Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Diagnosis pneumonia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta


pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini, diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Pada anamnesis, didapatkan tidak mau menyusu, batuk dan demam. Awalnya
dikeluhkan batuk-batuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk disertai dahak
yang sulit dikeluarkan setelah itu baru timbul sesak. Sesak berupa napas yang cepat dan
dalam, sesak dirasakan terus menerus, tapi tidak sampai membuat mulut bayi membiru.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat kesulitan dalam bernapas
terutama saat inspirasi yang menyebabkan terjadinya peningkatan usaha napas yang
ditandai dengan penggunaan otot bantu pernapasan.
Diagnosis yang dapat dipikirkan berdasarkan adanya keluhan tidak mau nyusu,
batuk, demam serta sesak napas pasien antara lain pneumonia, bronkiolitis dan sepsis.
Kondisi lain yang dapat menyebabkan sesak dapat disingkirkan, seperti asma,
tuberkulosis paru, dan aspirasi benda asing dapat disingkirkan.

Asma dapat disingkirkan karena gejala batuk yang dialami pasien adalah
batuk berdahak dimana asma memberikan gejala batuk kering, tidak
terdapatnya bunyi ngik-ngik ketika pasien mengalami sesak, tidak ada
waktu spesifik maupun faktor pemicu sesak napas pada pasien.

Tuberkulosis paru dapat disingkirkan atas dasar onset penyakit pasien


yang akut dan pasien tidak memiliki riwayat kontak dengan orang dewasa
yang memiliki tuberkulosis paru

Kondisi aspirasi benda asing dapat disingkirkan karena tidak terdapat


riwayat adanya tersendak.

Oleh karena itu, berdasarkan anamnesis, diagnosis yang masih dipikirkan adalah
pneumonia, bronkiolitis, dan sepsis karena ketiga kondisi tersebut memiliki manifestasi
tidak mau menyusu, batuk, demam dan sesak napas.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya
infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :

Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, nafsu makan
menurun, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare,
kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.

Gejala gangguan respiratorik, yaitu batuk, sesak nafas, merintih, retraksi


dimding dada, takipneu, nafas cuping hidung, dan sianosis.

2. Pemeriksaan Fisik
Pneumonia bakterial dan viral sering diawali dengan gejala infeksi saluran napas
atas, seperti merintih dan batuk, selama beberapa hari. Pada pneumonia viral, demam
sering ditemukan, dengan temperatur yang lenih rendah dari pneumonia bakterial.
Takipneu merupakan manifestasi klinis yang paling konsisten dari pneumonia.
Peningkatan usaha bernapas terlihat dari retraksi interkosta, subkosta, dan suprasternalis,
napas cuping hidung, dan penggunaan otot bantu pernapasan. Infeksi berat dapat disertai
sianosis dan kelelahan pernapasan menurun dan suara pernapasan bronkial.
Pada pemeriksaan fisik terlihat pasien dalam keadaan tampak sakit sedang. Dari
tanda vital pasien didapatkan frekuensi napas 62x/menit (takipneu) disertai napas cuping
hidung, dan suhu 37,90C (febris). Pada pemeriksaan paru didapatkan pengembangan dada
normal, simetris statis dinamis, retraksi m.interkosta (+), ronkhi basah kering pada
seluruh lapang paru (+/+), wheezing (-/-). Oleh karena itu, kesan yang menonjol pada
pasien adalah terdapat peningkatan usaha pernapasan yang merupakan salah satu ciri
khas pada pneumonia.
3. Pemeriksaan Penunjang

Darah Perifer Lengkap


Pada pneumonia virus dan juga mikoplasma umumnya ditemukan leukosit dalam
batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada pneumonia bakteri
biasanya didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000 40.000/mm3
dengan predominan PMN. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.
Leukositosis hebat (>30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi
bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakterimia, dan resiko terjadinya
komplikasi lebih tinggi. Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan peningkatan

LED. Secara umum, pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak dapat
membedakan antara infeksi virus dan bakteri secara umum.

Pemeriksaan rontgen toraks


Kelainan foto rontgen toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan
gambaran klinis. Kadang-kadang bercak-bercak sudah ditemukan pada gambaran
radiologi sebelum timbul gejala klinis. Akan tetapi, resolusi infiltrat
membutuhkan waktu lebih lama dari gejala klinis untuk menghilang. Secara
umum, gambaran pneumonia pada foto toraks dapat berupa :
-

Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corak bronkovaskular dan


hiperaerasi.

Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.

Bronkopneuminia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,


berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan corakan peribronkial.

4. Tatalaksana
Pada pasien ditemukan gejala pneumonia berat. Kriteria pneumonia berat pada anak yaitu
terdapat batuk atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ;

Kepala terangguk-angguk

Pernapasan cuping hidung

Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll)

Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini :

Napas cepat

Suara merintih (grunting) pada bayi muda

Pada auskultasi terdengar ronkhi, suara pernapasan menurun, dan suara


pernapasan bronkial.

Oleh karena itu tindakan awal pada pasien adalah pemberian oksigen melalui nasal
kanul sebesar 2 lpm, yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigen pada
pasien yang mengalami sesak napas.

Pemberian terapi cairan pada saat pasien di bangsal anak berupa D5 NS 10


tpm/makro bertujuan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan asupan cairan tubuh
pasien.
Terapi antibiotik yang diberikan pada pasien dengan pneumonia berat berdasarkan
terapi empirik yaitu berupa pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau
ampisilin-gentamisin. Sebagai alternatif, pemberian seftriakson (80-100 mg/kgBB IM
atau IV sekali sehari). Dan pada pasien ini di berikan injeksi cefotaxim 3x 80 mg.
5. Prognosis
Secara keseluruhan, prognosis pasien dengan pneumonia adalah baik. Dengan
pemberian antibiotic yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan sebesar 1355%.

Anda mungkin juga menyukai