Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan G1P0A0 gravid aterm + hipertiroid.
Penegakan diagnosis ini didasarkan pada hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hasil anamnesis pasien dengan kehamilan
pertama ini mengeluh nyeri perut yang tembus belakang namun belum ada pelepasan.
Namun berdasarkan kalkulasi hari pertama haid terakhir,usia kehamilan pasien sudah
cukup bulan sehingga dikatakan aterm. Menurut teori tanda tanda suatu persalinan
diantaranya adalah rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur, keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekanrobekan pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada
pemeriksaan dalam ditemukan serviks mendatar dan pembukaan telah ada. Pada
pasien ini hanya ditemukan keluhan nyeri perut akibat his namun belum adekuat yaitu
2x 10 x 15. Dikatakan his yang adekuat bila dalam 10 menit frekuensi his 3-4 kali
dengan durasi??????,
Diagnosis hipertiroid didasarkan pada keluhan pasien yang mengeluh
mengalami pembesaran pada regio coli yang tidak nyeri, takikardi, mudah lelah, dan
berkeringat lebih banyak, Menurut teori gejala yang sering timbul akibat hipertiroid
adalah intoleransi terhadap panas, berkeringat lebih banyak, takikardi, dada berdebar,
mudah lelah namun sulit untuk tidur. Selain itu juga gejala lainnya meliputi ;
gangguan saluran cerna, berat badan menurun meskipun asupan makan cukup, mudah
tersinggung, merasa cemas dan gelisah. Selain itu dapat juga timbul tanda-tanda
penyakit graves, seperti perubahan mata, tremor pada tangan, miksedema pretibial
dan pembesaran kelenjar tiroid. Anamnesis ini ditunjang oleh hasil pemeriksaan fisik
berupa ditemukannya massa pada region coli tersebut.
Menurut teori secara anatomis, kelenjar tiroid mengalami pembesaran moderat
selama kehamilan akibat hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularitas 12 ml

pada trimester pertama menjadi 15 ml saat persalinan.

Pembesaran ini tidak

patologis, tetapi kehamilan normal biasanya tidak menyebabkan tiromegali yang


signifikan. Perubahan fisiologis pada kehamilan menyebabkan kelenjar tiroid
meningkatkan produksi hormone tiroid hingga sampai 100 persen untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan janin. Untuk mencapai hal tersebut, terjadi sejumlah perubahan
yang dipicu oleh kehamilan. Hal ini juga diperberat oleh kondisi pasien yang dari
awal telah memiliki riwayat hipertiroid namun tidak terkontrol dan tidak diobati,
sehingga selama proses kehamilan dimana terjadi berbagai perubahan status
metabolic memicu beratnya kondisi hipertiroid pasien.
Diagnosis hipertiroid ditunjang oleh pemeriksaan fungsi tiroid melalui
pemeriksaan FT4 dan TSHs, pada pasien ini didapatkan hasil FT4 1,85 ng/dl dan
TSHs <0,005. Nilai ini menunjukkan abnormalitas dari fungsi tiroid
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, selama kehamilan, fungsi kelenjar tiroid
maternal bergantung pada tiga faktor independen namun saling terikat, yaitu a)
peningkatan konsentrasi hCG yang merangsang kelenjar tiroid, b) peningkatan
ekskresi iodide urin yang signifikan sehingga menurunkan konsentrasi iodin plasma,
dan c) peningkatan Thyroxine-BindingGlobulin (TBG) selama trimester pertama,
menyebabkan peningkatan ikatan hormone tiroksin (FT4), akibat dari umpan balik
negative TSHs mengalami penurunan.
Pilihan tindakan pada pasien ini adalah dilakukannya caesarean section,
tindakan ini dilakukan atas indikasi (Chepalopelvic-disproportion). Kondisi
hipertiroid bukan merupakan indikasi absolut dilakukannya caesarean section pada
wanita hamil namun dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi pasien
dengan hipertiroid jika harus melahirkan secara normal yang membutuhkan energi
yang lebih. Menurut teori persalinan, seksio sesarea, dan infeksi dapat memicu
hipertiroid atau bahkan badai tiroid sehingga tindakan inipun harus mendapat
perhatian khusus.

Pengobatan hipertiroid pada pasien ini menggunakan PTU (propiltiourasil) 2


x 100 mg dan propanolol 3 x 10 mg. Menurut teori, pada hipertiroid yang berat,
membutuhkan terapi, obat anti-tiroid adalah pilihan terapi, dengan PTU sebagai
pilihan pertama untuk menghambat sintesis hormone tiroid. Tujuan dari terapi adalah
menjaga kadar T4 dan T3 bebas dari ibu dalam batas normal dengan dosis terendah
terapi anti-tiroid. Target batas kadar hormon bebas ini akan mengurangi resiko
terjadinya hipotiroid pada bayi. Propiltiourasil dan metimazol keduanya dapat
melewati plasenta. Namun, PTU menjadi pilihan terapi pada ibu yang hipertiroid
karena kadar transplasentalnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan metimazol.
Beta-blocker khususnya propanolol dapat digunakan selama kehamilan untuk
membantu mengobati palpitasi yang signifikan dan tremor akibat hipertiroid. Obatobat ini hanya digunakan sampai hipertiroid terkontrol dengan obat anti tiroid. Oleh
karena penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan kematian janin, postnatal
bradikardi, dan hipoglikemia.
Sampai saat ini belum ada konsensus yang menetapkan lamanya pemberian
obat antitiroid selama kehamilan, namun beberapa ahli menyarankan penghentian
pengobatan pada usia kehamilan trimester ketiga atau setelah 4 hingga 12 minggu
pengobatan dengan pemantauan yang ketat, namun kekambuhan penyakit dapat
terjadi. Sehingga peneliti lainnya berpendapat bahwa sebaiknya pengobatan
dilanjutkan dengan dosis yang terendah hingga persalinan. Bayi yang dilahirkan
sebaiknya diskrining kembali beberapa hari setelah lahir oleh karena bayi dapat saja
eutiroid saat lahir namun menjadi hipertiroid beberapa hari kemudian oleh karena
obat antitiroid telah dimetabolisme. Seorang ibu dengan hipertiroid beresiko
mengalami eksaserbasi hipetiroid postpartum sehingga fungsi tiroid perlu diperiksa 6
minggu dan 3 bulan setelah persalinan.

Anda mungkin juga menyukai