Rafdi - Feasibility Study
Rafdi - Feasibility Study
Oleh
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Background Project
I.2 Tujuan Project
I.3 Design & Contruction
I.4 Lokasi Project
Struktur Organisasi
V.2
Tenaga Kerja
COMMISIONING
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Background Project
Indonesia merupkan Negara yang kaya akan mineral-mineral berharga seperti emas,
perak, tembaga, timah, nikel, etc. Sebagaimana menurut (Direktorat Statistik Ekonomi
Dan Moneter, BI 2006 ) Indonesia menempati posisi produsen terbesar kedua untuk
komoditas timah, posisi terbesar keempat untuk komoditas tembaga, posisi kelima untuk
komoditas nikel, posisi terbesar ketujuh untuk komoditas emas, dan posisi kedelapan
untuk komoditas batubara, di tingkat dunia. Namun isu pengolahan mineral berharga
sesuai undang-undang Republik Indonesia No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara yang bertujuan untuk memaksimalkan pengolahan sumber daya
alam di dalam negeri, sehingga penambahan nilai berharga mineral baik dari sumber
primer maupun sekunder menjadi kewajiban setiap industry mineral di Indonesia.
Salah satu sumber mineral berharga yang belum dimanfaatkan secara maksimal adalah
minerals sekunder dari pengolahan emas dan perak atau yang disebut dengan tailing.
sehingga pada paper ini difokuskan pada rencana pembangunan pengolahan emas (Au)
dan perak (Ag) dari tailing PT.XYZ di Halmahera dengan metode hydrometallurgy.
I.2
Tujuan Project
Dengan pemanfaat kembali tailing diharapkan dapat memaksimalkan proses recovery
logam berharga dan dapat memberikan keuntungan tambahan atau pengaruh positif
lainnnya terhadap penduduk disekitarnya.
I.3
I.4
Lokasi Project
Project ini direncanakan di Wilayah Kecamatan Malifut Kabupaten Halmahera utara,
karena sesuai dengan keberadaan sumber bahan baku yang akan digunakan.
Lokasi Project
II.1
Emas (Gold)
Emas merupakan salah satu logam mulia yang memiliki sifat tidak larut dalam air. Emas
ditemukan di alam sebagai logam tersendiri dan dalam tellurides. Emas tersebar sangat
luas dan selalu diasosiasikan dengan quartz atau pyrite. Sumber-sumber emas ditemukan
di deposit-deposit veins dan alluvial dan seringnya dipisahkan dari bebatuan dan mineralmineral lainnya dengan proses penambangan.
Unsur kimia emas, dengan simbol Au, diklasifikasikan sebagai logam mulia karena
sifatnya inert (tidak reaktif) untuk reaksi kimia dalam media non-kompleks. Unsur ini
merupakan kelompok yang sama seperti tembaga dan perak di tabel periodik dan sering
ditemukan terkait dengan unsur-unsur di batuannya. Emas juga ditemukan dalam mineral
yang melimpah, biasanya seperti calaverite (AuTe2), montbroyite (Au2Te3) dan sylvanite
(AuAgTe4), dalam berbagai konsentrasi dan
sulfida dan tembaga. Konsentrasi rata-rata emas di bumi kerak adalah 0,005 g/t, yang
jauh lebih rendah dibandingkan logam lainnya, misalnya, perak 0.07 g/t dan tembaga 50
g/t. Kadar emas sangat tergantung pada mineral emas dan sifat emas tentunya, misalnya,
elektrum, berat jenis (specific gravity) 16-19,3 g/mL. Mineral ini adalah campuran perak
dan emas yang mengandung emas 45-75% (Marsden & House, 1992).
II.2
Tailing
Peningkatkan kualitas atau kemurnian bahan galian pada kegiatan usaha pertambangan
umumnya dilakukukan melalui proses pengolahan. Proses ini dapat berupa pemisahan
pengotor agar kualitas menjadi meningkat, pemurnian untuk mendapatkan kadar yang
dikehendaki, atau pengolahan untuk mendapatkan semua komoditas ekonomi yang
terkandung dalam bahan galian. Proses pengolahan bahan galian untuk memisahkan
komoditas ekonomi dari unsur atau bahan pengotor sangat sulit untuk mendapatkan
perolehan (recovery) 100%, yang berarti unsur atau bahan ekonomi tidak seluruhnya
dapat terambil. Umumnya perolehan dari proses pengolahan yang berkisar 80% - 90%
sudah dikategorikan optimal. Ini berarti bahwa 10 sampai 20% unsur atau bahan ekonomi
akan terbuang atau masih terkandung di dalam tailing atau ampas pengolahan. Bahan
atau unsur yang terbuang dapat dijumpai dalam presentase lebih dari 20% apabila
kapasitas alat pengolahan memang kurang optimal. Bahkan pada sebagian metode
pengolahan hanya mencapai perolehan 40% 60%, sehingga hampir separuh bahan
ekonomi masih terbuang bersama tailing. Tailing merupakan limbah atau by product yang
dihasilkan dari proses pengolahan bijih (ore) untuk diambil mineral berharganya. Tailing
umumnya memiliki komposisi sekitar 50% batuan dan 50% air sehingga sifatnya seperti
lumpur (slurry). Sebagai by product, tailing dapat dikategorikan sebagai limbah berbahaya
dan berpotensi mencemarkan lingkungan baik dari volume yang dihasilkan maupun
potensi rembesan pada penampungan tailing (waste damp).
Tailing dapat mengandung unsur atau bahan ekonomi dalam kadar yang masih tinggi,
atau pada tambang yang mengolah bahan galian dengan cadangan besar, meskipun
kadar bahan komoditas ekonomi pada tailing rendah, akan tetapi dengan kuantitas taling
yang dihasilkan sangat besar maka secara kuantitas kandungan komoditas ekonomi yang
masih terbawa bersama tailing juga sangat besar.
II.3
dengan metode
II.3.1
Metode Sianidasi
Sianidasi merupakan salah satu proses hydrometallurgy yang menggunakan
laruatan sianida sebagai pelarut minerals berharga seperti emas dan perak.
Ekstraksi emas dengan menggunakan sianida saat ini telah menjadi proses utama
ekstraksi emas pada skala industri. Namun demikian, penggunaan metode ini
sama halnya dengan metode ekstraksi lainnya yang masih memiliki potensi
dampak terhadapa lingkungan. Proses sianidasi terdiri atas dua tahap penting,
yaitu proses pelarutan dan proses pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang
biasa digunakan dalam proses sianidasi berupa NaCN, KCN, Ca(CN)2, atau
campuran ketiganya. Pelarut yang paling sering digunakan adalah NaCN, karena
mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Secara umum reaksi
pelarutan Au adalah sebagai berikut:
4Au(CN)2- + 4OH-
II.3.2
Klorinisasi
Pada halnya sama dengan proses sianidasi, namun proses ini muncul karena
dengan adanya persyaratan dalam pengendalian lingkungan yang semakin
menjadi isu penting.
Perkembangan saat ini menghasilkan alternatif pendekatan untuk proses sianidasi
seperti tiourea, klorin, bromin, tiosulfat, yodium, dan aqua regia leaching. Klorinasi
memiliki beberapa keuntungan karena memiliki tingkat pelarutan emas lebih tinggi,
harga rendah pada reagen pelindian dan karakternya non-polusi. Pelarutan emas
metalik dipelajari menggunakan klorin in-situ dari reaksi antara natrium hipoklorit
komersial dan asam klorida.
III.1
Rencana Penambangan
Rencana penambangan kembali tailing hasil pengolahan dilakukan seperti pada diagram
alir berikut:
Pembersiahan
Lokasi Tailing
Pengerukan
Kembali
Pengangkutan ke
lokasi pengolahan
Penjualan
Pengolahan /
Ekstraksi
Perbersihan/
Cleaning
Pengendalian
Limbah
III.3
Rencana Proses
Ore ( Tailing )
Cleaning
Screening
Grinding
Thickner
Leaching
Solution
Solid
Precipitation
Waste dam
Solid
Calcine
Melting
( Bullion)
Air
Ore
Di dapatkan dari tailing PT. XYZ
Cleaning
Proses ini dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran baik organic maupun
non-organik yang terdapat pada tailing.
Screening
Screening dilakukan untuk menyeragamkan ukuran ore yang akan di gunakan
yaitu < 75 mikrion pada proses selanjutnya. Sehingga ore yang oversize akan
diupankan ke grinding untuk dilakukan pengecilan ukuran kemudia diumpankan
ke thickener untuk dilakukan peningkatan padatan dalam slurry hingga 50%.
Leaching
Proses leaching dilakukan dengan menambahkan larutan NaCN sebagai pelarut
dan kapur hidrat untuk menjaga pH proses dengan proses aerasi yaitu
penambahan O2 untuk mengoksidasi logam emas. Menurut beberapa referensi,
pH yang terbaik pada proses leaching dengan menggunanan pelarut NaCN
adalah antara 10-11. Proses yang terjadi dapat dilihat pada reaksi berikut:
2Au + 4CN- + O2 + 2H2O
2 [Au (CN)2]- + H2O2 + 2OH2Au + 4CN- + H2O2
2 [Au (CN)2]- + 2OH4Au + 8CN- + O2 + 2H2O
4 Au (CN)2- + 4OHAg + 2CN-
[ Ag(CN)2]- + e -
Precipitation
Proses ini dilakukan dengan menambahkan zinc dust untuk mengikat unsur
logam emas, sehingga membentuk endapan yang akan di dikeringkan pada
proses selanjutnya,
Calcine
Proses ini dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada
endapan emas.
Melting
Proses ini dilakukan dengan meleburkan padatan dari hasil proses calcine untuk
mendapatkan bullion.
Penganggaran (Budgeting)
Proses budgeting project pembangunan pabrik pengolahn di tentukan berdasarkan biaya
yang digunakan pada tiap unit kerja. Metode yang digunkan adalah down to top, diamana
semua disiplin menentukan kebutuhan biayanya berdasarkan untik kerja masing-masing.
Pada project budgeting dilakukan dengan melibatkan team, material, dan aktivitas kerja
selama 6 bulan (24 weeks). Berikut adalah break down budget pada tiap unit kerja:
No.
Deskripsi Pekerjaan
Sub-pekerjaan
Pembersihan lokasi tailing
1.
Penambangan
Pengerukan kembali
Pengangkutan
Proses engineering
Mechanical engineering
2.
Engineering
Instrument engineering
35
Electrical engineering
Civil engineering
3.
Procurement
Purchase order
Shipping
25
Civil
4.
Construction
Mechanical
30
Electrical
5. Commisioning
Pembiayaan (Financing)
Project financing merupakan salah satu pendekatan untuk mengoptimalkan return suatu
project investasi. Pendananaan investasi suatu project dengan skema project financing
ini berbeda dengan skema pinjaman konvensional dan dipandang memiliki keuntungan
dibandingkan dengan konvensional lending.
Terdapat beberapa model pembiayaan project yang digunakan untuk mengontrol jalannya
project seprti Build-Transfer-Operate (BTO), Build-Own-Operate (BOO), dan Build-Own-
Operate-Transfers (BOOT). Pada project ini digunakan model BTO, dimana PT. XYZ
sebagai owner dan PT. ABC sebagai kontraktor konstruksi yang medapat kepercayaan
untuk membangun hingga selesai, kemudian di operasikan oleh PT. XYZ.
BUILD
TRANSFER
OPERATE
Dalam penggunaan model BTO hanya terbatas pada project, tetapi pada umumya setiap
pembangunan akan dikontrol dan dikembalikan kepada pemerintah.
Engineering
Pemerintah
Procurement
Aturan
& Perizinan
Contractor
Owner
EPC
Contract
Finance
Equity dan
Pinjaman Bank
Construction
Commisioning
IV. 3
Analisa Pasar
Menurut James Turk, pendiri perusahaan GoldMoney di British, emas adalah komoditi
yang special dan unik. Emas diambil dari perut bumi dan terakumulasi dipermukaan bumi.
Emas tidak dikonsumsi, sehingga jumlahnya terus bertambah dan selalu menjadi barang
langkah karena jumlah suluruh emas yang ada dipermukaan bumi saat ini diperkirakan
berkisar 150.000-160.000 ton, dengan total suplai emas diseluruh dunia tiap tahunnya
berkisar 1,5%-1,7%.
Emas digunakan sebagai standar keuangan dibanyak Negara dan juga sebagai alat tukar
yang relative abadi, dan diterima disemua Negara di dunia, sehingga emas merupakan
komuditi yang tahan terhadap inflasi dan harga yang cenderung meningkat setiap
tahunnya sebagaimana pada grafik berikut:
V. 1
Struktur Organisasi
V. 2
Tenaga Kerja
No
KARYAWAN STAFF
JUMLAH
1.
Direktur
2.
Sekretaris
3.
General Manager
4.
Manager Penambangan
5.
Manager Proses
6.
Manager Keuangan
7.
Manager HSE
8.
Supervisor penambangan
9.
Supervisor Proses
10.
Staf Keuangan
11.
Supervisor HSE
12.
Junior Metallurgi
13.
Analis (Laboratory)
14.
22
COMMISIONING
Proses ini merupakan proses akhir dari project yang melibatkan beberapa aktivitas sebagai
berikut :
a. Pengetesan (testing) seluruh peralatan industry
b. Review kesesuaian design dengan seluruh hasil project.
c. Penyerahan suluruh dokumen project ke owner