Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID

LAPORAN PENDAHULUAN
HEMOROID
1. KONSEP MEDIS
B. PENGERTIAN
Hemoroid (wasir) adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang
mengandung pleksus pada lubang vena, dan arteri kecil. Hemoroid interna hanya melibatkan
jaringan lubang anus bagian atas (Grace. Pierce A).
Hemoroid dibedakan antara yang intern dan yang ekstern. Hemoroid intern adalah
pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid intern ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum
sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer yaitu kanan-depan, kananbelakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer
tersebut.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara longgar
dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan
anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan
selanjutnya ke vena porta
C. ETIOLOGI
Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang
peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan
obesitas.

Peningkatan tekanan vena akibat mengedan (diet rendah serat) atau perubahan
hemodinamik (misalnya selama hamil) menyebabkan dilatasi kronis dari pleksus submukosa.
Beberapa faktor etiologi telah diajukan, termasuk konstipasi atau diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor
rektum.

D. KLASIFIKASI
Hemoroid interna dikelompokan dalam 4 derajat :
Derajat satu
Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan dengan protoskopi, lesi biasanya
terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabangcabang vena hemoroidalis superior dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan.
Derajat dua
Dapat mengalami prolapsus melalui anus saat defekasi hemoroid ini dapat mengecil secara
spontan atau dapat direduksi (dikembalikan ke dalam) secara manual.
Derajat tiga
Mengalami prolapsus secara permanen (kadang dimana varises yang keluar tidak dapat
masuk kembali) dengan sendirinya tapi harus didorong. Dalam hal ini mungkin saja varieses
keluar dan harus didorong kembali tanpa perdarahan.
Derajat empat
Akan timbul keadaan akut, dimana varieses yang keluar pada saat defekasi tidak dapat
didorong masuk kembali hal ini akan menimbulkan rasa sakit. Biasanya ini terdapat trombus
yang diikuti infeksi dan kadang-kadang timbul peningkatan rektum.

E. PATOFISIOLOGI
Hemoroid atau wasir merupakan vena varikosa pada anus. Secara kasar hemoroid
biasanya dibagi dalam dua jenis, hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna
merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Sesuai istilah yang digunakan,
maka hemoroid eksterna timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid interna timbul
di sebelah dalam sfingter.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa,
tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal mengakibatkan
hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal.
Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada
hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali
ada hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang
mengalami trombosis.

Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yag keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces.
Dapat hanya berupa gejala pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet
menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena
kaya akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif dipleksus hemoroidalis menyebabkan darah
di vena tetap merupakan darah arteri.
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat.
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada saat defekasi
dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut
hemoroid intern ini perlu didorong masuk lagi. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi
bentuk yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal
yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus
dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan
udem dan radang.

G. PEMERIKSAAN DIAKNOSTIK
1. Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada hemoroid interna
tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak
nyeri.
2. Anoskop
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
3. Proktosikmoidoskopi

Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses
keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan.
Hemoroid adalah normal dan oleh karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan
pleksus hemoroidal, tetapi untuk menghilangkan keluhan.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal yang sederhana disertai nasihat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas
makanan berserat tinggi . Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.
Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres lokal untuk
mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat meringankan
nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang mendasarinya.
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol
dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan kesubmukosa di dalam jaringan areolar yang
longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang
kemudian menjadi fibrotik . Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan
dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat
yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika
masuk ke dalam prostat, dan reaksi hipersensivitas terhadap obat yang disuntikkan.
Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan merupakan
terapi yang efektif untuk hemoroid intern derajat I dan II. Gejala hemoroid dan ketidak

nyamanan yang dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang baik dan menghindari
mengejan yang berlebihan selama defekasi. Diet tinggi tinggi serat mungkin satu-satunya
tindakan yang diperlukan; bila tindakan ini gagal, lajsatif yang berfungsi mengabsorpsi air
saat melewati usus dapat membantu.
2. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian post operasi terdiri atas observasi dari pembalut akan adanya perdarahan
yang berlebihan, menentukan adekuat BAB, pengkajian nyeri dan tanda infeksi dan
pengawasan pengeluaran tinja. Menentukan perasaan pasien dan kaitannya dengan masalah
dan perawat dan juga tingkat pengetahuan dasar dari klien.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien yang menerima perawatan pada gangguan daerah
rectal meliputi :
a.

Konstipasi berhubungan dengan penahan dari keinginan untuk BAB untuk menghindari
nyeri karena hemoroid atau setelah pembedahan hemoroid.

b. Nyeri berhubungan dengan hemoroid atau setelah penanganan bedah dan perlukaan jaringan.
c.

Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dengan iritasi oleh defekasi
(internal).

C. Perencanaan
a.

Konstipasi berhubungan dengan penahanan dari keinginan untuk BAB


nyeri karena hemoroid atau setelah pembedahan hemoroid.
Tujuan :

untuk menghindari

Eliminasi BAB pasien normal dengan nyeri normal minimal.


Intervensi dan rasional
1. Berikan obat nyeri secara teratur setelah pembedahan 24-48 jam.
Rasional :
Pengontrolan nyeri akan membantu mengurangi resiko konstipasi yang munkin akibat pasien
menahan keinginan untuk BAB karena nyeri rektal.
2. Anjurkan duduk rendam sekali atau dua kali sehari.
Rasional :
Hal ini menghilangkan rasa tidak nyaman dan menunjang penyembuhan dengan
meningkatkan sirkulasi ke daerah perianal dan mempertahankan hygiene yang baik.
3. Berikan cincin busa atau donat pada pasien untuk duduk.
Berikan Pelunak tinja selama beberapa hari, jika tidak berhasil selanjutkan berikan minyak
enema. Anjurkan pasien untuk meningkatkan inteke cairan (6 gelas air perhari).
Rasional :
Mencegah pengerasan tinja akan meningkatkan rasa tidak nyaman dengan BAB.

b. Nyeri berhubungan dengan hemoroid atau setelah penanganan bedah dan perlukaan jaringan.
Tujuan :
Pasien akan mengalami rasa tidak menyenangkan yang minimal intervensi dan rasional :
1). Berikan obat nyeri secara teratur setelah pembedahan 24-48 jam. Jika pasien rawat jalan,
ajarkan pasien menggunakan obat nyeri secara teratur sesuai kebutuhan.
Rasional :
Hal ini mengurangi stimulasi nyeri.
2). Ajarkan pasien untuk menghindari peregangan pada saat BAB
Rasional :

Hal ini mencegah penekanan pada daerah perineal atau jaringan rectal yang luka. Penekanan
akan menyebabkan nyeri dan mungkin memperlambat penyembuhan.
3). Ajarkan pasien menggunakan salep , suposotoria, atau bentuk lain.
Rasional :
Membantu menyusutkan atau menganastesi membran mukosa yang membengkak.
4). Ajarkan pasien mengenai prognosis :
a. Penyembuhan yang sempurna mungkin memakan waktu beberapa

minggu.

b. Nyeri akan hilang setelah waktunya.


Rasional :
Pengetahuan tentang hasil yang diharapkan akan mengurangi ketakutan dan memberikan
referensi bagi kemajuan terhadap penyembuhan yang sempurna.
c.

Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dengan iritasi oleh defekasi
(internal) atau ruptur hemoroid (eksternal).
Tujuan :
Pasien tidak mengalami perdarahan melalui rectal
Intervensi dan rasional :

Ajarkan pasien dalam program BAB


1. Ajarkan pasien untuk meningkatkan diet intake cairan (1-2 quarts) dan serat (buah-buahan
dan sayur).
2. Ajarkan pasien menggunakan pelunak tinja sesuai kebutuhan.
3. Ajarkan pasien menghindari peregangan.
4. Ajarkan pasien untuk menghindari mengangkat.
Rasional :
Tinja yang keras atau peregangan pada saat BAB akan mengiritasi hemoroid dan mukosa
rectum dan mungkin mengakibatkan perdarahan.

Ajarkan pasien untuk mengobservasi perdarahan rectal


Rasional :
Perdarahan pelan, tidak ditangani mungkin akan menyebabkan anemia, khususnya pada
pasien yang tua.
Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan rektal secara teratur.
Rasional :
Hemoroid internal, tidak bergejala mungkin timbul atau muncul kembali.
Observasi pembalut seringkali setelah pembedahan (setiap 24 jam).
Informasikan pasien tentang periode berbahaya 5 hari setelah pembedahan, ketika jaringan
mengelupas.
Rasional :
Ini memungkinkan seseorang dapat mendeteksi perdarahan dengan cepat, jika terjadi.
Penanganan dini perdarahan mencegah kehilangan darah yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

R. Sjamsuhidajat, Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC, Jakarta, 2004
Sylvia A Price, Lorraine M Wilsox, Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 4.
EGC, Jakarta., 1995.
Grace, Pierce A. Ilmu Bedah. Edisi 3. EMS, Jakarta, 2004.
Jones n H. Virting, Petunjuk penting penyakit kolorektal, Edisi 1. EGC, Jakarta, 1996.

Joyce LeSeeR Kee. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diaknostik, Edisi 6. EGC. Jakarta,
2008.

Anda mungkin juga menyukai