Anda di halaman 1dari 4

Kepala Bidang Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan

dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau, DR. Eddiwan mengungkapkan wilayah


provinsi kepulauan ini memiliki potensi kelautan dan perikanan yang tidak
sebanding dengan daerah lain.

Luas wilayah Provinsi Kepulauan Riau mencapai 425.214,6679 km2, terdiri dari
perairan 417,005,0594 km2 (98,0%) dan daratan 8.209,6 08 km2 (2,0 %) dan
panjang garis pantai diperkirakan 2.367,6 km.

Sebagai wilayah provinsi kepulauan dan berada dilaluan internasional, daerah ini
memiliki potensi kelautan dan perikanan yang dapat diandalkan.

Potensi perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Riau termasuk dalam wilayah


pengelolaan perikanan Laut Cina Selatan dan Natuna melalui garis batas terakhir
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Khusus Provinsi Kepulauan Riau
memiliki luas zona perairan sekitar 417.005,0594 km2 termasuk ZEE 379.000
km2.

Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang terdapat di provinsi ini terdiri
dari berbagai hasil perikanan laut, wisata bahari dan pantai, ekosistem
mangrove, terumbu karang dan rumput laut serta beragam jenis biota laut
lainnya. Selain sumberdaya hayati juga memiliki sumberdaya alam non hayati
yaitu minyak bumi, gas alam, pasir laut, bahan tambang mineral dengan
cadangan yang sangat besar dan terdapat pula barang-barang kuno bekas
muatan kapal yang tenggelam.

"Pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan di Provinsi Kepulauan Riau hingga


kini masih didominasi oleh perikanan tangkap dilaut," ujar Eddiwan.

Pada tahun 2006, produksi perikanan tercatat sebesar 220.570,61 ton. Sejumlah
217.094,91 ton (99,5%) berasal dari perikanan tangkap dilaut. Diikuti oleh
produksi perikanan budidaya laut sebesar 3.279,05 ton (0,4 %), produksi
budidaya air tawar 174,66 ton dan produksi budidaya air payau (tambak)
sebesar 21,99 ton ( 0,1%).

Potensi Sumberdaya Pesisir dan pulau-pulau kecil tersebar di wilayah provinsi


Kepulauan Riau. Sumberdaya pesisir tersebut meliputi ekosistem terumbu

karang, kawasan hutan mangrove, padang lamun dan ekosistem rumput laut
dengan potensi yang cukup besar.

Eddiwan mencontohkan potensi terumbu karang yang tersebar dihampir seluruh


kabupaten/kota di Kepri dengan luas sekitar 50.718,3 hektare, hutan bakau
57,849,2 hektare, padang lamun 11.489,6 hektare dan rumput laut 37.634 ,8
hektare.

"Luasan ini merepresentasikan bahwa di Provinsi Kepulauan Riau khususnya


sangat kaya akan potensi sumberdaya pesisir. Sumberdaya ini dapat
dimanfaatkan sebagai basis kegiatan perikanan, industri dan pariwisata," ujar
Eddiwan.

Berdasarkan hasil kajian potensi yang pernah dilakukan, estimasi luas terumbu
karang di Provinsi Kepulauan Riau saat ini mencapai lebih kurang 32.000 ha.
Luasan terumbu karang tersebut meliputi karang tepi, karang gosong dan karang
shoal. Dari jumlah luasan tersebut 28 % dalam kondisi sedang, 17 % kondisi
baik dan hanya 10 % dengan kondisi baik sekali.

Berdasarkan bentuk pertumbuhannya, karang yang tumbuh di perairan ini


merupakan jenis hard coral yang terdiri dari jenis acropora (branching, tabulate
dan encrusting) dan Hard coral non acropora (branching, massive dan
encrusting). Selain itu juga terdapat jenis terumbu karang soft coral.
Pada lokasi pertumbuhan ikan karang juga berasosiasi dengan beberapa jenis
ikan karang yang bernilai ekonomis tinggi seperti: Chaetodon ostofasciatus,
Archamia fucata, Lutjanus decussates, pomacentrus moluccensis dan jenis ikan
karang lainnya.

Sedangkan, di sepanjang pesisir pulau dan pulau-pulau kecil di Provinsi


Kepulauan Riau juga ditumbuhi oleh vegetasi mangrove seluas 57.849,2 ha.
Beberapa jenis mangrove yang dominan adalah Rhizopora mucronata,
Rhizopora stylosa, Rhizopora Apiculata, Avicennia alba, Soneratia alba, bruguiera
gymnorrhiza, xylocarpus granatum, nypa fruticans dan lain sebagainya.
Sebagian masih dalam kondisi yang baik namun di beberapa lokasi telah
mengalami kerusakan akibat adanya konversi lahan untuk kegiatan
pembangunan.

Sumberdaya lain yang terdapat di wilayah provinsi ini adalah ekosistem padang
lamun dan rumput laut. Luas padang lamun mencapai 11,849,6 ha. Habitat
padang lamun tersebut sering berasosiasi dengan hutan mangrove dan terumbu
karang. Sedangkan luas rumput laut diperkirakan seluas 37.634,8 ha meliputi
jenis kelompok alga merah, alga hijau dan alga coklat.

Potensi Wisata

Kawasan dengan hamparan ribuan pulau sehingga dijuluk sebagai "negeri


segantang lada" juga menyimpan potensi wisata yang menjadi andalan. Pulaupulau yang berserak dari Selat Melaka hingga Laut Cina Selatan memiliki
panorama alam yang indah baik di kawasan pulau maupun di kawasan pantai
dan lautnya.

Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada pariwisata untuk menggalakkan


kegiatan ekonomi, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, serta
penerimaan devisa melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai
potensi kepariwisataan.

"Beberapa jenis kegiatan wisata bahari yang sudah berkembang diantaranya


wisata selam, berenang dan pemancingan," katanya.

Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi minyak bumi dan gas yang sebarannya
cukup luas yang terdapat pada cekungan Natuna. Berdasarkan data dari hasil
survey bahwa jumlah cadangan minyak bumi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar
291.81 MMBO dan produksi rata-rata pertahun 16,121 MMBO, sedangkan jumlah
cadangan gas sebesar 55,3 TSCF.

Sedangkan sumberdaya mineral penting yang potensial yang terdapat di


kawasan pulau-pulau kecil di Kepulauan Riau dapat digolongkan ke dalam
mineral vital diantaranya emas, timah, nikel, bauksit dan bijih besi.

Laut dalam yang dimiliki Kepulauan Riau juga banyak menyimpan rahasia masa
lalu. Sebagai perairan lintasan dunia, laut Kepulauan Riau banyak terdapat
barang-barang kuno bekas muatan kapal yang tenggelam. Perairan Riau secara
geografis merupakan jalur pelayaran laut yang penting sejak masa lalu. Menurut
data dari Departemen Kelautan dan Perikanan terdapat sekitar 17 titik yang

diduga mengandung potensi BMKT di Perairan Provinsi Kepulauan Riau dan


Provinsi Riau.

Sebagai gambaran pada tahun 1752 di Karang Heliputan, Riau. Kapal VOC
bernama De Geldermalsen, yang tenggelam mengangkat 140.000 buah keramik
Cina dan 225 potong emas batangan. Benda-benda tersebut kemudian dilelang
di Balai Lelang Christie's-Amsterdam dengan nama "The Nanking Cargo" dan
dapat meraup uang lebih dari US $15 juta. Pada tahun 1989, PT Muara Wisesa
mengangkat 31.000 buah keramik dari perairan P. Buaya dekat P. Bintan.

Perairan Provinsi Kepulauan Riau berpotensi sebagai media transportasi


internasional dan transportasi domestik/antar pulau. Perkembangan transportasi
laut berimplikasi pada potensi industri maritim antara lain, industri pembuatan
dan perawatan kapal, industri penunjang kegiatan maritim dan penyerapan
tenaga kerja. (Antara)

Anda mungkin juga menyukai