Anda di halaman 1dari 8

Penanganan Tepat pada Anak Autisme

Foto : Corbis
AUTISME atau disebut dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD), hingga kini belum diketahui secara
pasti penyebabnya. Meski demikian, saat ini sudah ada beberapa langkah tepat untuk penderita autis
agar dapat memiliki kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara.
Anak yang menderita autis sebenarnya dapat diketahui sejak usia dini. Karena umumnya gangguan ini
muncul sebelum anak berusia tiga tahun. Hanya kebanyakan orangtua kurang aware dengan gejala yang
timbul pada anaknya hingga usia empat tahun.
Padahal pada usia tersebut, anak sudah larut dengan dunianya sendiri sehingga tidak bisa
berkomunikasi dan berinterkasi dengan teman-teman dan lingkungannya. Ketika kondisi tersebut
terlambat diketahui, maka langkah utama yang harus dilakukan ialah memfokuskan kelebihan anak di
bidang tertentu yang dikuasainya.
Nah, kunci sukses untuk membantu para orangtua atau keluarga agar penderita autis dapat berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya, maka seluruh anggota keluarga harus turut langsung membantu para
penderita ini berusaha melakukan hal itu.
Menurut dr Irawan Mangunatmadja, Sp.A(K), pakar autis indonesia, beberapa keganjalan yang sering
dilakukan oleh penderita autis dapat dibantu dengan melakukan empat macam terapi. Saat ini sudah
terdapat beberapa terapi bagi penderita autis, baik itu terapi perilaku - ABA, terapi sensori integrasi,
terapi okupasi, terapi wicara maupun terapi tambahan seperti terapi musik, AIT, Dolphin Assisted
Therapy.

"Terapi perilaku - ABA merupakan terapi gentak untuk memperbaiki perilaku anak autis yang sering
menyimpang. Salah satu hal yang dapat dilakukan ialah bersuara keras saat memberikan perintah pada
anak. Kalau anak tidak mau melakukan apa yang diperintahkan, maka harus mengagetkan mereka,"
kata dr Irawan dalam seminar yang diselenggarakan di Kantor Pusat Sun Hope Indonesia, belum lama
ini.
Terapi sensori integrasi, sambungnya, khusus ditujukan pada fungsi biologis otak. Sehingga otak
melakukan segala sesuatu dengan benar. Sementara itu, terapi okupasi dilakukan untuk memperbaiki
aktivitas penderita autis. Selain itu ada juga terapi wicara yang dilakukan untuk membantu penderita
autis yang mengalami gangguan bicara agar bisa berbicara kembali.
Ternyata agar anak autis dapat kembali di tengah-tengah keluarganya, tak hanya langkah terapi saja
yang dilakukan. Pemberian nutrisi tepat bagi penyandang autis juga harus diperhatikan. Karena pada
beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami autisme ternyata juga alergi terhadap
makanan tertentu.
Menurut ahli gizi Sun Hope Indonesia, Fatimah Syarief, AMG, StiP, orang tua perlu memerhatikan
beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari seperti makanan yang mengandung gluten (tepung
terigu), permen, sirip, dan makanan siap saji yang mengandung pengawet, serta bahan tambahan
makanan.
"Penderita autis umumnya mengalami masalah pencernaan terutama makanan yang mengandung
casein (protein susu) dan gluten (protein tepung)," kata Fatimah saat dihubungi okezone melalui telepon
genggamnya, Rabu (30/4/2008).
Selain asupan makanan yang tepat, suplementasi pun perlu diberikan pada pasien autis mengingat
adanya gangguan metabolisme penyerapan zat gizi (lactose intolerance) dan gangguan cerna yang
diakibatkan karena konsumsi antibiotik dengan pemberian sinbiotic (kombinasi Sun Hope probiotik dan
enzymes sebagai prebiotik).
"Meski suplemen penting diberikan pada penderita autis, hal yang paling tepat dilakukan adalah
memberikan pengaturan nutrisi yang tepat. Ketika makanan tidak tepat masuk ke dalam tubuh, maka
akan masuk ke usus halus dan tidak tercerna dengan baik. Akhirnya makanan tersebut keluar melalui
urin, karena material tersebut sifatnya toxic (racun) sehingga terserap ke otak. Hal tersebut
menyebabkan anak autis semakin hiperaktif," jelasnya panjang lebar.
Tak hanya itu saja, untuk membantu mengurangi gejala hiperaktif dan membantu meningkatkan
konsentrasi dan perbaikan perilaku, suplementasi omega 3 yang terdapat pada Sun Hope Deep Sea dapat
dijadikan alternatif.(nsa)

Anak Autis

Memiliki anak yg menderita autis memang berat. Anak penderita autis seperti seorang yg
kerasukan setan. Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita tidak dapat mengendalikan
emosinya. Kadang tertawa terbahak, kadang marah tak terkendali. Dia sendiri tdk mampu
mengendalikan dirinya sendiri & memiliki gerakan2 aneh yg selalu diulang2. Selain itu dia
punya ritual sendiri yg harus dilakukannya pada saat2 atau kondisi tertentu.
Penelitian yg intensive di dunia medis pun dilakukan oleh para ahli. Dimulai dari hipotesis
sederhana sampai ke penelitian klinis lanjutan. Dan setelah banyak membaca & mengamati,
saya sebagai orang awam yg sederhana ini dapat menarik kesimpulan sementara, yaitu:
1. Autis bukan karena keluarga (terutama ibu yg paling sering dituduh) yg tdk dapat
mendidik penderita. Anak autis tidak memiliki minat bersosialisasi, dia seolah hidup
didunianya sendiri. Dia tidak peduli dgn orang lain. Orang lain (biasanya ibunya) yg
dekat dengannya hanya dianggap sebagai penyedia kebutuhan hidupnya. (Baca: Teory
of Mind, yg ditulis oleh seorang autis).
2. Jarang sekali anak autis yg benar2 diakibatkan oleh faktor genetis. Alergi memang
bisa saja diturunkan, tapi alergi turunan tidak berkembang menjadi autoimun seperti
pada penderita autis.
3. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak yg diakibatkan oleh keracunan logam berat
seperti mercury yg banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau pada makanan yg
dikonsumsi ibu yg sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat yg
tinggi.
4. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yg diperlukan dalam pertumbuhan
otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam
lambungnya.
5. Terjadi autoimun pada tubuh penderita yg merugikan perkembangan tubuhnya sendiri
karena zat2 yg bermanfaat justru dihancurkan oleh tubuhnya sendiri. Imun adalah
kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri pembawa penyakit. Sedangkan autoimun

adalah kekebalan yg dikembangkan oleh tubuh penderita sendiri yg justru kebal


terhadap zat2 penting dalam tubuh & menghancurkannya.
6. Akhirnya tubuh penderita menjadi alergi terhadap banyak zat yg sebenarnya sangat
diperlukan dalam perkembangan tubuhnya. Dan penderita harus diet ekstra ketat
dengan pola makan yg dirotasi setiap minggu. Soalnya jika terlalu sering & lama
makan sesuatu bisa menjadikan penderita alergi terhadap sesuatu itu.
7. Autis memiliki spektrum yg lebar. Dari yg autis ringan sampai yg terberat. Termasuk
di dalamnya adalah hyper-active, attention disorder, dll.
8. Kebanyakan anak autis adalah laki-laki karena tidak adanya hormon estrogen yg
dapat menetralisir autismenya. Sedang hormon testoteronnya justru memperparah
keadaannya. Sedikit sekali penderitanya perempuan karena memiliki hormon
estrogen yg dapat memperbaikinya.
Memang berat & sangat sulit menangani anak penderita autis yg seperti kerasukan setan ini.
Perlu beberapa hal yg perlu diketahui, dipahami & dilakukan, yaitu:
1. Anak autis tidak gila & tidak kerasukan setan. Penanganan harus dilakukan secara
medis & teratur.
2. Penderita autis sebagian dapat sembuh dengan beberapa kondisi, yaitu: ditangani &
terapi sejak dini; masih dalam spektrum ringan; mengeluarkan racun atau logam berat
dalam tubuh penderita (detoxinasi).
3. Perlu pemahaman & pengetahuan tentang autis & ditunjang oleh kesabaran & rasa
kasih sayang dalam keluarga penderita. Terutama bagi suami-istri karena banyak
kasus anak autis menjadi penyebab hancurnya rumah tangga.
4. Dewasa ini penelitian yg berkesinambungan telah mencapai perkembangan yg luar
biasa. Semakin besar harapan sembuh bagi penderita.
5. Terapi harus dilakukan terus menerus tidak terputus walau pun tingkat perkembangan
perbaikan kondisi penderita dirasa tidak ada.

6. Diet harus terus dilakukan secara ketat, terus-menerus & sangat disiplin. Perbaikan
kondisi penderita karena diet berlangsung sangat lambat, tetapi pelanggaran diet
dapat menghancurkan semuanya dalam waktu yg sangat cepat.
Siapa yg tidak ingin anak autisnya dapat hidup mandiri, dapat berkarya & berprestasi baik
serta dapat diterima di masyarakat? Kunci terpenting adalah dengan terus berdoa kepada
Tuhan agar anak dapat diberi kesembuhan & keluarga diberi kemampuan, kekuatan,
kesabaran serta ketabahan dalam membesarkan & mendampingi si anak penderita autis. Juga
agar diberi jalan terbaik dalam kehidupan ini agar dapat membantu & mendukung proses
perbaikan perkembangan penderita. (Emanuel Setio Dewo)

Anda mungkin juga menyukai