Pendahuluan
Latar belakang
Variasi habitat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan munculnya keragaman
pada suatu individu. Sub faktor yang mencakup variasi habitat contohnya seperti suhu,
intensitas cahaya, tingkat salinitas. Berbeda dari variasi genetik, variasi habitat tidak
diturunkan kepada keturunan selanjutnya (Yunus, 2006).
Variasi habitat menyebabkan keragaman individu dalam satu spesies. Adanya variasi
habitat dalam suatu populasi menyebabkan munculnya keragaman dari tingkat morfologis
maupun tingkah laku. Keragaman morfologis yang terjadi contohnya seperti lebar daun
tumbuhan karena perbedaan kelembapan dan intensitas paparan cahaya matahari, serta
bentuk tubuh dan struktur sirip karena perbedaan kuat arus air. Adapun keragaman tingkah
laku seperti frekuensi suatu individu keluar dari sarang untuk mencari makan karena
perbedaan suhu.
Gastropoda merupakan anggota dari filum moluska yang tidak memiliki tulang
belakang. Kelas ini mendapat sebutan gastropoda karena memanfaatkan otot-otot perut
sebagai kaki untuk berjalan (gastro=perut, poda=kaki). Sebagian besar kelas gastropoda
memiliki struktur cangkang sebagai tempat berlindung dari gangguan pemangsa. Adapun
bentuk-bentuk cangkang antara lain bentuk kerucut, abalon dan limpet untuk bentuk yang
agak pipih.
Zona intertidal dan subtidal merupakan salah satu contoh zona laut habitat dari
gastropoda berdasarkan tingkat kedalaman. Karakteristik kedua zona ini berbeda satu sama
lain. Menururt Hedgpeth (1957) zona intertidal merupakan daerah pulau atau daratan
yang luas dengan pantai yang landai dimana cahaya matahari masih dapat menembus
kedalam air, kaya akan oksigen, dan terdapat banyak sekali keragaman flora dan fauna . Zona
subtidal adalah zona yang terletak lebih dalam setelah zona intertidal. Mulai
sedikitnya kehidupan di zona ini karena mulai berkurangnya intensitas cahaya.