Anda di halaman 1dari 16

TRAUMA OCULI PENETRANS & BENDA ASING

INTRAOKLUER
I. PENDAHULUAN
Struktur bola mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari trauma .
Bola mata terletak pada permukaan yang dikelilingi oleh tulang-tulang yang kuat.
Kelopak mata dapat menutup dengan cepat untuk mengadakan perlindungan dari
benda asing, dan mata dapat mentoleransi tabrakan kecil tanpa kerusakan. Walau
demikian, trauma dapat merusak mata, terkadang sangat parah dimana terjadi
kehilangan penglihatan, dan lebih jauh lagi, mata harus di keluarkan. Kebanyakn
trauma mata adalah ringan, namun karena luka memar yang luas pada sekeliling
struktur, maka dapat terlihat lebih parah dari sebenarnya.1,2,3
Seperti bagian tubuh lainnya, mata pun tidak terhindarkan dari berbagai macam
trauma yang mengenainya meskipun telah mendapat perlindungan dari kelopak
mata, batas-batas orbita, hidung dan bantalan lemak dari belakang.1,4
Trauma mekanik dapat diklasifikasikan menjadi :1
1. Benda asing ekstraokuler yang tertinggal ( Retained extraocular foreign
bodies )
2. Trauma tumpul ( contusional injuries )
3. Trauma penetrasi dan perforasi
4. Trauma penetrasi dengan benda asing intrakuler yang tertinggal (
Penetrating injuries with retained intraocular foreign bodies )
Bola mata merupakan komponen yang terdiri dari lapisa fibrosa bagian luar
( kornea dan sklera). Definisi yang diutarakan oleh American Ocular Trauma
Society mengenai trauma okuler mekanik adalah sebagai berikut :1.5
1. Closed-globe injury merupakan suatu keadaan dimana dinding mata (sklera
dan kornea) tidak memiliku luka yang sampai menembus seluruh lapisanlapisan ini namun tetap menyebabkan kerusakan intraokuler, termasuk di
dalamnya :

16

Contusio. Merupakan jenis closed-globe injury yang disebabkan oleh


trauma tumpul. Kerusakan yang timbul dapat ditemukan pada lokasi

benturan atau pada lokasi yang lebih jauh dari benturan.


Laserasi lamellar. Merupakan jenis closed-globe injury yang dicirikan
dengan luka yang tidak sepenuhnya menembus lapisan sklera dan kornea
(partial thickness wound) yang disebabkan oleh benda tajam maupun
benda tumpul.

2. Open-globe injury merupakan jenis trauma yang berkaitan dengan luka yang
sampai menembus seluruan lapisan dinding dari sklera, kornea, atau
keduanya. Termasuk didalamnya ruptur dan laserasi dinding bola mata.

Ruptur merujuk pada luka pada dinding bola mata dengan ketebalan
penuh sebagai dampak dari trauma tumpul. Luka yang

timbul

disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler secara tiba-tiba melalui

mekanisme trauma inside-out.


Laserasi merujuk pada luka pada dinding mata dengan ketebalan penuh
yang disebabkan oleh benda tajam. Luka yang dihasilkan merupakan
akibat mekanisme luar ke dalam (outside-in), termasuk di dalamnya :
o Trauma penetrasi merujuk pada laserasi tunggal dari dinding mata
yang disebabkan oleh benda tajam
o Trauma perforasi merujuk pada dua laserasi pada dinding mata dengan
ketebalan penuh ( satu masuk dan satu keluar) yang disebabkan oleh
benda tajam. Dua luka yang terbentuk harus disebabkan oleh benda
yang sama.
o Trauma benda asing intraokuler merupakan suatu trauma penetrasi
ditambah dengan tertinggalnya benda asing intraokuler.

II. EPIDEMIOLOGI

17

Terdapat sekitar 2,4 juta penderita trauma okuler dan orbita di Amerika serikat
setiap tahunnya, dimana 20.000 sampai 68.000 dengan trauma yang mengamcam
penglihatan dan 40.000 ornag menderita kehilangan penglihatan yang signitifikan
setiap tahunnya. Hal ini seringkali didahului oleh katarak sebagai penyebab
kerusakan penglihatan. Di Amerika Serikat, trauma merupakan penyebab paling
banyak dari kebutaan unilateral. United States Eye Injury Registry (USEIR)
merupakan sumber informasi epidemiologi yang digunakan secara umum di AS.
Menurut data dari USEIR, rata-rata umur orang yang terkena trauma okuli adalah
29 tahun, dan laki-laki lebih sering terkena di banding dengan perempuan.
Menurut studi epidemiologi international, kebanyakan orang yang terkana trauma
okuli adalah laki-laki umur 25 sampai 30 tahun, sering mnegkonsumsi alkohol,
trauma terjadi di rumah. Selain itu cedera akibat olah raga dan kekerasan
merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan trauma.2,6
III. ANATOMI BOLA MATA

Gambar 1. Anatomi bola1


1mata

Bola mata orang dewasa memiliki bentuk yang hampir bulat, dengan diameter
anteroposterior sekitar 24,5 mm. Konjungtiva adalah membrane mukosa yang
transparan dan tipis. Knjungtiva dapat dibagi dalam 3 zona, yaitu: palpepra,
forniks dan bulbar. Bagian bulbar mulai dari mukokutaneus junction dari kelopak
mata dan melindunginya pada pemukaan dalam. Bagian ini melekat erat pada
tarsus. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbikulare di forniks dan
melipat berkali-kali, sehingga memungkinkan bola mata bergerak dan
18

memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Kecuali di limbus, konjungtiva


bulbaris

melekat

longgar

ke

kapsul

tenon

dan

sklera

dibawahnya.

Sklera adalah pembungkus fibrosa yang menjadi pelindung dari sekitar 4/5
permukaan mata. Jaringan ini kontras dengan kornea yang transparan, dimana
sklera padat dan putih serta bersambung dengan kornea di sebelah anterior dan
dura meter optikus di belakang. Insersi skelera pada otot rektus sangat tipis yaitu
skitar 0,3 mm dan bertambah 1 mm ketebalannya di posterior. Skelera menjadi
tipis dan berjalan melintang pada lamina kribrosa, dinana akson dari sel ganglion
keluar untuk membentuk nervus optik. Nutrisi sklelera lewat pembuluh darah
dipasok oleh episkelera yaitu lapisan tipis dari jaringan elastis halus yang
membungkus permukaan luar skleera anterior.1,3,6,7
Kornea menempati pertengahan dari rongga bola mata anterior yang terletak
diantara sklerea. Kornea sendiri merupakan lapisan avaskuler dan menjadi salah
satu media refraksi ( bersama dengan humor aquous membentuk lensa positif
sebesar 43 dioptri). Kornea memiliki permukaan posterior lebih cembung
daripada anterior sehingga rata mempunyai ketebalan sekitar 11,5 mm (untuk
orang dewasa). Kornea memiliki lima lapisan yang berbeda dari anterior ke
posterior, yaitu : epitel, membrana Bowman, stroma, membrana Descemet dan
endotel. Kornea mendapat suplai makanan dari humor akuos, pembuluh-pembulh
darah sekitar limbus dan air mata. Trasparansi kornea disebabkan oleh strukturnya
yang seragam, avaskularitasnya dan deturgenisnya.1,5
Lapisan setelah kornea adalah Uvea. Jaringan uvea merupakan jaringan
vaskuler. Jaringan sclera dan uvea dibatasi oleh ruang potensial yang mudah
dimasuki darah bila terjadi perdarahan yang disebut sebagai perdarahan
suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri dari iris, badan siliar (terletak pada uvea
anterior) dan koroid (terletak pada uvea posteror). Pada iris didapatkan pupil yang
oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mat. Otot
dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar
dipersarafi oleh simpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk
lensa untuk berakomodasi.1

19

Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata
(akuoas humor) yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal
iris di batas kornea dan sclera. Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular
tak berwarna dan hampir transparan. Tebalnya sekitar 4 mm dan diametarnya 9
mm. Lensa terletak di belakang pupil yang difiksasi di daerah ekuator pada badan
siliar melalui Zonula Zinn. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di
lensa. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat
sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea. Retina merupakan
selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan. Permukaan luar retina sensorik
bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina, sehingga juga bertumpuk
dengan membrana Bruch koroid dan sklera. Di kebanyakan tempat, retina dan
epitel pigmen retina mudah terpisah sehingga membentuk suatu ruang subretina,
seperti yang terjadi pada ablasio retina. Terdapat enam otot pengerak bola mata
dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam
rongga orbaita.1,4

Gambar 2.
Potongan sagital
kavum orbita
yang
menunjukkan bola
mata dan struktur
disekitarnya

20

IV. PATOFISIOLOGI
Secara umum, trauma penetrans akan memberikan prognsosi yang lebih buruk
dibanding trauma tumpul pada mata, meskipun peluasan dari kerusakan yang
dihasilkan bergantung pada dimana dan seberapa jauh benda tersebut masuk ke
dalam mata. Luka yang terbatas pada kornea, dapat menembus segmen anterior
dari struktur yang ada dan, jika kecil, mungkin hanya menyebabkan sedikit
morbiditas visual, khususnya jika kerusakan yang timbul berada diluar aksis
visual. Trauma penetrasi pada segmen anterior dari bola mata dapat melibatkan
kapsul anterior dari lensa, menyebabkan opasitas terlokalisasi atau opasitas
lenitkular difus. Sebagai refleks protektif, bola mata biasanya mengalami rotasi ke
atas sambil mengalami penutupan (fenomena Bells), dan trauma penetrasi
seringkali terletak pada sklera bagian inferior. Luka pada bagian posterior
melibatkan retina, dan terjadinya traksi vitreo-retinal dan jaringan parut dalam
periode setelah trauma merupakan faktor penting yang mempengaruhi terjadinya
complex retinal detachment.1,2,8
Benda asing yang masuk ke mata dapat menyebabkan kerusakan melalui dua
cara: 1) menyebabkan kerusakan struktur intraokuler saat masuk ke dalam bola
mata, dan 2) menyebabkan toksisitas jaringan karenan mengalami degradasai
ataupun oksidasi, jika tidak segera dikleuarkan. Sebagian besar benda asing
memiliki momentum yang cukup untuk menembus kornea akan mengalami
deselerasi saar mencapai bilik mata depan dan tampak pada iris. Luka yang lebih
dalam dapat menembus kapsul lensa yang berakibat pada terbentuknya katarak
dalam beberap hari hingga beberapa minggu. Benda asing yang masuk ke segmen
posterior mungkin tertinggal dalam vitreus atau dapat mengenai retina dan
menyebabkan perdarahan dan robekan pada retina.1,2
Material steril (non-toksik) seperti plastik dan kaca tidak terlalu memiliki efek
yang berbahaya pada mata namun kebanyakan benda asing intraokuler berasal
dari benda yang terbuat dari logam. Kebanyakan diantaranya bersifat magnetik,
dan partikel yang mengandung besi dapat mengalami oksidasi sehingga
menyebabkan reaksi pada mata (siderosis). Oleh sebab itu, sangatlah penting
untuk menyingkirkan benda asing ini dengan segera.2

21

V. ETIOLOGI
Trauma okuli penetrans dapat disebabkan oleh :2

Trauma oleh benda tajam atau bersudut seperti jarum, kuku, panah, mur,

pulpen, pensil, pecahan kaca, dan lain-lain.


Trauma oleh benda asing yang berkecepatan sangat tinggi seperti trauma
akibar peluru dan benda asing dari besi

VI. DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis yang tepat diperlukan untuk menganalisa bagaimana proses trauma
yang dialami, jenis benda yang mengenainya yang akan bermanfaat dalam
mengarahkan pemeriksaan oftalmologi dan penunjang selanjutnya. Jika terdapat
riwayat trauma oleh benda berkecepatan sangat tinggi atau jika terdapat pecahan
logam atau kaca dalam proses trauma maka diangosa trauma okuli penetrans
sudah hampir dapat dipastikan.1,4,5
Dalam anamnesis adalah keharusan untuk menanyakan waktu, mekanisme, dan
lokasi trauma. Jika terdapat trauma penetrasi, perlu diidentifikasi kekuatan dan
jenis material yang menimbulkan trauma; material organik lebih cenderung
menyebabkan infeksi, sedangkan materi logam lebih cenderung menyebabkan
reaksi. Riwayat penyakit mata sebelumnya perlu digali lebih lanjut, seperti
gangguan visus sebelum trauma, dan riwayat pembedahan pada mata
sebelumnya.Penggunaan pelindung mata saat trauma pun perlu ditanyakan guna
menilai seberapa berat trauma yang ditimbulkan.1,4,5
Lokasi
Lokalisasi dari benda asing yang masuk ke dalam mata melewati kornea dan
sklera dapat ditemukan pada beberapa lokasi seperti :1

Bilik mata depan. Pada bilik mata depan, benda asing intraokuler seringkali
tertanam di bagian bawah. Benda asing kecil dapat tersembunyi di sudut
dari bilik mata depan, dan hanya dapat terlihat dengan pemeriksaan
gonioscopy

22

Iris. Pada iris, benda asing biasanya tertahan dan ditemukan terperangkap

dalam stroma.
Bilik mata belakang. Benda asing dapat terperangkap di belakang iris

setelah masuk masuk melalui mata atau setelah membuat lubang pada iris.
Lensa. Benda asing dapat ditemukan pada permukaan anterior atau di dalam

lensa. Gambaran opak atau lensa yang menjadi katarak dapat terlihat.
Kavitas vitreous. Benda asing dapat menembus sampai ke dalam lapisan

korpus vitreous.
Retina, koroid, dan sklera. Benda asing dapat memperoleh akses ke struktur-

struktur ini melalui kornea atau langusn melalui perforasi pada sklera.
Kavitas orbita. Benda asing yang menembus bola mata kadang-kadang
menyebabkan perforasi ganda dan menempati jaringan lain dalam orbita.

Gambar 3. Tempat yang


menunjukkan lokasi dimana
benda asing intraokuler biasa
ditemukan (BMD, iris,
lensa,vitreous, retina, koroid,
sklera, dan kavum orbita.1

Gambar 4. Jalur masuk benda asing


ke vitreous. A. Kornea-Pupil-Lensa.
B. Kornea-Iris-Lensa. C. KorneaIris-Zonula. D. Sklera-KoroidRetina.1

Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan oleh trauma okuli
penetrans dan benda asing intraokuler adalah sebagai berikut :1,2,4,6,8,9

23

Efek mekanis akibat trauma atau perubahan fisik. Termasuk didalamnya


berupa luka pada konjungtiva yang seringkali dimanifestasikan sebagai
perdarahan subkonjungtiva, dimana luka dengan ukuran lebih dari 3 mm
sebaiknya segera dijahit. Luka pada kornea dengan atau tanpa komplikasi.
Luka pada kornea tanpa disertai komplikasi tidak berkaitan dengan adanya
prolapsus dari isi intraokuler. Batas dari luka ini akan membengkak dan
berakibat pada penutupan otomatis dan restorasi dari segmen anterior. Luka
pada kornea yang disertai komplikasi berkaitan dengan prolaps dari iris dan
material lensa bahkan vitreous. Luka pada kornea dapat dimanifestasikan
dalam bentuk hifema, dan celah pada iris (iris hole).

Gambar 5. Robekan pada kornea


yang disertai prolapsus iris1

Luka pada sklera yang dapat dimanifestasikan sebagai peroforasi pada


sklera
Luka pada lensa yang dimanifestasikan sebagai ruptur lensa ekstensif
dengan kehilangan komponen vitreous. Luka kecil pada kapsul anterior
dapat menutup dan berakibat pada timbulnya katarak traumatik. Gangguan
pada lensa akibat luka penetrasi ini sering menyebabkan opasifikasi
kortikal/katarak kortikal.
Luka berat yang lebih ekstensif yang berakibat pada robekan ekstensif
lapisan korneo-skleral yang berkaitan dengan adanya prolaps jaringan uvea,
ruptur lensa, kehilangan vitreous, dan trauma pada retina atau koroid, yang
berakibat pada terjadinya perdarahan, edemam, detachment retina,

perdarahan vitreous, perforasi koroid, dan perdarahan lapisan koroid.


Tanda infeksi. Kadang-kadang, orangisme pyogenik dapat masuk ke mata
melalui trauma tembus bola mata, berkembang biak dan menyebabkan
berbagai derajat infeksi bergantung pada virulensi dan pertahanan tubuh
seseorang. Termasuk diantaranya abses kornea, iridocyclitis, endophtalmitis,
atau panophtalmitis.

24

Reaksi terhadap benda asing. Benda asing yang masuk ke bola mata dapat
berupa material organik maupun non-organik.
Materi non-organik dapat memberi empat macam respon terhadap benda
asing yang masuk, diantaranya :
1. Tidak ada reaksi. Hal ini dapat terjadi bila benda asing yang masuk ke
bolam ata berupa material seperti kaca, porselen, emas, perak, dan
platinum.
2. Reaksi iritatif lokal akan mengakibatkan enkapsulasi benda asing pada
benda asing seperti aluminium dan timbal.
3. Reaksi supuratif dipicu oleh material yang terbuat dari tembaga murni,
seng, nikel dan merkuri.
4. Reaksi spesifik dipicu oleh materi yang terbuat dari besi (siderosis) dan
campuran tembaga (Chalcosis)..
o Siderosis merupakan perubahan degeneratif yang disebabkan oleh
benda asing yang terbuat dari besi yang dapat terjadi 2 bulan sampai 2
tahun setelah trauma.Benda asing yang masuk akan mengalami
disosiasi elektrolitik dan ion-ion yang terbentuk akan tersebar ke
seluruh bola mata. Ion yang terbentuk akan berkombinasi dengan
protein intraseluler dan mengakibatkan perubahan degeneratif dan
paling mempengaruhi struktur epitel dari mata. Pada pemeriksaan
dapat dilihat epitel anterior dan kapsul lensa merupakan bagian yang
paling pertama terpengaruh, biasanya dengan pembentukan katarak.
Iris dapat berubah warna menjadi hijau dan kemudian merah
kecokelatan. Retina dapat mengalami degenerasi pigmentasi yang
menyerupai retinitis pigmentosa.Glaukoma sudut terbuka sekunder
dapat terjadi karena perubahan yang terjadi pada trabecular
meshwork.
o Kalkosis merupakan perubahan spesifik yang ditumbulkan oleh
campuran tembaga dalam bola mata. Ion tembaga akan mengalami
pemecahan elektrolitik dan berkumpul di bawah struktur membranosa
dari mata. Tidak seperti ion besi, ion tembaga tidak berinteraksi
dengan protein intraseluler sehingga tidak akan menyebabkan
perubahan degeneratif. Manifestasi klinis yang dapat terlihat ialah

25

Cincin Kaysher-Fleyscher yang berwarna cokelat keemasan sebagai


akibat deposisi tembaga di bawah membran Descemet, Katarak
Sunflower akibat deposisi ion tembaga di bawah kapsul posterior dari
lensa berwarna hijau keemasan dan berbentuk seperti bunga matahari,
pada retina dapat menunjukkan plak keemasan pada bagian posterior
dari retina.
Materi organik seperti kayu dan material vegetatif akan mengakibatkan

reaksi proliferatif yang dicirikan dengan pembentukan giant cells


Post-traumatik iridosiklitis merupakan kejadian yang sering didapatkan dan
jika tidak ditangani secara tepat dapat menyebabkan kerusakan yang lebih

lanjut.
Oftalmitis simpatis merupakan panuveitis granulomatosa bilateral yang
sering terjadi akibat trauma okuli penetrans yang ditandai dengan
pembentukan nodul Dalen-Fuchs akibat proliferasi dari epitel pigmen (iris,
korpus siliaris, dan koroid) disertai invasi limfosit dan sel epiteloid. Pada
retina dapat terlihat adanya infiltrasi seluler perivaskuler.

Pemeriksaan penunjang
o Slit-lamp dan gonioskopi. Tanda yang dapat ditemukan melalui pemeriksaan
ini yang mengindikasikan adanya benda asing intraokuler adalah :
perdarahan subkonjungtiva, jaringan parut kornea, lubang pada iris, dan
gamabaran opak pada lensa. Dengan medium yang jernih, seringkali benda
asing intraokuler dapat terlihat dengan oftalmoskopi pada corpus vitreous
atau bahkan pada retina. Benda asing yang terletak pada bilik mata depan
dapat terlihat melalui gonioskopi.1,8
o X-ray orbita. Foto polos orbita antero-posterior dan lateral sangat diperlukan
untuk menentukan lokasi benda asing intraokuler disebabkan sebagian besar
benda yang menembus bola mata akan memberikan gambaran radiopak.3,4
o Lokalisasi benda asing intraokuler perlu dilakukan untuk melakukan
penatalaksanaan berupa penyingkiran benda asing secara tepat, pemeriksaan
yang dilakukan dapat berupa :1,5
Lokalisasi radiografi menggunakan metode cincin limbus merupakan
metode yang sederhana, dimana cincin metalik dari diameter kornea

26

diikat ke limbus dan foto X-ray pun dilakukan dengan posisi anteroposterior dan lateral, dimana pada posisi lateral, penderita diminta untuk
melihat lurus, ke atas, dan ke bawah. Posisi benda asing diperkirakan

melalui hubungannya dengan cincin metalik pada posisi yang berbeda.


Lokalisasi ultrasonografi. Penggunaan ultrasonografi merupakan
prosedur non-invasif yang mampu mendeteksi benda berdensitas

radiopak dan non-radiopak.1,10


CT-Scan. CT-Scan potongan aksial dan koronal saat ini merupakan
metode terbaik untuk mendeteksi benda asing intraokuler dengan
menyediakan gambaran potong lintang yang lebih unggul dalam
sensitivitas dan spesifisitas dibanding foto polos dan ultrasonografi.1,10

VII. PENATALAKSANAAN
Benda asing intraokuler sebaiknya segera dikeluarkan, kecuali jika material
yang masuk relatif stabil dan steril atau ketika visus tidak terlalu terganggu dan
proses menyingkirkan benda asing terlalu berisiko dan dapat merusak
penglihatan.1,2,3
Tujuan utama terapi yang diberikan pada kasus-kasus trauma okuler utamanya
trauma okuli penetrans adalah untuk mempertahankan integritas anatomis dari
bola mata sesegera mungkin. Disamping itu, pemberian antibiotik spektrum luas
juga perlu dilakukan sebagai profilaksis terhadap risiko endoftalmitis. Seringkali
perlu dilakukan enukleasi dan eviserasi untuk menghindarkan kemungkinan
terjadinya oftalmia simpatis.1,4,7
Penanganan non-bedah hanya merupakan suatu penanganan suportif untuk
mencegah terjadinya komplikasi. Obat-obat yang dapat digunakan dapat berupa
antibiotik topikal dan sistemik, antiinflamasi topikal dan sistemik, sikloplegia
topikal, dll.4,5
Pengangkatan benda asing intraokuler magnetik lebih mudah dilakukan
dibanding dengan non-magnetik, karena mampu dilakukan dengan menggunakan
elektromagnet. Adapun metode pengangkatan benda asing yang digunakan
bergantung pada lokasinya dalam bola mata, yaitu :1,2,8,10

27

1. Biliki mata depan. Pengangkatan benda asing yang terletak di bilik mata
depan dilakukan dengan insisi korneal yang diarahkan langsung lurus ke
benda asing. Sebaiknya sekitar 3 mm internal dari limbus dan pada kuadran
kornea dimana terletaknya benda asing. Benda asing magnetik disingkirkan
dengan magnet, sedangkan benda asing non-magnetik dapat diangkat
dengan mnggunakan forsep yang tidak tajam.
2. Jaringan iris. Benda asing yang terperangkap dalam jaringan iris dapat
disingkirkan dengan menggunakan teknik iridektomi sektoral tempat
ditemukannya benda asing.
3. Lensa. Ekstraksi magnetik sulit dilakukan pada benda asing intralentikuler.
Oleh sebab itu, benda asing maagnetik memiliki prinsip penanganan benda
asing non-magnetik. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler dengan implantasi
lensa intraokuler dapat dilakukan. Benda asing dapat disingkirkan dengan
dengan komponen lensa atau dengan bantuan forsep.
4. Korpus vitreous dan retina. Benda asing dalam vitreous dan retina di
singkirkan melalui jalur posterior dengan cara :
Penyingkiran magnetik. Teknik ini digunakan untuk menyingkirkan
benda asing magnetik yang terlokalisasi dengan baik dan dapat
disingkirkan secara aman dengan menggunakan magnet dengan kekuatan
tinggi tanpa menyebabkan kerusakan struktur intraokuler.
o Benda asing intravitreal lebih dipilih untuk disingkirkan dengan
menggunakan teknik sklerotomi pars plana ( 5 mm dari limbus ). Pada
lokasi insisi yang dipilih, konjungtiva direfleksikan dan insisi yang
dilakukan pada sklera konsentris dengan limbus. Jahitan dilewatkan
dan bibir luka ditarik, kemudian elektromagnet genggam digunakan
untuk menarik benda magnetik, kemudian bekas insisi pada sklera dan
konjungtiva ditutup.
o Benda asing intra retinal, disingkirkan dengan melakukan insisi yang
sedekat mungkin dengan lokasi benda asing. Sebuah flap skleral
trapdoor dibuat, lapisan koroid dilakukan diatermi, koroid diinsisi dan

benda asing dikleuarkan dengan forsep atau magnet eksternal.


Pengeluaran forsep dengan vitrektomi pars plana.Teknik ini digunakan
untuk semua benda asing non-magnetik dan benda asing magnetik yang

28

tidak dapat dikeluarkan dengan magnet eksternal. Pada teknik ini, benda
asing dikeluarkan dengan forsep vitreous setelah melakukan vitrektomi
pars plana tiga poros melalui visualisasi langsung dengan mikroskop
operasi.
VIII. PROGNOSIS
Prognosis dari trauma oculi penetrans yang disertai dengan benda asing
intraokuler bergantung pada :2,4,5

Visus awal penderita


Mekanisme trauma
Ukuran luka
Zona trauma
Ada tidaknya perdarahan intraokuler (hifema, perdarahan vitreous)
Disertai atau tanpa endoftalmitis
Prolapsus uvea
Adat tidaknya retinal detachment
Lokasis benda asing
Jenis benda asing yang tertinggal
Lama waktu dalam pengeluaran benda asing
Dilakukan ataupun tidak dilakukannya vitrektomi pars plana.

29

DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology 4th Ed. New Delhi: New Age
International (P). 2007; p401-15.
2. Kuhn
F.
Intraocular

Foreign

Body.

Available

at

www.emedicine.medscape.com. [cited on] May 12th 2012.


3. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. ABC of Eyes 4th Ed. London: BMJ Books.
2004.p 29-33.
4. Bord SP, Linden J. Trauma to The Globe and Orbit in Emergency Medicine
Clinics of North America. Boston: Elsevier Saunder. 2008
5. Lang GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas 2nd Ed. Stuttgart:
Thieme.2006
6. Riordon-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophtalmology 16th
Ed. London: McGraw-hill. 2004.
7. Sundaram V, Barsam A, et al. Training in Ophtalmology, The Essential
Clinical Curriculum. New York: Oxford University Press. 2009.
8. Iqbal M. Retained Intraocular Foreign Body, Case Report. Pak J
Ophtalmology. 2010; 26(3): 158-160.

30

9. Al-thowaibi A, Kumar M, Al-Matani I. An Overview of Penetrating Ocular


Trauma with Retained Intraocular Foreign Body. Saudi Journal of
Ophtalmology.2011; 25:203-5.
10. Sawyer MNA. Ultrasound Imaging of Penetrating Ocular Trauma.The Journal
of Emergency Medicine. 2009:36(2); 181-2.

31

Anda mungkin juga menyukai