Oleh :
Nama
: Nugraheni Wahyu Permatasari
NRP
: 133020112
Kelompok / Meja
: D/6
Asisten
: Desi Marlindawati
Tanggal Percobaan
: 8 Maret 2016
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menambah nilai ekonomis produk,
diversifikasikan produk olahan kedelai dan mengetahui cara pembuatan tahu.
Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan pada koagulasi pada susu
kedelai yaitu hasil penggilingan dan proses pemanasan pada suhu 80-90C selama
10 menit, dengan proses pengepresan sehingga menghasilkan tahu.
Prosedur Percobaan
Kedelai
Air bersih
Pencucian I
Perendaman 24 jam
Filtrat
Kedelai
Penimbangan
Pengukuran
Volume
Pencucian
II
Air Kotor
Air Kotor
Air bersih
Penyaringan
Air hangat : Kedelai
(1 : 7)
CuSO4 /
As. asetat
Ampas
Penggilingan
Pemanasan
(T= 80-90C, t= 10 menit)
Pencetakan dan Pengepresan
Tahu Kedelai
Alur Proses
Air sisa
filtrat
Penghancuran
Penyaringan
Pemanasan
Tahu
Pengepresan
Pencetakan
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Tahu
No
1
Keterangan
Basis
Hasil
500 gram
Penggumpalan
2
3
Bahan Utama
Bahan Penunjang
4
5
6
Berat Produk
% Produk
Organoleptik
6.1 Warna
6.2 Rasa
6.3 Aroma
6.4 Tekstur
6.5 Kenampakan
Kacang Kedelai
Air
Garam
GDL 1% = 5 gram
133 gram
26,6 %
Putih
Hambar
Khas Tahu
Lembut
Kurang Menarik
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pembuatan tahu kacang kedelai didapatkan
tahu dengan berat 133 gram dengan basis 500 gram. Berdasarkan sifat
organoleptic memiliki warna putih, rasa dan aroma khas tahu, tekstur yang lembut
serta kenampakan yang kurang menarik.
Asam cuka juga merupakan koagulan (bahan penggumpal) yang baik dalam
pembuatan tahu. Asam cuka yang dipergunakan dalam pembuatan tahu di
Indonesia ialah asam cuka yang mengandung 4% asam asetat, alias cuka makan.
Dosis yang dipergunakan untuk setiap 0,5 kg kedelai kering sebanyak 74 ml atau
sekitar 16,4% dari berat kering kedelai. Penambahan asam cuka ini dilakukan saat
suhu sari kedelai antara 80-90oC.
Biang tahu (whey)
Bahan penggumpal ini berupa air sisa penggumpalan sari kedelai. Sebelum
digunakan, cairan ini didiamkan selama 1-2 malam agar bakteri yang ada
menghasilkan asam laktat. Kendala yang sering muncul yaitu bila penanganannya
tidak higienis, bisa tumbuh (berkembang) bakteri pemecah protein.
Kalsium sulfat murni
Bahan penggumpal ini paling populer di dunia. Bentuknya berupa serbuk
putih. Tahu yang dihasilkan lunak, teksturnya lembut, dan rasanya lembut hingga
sedang. Bahan ini dapat digunakan dalam pembuatan tahu keras dan tahu lunak
(tahu sutera). Dosis pemakaiannya kira-kira 10 gram per 0,5 kg kedelai kering
untuk pembuatan tahu keras. Sementara, pada pembuatan tahu sutera digunakan
sebanyak 4 gram per 0,5 kg kedelai kering. Pemberian kalsium sulfat dilakukan
pada saat suhu sari kedelai 70-75oC.
Bahan penggumpal ini harus disimpan dalm wadah tertutup rapat agar
masih dapat digunakan sampai 9-12 bulan.
Glucono-delta-lacton (GDL)
Glucono-delta-lacton (GDL) banyak digunakan sebagai penggumpal sari
kedelai di Jepang sejak tahun 1969. Bahan penggumpal ini tergolong istimewa.
GDL dapat dicamprkan ke dalam sari kedelai dingin dengan jumlah sedikit,
kemudian dimasukkan kedalam wadah dan ditutup rapat, lalu dicelupkan ke dalam
air bersuhu 85-90oC selam 30-50 menit. Panas tersebut akan mengaktifkan lacton
sehingga terbentuk tahu yang bagus dalam wadah tanpa harus memisahkan air
tahu dan terlindung dari pencemaran jasad renik. Di Jepang tahu demikian disebut
filled tofu.
Garam
Penambahan garam pada bubur tahu yang akan dicetak kan menyebabkan
tahu menjadi makin awet dan mempunyai rasa yang lebih lezat (gurih), apalagi
bila disertai dengan tingkat kekerasan (kepadatan) yang cukup tinggi
(Suprapti, 2005)
Perubahan kimia yang terjadi pada proses pembuatan tahu ini akibat adanya
penambahan asam yaitu asam asetat glacial dimana protein akan terkoagulasi
dengan adanya penambahan asam. Sehingga protein yang terdapat pada kedelai
dapat diperoleh dengan mudah.
Pada proses pengelupasan kedelai dari kulit ari terjadi perubahan kimia
dimana kedelai sudah tidak mengandung selulosa yang terdapat pada kulit ari
selain itu juga terjadi perubahan fisik dimana kacang kedelai sudah bersih tanpa
kulit ari.
Proses selanjutnya yaitu penggilingan, pada proses ini terjadi perubahan
fisik dimana kedelai menjadi hancur sehingga didapat filtratnya. Filtrat yang
didapat kemudian dipanaskan sehingga terjadi perubahan kimia yaitu terjadi
denaturasi protein dan terjadi perubahan fisik dimana suhu pada filtrat meningkat.
Pada proses tempering terjadi perubahan fisik dimana suhu kembali
menurun. Kemudian ditambahkan asam sehingga terjadi perubahan kimia dimana
protein akan terkoagulasi sehingga terjadi perubahan fisik yaitu protein akan
menggumpal. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan asam maka protein
akan menggumpal. Hal ini disebabkan oleh asam menarik mantel air yang
penggilingan berjalan dengan baik dan hasil bubur kedelai pun bersih. Apabila hal
ini tidak dilakukan maka dapat menyebabkan tahu menjadi asam ataupun akan ada
kotoran yang terbawa dalam produk. Perendaman Kedelai harus direndam selama
8-12 jam hingga kedelai memiliki berat 2 kali bobot dari berat kedelai kering.
Apabila perendaman kurang dari waktu yang telah ditentukan, maka kedelai tidak
akan mencapai bobot yang diinginkan dan hal tersebut akan menyulitkan proses
penggilingan. Proses pemasakan kedelai yang telah ditumbuk dijaga suhunya pada
kisaran 100C selama 15 menit. Semakin rendah suhu pemanasan, akan
menghasilkan curd yang rendah. Hal ini disebabkan karena globulin belum
terbentuk.
Pendidihan
berfungsi
untuk
mendenaturasi
protein
sehingga
mempunyai daya cerna yang tinggi, selain itu berfungsi untuk meminimalkan
oksidasi lemak. Penambahan air pada proses pemasakan Pada proses pemasakan,
kedelai ditambahkan air dengan perbandingan berat kedelai kering : air adalah 1 :
10. Bila penambahan air terlalu sedikit maka sari kedelai yang terekstrak sedikit.
Sedangkan bila penambahan air terlalu banyak maka energi dan waktu ekstraksi
semakin lama. Suhu penggumpalan Suhu optimal saat penambahan koagulan
antara 70-80C Suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan koagulasi cepat,
namun penyerapan airnya rendah sehingga menghasilkan tahu dengan tekstur tahu
kasar dan hasil lebih sedikit. Sebaliknya bila suhu terlalu rendah (dibawah 60C)
akan menghasilkan tahu dengan kadar air terlalu rendah sehingga tahu terlalu
lembut untuk dicetak. Penggumpalan Penambahan koagulan yang terlalu banyak
akan berpengaruh terhadap rasa, warna tahu, dan tekstur tahu. Apabila
penambahan koagulan terlalu sedikit, maka akan ada bagian-bagian dari protein
tahu yang tidak terkoagulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nina.
(2011).
Jenis-Jenis
Tahu.
http://www.nina.pw/2011/03/jenis-jenis-
Satuan
Persyaratan
1. Keadaan :
1.1 Bau
Normal
1.2 Rasa
Normal
1.3 Warna
1.4 Penampakan
1.
Abu
2.
Protein(N x 6,25)
%b/b
%b/b
3.
4.
Lemak
Serat Kasar
%b/b
%b/b
%b/b
5.
6. Cemaran Logam
6.1. Timbal
6.2. Tembaga
6.3. Seng
6.4. Timah
6.5. Raksa
tidak berjamur
Maks.1,0
Min 9,0
Min 0,5
Maks. 0,1
Sesuai SNI 01-0222-1995 dan
- Peraturan Men.Kes No 722/
Men.Kes/Per/IX/1988
Maks 2,0
mg/kg
Maks 30
Maks 40
Maks 40
Maks 0,03
7.
Cemaran Arsen
Maks 1,0
8.
Cemaran Mikroba
APM/ g
/25g
Maks 10
Negatif
Jawab :
Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu
makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan
oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik isoelektrik, maka
sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang selama proses ionisasi
terjadi. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka matan
partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik
isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi
negatif.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Basis
= 500 gram
GDL
1
100
W produk
= 133 gram
%Produk
x 500gram = 5 gram
W produk
W basis
133
500
x 100%
x 100% = 26,6%