BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahanan kapal merupakan ilmu yang mempelajari reaksi fluida akibat gerakan kapal
yang melalui fluida tersebut. Dalam istilah hidrodinamika kapal, tahanan/resistance/drag
adalah besarnya gaya fluida yang bekerja pada kapal sedemikian rupa sehingga melawan
gerakan kapal tersebut. Tahanan tersebut sama dengan komponen gaya yang bekerja sejajar
dengan sumbu gerakan kecepatan kapal.
Tahanan dalam dunia perkapalan merupakan suatu hal yang teramat penting untuk
dikalkulasi secara tepat karena sangat berkaitan dengan penentuan daya mesin yang bekerja
di atas kapal. Pada kenyataaannya dalam pengoperasian suatu kapal sering terjadi bahwa
kecepatan yang diinginka sering tidak sesuai dengan perencanaan atau daya mesin yang
terpasang kadang terlalu besar. Untuk menyesuaikan besar daya mesin dengan kecepatan
yang dinginkan, maka harus diketahui besar tahanan yang terjadi pada kapal tersebut. Oleh
karena itu penting bagi mahasiswa untuk mengetahui bagaimana cara menentukan besar
tahanan suatu kapal dan bagaimana hubungan antara tahanan dengan daya mesin kapal untuk
mencapai kecepatan tertentu. Berangkat dari hal tersebut, maka disusunlah tugas tahanan
kapal rancangan. Dan dari hasil perhitungan nantinya akan digunakan untuk perhitungan
selanjutnya yaiitu penentuan besar daya mesin utama kapal yang tercakup dalam mata kuliah
propulsi kapal.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana menentukan atau memilih tahanan kapal rancangan yang tepat berdasarkan
metode guldhamer, yamagata, dan holtrop.
Tersedianya nilai tahanan suatu kapal yang nantinya akan digunakan untuk menghitung
daya mesin kapal
68
Kemampuan menghitung tahanan kapal merupakan bagian dari kompetensi utama lulusan
program studi teknik perkapalan dan kemampuan ini bermanfaat untuk digunakan saat
bekerja diindustri galangan kapal atau perusahaan pelayaran
BAB II
MUH. HIDAYAT ARIF ( D 311 12 003 )
68
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Komponen Tahanan
Pada dasarnya tahanan kapal dibagi menjadi dua yaitu tahanan yang berada di atas
permukaan air dan tahanan yang berasal dari bawah permukaan air. Tahanan yang di atas
permukaan air adalah yang bekerja pada bagian badan kapal yang kelihatan di atas
permuakaan air, disini pengaruh adanya udara yang mengakibatkan timbulnya hambatan.
Komponen tahanan yang bekerja pada kapal dalam gerakan mengapung di air adalah :
a.
68
68
dinding pembatas air tersebut akan cukup dekat untuk mempengaruhi tahanan kapal. Terbatas
disini diartikan sebagai dekatnya jarak antara dinding pembatas air itu sendiri dalam arah
horizontal. Kedangkalan air juga mempunyai pengaruh pada tahanan, yang disebut pengaruh
air dangkal ( Shallow Water Effect). Bila membandingkan karakteristik untuk kerja kapal
umunya karakteristik di daerah perairan yang mempunyai panjang, lebar dan kedalaman yang
terbatas. Selain itu, jika berada dijalur perairan samudera bebas ( sea way ), tahanan kapal
akan mengalami perubahan yang berupa :
1. Adanya Tahanan Tambahan (Added Resistance ) akibat angin yang bertiup pada
bagian superstructure, RAA.
2. Tahanan menjadi lebih besar akibat gerakan kapal.
3. Adanya tahanan tambahan akibat refleksi gelombang pada badan kapal.
4. Tahanan menjadi lebih besar karena sudut hanyut ( drift angle ) yang ditimbulkan
oleh baik angin dan gelombang maupun gerakan daun kemudi.
Kenaikan tahanan rata-rata digelombang, RAW, diartikan sebagai kenaikan tahanan rata-rata
diangin dan gelombang dibandingkan terhadap tahanan diair tenang pada kecepatan rata-rata
yang sama.
2.2.2 Metode Metode Penentuan Tahanan Kapal
Dalam menentukan tahanan suatu kapal, digunakan tiga metode, yaitu :
1. Metode Kapal Pembanding
Dalam metode ini, untuk menetukan tahanan dari suatu kapal dilakukan dengan cara
mengambil suatu contoh kapal dengan type dan ukuran yang sama sehingga dapat diketahui
berapa besar tahanan kapal tersebut.
2. Metode Statistik
Untuk menentukan berapa besar tahanan suatu kapal dengan mengunakan metode
statistik ini dilakukan dengan cara mengambil contoh dari beberapa kapal pembanding
dengan type kapal yang sama. Melalui data statistik maka akan diperoleh besar tahanan suatu
kapal untuk ukuran yang berbeda.
68
BAB III
PERHITUNGAN TAHANAN
68
PERHITUNGAN TAHANAN
METODE GULDHAMER
Metode Guldhamer pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuan Denmark
kelahiran Jerman bernama H. E. Guldhamer. Metode ini berdasarkan penelitian pada Taylor
Model Basin, Wageningen , Model Basin dan Swedish State Shipbuilding Experimental Tank
di Swedia. Penerbitan pertama tentang metode dan kemudian disempurnakan sepuluh tahun
kemudian. Pada metode ini diperkenalkan suatu sistem perhitungan dengan pembacaan
diagram-diagram yang dikembangkan dari rumus-rumus empiris maupun non empiris.
ALGORITMA PERHITUNGAN
a) Menentukan lima jenis kecepatan kapal
b) Menghitung luas permukaan basah
c) Menghitung froude number
d) Menghitung koefisien tahanan gesek
e) Menghitung koefisien tahanan sisa
f) Menghitung koefisien tahanan sisa akibat rasio B/T
g) Menghitung koefisien tahanan sisa akibat letak LCB
h) Menghitung koefisien tahanan sisa akibat adanya bagian-bagian
tambahan
i) Menghitung koefisien tahanan sisa akibat adanya bulbous bow
j) Menghitung koefisien tahanan sisa akibat bentuk badan kapal
k) Menghitung koefisien tahanan sisa total
l) Menghitung koefisien tahanan gesek
m) Menghitung koefisien tahanan gesek hasil koreksi
n) Menghitung koefisien tahanan akibat kekasaran
o) Menghitung koefisien tahanan angin
p) Menghitung koefisien tahanan steering
68
= 0,673
(Displacement)
= 7180,654 ton
(Volume)
= 6953,366 m3
LCB
= -0,803 % LBP
air
= 1025 kg/m3
13,5
Kecepatan (Knot)
14,5
15,5
16,5
6,430
41,345
6,944
48,225
7,458
55,633
7,973
63,572
8,487
72,039
68
68
103 CR1
0,98
?
0,8
CR
5
5,146
5,5
103 CR1 = 0,98 +
(0,80,98)
(5 , 55 ,0)
(5,146 5)
= 0,927
CR
5
5,146
5,5
103 CR1 = 1,1 +
(0,851,1)
(5 , 55 , 0)
(5,146 5)
= 1,027
CR
5
5,146
5,5
103 CR1 = 1,4 +
(1,151,4 )
(5 , 55 ,0)
(5,146 5)
= 1,327
103 CR1
1,85
?
1,45
68
(5,146 5)
= 1,733
CR
5
5,146
5,5
103 CR1 = 1,85 +
(2,22,7)
(5,55 , 0)
(5,146 5)
= 2,553
6) Menentukan Koefisien Tahanan Sisa Akibat Ratio B/T (103 CR2)
(Tim Dosen Perkapalan Jurusan Perkapalan Unhas, Perhitungan Tahanan Kapal;
halaman 2)
Tahanan sisa yang menjadi standar perhitungan dengan ratio perbandingan B/T = 2,5.
Jikalau melebihi standar ratio tersebut, maka harus dikoreksi. Sedangkan pada kapal ini nilai
perbandingan lebar-sarat 2,59, sehingga harus dikoreksi. Koreksi tahanan sisa akibat ratio
B/T yang tidak sesuai standar dapat dihitung dengan rumus :
(103 CR2) = 103 CR1 0,16 (B/T 2,5)
Sehingga :
68
LCBsebenarnya
= -0,803 % 94,45
= -0,758 m
4) Penentuan Letak LCB Standar
(Tim Dosen Perkapalan Jurusan Perkapalan Unhas, Perhitungan Tahanan Kapal;
halaman 20, Fig 10)
Letak LCBstandar dipengaruhi oleh fungsi Froude Number (Fn). Sehingga :
v(m/s)
6,430
6,944
7,458
7,793
8,487
Fn
0,207
0,224
0,240
0,257
0,273
LCBstandar
0,24 % 94,45 = 0,227 m
-0,47 % 94,45 = -0,444 m
-1,22 % 94,45 = -1,152 m
-1,98 % 94,45 = -1,870 m
-2,16 % 94,45 = -2,040 m
Keterangan :
94,45 = LBP
68
Fn
0,207
0,224
0,240
0,257
0,273
Pada kecepatan 6,430 m/s dan 6,944 m/s nilai koefisien koreksi LCB = 0, karena pada
kecepatan itu tidak memenuhi standar dilakukan koreksi.
6) Koreksi LCB (LCB)
(Sv. Harvald, Tahanan dan Propulsi Kapal; halaman 130)
Koreksi LCB ( LCB) dilakukan jika letak LCBsebenarnya berada di depan LCBstandar.
Nilai LCBsebenarnya adalah -0,758 m, sedangkan nilai LCB standar pada kecepatan 6,430
dan 6,944 masing-masing sebesar 0,227 m dan -0,444 m. Hal tersebut menunjukkan
bahwa nilai
berlaku koreksi LCB (LCB). Sedangkan pada kecepatan lain berlaku koreksi LCB
(LCB). Koreksi LCB (LCB) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
(LCB) =
Koefisien
Koreksi
=0
=0
0,758(1,152)
100
0,225
= 0,000886
68
0,758(1,870)
100
0,289
= 0,003213
0,758(2,040)
100
0,321
= 0,004114
7) Koefisien Tahanan Sisa Akibat Letak LCB (103 CR3)
(Sv. Harvald, Tahanan dan Propulsi Kapal; halaman 130)
Dengan demikian maka koefisien tahanan sisa dengan koreksi di atas untuk kapal yang
mempunyai LCBsebenarnya di depan LCBstandar adalah :
(103 CR3) = 103 CR standar (LCB)
Dimana 103 CR standar = (LCB standar)/1000
Sehingga :
= (0,227/1000) + 0
= 0,00027
= (-0,444/1000) + 0
= -0,000444
= (-1,152/1000) + 0,000886
= -0,0002661
= (-1,870/1000) + 0,003213
= 0,0001343
68
68
Fn
0,207
0,224
0,240
0,257
0,273
10) Menentukan Tahanan Sisa Akibat Bentuk Badan Kapal (103 CR6)
(Sv. Harvald, Tahanan dan Propulsi Kapal; halaman 131)
Koreksi untuk 103 CR akibat bentuk gading ditentukan dengan bentuk fore body dan
after body dengan rincian sebagai berikut :
Fore Body
After Body
Ekstrim U
- 0,1
Ekstrim U
+ 0,1
Ekstrim V
+ 0,1
Ekstrim V
-0,1
Pada perancangan kapal ini, bentuk badan kapal bagian depan dan bagian belakang
kapal berbentuk standar, yaitu penampang yang bukan benar-benar berbentuk U dan V,
sehingga tidak diperlukan adanya koreksi.
11) Penentuan Koefisien Total Tahanan Sisa Kapal (103 CR)
68
LWL
1 /3
103 CR1
0,927
1,027
1,327
1,733
2,553
103 CR2
0,912
1,012
1,312
1,718
2,538
103 CR3
0,00027
-0,00444
-0,000266
0,001343
0,002074
103 CR4
0,9851
1,0926
1,4166
1,8552
2,7415
103 CR5
0,091035
-0,012136
-0,121865
-0.199235
-0,264744
103 CR6
0
0
0
0
0
103 CR
2,9159
3,1184
3,9329
5,1078
7,5708
Dimana :
v
= kecepatan kapal dalam m/s
LWL = length waterline yaitu 98,23 m
= viskositas air laut 1,1883 10-6 m2/s
Sehingga :
68
103 CF =
1000
0,075
103 CF
=
1000
0,075
2
log 5,32 108
=
1000
0,075
2
8,726
=
1000
0,075
= 1,65809
103 CF
=
1000
0,075
2
log 5,75 108
=
1000
0,075
68
=
1000
0,075
= 1,64173
103 CF
=
1000
0,075
2
log 6,17 108
=
1000
0,075
2
8,790
=
1000
0,075
= 1,62676
103 CF
=
1000
0,075
2
8
log 6,60 10
=
1000
0,075
2
8,819
=
1000
0,075
= 1,61296
68
103 CF
=
1000
0,075
2
log 7,02 108
=
1000
0,075
2
8,847
=
1000
0,075
= 1,60020
(S1/S) 103 CF
1,02 1,65809
1,02 1,64173
1,02 1,62676
1,02 1,61296
1,02 1,60020
103 CF
1,6913
1,6746
1,6593
1,6452
1,6322
68
CA
= 0,0006 +
(0,00040,0006)
(10.0001000)
CA
0,0006
?
0,0004
(7180,6543 - 1000)
= 0,00046
103 CA
= 0,46
68
= KoefisienTahanan Sisa
= Koefisien Tahanan Gesek Yang Telah Dikoreksi
= Koefisien Tahanan Akibat Kekasaran
= Koefisien Tahanan Angin
= Koefisien Tahanan Steering
103 CR
2,9159
3,1184
3,9329
5,1078
7,5708
v (m/s)
6,430
6,944
7,458
7,973
8,487
103 CF
1,6913
1,6746
1,6593
1,6452
1,6322
103 CA
0,46
0,46
0,46
0,46
0,46
103 CAA
0,07
0,07
0,07
0,07
0,07
103 CS
0,04
0,04
0,04
0,04
0,04
103 CRT
5,1798
5,3657
6,1648
7,3259
9,7756
S
v
103 CRT
Sehingga :
68
margin)
untuk
tahanan
atau
daya
efektif
direncanakan
sbb:
Jalur pelayaran Asia Timur, 15-20 %. Pada perancangan kapal ini diambil sea margin sebesar
15%, sehingga :
= (15 % RT) + RT
= (15 % 241,683) + 241,683
= 277,935 KN
= (15 % RT) + RT
= (15 % 292,016) + 292,016
= 335,819 KN
= (15 % RT) + RT
= (15 % 387,056) + 387,056
= 445,114 KN
= (15 % RT) + RT
= (15 % 525,562) + 525,562
= 604,397 KN
= (15 % RT) + RT
= (15 % 794,741) + 794,741
= 913,952 KN
68
Kecepatan - RT
1000
RT (KN)
500
0
6
6.5
7.5
8.5
KECEPATAN (m/s)
68
PERHITUNGAN TAHANAN
METODE HOLTROP DAN MENNEN
Kecepatan - EHP
10000
EHP (KW)
5000
0
6 6.5 7 7.5 8 8.5 9
KECEPATAN (m/s)
68
= 0,673
(Displacement)
= 7180,654 ton
(Volume)
= 6953,366 m3
LCB
= -0,803 % LBP
As
hB
AT
= Luas transom
= 10,0476 m2 ( dari tugas lines plan)
LCB
= -0,803 % LBP
Sangin
Cstern
68
= 1300 kg/m3
13,5
Kecepatan (Knot)
14,5
15,5
16,5
Kecepatan (m/s)
7,458
7,973
8,487
6,430
6,944
68
b)
c)
d)
-0,803)0,6906
= 0,925
e) Menentukan luas bidang basah kapal (S)
68
Dimana :
v
= kecepatan kapal dalam m/s
LWL = length waterline yaitu 98,23 m
= viskositas air laut 1,1883 10-6 m2/s
Sehingga :
empiris yang
dikemukakan dalam ITTC (International Towink Tank Conference) tahun 1957 berikut :
Rn2
log
CF =
0,075
CF =
0,075
68
0,075
2
8,726
0,075
= 0,001658
CF =
0,075
2
log 5,75 108
0,075
2
8,759
0,075
= 0,001641
CF =
0,075
2
log 6,17 108
0,075
68
0,075
= 0,001627
CF =
0,075
2
log 6,60 108
0,075
2
8,819
0,075
= 0,001613
CF =
0,075
2
8
log 7,02 10
0,075
2
8,847
0,075
= 0,001600
g) Menghitung Tahanan Gesek (RF)
Koefisien gesek dapat dihitung dengan menggunakan rumus empiris berikut :
68
Sehingga :
Ada = 1, Tidak = 0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
Faktor
1,3
1,5
2,8
3
1,5
3
2
2
2,8
2,7
1,4
Produk
1,3
0
0
0
0
3
2
0
0
0
1,4
68
E2
7,7
(1 + k2)
= 7,7/ 4
= 1,925
b) Harga hambatan bagian tambahan (RAPP) dapat ditentukan dengan formula berikut :
RAPP = (1 + k2) CF 0,5 As v2
Dimana :
CF
As
Sehingga :
=9+
IE
9o
X
10o
(109)
(0,6730,6)
(0,750,60)
68
= 0,169
IE
Sehingga :
C1
C3 =
0,56 A BT
BT ( 0,31 A BT +T F h B )
Dimana :
ABT
= Luas bulbos bow yaitu 13,663 m2 (diambil dari tugas lines plan)
TF
= Tinggi sarat bagian haluan sama dengan sarat kapal yaitu 6,43 m (faktor trim
kapal diabaikan)
hB
Sehingga :
C3
13,663+6,43+6,43
0,31
=
16,68 6,43
1,5
0,56 (13,663)
68
C3
Sehingga :
C2
= exp (-1,89
0,0527
= 0,6479
f) Menghitung Koefisien C5
Koefisien C5 dihitung berdasarkan rumus empiris :
C5 = 1 (0,8 AT) / (B T Cm)
Dimana :
AT
Cm
Sehingga :
C5
Sehingga :
C16
h) Menghitung Koefisien m1
Koefisien m1 dihitung berdasarkan rumus empiris :
m1 =
+
C16
T
L
L
68
C16
= 1,2852
Sehingga :
m1
1 /3
6,43
98,23
0,56 A BT 1,5
16,68 6,43(0,31 13,663+6,436,43)
4,7932 16,68
1,2852
98,23
= -0,5974
i) Menghitung Koefisien C15
Nilai koefisien C15 dipengaruhi dan dibatasi oleh
LWL 3
. Koefisien C16 dihitung
6953,37
= 136,313
C15
= -1,69385
when for
LWL 3
< 512
j) Menghitung Koefisien m2
Koefisien m2 dihitung berdasarkan rumus empiris :
m2 = C15 Cp2 exp (-0,1 Fn-2)
Dimana :
C15
= -1,69385
Cp
Fn
Sehingga :
68
98,23
16,68
= 5,89. Nilai
Sehingga :
98,23
)
16,68
= 0,797
l) Menghitung Tahanan Gelombang (RW)
Harga tahanan gelombang (RW) dapat ditentukan dengan formula berikut :
RW = C1 C2 C5 exp {m1 Fnd m2 cos ( Fn-2)}/1000
Dimana :
C1
= 2,3053
C2
= 0,6479
C5
= 0,923
= Volume karena kapal yaitu 6953,37 m3
= 1025 kg/m3
m1
= -0,5974
Fn
= Froude number berdasarkan variasi kecepatan
m2
= Koefisien tahanan berdasarkan variasi kecepatan dan froude number (Fn)
= 0,797
= -0,9
Sehingga :
68
6,430
2 9,8 10,0476/(16,68+16,68 0,79)
= 2,5024
6,944
2 9,8 10,0476/(16,68+16,68 0,79)
= 2,7026
68
FnT
7,973
2 9,8 10,0476/(16,68+16,68 0,79)
= 3,1029
8,487
2 9,8 10,0476/(16,68+16,68 0,79)
= 3,3031
b) Menghitung Koefisien C6
Nilai koefisien C6 dibatasi dan dipengaruhi oleh harga FnT. Nilai koefisien C6 dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
C6 = 0,2 (1- 0,2 FnT) when for FnT < 5
Sehingga :
68
AT
C6
Sehingga :
Fni =
Dimana :
v
= Variasi kecepatan dalam m/s
TF
= Tinggi sarat bagian haluan sama dengan sarat kapal yaitu 6,43 m (faktor trim
ABT
hB
kapal diabaikan)
= Luas bulbous bow yaitu 13,663 m2
= Tinggi bulbous bow yaitu 2,572 m
Sehingga :
68
Fni
9,8
6,430
= 0,6796
Fni
9,8
=
6,944
= 0,6957
Fni
9,8
7,458
= 0,7094
Fni
9,8
7,973
= 0,7209
Fni
9,8
8,487
= 0,7311
b) Menentukan koefisien darurat bulbous bow (PB)
Koefisien darurat bulbous bow (PB) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
68
PB = 0,56
A BT
Dimana :
TF
ABT
hB
Sehingga :
= Tinggi sarat bagian haluan sama dengan sarat kapal yaitu 6,43 m (faktor trim
kapal diabaikan)
= Luas bulbous bow yaitu 13,663 m2
= Tinggi bulbous bow yaitu 2,572 m
6,43(1,5 2,572)
PB
= 0,56
13,663
= 0,80
c) Menentukan tahanan bulbous bow (RB)
Tahanan bulbous bow (RB) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
3
1,5
F n i A BT g
-2
RB = 0,11 exp (-3 PB )
2
1+ F
Dimana :
PB
= Koefisien darurat bulbous bow PB yaitu 0,80
Fni
= Froude Number akibat ketenggelaman bulbous bow dan bergantung variasi
ABT
g
Sehingga :
kecepatan
= Luas bulbous bow yaitu 13,663 m2
= Massa jenis air laut yaitu 1025 kg/m3
= Percepatan gravitasi yaitu 9,8 m/s2
-2
= 116,688 N
= 123,323 N
= 129,107 N
68
-2
= 134,156 N
= 138,572 N
9) Menghitung Tahanan Angin (RA)
(Paper An Approximate Power Prediction Method Oleh J. Holtrop And G.G.J Mennen)
a) Menentukan koefisien C4
TF
Nilai koefisien C4 dibatasi dan dipengaruhi oleh nilai
.
LWL
TF
6,43 m
=
=0,065 , sehingga formula yang digunakan adalah :
LWL 98,23 m
TF
C4 = 0,04
When
> 0,04
LWL
b) Menentukan koefisien tahanan angin (CA)
Nilai koefisien tahanan angin dibagi menjadi dua bagian yaitu :
LWL
CA1 = 0,006 (L + 100)-0,16 0,00205 + 0,003
C2 (0,04 0,04)
7,5 C b
98,23
= 0,006 (98,23 + 100)-0,16 0,00205 + 0,003
0,648 (0,04
7,5 0,66
0,04)
= 0,000523974
CA2 = (0,105 Ks1/3 0,005579) / L1/3 (Dimana Ks = 150 m = 150 10-6)
= (0,105 (150 10-6)1/3 0,005579) / 98,231/3
= -9,21 10-9
CA total
= CA1 + CA2
= 0,000523974 + -9,21 10-9
= 0,000523965
c) Menentukan tahanan angin (RA)
Tahanan angin (RA) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
RA = 0,5 Sangin v2 CA
Dimana :
= Massa jenis udara yaitu 1300 kg/m3
Sangin = Luas bidang tangkap angin yaitu 339,4753 m2
v
= Variasi kecepatan kapal
CA
= Koefisien tahanan angin yaitu 0,000523965
Sehingga :
68
RA
= 4780,194 N
RA
= 5575,618 N
RF
82344,643
RAPP
22338,97
RW
7617,461
RTR
21269,9
RB
116,71
RA
4780,194
RTOT
138,468
6,944
95099,217
6
25799,117
8983,156
2
22820,7
123,345
5575,618
158,401
7,458
108709,211 29491,32
10366,49
1
24032,7
129,129
6432,229
179,161
123167,61
2
33413,68
6
11754,055
4
24840,5
7,973
134,178
7350,027
200,660
2
138467,95
9
37564,46
13135,41
4
25178,6
8,487
138,594
83,29,011 222,814
68
margin)
untuk
tahanan
atau
daya
efektif
direncanakan
sbb:
Jalur pelayaran Asia Timur, 15-20 %. Pada perancangan kapal ini diambil sea margin sebesar
15%, sehingga :
= (15 % RT) + RT
= (15 % 138,468) + 138,468
= 159,238 KN
= (15 % RT) + RT
= (15 % 158,401) + 158,401
= 182,161 KN
= (15 % RT) + RT
= (15 % 179,161) + 179,161
= 206,035 KN
= (15 % RT) + RT
= (15 % 200,660) + 200,660
= 230,759 KN
= (15 % RT) + RT
= (15 % 222,814) + 222,814
= 256,236 KN
68
Kecepatan - RT
300
200
RT (KN)
100
0
6
6.5
7.5
8.5
Kecepatan (m/s)
68
PERHITUNGAN TAHANAN
METODE YAMAGATA
Kecepatan - EHP
3000
2000
EHP (kW)
1000
0
6
6.5
7.5
8.5
Kecepatan (m/s)
Metode Guldhamer pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuan Jepang yang
bernama Dr. Yamagata. Beliau adalah pengajar di beberapa universitas terkemuka di Jepang
dan merupakan salah satu staf ahli Biro Keselamatan dan Teknologi Maritim Kekaisaran
Jepang.
ALGORITMA PERHITUNGAN
Menentukan lima jenis kecepatan kapal
Menghitung luas permukaan basah
Menghitung reynold number
Menghitung koefisien tahanan gesek
68
= 94,45 m
= 98,23 m
= 16,68 m
= 8,14 m
= 6,43 m
= 14,50 knot
= (1 knot = 0,5144 m/s)
= 0,66
= 0,98
= 0,79
68
= 0,673
(Displacement)
= 7180,654 ton
(Volume)
= 6953,366 m3
LCB
= -0,803 % LBP
air
= 1025 kg/m3
13,5
Kecepatan (Knot)
14,5
15,5
16,5
6,430
41,345
6,944
48,225
7,458
55,633
7,973
63,572
8,487
72,039
68
Dimana :
v
= kecepatan kapal dalam m/s
LWL = length waterline yaitu 98,23 m
= viskositas air laut 1,1883 10-6 m2/s
Sehingga :
empiris yang
dikemukakan dalam ITTC (International Towink Tank Conference) tahun 1957 berikut :
Rn2
log
CF =
0,075
68
CF =
0,075
2
log 5,32 108
0,075
2
8,726
0,075
= 0,001658
CF =
0,075
2
8
log 5,75 10
0,075
2
8,759
0,075
= 0,001641
CF =
0,075
68
0,075
2
8,790
0,075
= 0,001627
CF =
0,075
2
log 6,60 108
0,075
2
8,819
0,075
= 0,001613
CF =
0,075
2
log 7,02 108
0,075
68
0,075
= 0,001600
6) Menghitung Koreksi Koefisien Gesek (CF)
(M. Alham Djabbar, Tahanan Kapal; halaman 82)
Akibat adanya kekasaran permukaan badan kapal, maka nilai koefisien tahanan gesek
yang didapatkan pada poin 5 harus dikoreksi. Koreksi koefisien gesek dihitung dengan
menggunakan rumus :
CF = 1,04 CF
Sehingga :
v (m/s)
6,430
6,944
7,458
7,973
8,487
CF
0,001658
0,001641
0,001627
0,001613
0,001600
CF = 1,04 CF
1,04 0,001658 = 0,001724
1,04 0,001641 = 0,001707
1,04 0,001627 = 0,001691
1,04 0,001613 = 0,001677
1,04 0,001600 = 0,001664
Sehingga :
68
g LWL
68
Cro
0,0048
0,0050
0,0060
0,0085
0,0105
= B/L 0,1350
= 0,169806 0,1350
= 0,034806
c) Menentukan Harga Koefisien Koreksi Perbandingan B/L ((CR)(B/L) / (B/L)K)
(Kiyoshi Takashiro, Power Prediction Based on Modified Yamagata Resistance
Chart and Newly Intruduced Thrust Deduction and Wake Factors ; halaman 24)
Mengacu pada Fig. 30 dengan mempertimbangkan fungsi koefisien blok (Cb) dan
Froude Number (FN) maka didapatkan nilai koefisien koreksi perbandingan B/L sebagai
berikut :
Fn
0,207
0,224
0,240
0,257
0,273
((CR)(B/L) / (B/L)K)
0,06
0,06
0,06
0,06
0,07
68
= 0,034806 0,06
= 0,002088
= B/T 2,25
= 2,594 2,25
= 0,34409
c) Menentukan Harga Koefisien Koreksi Perbandingan B/T ((CR)(B/T) / (B/T)K)
68
((CR)(B/T) / (B/T)K)
0,0006
0,0006
0,000825
0,00097
0,00092
= 0,34409 0,0006
= 0,0002064
68
(Memenuhi aturan b)
Ks = Diambil 1,025
15) Koefisien Tahanan Sisa Total (CR)
(Kiyoshi Takashiro, Power Prediction Based on Modified Yamagata Resistance Chart
and Newly Intruduced Thrust Deduction and Wake Factors ; halaman 26)
Nilai koefisien tahanan sisa total kapal dihitung dengan menggunakan rumus :
68
Sehingga :
68
68
RA
= 981,939 N
RA
= 1112,729 N
17) Menghitung Tahanan Total (RTOT)
Tahanan total dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
RTOT = (RF + RR)/1000 (KN)
Dimana :
RF
= Tahanan gesek (N)
RR
= Tahanan sisa (N)
RA
= Tahanan angin (N)
v (m/s)
6,430
6,944
7,458
7,973
RF
155750,441
138540,433
122277,448
106968,7597
RR
43417,7891
52070,1068
68942,0652
102772,723
RA
638,618
744,884
859,325
981,939
RTOT
136,678
159,783
192,078
242,295
8,487
92622,259
1
141315,173
1112,729
298,178
1
14) Menentukan Tahanan Total Akibat Jalur Pelayaran (RT)
(Sv. Harvald, Tahanan dan Propulsi Kapal; halaman 132)
Untuk kondisi rata-rata pelayaran dinas harus diberikan kelonggaran tambahan pada
tahanan dan gaya efektif yang disebabkan oleh angin, erosi dan fouling pada badan kapal.
Tambahan kelonggaran ini sangat tergantung pada jalur pelayaran. Kelonggaran rata-rata (sea
margin/service
margin)
untuk
tahanan
atau
daya
efektif
direncanakan
sbb:
Jalur pelayaran Asia Timur, 15-20 %. Pada perancangan kapal ini diambil sea margin sebesar
15%, sehingga :
= (15 % RT) + RT
= (15 % 136,678) + 136,678
= 157,180 KN
68
= (15 % RT) + RT
= (15 % 192,078) + 192,078
= 220,890 KN
= (15 % RT) + RT
= (15 % 242,295) + 242,295
= 278,639 KN
= (15 % RT) + RT
= (15 % 298,178) + 298,178
= 342,905 KN
68
Kecepatan - RT
400
300
RT (KN) 200
100
0
6
6.5
7.5
8.5
Kecepatan (m/s)
Kecepatan - EHP
3000
2000
EHP (kW)
1000
0
6 6.5 7 7.5 8 8.5 9
Kecepatan (m/s)
68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA
4.2 Data Kumulatif Dan Pembahasan Perhitungan Tahanan Semua Metode
v (m/s)
6,430
6,944
7,458
7,973
8,487
RTguldhamer (KN)
277,936
335,819
445,114
604,397
913,952
RTyamagata (KN)
157,180
183,751
220,890
278,639
342,905
RTholtrop (KN)
159,238
182,161
206,035
230,759
256,236
Kecepatan -RT
1000
800
Metode Guldhamer
600
RT (RT)
Metode Yamagata
Metode Holtrop dan
Mennen
400
200
0
6
Kecapatan (m/s)
Kecepatan (Knot)
12,5
13,5
14,5
15,5
16,5
Persentase (%)
1,30906942
0,865300054
6,725223604
17,18359826
25,27488893
Persentase (%)
42,70687711
45,75610506
Kecepatan (Knot)
12,5
13,5
68
14,5
15,5
16,5
445,1143855
604,397136
913,9525425
206,0352726
230,7590924
256,2362125
53,71183693
61,81995602
71,96394773
Persentase (%)
43,44719262
45,28263568
50,37440468
53,89796805
62,48108318
Kecepatan (Knot)
12,5
13,5
14,5
15,5
16,5
1. Konsep tahanan pada kapal yang bukan bertipe speed vessel menyatakan bahwa
pertambahan kecepatan berbanding lurus terhadap intensitas tahanan yang bekerja pada
kapal. Jikalau melihat grafik di atas, maka kapal rancangan MT. Laskar Suli-Suli 02
masuk dalam area konsep tersebut.
2. Ketiga metode di atas menghasilkan jumlah tahanan yang berbeda-beda dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya :
1) Jumlah komponen tahanan yang menjadi tolak ukur itu berbeda dengan rincian sebagai
berikut :
Metode Guldhamer
Tahanan Sisa
Tahanan sisa akibat rasio B/T
Tahanan sisa akibat letak LCB
Tahanan sisa akibat adanya bagian-bagian tambahan
Tahanan sisa akibat adanya bulbous bow
Tahanan sisa akibat bentuk badan kapal
Tahanan gesek
Tahanan Tambahan
Tahanan akibat kekasaran
Tahanan angin
Tahanan steering
Metode Yamagata
Tahanan Sisa
68
Tahanan gesek
Tahanan angin
Metode Holtrop
Tahanan gesek
Tahanan gelombang
2) Rumus empiris yang digunakan untuk setiap metode itu juga berbeda. Semua perhitungan
tahanan pada metode holtrop menggunakan rumus-rumus empiris karena metode ini lebih
mengedepankan
pada
aspek
ketepatan
perhitungan
pada
pengambilan
data
dan
pengolahannya secara statistik. Sementara pada metode guldahamer dan yamagata, konsep
perhitungannya lebih cenderung untuk memadukan antara rumus-rumus empiris dan grafik
(Guldahamer dan Yamagata Chart). Selain itu kedua metode ini juga mengadopsi nilai-nilai
koefisien tahanan yang telah menjadi kesepakatan internasional seperti koefisien tahanan
angin, koefisien tahanan kekasaran, koefisien tahanan steering dan koefisien tahanan
tambahan.
3.
Dari grafik di atas, tampak bahwa tahanan terbesar terdapat pada perhitungan metode
guldahmer dan tahanan terkecil terdapat pada perhitungan metode holtrop.
4.2 Data Kumulatif Dan Pembahasan Perhitungan EHP Semua Metode
v (m/s)
6,430
EHPguldhamer (KW)
1554,023
EHPyamagata (KW)
1010,670
EHPholtrop (KW)
1023,900
68
1276,042
1647,579
2221,647
2910,441
1265,001
1536,775
1839,888
2174,830
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan hasil perhitungan tahanan di atas adalah :
1) Tahanan kapal berbading lurus terhadap kecepatan dan kebutuha daya mesin kapal.
2) Persentase perbedaan tahanan rata-rata tertinggi terjadi antara metode guldhamer terhadap
metode holtrop yakni 55,19 %.
Sementara Persentase perbedaan tahanan rata-rata terendah terjadi antara metode yamagata
terhadap metode holtrop yakni 10,27 %.
68
68
DAFTAR PUSTAKA
Arsip data tugas prarancangan kapal, lines plan, dan konstruksi kapal
Anonim, Perhitungan Tahanan Kapal. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Univeristas
Hasanuddin
Harval, Sv. Aa. 1974. Resistance and Propultion of Ships. Akademisk Forlag, Copenhagen.
J.M.Journee. 2000.An Approximate Power Prediction Method Oleh J. Holtrop And G.G.J
Mennen
M. Alham Djabbar dan Rosmani, 2011, Tahanan Kapal, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Univeristas Hasanuddin.
Rosmani, dkk. 2014. Pandauan Perhitungan Tahanan. Program Studi Teknik Perkapalan,
Universitas Hasanuddin.
Solarso, Harotahara. 1983. Pompa dan Kompressor. PT. Pradnya Pramita : Jakarta
68
68
LAMPIRAN
68