LAPORAN KASUS
A.
B.
Identitas Pasien
Nama/Jenis Kelamin/Umur
Pekerjaan orang tua
Alamat
C.
Keluhan Utama:
Os mengeluh di bagian bawah mata kanannya bengkak sejak kemarin sore.
D.
Keluhan Tambahan:
Kadang terasa nyeri dan gatal pada bagian bawah mata kanannya.
E.
Mata
kadang berair, namun tidak banyak. Ibu pasien menyangka bahwa bengkak
pada mata anaknya tersebut akan hilang dengan sendirinya besok.
Namun keesokan paginya, keluhan tersebut masih dirasakan oleh anaknya.
Dan ibu pasien mengkompres mata anaknya dengan air hangat. Meskipun
demikian, karena takut tidak ada perbaikan, maka siang ini Ibu pasien
membawa pasien ke Puskesmas untuk berobat. Mata kiri tidak ada keluhan.
F.
H.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Keadaan umum
Kesadaran
Suhu
Nadi
Pernafasan
Berat Badan
Tinggi Badan
: normocephal, simetris
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
2. Leher
3. Thorax
Pulmo
Gusi
Lidah
Tonsil
Faring
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
I. Status Oftalmikus
Pemeriksaan
Visus
Posisi
OD
Tidak diperiksa
Kedudukan Bola Mata
Ortoforia
OS
Tidak diperiksa
Ortoforia
- Duksi
- Versi
Baik
Baik
Jernih
Superior
Baik
Baik
jernih
jernih
Konjungtiva
Palpebra
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
laserasi (-), benjolan (-)
Inferior
Jernih,
Konjungtiva
Konjungtiva
tarsus Hiperemis (-), Anemis (-), Hiperemis (-), Anemis (-),
superior
Konjungtiva
Papil (-), folikel (-), lytiasis Papil (-), folikel (-), lytiasis
(-)
tarsus Hiperemis
(+)
(-)
minimal, Hiperemis (-), Anemis (-),
inferior
Anemis (-), Papil (-), folikel Papil (-), folikel (-), lytiasis
Konjungtiva bulbi
konjungtiva
(-),
Silier
jar.
Edema
Ulkus
Perforasi
Makula
Leukoria
Pigmen iris
Laserasi
Bekas jahitan
Jaringan fibrovaskuler
Arcus sinilis
Bekas jahitan
Jaringan fibrovaskuler
Sklera biru
Episkleritis
Skleritis
Warna
Prolaps
(-),
Limbus Kornea
Sklera
-
Iris
Cokelat Kehitaman
Cokelat Kehitaman
Bentuk
Pupil
Bulat
Bulat
Isokoria
Isokor
Isokor
Ukuran
3 mm
3 mm
4
RCL
RCTL
Kejernihan
J.
+
Lensa
Jernih
+
Jernih
Diagnosa
Hordeolum Eksterna OD
K.
L.
Diagnosis Banding
Kalazion
Selulitis Preseptal
Manajemen
Non medikamentosa
-
Edukasi kepada orang tua pasien bahwa keluhan ini akan sembuh
lebih serius.
Hindari pemakaian bedak pada mata, karena kemungkinan hal itu
menjadi penyebab infeksi.
Medikamentosa
-
Resep
DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
PUSKESMAS TALANG BAKUNG
R/
No. I
R/
No. I
S3dd S.u.e OD
Pro
: An. A
Umur : 4 tahun 8 bulan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar
keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior
berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil
dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5
cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah
fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian
orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum
orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus
superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.Retraktor
palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot rangka
adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke
depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam
yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior).
Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang
menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan
berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos
dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus
rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh
darah
yang
B. Definisi2,3
Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi
kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri.
Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar
kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll.
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
hordeolum interna terjadi peradangan pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum
interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian
dalam). Hordeolum eksterna terjadi peradangan pada kelenjar Zies dan kelenjar
Moll. Benjolan ini Nampak dari luar pada kulit kelopak mata (palpebra).
Hordeolum interna
Hordeolum eksterna
C. Epidemiologi2,3
Data
epidemiologi
internasional
menyebutkan
bahwa
hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan.
Insidensi tidak bergantungan dengan ras dan jenis kelamin. Dapat mengenai
semua usia, tapi lebih sering menyerang pada dewasa muda.
D. Faktor Risiko2,4
Adapun beberapa hal yang menjadi faktor resiko dari hordeolum adalah
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Penyakit kronik.
Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
Diabetes.
Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
Riwayat hordeolum sebelumnya.
Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.
Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
9
E. Etiologi3,4
Hordeolum
merupakan
infeksi
yang
disebabkan
oleh
bakteri
10
11
12
BAB III
ANALISA KASUS
13
sabun bayi.
Hindari menekan hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang
lebih serius.
Hindari pemakaian bedak pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi
penyebab infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
14
3. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.
4. PERDAMI. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan Mahasiswa
Kedokteran.Jakarta. 2002.
5. Amir Syarif dkk. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
6. Katzung BG. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: EGC.
Lampiran
15
16