Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Otitis eksterna disebut juga swimmings ear atau singapores ear. Otitis eksterna
merupakan penyakit sederhana yaitu suatu infeksi kulit pada saluran telinga bagian luar, tapi
penyakit ini bisa menjadi masalah serius. Angka kejadian di Amerika Serikat adalah 4 dari
1000 orang penduduk setiap tahunnya.
Liang telinga luar secara anatomis berfungsi sebagai pelindung benda asing dan
infeksi. Liang telinga dari lateral ke medial, penyempitan isthmus, rambut-rambut pada
sepertiga lateral liang telinga, kelenjar sebaseum dan kelenjar apokrin yang mengosongkan
diri sampai ke folikel rambut dan menghasilkan serum.
Otitis eksterna terjadi jika adanya gangguan fungsi proteksi dari serumen liang
telinga, misalnya pengikisan oleh air (aktivitas di air, berkeringat, dan kelembapan yang
tinggi) atau membersihkan liang telinga dengan cotton bud, pengorek besi, kuku jari, ujung
pena atau pensil, dapat menyebabkan abrasi dari epitel dan memudahkan organism masuk ke
jaringan.
Organisme penyebab otitis eksterna 90% adalah bakteri dan 10% adalah jamur.
Bakteri yang dominan adalah Pseudomonas Aeruginosa, diikuti oleh Staphilokokus Aureus,
Staphilokokus Epidermis. Sedangkan jamur yang dominan adalah Aspergilus dan Candida.
Rasa penuh dan gatal pada telinga menimbulkan rasa ingin mengorek-ngorek menjadi
kebiasaan gatal korek yang disebut juga itch scratch cycle. Rasa nyeri dapat timbul karena
lapisan epitel kulit liang telinga terkikis dan tampak eritema. Rasa nyeri kemudian menyebar
saat mengunyah, menekan tragus atau menggerakkan daun telinga. Inflamasi menyebabkan
edema sehingga menimbulkan rasa penuh pada telinga dan gangguan pendengaran. Adanya
secret di liang telinga bisa jernih atau bahkan keruh dan tidak berbau sampai dapt berupa
purulen jika keadaan bertambah berat.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui penyakit otitis eksterna serta penatalaksanaanya, sehingga bisa
diaplikasikan di kehidupan nyata untuk pasien dengan kasus otitis eksterna.
1.3. manfaat
Untuk menambah pengetahuan tentang penyakit otitis eksterna sehingga bisa diaplikasikan di
kehidupan nyata untuk pasien dengan penderita otitis eksterna.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi dan fisiologi telinga
Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke
struktur-struktur telinga tengah. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikel) dan
liang telinga sampai membrane timpani. Di dalam telinga tengah terdapat tiga tulang
pendengaran yaitu maleus, inkus, dan stapes. Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa
dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis.

Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk-lekuk dan dibungkus
oleh kulit tipis. Lekukan-lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks, tragus, antitragus, fossa
skafoidea, fossa triangularis, konkha dan lobules. Permukaan lateral daun telinga mempunya
tonjolan dan daerah yang datar. Tepi daun telinga yang melengkung disebut tuberkulum
telinga (darwn tubercle). Pada bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut
antiheliks. Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura ini terdapat fosa skafa. Di
depan antiheliks terdapat konka, yang terdiri atas dua bagian yaitu sumba konka, yang
merupakan bagian anterior superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka

yang terletak dibawahnya bersebrangan dengan konka, yang merupakan bagian antero
superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka yang terletak dibawahnya
bersebrangan dengan konka dan terletak di bawah krus heliks terdapat tonjolan kecil yang
berbentuk segitiga kecil yang disebut tragus dan terletak pada batas bawah antiheliks disebut
antitragus.

Auricula terdiri dari potongan kartilago yang ditutupi kulit dan dihubungkan ke
tengkorak oleh oto dan ligamentum vestigial. Meatus acustikus eksternus membentuk pipa
melengkung s yang terbentang dari auricular ke membrane timpani (gendang telinga).
Meatus acusticus eksterna mempunyai kerangka tulang rawan pada sisi paling lateralnya
yang bersambung dengan auricular.
Saluran ini dilapisi kulit yang melekat erat ke kerangka tulang rawan dan tulang liang telinga.
Kulit ini mengandung banyak glandula ceraminosa dan vibrissae pada bagian terluarnya.
Rangka luar dan bagian medial dibentuk oleh pars tympanica, petrosa dan squamosa ossis
temporalis. Os temporal membentuk bagian dasar dari dinding lateral tengkorak. Telinga luar
berfungsi mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga
tengah.
Jaringan subkutan daun telinga bagian superior sangat tipis, terutama di permukaan
anterior, sehingga kulit langsung menempel pada tulang rawan. Makin kebawah lapisan
subkutan bertambah dan berakhir di lobules yang tidak mempunyai rangka tulang rawan.
4

Perdarahan daun telinga bagian posterior berasal dari cabang posterior a.karotis eksterna yang
mendarahi juga sebagian kecil permukaan depan daun telinga. Sehingga permukaan belakang
daun telinga terutama diperdarahi oleh a.oksipitalis. permukaan depan daun telinga terutama
diperdarahi oleh cabang anterior a. temporalis superficial anterior. Persarafan daun telinga
disuplai oleh cabang-cabang aurikularis magnus dan oksipitalis minor dari pleksus servikali,
juga dari cabang aurikulotemporal saraf trigeminal serta cabang auricular n.vagus.
Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung,
maka telinga luar mampu melindungi membrane timpani dari trauma, benda asing dan efek
termal. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan bagian tulang rawan pada sepertiga luar dan
bagian tulang pada dua pertiga dalam. Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm 3 cm. bentuk
liang telinga seperti huruf S melar akibat perbedaan sudut bagian tulang rawan dan bagian
tulang karena itu membrane timpani biasanya tidak dapat terlihat langsung dari luar. Bagian
yang tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya
sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang telinga dapat bergerak.
Pada kulit yang normal di liang telinga, ada bakteri flora seperti Micrococcus dan
Corynebacterium sp. Infeksi pada liang telinga oleh bakteri pathogen dipengaruhi kondisi
host misalnya adanya trauma local, adanya perubahan sifat serumen, dermatitis, dan
perubahan Ph di liang telinga. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada
kulit bagian tulang, selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyak bervariasi antar
individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang
telinga bagian tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dimana
kulit langsung terletak diatas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian
daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang
untuk ekspansi.
Jika menggunakan otoskop, aurikula biasanya harus ditarik ke postero lateral untuk
dapat melihat bagian tulang dan membrane timpani. Bersama dengan lapisan luar membrane
timpani, liang telinga membentuk suatu kantung berlapis epitel yang dapat memerangkap
kelembaban, sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu. Kulit yang
melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu juga
mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut membantu
menciptakan suatu sawar dalam liang telinga.

Ada tiga makroskopik mekanisme pertahanan dari liang telinga dan permukaan lateral
membrane timpani yaitu tragus dan antitragus, kulit dengan lapisan serumen dadri isthmus.
Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan pembentukan
serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang
menghasilkan serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum korneum
ikut pula berperan dalam pembentukan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung
penolak air pada dinding kanalis ini. Ph gabungan beberapa bahan tersebut adalah sekitar 6,
suatu factor tambahan yang berfungsi mencegah infeksi. Serumen diketahui memiliki fungsi
sebagai proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan
untuk dikeluarkan dari membrane timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan
dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis.
Saluran limfatik merupakan bagian yang penting dalam penyebaran infeksi. Bagian
anterior dan superior dari meatus akustikus eksternus, disalurkan ke pembuluh limfe
preaurikuler di kelenjar limfe servikal bagian superior.
Bagian inferior, disalurkan ke infra aurikuler dekat angulus mandibula. Bagian
posterior disalurkan ke kelenjar limfe postaurikuler dan kelenjar limfe servikal bagian
superior. Rangsangan pada aurikuler dan meatus akustikus eksternus berasal dari saraf perifer
dan cranial, yaitu saraf trigeminus(V), fasial (VII), glosopharingeal (IX), dan vagus (X).

2.2. Defenisi
Yang dimaksud dengan otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis
yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Istilah otitis eksterna telah lama
dipakai untuk menjelaskan sejumlah kondisi. Spectrum infeksi dan radang mencakup bentukbentuk akut atau kronis. Dalam hal infeksi perlu dipertimbangkan agen bakteri, jamur dan
virus. Radang non-infeksi termasuk pula dermatosis, beberapa diantaranya merupakan
kondisi primer yang langsung menyerang liang telinga. Shapiro telah menegaskan bahwa
perbedaan antara otitis eksterna yang berasal dari dermatosis dengan otitis eksterna akibat
infeksi tidak selalu jelas. Suatu dermatosis dapat menjadi terinfeksi setelah beberapa waktu,
sementara pada infeksi kulit dapat terjadi reaksi ekzematosa terhadap mekanisme penyebab.
Sekali lagi, anamnesis dan pemeriksaan yang cermat seringkali akan member petunjuk kearah
kondisi primernya.
6

Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel=bisul) merupakan peradangan pada sepertiga


luar liang telinga mengandung adneksa kulilt, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen, maka ditempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga
membentuk furunkel.
Otitis eksterna difus biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak
kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya.
Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai
penyebab ialah Staphylococcus Albus, Escherichia colli, dan sebagainya. Otitis eksterna difus
dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar
getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak
mengandung lendir (musin). Seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.

2.3. Etiologi
Penyebab otitis eksterna sirkumskripta yang tersering adalah Staphilococcus aureus,
Staphylococcus albus . factor lainnya adalah maserasi kulit liang telinga akibat sering
berenang atau mandi dengan shower, trauma, reaksi terhadap benda asing, dan akumulasi
7

serumen. Sering terjadi super infeksi oleh bakteri piogenik (terutama Pseudomonas atau
Staphylococcus) dan jamur.
Otitis eksterna rekuren biasanya disebabkan oleh pemakaian aplikator berujung kapas
yang sering atau sering berenang dalam kolam renang berklorinasi (atau keduanya).

2.4. Patogenesis
Otitis eksterna sirkumskripta merupakan infeksi folikel rambut, bermula sebagai
folikulitis kemudian biasanya meluas menjadi furunkel. Organism penyebab biasanya
Staphylococcus. Umumnya kasus-kasus ini disebabkan oleh trauma garukan pada liang
telinga. Kadang-kadang furunkel disebabkan oleh tersumbat serta terinfeksinya kelenjar
sebasea di liang telinga. Panas dan lembab dapat menurunkan daya tahan kulit liang telinga,
sehingga frekuensi penyakit ini agak meningkat pada musim panas.
Pada kasus dini, dapat terlihat pembengkakan dan kemerahan difus didaerah liang
telinga bagian tulang rawan, biasanya posterior atau superior. Pembengkakan itu dapat
menyumbat liang telinga. Setelah terjadi lokalisasi dapat timbul pustule. Pada keadaan ini
terdapat rasa nyeri yang hebat sehingga pemeriksaan sukar dilakukan. Biasanya tidak terdapat
sekret sampai absesnya pecah. Toksisitas dan adenopati lebih dini karena sifat organisme
penyebab infeksi.

2.5. Faktor Predisposisi


Infeksi dapat terjadi sebagai akibat factor-faktor predisposisi tertentu sebagai berikut:
1. Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa
2. Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembaban
3. Suatu trauma ringan seringkali karena benang atau membersihkan telinga secara
berlebihan

2.6. Gejala dan Tanda

Nyeri hebat yang diikuti otore purulen, meatus nyeri tekan, tampak pembengkakan
Nyeri tekan pada tragus dan pada tarikan daun telinga
Gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga

2.7. Diagnosis
Diagnose dapat ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesa
Dari anamnesa dapat ditanyakan gejala dan tanda yang dirasakan penderita.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan liang telinga, pada inspeksi tampak liang telinga kemerahan, edema.
Rasa nyeri juga dijumpai terutama saat menggerakkan rahang (mengunyah), menekan
tragus dan menggerakkan daun telinga.
Adanya inflamasi, hiperemis, edema yang terlihat pada liang telinga luar dan
jaringan lunak periaurikuler.
Nyeri yang hebat, yang ditandai adanya kekakuan pada jaringan lunak pada
ramus mandibula dan mastoid.
Nervus kranialis (V-XII) harus diperiksa
Status mental harus diperiksa. Gangguan status mental dapat menunjukkan
komplikasi intracranial
Membrane timpani biasanya intak
Demam tidak umum terjadi.
3. Pemeriksaan penunjang
Biakan dan tes sensitivitas dari sekret.

2.8. Diagnosa Banding


Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut.
Yang tersering ialah Pityrosporum, Aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga Candida
9

albicans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai
ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis.
Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan.
Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2% dalam
alcohol, larutan iodine povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran antibiotic
dan steroid yang diteteskan keliang telinga biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang
diperlukan juga antijamur (sebagai salep) yang dibersihkan secara topical yang mengandung
nistatin, klotrimazol.

2.9. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksaan yang dapat diterapkan pada semua tipe otitis eksterna antara
lain:
1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan berhati-hati.
2. Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrane timpani bilamana
mungkin keputusan apakan akan menggunakan sumbu untukmk mengoleskan obat.
3. Pemilihan pengobatan local

Infeksi piogenik
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap bersih dan kering dan
melindunginya dari trauma. Kotoran harus dibersihkan dari liang telinga dengan irigasi secara
lembut. Antibiotika topical yang dikombinasikan dengan kortikosteroid dalam bentuk tetes
telinga sangat penting. Berikan antibiotika sistemik (biasanya penisilin) dalam dosis penuh
dalam 10 hari jika terdapat tanda-tanda penyebaran infeksi di luar kulit liang telinga. Selama
fase akut , hindari berenang bila memungkinkan.
Pengangkatan benda asing
Pengangkatan harus selalu dilakukan dengan melihat langsung. Mengalirkan larutan garam
hangat-hangat kuku dengan terarah melalui benda asing tersebut kedalam liang telinga
mungkin mendorongnya mengapung keluar. Benda berupa sayuran, seperti kacang dan
buncis, mengembang bila terkena air dan harus dikeluarkan dengan kawat lengkung. Hati10

hati,jangan sampai mendorong benda asing makin dalam lagi. Bila benda tersebut besar dan
tertancap pada tempatnya, pasien harus dirujuk ke dokter ahli THT.
Pengangkatan serumen terimpaksi
Serumen pada liang telinga luar harus dibersihkan sebelum pemeriksaan dilanjutkan.
Serumen dapat diangkat dengan kawat lengkung atau dengan aplikator kawat tipis berujung
kapas. Bila perlu, serumen dapat dilunakkan dengan meneteskan minyak mineral atau
cerumenex. Serumen juga dapat dicuci keluar dengan air atau larutan garam hangat, dengan
memakai spuit. Irigasi dikontraindikasikan jika terdapat kemungkinan perforasi membrane
timpani.

2.10. Prognosis
Umumnya sembuh setelah diobati
Dapat kambuh, terutama pada perenang

BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, jamur dan virus. Istilah otitis eksterna telah lama dipakai untuk menjelaskan
sejumlah kondisi. Spectrum infeksi dan radang mencakup bentuk-bentuk akut atau kronis.
11

Dalam hal infeksi perlu dipertimbangkan agen bakteri, jamur dan virus. Radang non-infeksi
termasuk pula dermatosis, beberapa diantaranya merupakan kondisi primer yang langsung
menyerang liang telinga. Shapiro telah menegaskan bahwa perbedaan antara otitis eksterna
yang berasal dari dermatosis dengan otitis eksterna akibat infeksi tidak selalu jelas. Suatu
dermatosis dapat menjadi terinfeksi setelah beberapa waktu, sementara pada infeksi kulit
dapat terjadi reaksi ekzematosa terhadap mekanisme penyebab. Sekali lagi, anamnesis dan
pemeriksaan yang cermat seringkali akan member petunjuk kearah kondisi primernya.

DAFTAR PUSTAKA

Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Kelainan Telinga Luar. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashirudin J, Restuti RD, edisi: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher, Edisi ke-6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;2010. Hal 58-61
Adams, Boies, Highler. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. 1997. Jakarta: Erlangga
Ballenger, JJ. Otitis Eksterna Penyakit Tellinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Jilid
2. Edisi 16. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Dhirngra PC. Disease Of Ear, Nose and Throat, Elsevier, 2001, hal 50-55
Roland, N.J, Key Topics in Otolaryngology. Second Edision. Mc Combe
12

Anda mungkin juga menyukai