.

Berkurangnya panjang siklus haid

d.

Amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau


perdarahan bercak.

3. Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang


membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih sering daripada
biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.
4. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan berjalannya
waktu.
5. Perdarahan hebat jarang terjadi (Cahyani, 2009).
6. Perubahan dalam periode menstruasi merupakan keadaan yang paling sering
ditemui. Kadang-kadang ada akseptor yang mengalami kenaikan berat badan
(Gunawan, 1999).
1.2 PEMASANGAN IMPLANT\ (mungkin tdk tllu penting, tpi blm dihapus yo)
1. Pelaksanaan Pelayanan
Ruangan klinik pasien rawat jalan maupun ruang operasi cocok untuk
pemasangan maupun pencabutan implan.Bila mungkin,ruangan sebaiknya jauh dari
area yang sering digunakan (ramai) di klinik maupun di rumah sakit,serta harus:

Mamiliki pencahayaan yang cukup

Berlantai keramik atau semen sehingga mudah di bersihkan

Terbebas dari debu dan serangga

Memiliki ventilasi udara yang baik

Selain itu juga perlu ada fasilitas untuk mencuci tangan termasuk air bersih
dan mengalir (air kran dan lain-lain).

2. Pencegahan Infeksi

23

Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien setelah pemasangan maupun


pencabutan implan, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan dari
bebas infeksi. Untuk itu petugas perlu melakukan hal-hal sbb:
1) Meminta klien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan
dipasang implan dan membilasnya hingga tidak ada sabun yang tertinggal (sisa
sabun dapat mengurangi efektifitas beberapa anti septik). Langkah ini sangat
penting khususnya bila kebersihan klien.
2) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Untuk pemasangan dan
pencabutan batang, cuci tangan dengan sabun selama 5-10 detik kemudian bila
dengan air bersih yang mengalir sudah cukup.
3) Pakai kedua sarung tangan yang telah disterilisasi atau diDTT. (Gunakan
sepasang sarung tangan yang berbeda untuk tindakan guna menghindari
kontaminasi silang.
4) Siapkan daerah pemasangan dan pencabutan dengan kapas yang telah diberi anti
septik: gunakan forsep untuk mengusap kapas

tersebut pada daerah

pemasangan/pencabutan implan.
5) Setelah selesai pemasangan maupun pencabutan batang implan,dan sebelum
malepas sarung tangan, dekontaminasi instrumen dengan larutan clorin 0,5%.
Sebelum membuang atau merendam jarum dan alat suntik,isi dahulu dengan
larutan clorin. Setelah pemasangan, pisahkan plunger dari trokar. Darah kering
akan menyulitkan waktu memisahkan plunger dari trokar. Rendam selama 10
menit;kemudian bilas segera dengan air bersih.
6) Kain operasi (drape) harus dicuci sebelum digunakan kembali. Setelah dipakai,
taruh pada wadah kering dan bertutup.
7) Dengan tetap memakai sarung tangan, buang bahan-bahan terkontaminsi
(kassa,kapas,dll) kedalam wadah tertutuprapat atau kantong plastik yang tidak
bocor. Jarum dan alat suntik sekali pakai (disposable) harus dibuang kedalam
wadah yang tahan tusuk.
8) Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
clorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dari dalam ke luar.
3. Persiapan
a.

Persiapan Klien

24

Walaupun kulit dan instrumennya sulit untuk disterilisasi, pencucian dan


pemberian antiseptik pada daerah operasi tempat implan akan dipasang akan
mengurangi jumlah mikroorganisme di daerah kulit klien.kedua tindakan ini pada
kenyataannya sangat bermanfaat dalam mengurangi resiko terjadinya infeksi pada
insersi atau pencabutan implan Norplant.
b.

Peralatan dan Instrumen untuk Insersi


1) Meja periksa untuk berbaling klien.
2) Alat penyangga lengan (tambahan).
3) Batang implan dalam kantong.
4) kain penutup steril(disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok untuk tempat
meletakkan implan Norplant.
5) Pasang sarung tangan karet bebas bedak dan yang sudah steril (atau didisinfeksi
tingkat tinggi).
6) Sabun untuk mencuci tangan.
7) Larutan anti septik untuk disinfeksi kulit(mis,betadin atau sejenis gol povidon
iodin lainnya), lengkap dengan cawan/mangkok anti karat.
8) Zat anastesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin).
9) Semprit(5-10ml), dan jarum suntik (22G) ukuran 2,5 sampai 4 cm (1-1 1/2inch).
10) Trokar 10 dan madrin.
11) Skalpel 11 atau 15.
12) Kassa pembalut, band aid, atau plester.
13) Kassa steril dan pembalut.
14) Epinefrin untuk renjatan anafilaktik (harus tersedia untuk kaperluan darurat).
15) Klem penjepit atau forsep mosquito (tambahan).
16) Bak/tempat instrumen (tertutup).
4. Kunci Keberhasilan Pemasangan
1) Untuk tempat pemasangan kapsul,pilihlah lengan klien yang jarang digunakan.
2) Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan.
3) Pastikan kapsul-kapsul tersebut ditempatkan sedikitnya 8 cm diatas lipat siku,
didaerah media lengan.
4) Insisi untuk pemasangan harus kecil,hanya sekedar menembus kulit. Gunakan
kalpel atau trokar tajam untuk membuat insisi.

25

5) Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil, superfisisl tepat
dibawah kulit. Waktu memasang trokar jangan dipaksakan.
6) Ttrokar harus dapat mengangkat kulit setiap saat,untuk memastikan memastikan
pemasangan tepat dibawah kulit.
7) Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar dari trokar sebelum kapsul berikutnya
dipasang (untuk mencegah kerusakan kapsul sebelumnya,pegang kapsul
yangsudah terpasang tersebut dengan jari tengah dan masuk trokar pelan-pelan
disepanjang tepi jari tersebut).
8) Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung kapsul menonjol keluar atau
terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang
kembali dalam posisi yang tepat.
9) Jangan dicabut ujung trokar dari tempat insisi sebelum semua kapsul dipasang
dan periksa seluruh posisi kapsul. Hal ini untuk memastikan bahwa keenam
kapsul dipasang dalam posisi benar dan pada bidang yang sama dibawah kulit.
10) Kapsul pertama dan keenam harus membentuk sudut 75 derajat.
5. Persiapan Pemasangan
1) Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang mengalir
serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun menurunkan
efektivitas antisetik tertentu). Langkah ini sangat penting bila klien kurang
menjaga kebersihan dirinya untuk menjaga kesehatannya dan mencegah
penularan penyakit.
2) Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping bila ada)
dengan kain bersih.
3) Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan
(misalnya : lengan kiri) diletakkan pada lengan penyangga atau meja di samping.
Lengan harus disangga dengan baik dan dapat digerakkan lurus atau sedikit
bengkok sesuai dengan posisi yang disukai klinis untuk memudahkan
pemasangan.
4) Tentukan tempat pemasangan yang optimal 8 cm di atas lipatan siku.
5) Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di
dalamnya.
6) Buka dengan hati-hati kemasan steril implan dengan menarik kedua lapisan
pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul dalam mangkuk steril.Bila tidak ada
26

mangkuk steril, kapsul dapat diletakkan dalam mangkuk yang didisinfeksi tingkat
tinggi (DDT) atau pada baki tempat alat-alat. Pilihan lain adalah dengan
membuka sebagian kemasan dan mengambil kapsul satu demi satu dengan klem
steril atau DDT saat melakukan pemasangan. Jangan menyentuh bagian dalam
kemasan atau isinya kecuali dengan alat yang steril atau DDT.
6. Tindakan Sebelum Pemasangan
1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
2) Pakai sarung tangan steril atau DDT (ganti sarung tangan untuk setiap klien guna
mencegah kontaminasi silang).
3) Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul untuk
memstikan jumlahnya.
4) Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem steril atau DTT
untuk memegang kasa berantiseptik. (bila memegang kasa berantiseptik hanya
dengan tangan, hati-hati jangan sampai mengkontaminsai sarung tangan dengan
menyentuh kulit yang tidak steril). Mulai mengusap dari tempat yang akan
dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan
biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan. Hapus antiseptik
yanga berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat.
5) Bila ada guanakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi
lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat yang akan
dipasang kapsul. Dapat juga dengan menutupi lengan di bawah tempat
pemasangan dengan kain steril.
6) Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3
ml obat anestesi . Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama
memasang kapsul implant.
7) Masukkan jarum di bawah kulit pada tempat insisi, kemudian lakukan aspirasi
untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan
sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil di bawah kulit. Kemudian
tanpa memindahkan jarum, masukkan ke bawah kulit sekitar 4 cm. Hal ini akan
membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya. Kemudian tarik jarum
pelan-pelan sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anestesi
sebanyak 1 ml di antara tempat untuk memasang kapsul.
7. Pemasangan Kapsul
27

Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau skalpel untuk
memastikan obat anestesi telah bekerja.
1) Pegang skalpel dengan sudut 45, buat insisi dangkal hanya untuk sekedar
menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam.
2) Ingat kegunaan ke-2 tanda pada trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung yang
tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar,
a.

Dekat pangkal menunjukkan batas trokar dimasukkan ke bawah kulit sebelum


memasukkan setiap kapsul.

b.

Dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus tetap di bawah kulit setelah
memasang setiap kapsul.

3) Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong di dalamnya


masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau
kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat ujung
tajam seluruhnya berada di bawah kulit. Memasukkan trokar jangan dengan
paksaan. Jika terdapat tahanan coba dari sudut lainnya.
4) Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit angkat trokar ke atas sehingga kulit
terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat
pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari.
Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya
trokar akan lancar bila berada di bidang yang tepat di bawah kulit.
5) Saat trokar masuk sampai tanda (1) cabut pendorong dari trokar.
6) Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau
pinset atau klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar. Bila
kapsul diambil dengan tangan pastikan sarung tangan tersebut bebas dari bedak
atau pertikel lain.
7) Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai terasa
ada tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa.
8) Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangna untuk
menstabilkan. Terik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke
arah luka insisi sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya
menyentuh pegangan pendorong. Hal yang penting pada langkah ini adalah
menjaga pendorong tetap di tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke jaringan.

28

9) Saat pangkal menyentuh pegangan pendorong tanda (2) harus terlihat di tepi luka
insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit. Raba
ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari
trokar. Hal yang penting adalah kapsul bebas dari trokar untuk menghindari
terpotongnya kapsul saat trokar digerakkan untuk memasang kapsul berikutnya.
10) Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah laterla kanan
dan kembalikkan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama bebas.
Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk melakukan itu mula-mula
fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelanpelan sepanjang sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1). Hal ini akan
memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah trokar menusuk
kapsul yang dipasang sebelumnya. Bila tanda (1) sudah tercapai masukkan
kapsul berikutnya ke dalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya.
11) Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi atau
ekspulsi pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi
luka insisi.
12) Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya telah
terpasang.
13) Ujung dari semua kapsul harus tidak ada tepi luka insisi. Bila sebuah kapsul
keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan
dipasang kembali di tempat yang tepat.
14) Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa,
keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan
kasa selama 1 menit.
8. Tindakan Sebelum Pemasangan Kapsul
a.

Menutup luka insisi


1) Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kassa steril
untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidfak perlu dijahit karena dapat
menimbulkan jaringan parut.
2) Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk
hemostasis dan mengurangi memar (perdarahan subkutan).

b.

Perawatan klien

29

1) Buat catatan pada rekam medik pemasangan kapsul dan kejadiian tidak umum
yang mungkin terjadi selama pemasangan.
2) Amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka
insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk
perawatan luka insisi setelah pemaasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis.
2.2 PENCABUTAN IMPLANT
a. Pengangkatan Norplant dilakukan atas indikasi :
1) Atas permintaan akseptor (seperti ingin hamil lagi).
2) Timbulnya efeksamping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan
pengobatan biasa.
3) Sudah habis masa pakainya.
4) Terjadi kehamilan.
b. Prosedur pengangkatan
1) Alat-alat yang diperlukan: selain dari alat-alat yang diperlukan sewaktu
pemasangan kapsul Norplant diperlukan pula satu forceps lurus dan satu furseps
bengkok.
2) Tentukan lokasi kapsul Norplant (kapsul 1-6), kalau perlu kapsul di dorong
kearah tempat insisi akan dilakukan.
3) Daerah insisi di disinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril yang berlubang
4) Lakukan anastesi local.
5) Kemudian lakukan insisi selebar 5-7 mm ditempat yang paling dekat dengan
kapsul Norplant
6) Forceps dimasukan kedalam lubang insisi dan kapsul didorong dengan jari tangan
lain kearah ujung forceps, selanjutnya forceps dibuka lalu kapsul dijepit dengan
ujung forceps.
7) Selanjutnya kapsul yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan-pelan. Kalo perlu
dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari tangan lain. Adakalanya kapsul
sudah terbungkus dengan jaringan sekitarnya dalm hal ini dilakukan insisi pada
jaringan yang membungkus kapsul tersebut pelan-pelan sampai kapsul menjadi
bebas sehingga mudah menariknya keluar.

30

8) Lakukan prosedur ini beturut-turut untuk mengeuarkan kapsul kedua sampai


keenam. Jika sewaktu mengeluarkan kapsul terjadi perdarahan maka hentikan
terlebih dahulu perdarahannya.
9) Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak terjadi perdarahan tutup luka dengan
kassa steril kemudian di plester.
10) Pada umumnya tidak diperlukan jahitan pada kulit.
11) Informasikan kepada pemakai untuk tidak membasahi luka selama 3 hari.

7. AKDR
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah suatu alat untuk
mencegah suatu kehamilan yang efektif, aman dan refersibel yang terbuat dari
plastic atau logam kecil yang dimasukan dalam uterus melalui kanalis
servikalis (WHO, 2007).
AKDR merupakan suatu alat kontrasepsi yang dimasukan dalam rahim
terbuat dari bahan Polyethylene dilengkapi dengan benang nylon sehingga
mudah dikeluarkan dari dalam rahim (BKKBN, 2005).
Mekanisme Kerja AKDR
Mekanisme kerja yang pasti dari AKDR belum diketahui. Ada
beberapa mekanisme kerja AKDR yang meliputi :
1. Timbulnya reaksi radang local yang non spesifik di dalam cavum uteri
sehingga implansi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2. Produksi local prostaglandin yang meninggi yang menyebabkan
terhambatnya implansi.
3. Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplansi di dalam
endometrium
4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.
5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
6. AKDR juga mencegah spermatozoa membuahi sel telur (mencegah
fertilisasi). (Hartanto, 2004)

31

Macam-macam AKDR
Jenis AKDR yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
1. Copper-T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian


vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik
(Imbarwati, 2009)
2. Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan


pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2,
fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
(Imbarwati, 2009)

32

3. Multi load

IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung
bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga
jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009)
4. Lippes loop

Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung.


Untuk memudahkan kontrol diberi benang pada ekornya. Lippes Loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah, keuntungan lain dari
AKDR/IUD jenis ini adalah jarang terjadi luka atau porforasi, sebab
terbuat dari bahan plastik (Maryani, 2004).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai
10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral
yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur
tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD
dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga
(copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan
sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi, 2010).
33

Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan


dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim
dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan
progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk
kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010)
Efektifitas AKDR
Efektifitas tinggi walau masih terjadi 1- 3 kehamilan per 100 wanita
pertahun untuk AKDR umumnya, sedang untuk Lippes Loop 2 kehamilan
pertahun. Untuk second generation Cu AKDR < 1 kehamilan per 100 wanita
per tahun dan 1,4 kehamilan per 100 wanita setelah 6 tahun pemakaian
(Hartanto, 2004). Untuk AKDR yang berlapis tembaga sebaiknya diganti
setelah kurang lebih 4 tahun dipakai, karena makin lama efektifitasnya makin
menurun (BKKBN, 2006).
Indikasi
Indikasi pemasangan AKDR:
1. Usia reproduktif.
2. Pernah melahirkan dan mempunyai anak, serta ukuran rahim tidak kurang
dari 5 cm.
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
5. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
6. Resiko rendah dari IMS.
7. Tidak menghendaki metode hormonal.
8. Tidak ada kontraindikasi (Saifuddin, 2006).
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan
misalnya :
1. Perokok
2. Setelah keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya
infeksi
3. Sedang memakai antibiotik atau antikejang
34

4. Gemuk ataupun yang kurus


5. Sedang menyusui (Saifuddin, 2006).
Kontra Indikasi
Kontra indikasi pemasangan AKDR:
1. Kehamilan.
2. Penyakit inflamasi pelvic (PID/ Pelvic Inflammatory Disease).
3. Karcinoma servik atau uterus.
4. Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung karena penyakit ini
rentan terhadap endometritis bacterial.
5. Keberadaan miomata, malformasi

conginental,

atau

anomaly

perkembangan yang dapat mempengaruhi rongga uterus.


6. Diketahui atau dicurigai alergi terhadap tembaga atau penyakit Wilson
(penyakit genetik diturunkan yang mempengaruhi metabolisme tembaga
sehingga mengakibatakan penumpukan tembaga di berbagai organ dalam
tubuh).
7. Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde) berada diluar batas yang
ditetapkan pada petunjuk terbaru tentang memasukkan AKDR, uterus
harus terekam pada kedalaman 6- 9 cm pada paragard dan mirena.
8. Resiko tinggi penyakit menular sexual (pasangan sexual yang bergantiganti).
9. Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah
kehamilan ektopik, merupakan kontraindikasi hanya pada pengguna
AKDR hormonal.
10. Servikitis atau vasginitis akut (sampai diagnosis ditegakkan dan berhasil
diobati) .
11. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi (seperti pada terapi kostikostiroid
kronis, diabetes, HIV/AIDS, leukimia dan penyalah gunaan obat-obatan
IV.
12. Penyakit hati akut, meliputi hepatitis virus aktif atau tumor hati
merupakan kontraindikasi hanya pada pengguna AKDR hormonal.
13. Diketahui atau dicurigai terkena carsinoma payudara merupakan kontra
indikasi hanya pada pengguna AKDR hormonal.
14. Trombosis vena dalam / embolisme paru yang terjadi baru-baru ini
merupakan kontra indikasi hanya pada penggunaan AKDR hormonal.
15. Sakit kepala migren dengan gejala neurologis fokal merupakan kontra
indikasi hanya pada penggunaan AKDR hormonal (Varney, 2004).
Efek Samping
Efek samping dan komplikasi menurut Varney (2004) yaitu :
1. Bercak darah dan kram abdomen sesaat setelah pemasangan AKDR

35

2. Kram, nyeri punggung bagian bawah, atau kedua keadaan tersebut terjadi
bersamaan selama beberapa hari setelah pemasangan AKDR.
3. Nyeri berat yang berlanjut akibat kram perut.
4. Disminorhoe, terutama yang terjadi selama 1-3 bulan pertama setelah
pemasangan AKDR.
5. Perubahan / gangguan menstruasi (menorragia, metroragia, amenoroe,
oligomenorea).
6. Perdarahan berat atau berkepanjangan.
7. Anemia.
8. Benang AKDR hilang, terlalu panjang, terlalu pendek.
9. AKDR tertanam dalam endometrium atau miometrium.
10. AKDR terlepas spontan.
11. Kehamilan, baik AKDR masih tertanam dalam endometrium atau setelah
AKDR terlepas spontan tanpa diketahui.
12. Kehamilan ektopik.
13. Aborsi sespsis spontan
14. Perforasi servik atau uterus.
15. Kista ovarium hanya pada pengguna AKDR hormonal.
Keuntungan dan Kerugian
1. Keuntungan
a. AKDR yang mengandung Cu
1) Ekspulsi lebih jarang.
2) Kehilangan darah haid lebih sedikit, dapat lebih ditolerir oleh
wanita yang belum punya anak atau wanita dengan paritas rendah.
3) Ukuran tabung inserter lebih kecil.
b. AKDR yang mengandung hormonal dapat mengurangi volume darah
haid (dapat sampai dibawah tingkat prainsersi) (Hartanto, 2004).
c. Wanita yang menggunakan AKDR tidak memikirkan persiapan
kontrasepsi tiap hari atau setiap bulan (Varney, 2004).
2. Kerugian
a. Tidak ada alat kontrasepsi AKDR yang memberi perlindungan
terhadap HIV atau penyakit menular sexual (Varney, 2004).
b. AKDR yang mengandung Cu perlu diganti setelah pemakaian
beberapa tahun.
c. AKDR yang mengandung hormonal
1) Jauh lebih mahal dari pada Cu AKDR.
2) Harus di ganti setelah 18 bulan.Sering menimbulkan perdarahan
mid-siklus dan perdarahan bercak/ spotting
3) Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi (Hartanto, 2004).
2.1 Pemasangan AKDR
Prosedur Sebelum Pemasangan :
1. Lakukan prosedur asepsis secara ketat selama pemasangan .
2. Lihatlah serviks dengan speculum dan bersihkan dengan larutan antiseptic .
Pegang bibir anterior dengan tenakulum . Menarik tenakulum dengan hati36

hati mengurangi sudut antara kanalis servikalis dan rongga uterus dan
memudahkan pemasangan sonda uterus. Tenakulum harus tetap terpasang
sealama memasang Nova T supaya serviks tetap tertarik.
3. Masukkan sonda uterus melalui kanalis serviks ke dalam rongga uterus
sampai mencapai fundus. Setelah menentukan arah serta panjang kanalis
servikalis dan rongga uterus, siapkan Nova T untuk dipasang.
4. Lakukan pemasangan sesuai langkah 1-6.
Pemasangan
1. Langkah I
Setelah uterus diukur, buka separuh dari kemasan .
Pegang kedua ujung benang dan tarik alat secara hati-hati kedalam
tabung insersi sampai knop di ujung lengan horizontal menutupi lubang
tabung. Knop tidak perlu ditarik ke dalam tabung. Benang bisa putus
kalaau ditarik terlalu keras.
2. Langkah II
Luruskan flens berwarna kuning dengan satu tangan, tarik tabung
insersi sampai ujung bawah flens menunjukkan ukuran yang didapat dari
sonda uterus.
Pegang benang lurus di dalam tabung dengan satu tangan, masukkan
plunger (alat penghisap) ke dalam tabung insersi. Ini untuk memastikan
bahwa benang tidak tertekan pada alat oleh plunger.
Sebelum dipasang, tabungg dapat ditekuk untuk disesuaikan dengan
posisi uterus. Tetukan harus dilakukan ketika alat masih berada dalam
kemasan steril setelah memasukkan plunger kedalam tabung insersi.
3. Langkah III
Pastikan bahwa flens menunjukkan arah lengan horizontal akan
membuka di dalam uterus.
Keluarkan tabung insersi yang telah terisi dari kemasan. Masukkan
tabung insersi ke dalam uterus melalui kanalis servikalis sampai flens
menyentuh os servikal.
4. Langkah IV
Perhatikan bagian plunger yang kasar. Pegang plunger dengan erat dan
lepaskan lengan horizontal dari alat dengan menarik tabung insersi ke
bawah sampai ujungnya menyentuh bagian yang kasar.Jarak antara flens
dan os servikal sekarang sekitar 1,5 cm.
5. Langkah V
Pegang tabung dan plunger secara bersamaan, tekan alat secara hatihati sampai flens menyentuh os servikal lagi.
6. Langkah VI
Pegang plunger dengan erat, keluarkan alat dari tabung insersi
seluruhnya dengan menarik tabung ke bawah sampai cincin dari plunger.
Supaya alat tidak bergeser dari posisi fundus, pertama-tama lepaskan
plunger sambil terus menahan tabung insersi, kemudian keluakan tabung
insersi.
Gunting benang sampai tersisa 2-3 cm terlihat di luar serviks.
1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak hamil
2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
37

3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu


setelah persalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL).
4. Setelah abortus/ keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi.
5. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
(Saifuddin, 2006).
2.2 Pencabutan AKDR
2.3 Petugas harus siap ditempat
2.4 Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
2.5 Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
2.6 Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang
ditentukan :
a) Meja dengan alas duk steril.
b) Sarung tangan kanan dan kiri
c) Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.
d) Cocor bebek / speculum
e) Tampon tang
f) Tutup duk steril
g) Bengkok
h) Lampu
i) Timbangan berat badan
j) Tensimeter
k) Stetoskop
Langkah-langkah
1. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek
samping dan cara menanggulangi efek samping.
2. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur
tensimeter.
4. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
5. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan
posisi Lithomi.
6. Bersihkan vagina dengan Lysol
7. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi
uterus.
8. Pasang speculum sym.
9. Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang
10. Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan
11. Pasien dirapikan kembali
12. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi /
dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus control
13. Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai dengan
nota
Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
2.11Jadwal Kontrol Ulang
38

Pengawasan ginekologi terhadap akseptor AKDR dilakukan satu


minggu setelah pemasangan, satu bulan setelah pemasangan, kemudian setiap
tiga bulan sekali (Wiknjosastro, 2006). Wanita dianjurkan untuk kembali
kapan saja bila ingin mendiskusikan tentang efek samping atau masalah
lainnya atau jika wanita tersebut ingin ingin metode kontrasepsi. Pada
pengguna AKDR sangat tinggi kemungkinan untuk terjadinya ekspulsi (lepas),
jadi diperlukan frekwensi kunjungan ulang yang lebih banyak (Varney, 2004)
8. Tubektomi dan Vasektomi
Tubektomi
Kontrasepsi ini bisa disebut juga kontrasepsi mantap pada wanita disebut
Tubektomi, yaitu tindakan memotong Tuba Fallopi/Tuba Uterina. (Pelayanan
Keluarga Berencana, 2010:157).
Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan Tuba Uterine dengan
maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang
sampai seumur hidup. (Pelayanan Keluarga Berencana, 2010:157).
Kelebihan dari Tubektomi
Adapun kelebihan dari tubektomi adalah sebagai berikut :
a. Efektivitas hampir 100%
Indeks efektivitas sterilisasi (disebut indeks mutiara) adalah 0,5-1. Nilai ini
menunjukkan jumlah kehamilan yang tidakdiinginkan pada 100 wanita yang
menggunakan metode kontrasepsi itu selama setahun. Artinya, hanya ada
satu kehmilan yang tidak diinginkan per 1000-2000 wanita yang telah di
sterilisasi. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba faloppi wanita
kembali menyambung setelah dipotong atau di tutup.
b. Tidak mempengaruhi libido seksualis.
c. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.
d. Tidak mempengaruhi proses menyusui.
e. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang
seirus,
f. Tidak ada efek samping dalam jangka waktu panjang.
g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.
39

Kekurangan dari Tubektomi


Adapun kekurangan dari Tubektomi adalah resiko dan efek samping
pembedahan.
Resiko sterilisasi, seperti halnya operasi lainnya, terutama berkaitan dengan
anastesi. Ahli bedah juga dapat tanpa sengaja merusak ligament peritoneal
selama operasi. Jika ligament peritoneal rusak, produksi hormone pada ovarium
menurun dan menopause bisa dimulai dini. Potensi komplikasi lainnya (sangat
jarang) adalah kehamilan ektopik dan gangguan menstruasi. Kadang-kadang
sedikit merasakan nyeri pada saat operasi. Infeksi mungkin saja terjadi, bila
prosedur operasi tidak benar. Kesuburan sulit krmbali.
Karena metode tubektomi merupakan kontrasepsi permanen, sebelum
mengambil keputusan untuk tubektomi, istri dan suami terlebih dahulu harus
mempertimbangkannya secara matang. Meskipun saluran telur yang tadinya
dipotong atau diikat dapat disambung kembali, namun tingkat keberhasilan
untuk hamil lagi sangat kecil.
Indikasi dan Kontra Indikasi Tubektomi
1. Indikasi
Seminar kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta (18-19 Desember 1972)
mengambil keputusan, sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada
wanita yang memenuhi syarat-syarat berikut :
a. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup.
b. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup.
c. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup.
Pada konferensi khusus perempuan untuk sterilisasi sukarela di Indonesia
di medan (3-5 juni 1976) di anjurkan pada umur 25-40 tahun dengan
jumlah anak sebagai berikut :
a. Umur antara 25-30 tahun dengan 3 anak atau lebih.
b. Umur antara 30-35 tahun dengan 2 anak atau lebih.
40

c. Umur antara 35-40 tahun dengan 2 anak atau lebih.


2. Kontra Indikasi
Adapun kontraindikasi dari tubektomi adalah :
a. Hamil
b. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
c. Infeksi sistemk atau pelvic yang akut
d. Belum memberikan persetujuan tertulis tidak boleh menjalankan
operasi
e. Usia di bawah 30 tahun yang belum dan masih ingin memiliki anak
Sterilisasi seharusnya ditawarkam pada wanita di bawah 30 tahun hanya
dalam keadaan yang sangat khusus.
Waktu dan Tempat pelaksanaan Tuba Faloppi
1. Waktu Pelaksanaan tubektomi
Adapun waktu pelaksanaan tubektomi adalah ;
a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara
rasional klien tidak hamil.
b. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
c. Pasca persalinan.
d. Pasca keguguran.
Pasca keguguran, pasca persalinan atau masa interval. Pasca
persalinan dianjurkan 24 jam atau selambat-lambatnya dalam 48
jam setelah bersalin.
Adapun waktu pelaksanaan tubektomi adalah:
a. Saat melakukan sectio caesaria.
b. Setelah abortus.
c. Setelah bersalin.
41

Tubektomi post partumdilakukan 1 hari setelah partus.


d. Setiap saat yang diinginkan.
2. Tempat memperoleh pelayanan tubektomi.
Pelayanan penyakit dapat diperoleh dirumah sakitdan klinik KB yang
terstandar untuk melakukan tindakan pembedahan.
Cara sterilisasi.
Tuba

falopi

adalah

saluran

sepanjang

sekitar

10cm

yang

menghubungkan ovarium dan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan
dari ovarium dan bergerak menuju uterus. Bila ada sperma di tuba falopi,
ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang kemudian melekat di uterus.
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi
yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan
ujung-ujungnya di tutup dengan cincin atau dibakar (cauter). Metode lain yang
tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau menjepit saluran
tuba falopi (tubal ring/ t6ubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat
terjangkau sel sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan anastesi
umum atau local (spinal/ epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu
berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil
bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sayatan kecil diperut untuk
menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk
memasukkan alat pemotong tuba falopi biasanya, ujung-ujung tuba falopi
kemudian ditutup dengan sebuah jepitan. Cara yang lebih tradisional yang
disebut laparatomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan
yang lebih besar.
Sterilisasi dapat dilakukan kapan saja, termasuk setelah persalinan atau
bersamaan dengan prosedur pembedahan perut yang lain, seperti operasi
Caesar.
Langkah-langkah persiapan pelayanan kontap wanita (mow) adalah:
a. Sebelum menjalani tindakan, lakukan puasa mulai tengah malam, atau
sekurang-kurangnya 6jam sebelum operasi.

42

b. Mencukur rambut kemaluan dan rambut diperut bagian bawah antar


pusar dan tulang kemaluan sampai bersih.
c. Bawalah surat persetujuan dari suami yang telah ditanda tangani atau
di cap jempol.
d. Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu.
e. Dating ke klinik tempat operasi tepat pada waktunya ditemani oleh
suami atau anggota keluarga, langsung segera melapor ke petugas.
Akseptor telah selesai menjalani pemasangan kontap wanaita/MOW harus
melakukan hal sebagaia berikut:
a. Istirahat secukupnya.
b. Minumlah obat sesuai dengan anjuran.
c. Tujuh hari setelah tindakan operasi dianjurkan tidak melakukan
pekerjaan berat, kemudian secara bertahap boleh bekerja seperti biasa.
d. Perawatan luka, bekas luka operasi harus selalu bersih dan kering.
e. Kalau ada keluhan, muntah yang hebat, nyeri perut, sesak napas,
pendarahan, demam, segera kembali ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat segera.
f. Koitus boleh dilakukan setelah 1 minggu (setelah luka kering).
g. Control untuk pemeriksaan diri setelah satu minggu, satu bulan, 3
bulan, dan setahun, atau bila ada keluhan.

A. Langkah-langkah tubektomi.
1. Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba.
Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba atua tindakan mencapai
tuba dapat dilakukan dengan cara:
a. Laparatomi.
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna
tubektomi. Disini penutupan tuba dijalankan sebagai tindakan
tambahan apabila wanita yang bersangkutan perlu dibedag untuk
43

keperluan lainnya. Misalnya pada wanita yang perlu section caesaria,


kadang-kadang tuba kanan dan kiri ditutup apabila tidak diinginkan
lagi kehamilan.
b. Laparatomi post partum.
Laparatomi ini dilakukan satu hari post partum. Keuntungannya
ialah waktu perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk
perawatan pasca operasi, dank arena uterus masih besar, cukup
dilakukan sayatan kecil dekat fundus uteri untuk mencapai tuba kanan
dan kiri. Sayatan yang dilakukan dengan panjang sayatan semi lunar
(bulan sabit) digaris tengah distal dari pusat dengan panjang kurang
lebih 3cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan cara
pomeroy.
c. Minilaparatomi.
Laparatomi mini dilakukan dalam masa interval. Sayatan dibuat
digaris tengah di atas simpisis sepanjang 3cm pada daerah perut bawah
(supra pubik) maupun subumbilikal pada linkar pusat bawahsampai
menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba dimasukkan alat khusus
(elevator uterus) kedalam kavum uterus. Dengan bantuan uterus
bilamana dalam retrofleksi dijadikan letak antrofleksi dahulu dan
kemudian di dorong kedalam lunagn sayatan.
d. Laparaskopi.
Mula-mula dipasang cunam service pada bibir depan portiu uteri,
dengan maksud upaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal itu
diperlukan pada waktu laparaskopi. Setelah dilakukan persiapan
seperlunya, dibuat sayatan kulit dibawah pusat sepanjang lebih 1cm.
kemudian ditempat luka tersebut dilakukan pungsi sampai rongga
perineum dengan jarum khusus (jarum veres), dan melalui jarum itu
dibuat pneumoperitoneom dengan memasukkan CO2 sebanyak 1-3
liter dengan kecepatan 1 liter per menit. Setelah pneumoperitoneom di
rasa cukup, jarum veres dikeluarkan dan sebagai gantinya dimasukkan
troika (dengan tabungnya). Untuk memudahkan penglihatan uterus dan
adneks, klien diletakkan dalam posisi tredelenburg dan uterus
digerakkan melalui cunam serviks pada potio uteri.
Kemudian, dengan cunam yang masuk dalam rongga peritoneum
bersama-sama dengan laparaskop, tuba dijepit dan dilakukan
penutupan tuba dengan kauterisasi, atau memasang cincin pada tuba
yaitu cincin yoon atau cincin falope atau cliphhulka. Berhubungan
dengan kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi,
sekarang lebih banyak dilakukan cara-cara yang lain. Teknik ini dapat
dilakukan pada 6-8 minggu pasca persalinan atau setelah abortus (tanpa
komplikasi).
e. Kuldoskopi.
Wanita ditempatkan pada posisi menungging (genopektoral) dan
setelah speculum dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit
dan uterus ditarik keluar dan agak keatas, tampak kavumdouglasi
44

mekar diantara ligamentum sakro- uterinum kanan dan kiri sebagai


tanda tidak ada pelekatan. Dilakukan pungsi dengan menggunakan
jarum touhy dibelakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara
masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Dan setelah jarum
diangkat, lubang diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldoskop.
Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan atneksa dan cunam khusus
tuba dijepit dan ditarik keluar untuk dilakukan penutupannya dengan
cara pomeroy, dan dengan cara kroener, kauterisasi atau pemasangan
cincin falope.

2. Cara penutupan tuba.


Oklusi/ penutupan tuba falopi dilakukan berdasarkan:
a. Tempat oklusi tuba falopi.
Oklusi/ penutupan tuba falopi dapat dilakukan pada bagian:
Infundibulum (bagian distal/ fimbrae).

Ampulla atau isthmus ( bagian tengah).

Interstitial ( dekat utero-tubaljungtion).

b. Cara oklusi tuba falopi adalah dengan :

Cara madlener.

Bagian tengah dari tuba diangkat denagn cunam pean, sehingga


terbentuk suaatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan
tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu
diikat dengan benang yang tidak dapat diserap. Pada cara ini tidak
dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara madlener tidak
dilakukan lagi karena angka kegagalanya relative tinggi, yaitu 1-3
%.
Cara pomeroy.

Cara pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan


mengangkat bagian tengah tuba sehingga membentum suatu lipatan
terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat
diserap, tuba diatas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat
diserap maka ujung-ujung tuba terpisah satu sama lain. Angka
kegagalan berkisar antara 0 - 0,4%.
Cara irving.

Pada cara ini tuba dipotong diantara dua ikatan benang yang dapat
diserap, ujung proksimal dari tuba ditnamkan kedalam niometrium,
sedangkan ujung distel ditanamkan kedalam ligamentum latum.
Cara adrige.

45

Peritoneum dari ligamentum dibuka dan kemudian tuba bagian


distal bersama-sama dengan fimbrae di tanam kedalam ligamentum
latum.
Cara uchida.
Pada cara ini tuba ditarik keluar abdomen melalui suatu insisis
kecil (minilaparatomi) diatas simpisis pubis. Kemudian diantara
ampulatuba dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air
garam dibawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosapling di
daerah tersebut mengembum. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah
yang kembum tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang
kira-kira 4-5cm , tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat,
digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan
sendirinya dibawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal
dibiarkan berada diluar serosa. Angka kegagalan cara ini adalah
0%.

Cara kroener.

Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu


ikatan dengan benang sutra dibuat melalui bagian mesosalfing
dibawah fimbria. Jahitan ini diikat 2 kali, satu mengelilingi tuba
dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan
sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Setelah pasti tidak ada
pendarahan, maka tuba dikembalikan kedalam rongga perut.
Teknik ini paling banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara
lain ialah sangat kecil kemungkinan kesalahan mengikat
ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
Pemasangan cincin falofe.

Dengnan aplikator, bagian ismus tuba ditarik dan cincin dipasang


pada bagian tersebut. Sesduah terpasang lipatan tuba tampak
keputih-putihan oleh karena tidak mendapat suplai darah lagi dan
akan menjadi fibrotic.
Pemasangan clip.
Clipfilshine mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tua
yang edema. Cliphuka-clemens digunakan dengan cara menjepit
tuba. Oleh karena tidak memperpendek panjang tuba maka
rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan

46

Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas pria
dengan jalan melakukan okulasi vasa deferensia sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
Ada beberapa macam metode untuk menutup vas deferens, yang pada waktu ini
-

masih dinilai kemantapannya, antara lain:


Menjepit vas deferens dengan klip (jepitan) dari tantalum.
Mengadakan kauterisasi/fulturasi kedua ujung.
Menyuntik vas deferens dengan sclerotizing agent (zat yang menyebabkan
sklerosis), sehingga jadi buntu, misalnya dengan formalin, fenol dan lain-lain

dilakukan bisa tanpa operasi.


Menutup vas deferens dengan tutp semacam jarum.
Hanya mengikat vas deferens.
Kombinasi antara dua metode, misalnya mengikat dan kauterisa
Bentuk-bentuk pembedahan Vasektomi
a) Vasektomi Dengan Pisau
Vasektomi konvensional seperti yang telah dijelaskan diatas.
b) Vasektomi Tanpa Pisau (No Scalpel Vasectomy Contraseptive for mens)
Seiring perkembangan teknologi, vasektomi sekarang lebih mudah dan cepat
dilakukan, yaitu dengan vasektomi tanpa pisau (VTP). Untuk menghindari
atau rasa takut calon ekseptor ontapp-pria akan tindakan opresi (yang pada
umumnya dengan menggunakan pisau operasi) dan juga untuk lebih
menggalakan penerimaan/pelaksanaan kontap-pria, di Indonesia sekarang
telah dieperkenalkan dan dilaksanakan metode vasektomi tanpa pisau (VTP).
Prosedur VTP :
- Persiapan pra-operasi
Cukur rambut pubis,untuk lebih menjamin sterislisasi
Tidak perlu puasa sebelumnya
-

Mencari, mengenal, dan filsasi vas deferens kemudian dicepit dengan klem

khusus yang ujungnya berbentuk tang catut, lalu disuntikan anastesi lokal.
Dilakukan penususkan pada garis tengah skrotum dengna alat berujung
bengkok dan tajam untuk membuat luka kecil yang kemudian diperlebar
sekitar 0,5 cm. Kemudian akan terlihat vas deferens yang liat dan keras
seperti kawat baja. Selaput pembungkus vas deferens dibuka secara hatihati. Setelah pembungkus disisihkan ditepi, akan tampak jelas saluran

serma (vas deferens) yang berwarna putih mengkilap bagai mutiara.


Selanjutnya dilakukan okulisi vas deferens dengan ligasi+reseksi suatu
segmen vas deferens
47

Penutup luka operasi

Kentungan dan Kerugian Vasektomi.


1. Keuntungan Vasektomi:
Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual, produksi hormon.
Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi.
Dapat digunakan seumur hidup.
Tidak menggangugu kehidupan seksual suami istri.
Tidak mengganggu produksi ASI (untuk kontap wanita).
Lebih aman (keluhan lebih sedikit)
Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan)
Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil)
Lebih ekonomis (hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan)
Tidak ada mortalitas/kematian.
Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Tidak ada resiko kesehatan.
Sifatnya permanen.
2. Kerugian vasektomi:
Memerlukan operasi bedah
Prosedur ini hanya untuk pasangan yang sudah memutuskan untuk tidak akan
punya anak lagi.
Harus dengan tindakan pembedahan.
Harus memakai kontrasepsi lain (kondom) selama beberapa hari atau minggu
sampai sel mani menjadi negatif.
Tidak dapat dilakukan dengan orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.
E. Resiko Operasi Vasektomi Untuk Kesehatan Pria
Lelaki yang telah melakukan vasektomi pada umumnya mengeluhkan terjadi rasa
nyeri pada wilayah kulit yang baru saja dijahit dalam kurun waktu beberapa hari
pasca oprasi kecil ini. Namun Anda jangan khawatir karena rasa nyeri ini akan
berangsur-angsur hilang dalam waktu beberapa hari.
Ada tips khusus yang bisa Anda coba untuk mengurangi rasa nyeri pasca
vasektomi. Yaitu dengan cara mengompres daerah sekitar kantong buah zakar dengan
es batu setelah 24 jam masa operasi. Cara ini terbilang klasik namun bisa meredakan
efek nyeri yang ditimbulkan vasektomi. Bila nyeri pasca vasektomi masih berlanjut
sampai beberapa minggu, anda sebaiknya menghubungi dokter untuk memeriksa
apakah ada masalah serius pada saluran sel sperma Anda.
Selama ini tidak ada efek buruk vasektomi yang mempengaruhi kehidupan seks
seorang pria. Jadi tidak menimbulkan impotent pada penis, karena yang diputus
48

salurannya hanyalah sel sperma penyebab wanita hamil, bukan cairan seminal dan
getah prostat. Dalam paragraf di atas sudah dijelaskan bahwa air mani hanya
berkurang 5 persen dari kondisi biasanya. Pengurangan sedikit air mani tidak akan
mempengaruhi kepuasan seks secara menyeluruh.
Terputusnya saluran sel sperma pria berarti tidak semua air mani dikeluarkan. Ini
artinya dalam tubuh pria masih mengandung lebih banyak hormon adrenalin yang
mempengaruhi sifat jantan. Dengan volume adrenalin yang lebih banyak dari
biasanya, maka bisa dipastikan seorang pria akan memiliki daya dorong seks yang
lebih kuat dari kondisi normal.
F. Resiko Melakukan Vasektomi
Sejauh ini belum ada laporan resmi mengenai dampak buruk vasektomi pada pria.
Seperti telah dijelaskan dalam paragraf di atas, keluhan terjadinya pembengkakan bisa
diatasi dengan jalan mengompres 24 jam pasca operasi. Vasektomi merupakan operasi
kecil layaknya sunat, sehingga resiko yang terjadi sangat kecil. Kalaupun terjadi
pembengkakan dalam waktu lama, hal tersebut biasanya terjadi akibat pria telah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa vasektomi mengakibatkan pria tidak
bisa menghamili wanita untuk selamanya. Ada kalanya pasangan suami isteri muda
salah memprogram membuat anak sehingga suami terlanjur vasektomi dan tidak bisa
memiliki anak lagi. Oleh karena itu, keputusan vasektomi harus benar-benar
dipertimbangan dengan matang karena menyangkut kelestarian anggota keluarga.
Bagaimana dengan sel sperma yang tidak disalurkan selama berhubungan badan?
Apakah sel sperma tersebut akan merusak kesehatan badan? Tim medis menjelaskan
bahwa sel sperma yang tidak keluarkan sebagian besar akan diserap kembali oleh
tubuh dalam bentuk energi. Jadi dalam hal ini sel sperma tidak akan membahayakan
kesehatan pria dan pria tetap bisa menikmati seks.

KEBANYAKAANN??? =D

49

Anda mungkin juga menyukai