Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh

daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala.
Berdasarkan kasusnya nyeri kepala dapat digolongkan menjadi nyeri kepala
primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah neyri kepala yang
tidak jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur atau sejenisnya. Nyeri
kepala sekunder adalah nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi atau
kelainan struktur atau sejenisnya dan bersifat kronis progresif, antara lain meliputi
kelainan non- vascular.
Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang berhubungan dengan
penyakit lain, bisa berupa penyakit saraf/neurologis maupun non-neurologis.
Penyakit neurologis yang menyebabkan nyeri kepala, antara lain jepitan saraf
leher, stroke, tumor otak, infeksi otak, aneurisma intracranial (pembesaran
pembuluh darah otak), dan cedera kepala. Penyakit non-neurologis yang dapat
menyebabkan nyeri kepala adalah hipertensi, sinusitis, penyakit gigi, kelainan
persendian rahang, dan kelainan mata.
Berdasarkan suatu studi berbasis populasi, didapatkan prevalensi nyeri
kepala, yaitu nyeri kepala tipe tension merupakan nyeri kepala primer yang paling
sering ditemukan, yaitu sekitar 78% pasien, kemudian diikuti oleh migren sekitar
16% pasien. Diantara nyeri kepala sekunder, penyebab paling banyak yang
dikeluhkan pasien adalah karena hal yang bersifat akut (19%), penyakit pada
hidung atau sinus (15%), trauma kepala (4%) dan penyakit intracranial non
vascular, termasuk tumor (0,5%).
Nyeri kepala merupakan gejala yang sering terjadi setelah cedera kepala,
leher ataupun pada otak. Biasanya, nyeri kepala akibat trauma kepala diikuti oleh
berbagai gejala lainnya, seperti rasa pusing, sulit untuk berkonsentrasi, rasa
gelisah, perubahan perilaku dan insomnia. Sekumpulan gejala ini dikenal dengan

nama sindrom post traumatik, dan diantara semua gejala tersebut, nyeri
kepalayang merupakan gejala yang paling menonjol.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Nyeri kepala sekunder merupakan nyeri kepala yang disebabkan oleh
gangguan lain. Nyeri kepala baru yang terjadi yang sementara memiliki kaitan
yang erat dengan gangguan lain yang merupakan penyebab sakit kepala yang telah
diketahui, yang dikodekan memiliki kaitan dengan gangguan tersebut.
Kriteria diagnosis untuk nyeri kepala sekunder, yaitu:
1. Nyeri kepala dengan satu atau lebih karakteristik di bawah ini, dan
memenuhi kriteria C dan D
2. Gangguan lain yang telah diketahui yang dapat menjadi penyebab sakit
kepala tersebut
3. Nyeri kepala yang terjadi dalam sementara memiliki kaitan yang erat
terhadap suatu gangguan lain dan / atau telah terdapat bukti memiliki
hubungan sebab akibat.
4. Nyeri kepala yang berkurang atau hilang dalam 3 bulan (mungkin lebih
singkat pada beberpa gangguan) setelah pengobatan atau remisi spontan
dari penyebab yang mendasari.
Nyeri kepala sekunder (yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kondisi
lain) harus dipertimbangkan pada pasien dengan sakit kepala onset baru atau sakit
kepala yang berbeda dari sakit kepala yang biasa mereka alami.
2.2 ETIOLOGI
Nyeri kepala atau Cephalgia dapat disebabkan adanya kelainan organorgan kepala, jaringan system persarafan dan pembuluh darah. Sakit kepala kronik
biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun juga dapat
berkaitan dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal,
penyakit gigi atau mata, hipertensi, sinusitis, trauma, perubahan lokasi (cuaca,
tekanan), dan berbagai macam gangguan medis umum lainnya.
2.3 KLASIFIKASI

Berdasarkan The International of Headache Disorders edisi 2 tahun 2004


(ICHD - 2), klasifikasi nyeri kepala sekunder dibagi atas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/ atau leher
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau servikal
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler intracranial
Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawal nya
Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan homeostasis
Nyeri kepala atau nyeri vaskuler yang berkaiatan dengan kelaianan
kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur

fasial atau cranial lainnya.


8. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.
1. Nyeri Kepala yang Berkaitan dengan Trauma Kepala dan/ atau Leher
Hubungan antara nyeri kepala dan trauma pada kepala atau leher lebih
mudah ditegakkan bila nyeri kepala tersebut terjadi seketika atau pada hari-hari
pertama setelah trauma. Sebaliknya, sangat lebih sulit bila nyeri kepala muncul
beberapa minggu atau bulan pasca trauma, khususnya bla mayoritas dari nyeri
kepala ini memiliki pola yang sama dengan nyeri kepala tipe tension (tension type
headache). Faktor mekanik seperti posisi kepala pada saat terbentur, rotasi atau
landai meningkatkan risiko terjadinya nyeri kepala pasca trauma.
Berdasarkan The International of Headache Disorders edisi 2 tahun 2004
(ICHD-2), klasifikasi nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/ atau
leher dibagi atas:
Nyeri kepala akut pasca trauma
Nyeri kepala akut pasca trauma berkaitan dengan trauma kapitis
sedang atau berat.
Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala, tidak khas, memenuhi criteria C dan D.
B. Terdapat trauma kepala dengan sekurang-kurangnya satu keadaan dibawah
ini:
1. Hilang kesadaran selama > 30 menit
2. Glasgow Coma Scale (GCS) < 13

3. Amnesia pasca trauma berlangsung > 48 jam


4. Imaging mengambarkan adanya suatu lesi otak traumatic
(hematoma serebri, perdarahan intraselebral dan atau subarachnoid,
kontusio serebri dan/ atau fraktur tulang tengkorak)
C. Nyeri kepala terjadi dalam 7 hari setelah trauma kepala atau sesudah
kesadaran penderita pulih kembali.
D. Terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini:
1.

Nyeri kepala hilang dalam 3 bulan setelah trauma kepala

2.

Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan sejak trauma
kepala

Nyeri kepala akut pasca trauma berkiatan dengan trauma kapitis


ringan
Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala tidak khas, memenuhi kriteria C dan D.
B. Trauma kepala dengan semua keadaan dibawah ini:
1. Tidak disertai hilangnya kesadaran, atau kesadaran menurun < 30 menit
2. Glasgow Coma Scale (GCS) 13
3. Gejala dan / atau tanda-tanda diagnostik dari trauma kapitis ringan
(concussion)
C. Nyeri kepala timbul dalam 7 hari setelah trauma kepala.
D. Terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini:
1.

Nyeri kepala menghilang dalam 3 bulan setelah trauma kepala.

2.

Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan sejak trauma
kepala.

Trauma kepala ringan dapat memunculkan gejala kognitif yang kompleks,


gangguan perilaku atau kesadaran dan GCS 13. Hal ini dapat terjadi dengan atau
tanpa abnormalitas dari pemeriksaan neurologis, neuroimaging (CT scan, MRI),
EEG, pemerikaan LCS, tes fungsi vestibular dan test neuropsikologis.

Nyeri kepala kronik pasca trauma

Nyeri kepala kronik pasca trauma biasanya merupakan bagian dari


sindrom pasca trauma yang termasuk berbagai jenis gejala seperti gangguan
keseimbangan, konsentrasi yang lemah, berkurangnya kemampuan bekerja,
iritabilitas, mood depresif, gangguan tidur dan lainnya.
Nyeri Kepala Kronik Pasca Trauma Yang Berkaitan Dengan Trauma
Kapitis
Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala tidak khas, memenuhi kriteria C dan D.
B. Trauma kepala dengan semua keadaan dibawah ini:
1. Tidak disertai hilangnya kesadaran, atau kesadaran menurun < 30 menit
2. Glasgow Coma Scale (GCS) 13
3. Gejala dan / atau tanda-tanda diagnostik dari trauma kapitis ringan
(concussion)
C. Nyeri kepala timbul dalam 7 hari setelah trauma kepala.
D.Nyeri kepala berlangsung dari 3 bulan setelah trauma kepala
2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau
servikal
Nyeri kepala yang berkaitan dengan giant sell arteritis
Kriteria diagnostic :
A. Nyeri kepala yang menetap, yang memenuhi kritreria C dan D
B. Minimal salah satu dibawah ini :
1. nyeri tekan pada arteri scalp yang membengkak dan adanya
peninggian laju endap eritrosit
2. biopsy arteri temporalis menunjukkan adanya giant cell arteritis
C. nyeri kepala timbul berhubungan dengan gejala lainnya dari giant sell
atreritis
D. nyeri kepala akan sembuh dalam waktu 3 hari sesudah pengobatan dengan
steroid dosis tinggi
3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler
intracranial

Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipertensi intracranial idiopatik


Kriteria diagnostik :
A. Adanya tanda-tanda nyeri kepala yang progresif
nyeri sepanjang hari
nyeri difus atau menetap (tidak berdenyut)
nyeri bertambah ketika batuk atau mengejan
B. Tanda-tanda hipertensi intracranial
Pasien sadar dan ditemukan adanya
o Papil edema
o Blind spot yang membesar
o Defek lapangan pandang
o Pareses n.VI
Tekanan CSF meningkat pada
o >200 mmH2O pada non obesitas
o >250 mmH2O pada obesitas
C. Nyeri kepala timbul berkaitan dengan peninggian tekanan intrakranial
4. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawal
nya
a. Nyeri kepala akibat induksi karbon monoksida
Nyeri kepala terus menerus dan atau bilateral
Terpapar bahan karbon monoksida
Nyeri kepala timbul dalam 12 jam setelah terpapar
Nyeri kepala sembuh dalam 72 jam setelah karbon monoksida
tereliminasi
b. Nyeri kepala akibat induksi alcohol
Nyeri kepala bilateral
Lokasi fronto-temporal
Kualitas berdenyut
Diperberat oleh aktivitas
Mengkonsumsi minuman beralkohol
Nyeri kepala timbul setelah meminum alcohol
Nyeri kepala membaik dalam waktu 72 jam
c. Nyeri kepala akibat induksi komponen makanan dan zat adiktif
Bilateral
Lokasi fronto temporal
Kualitas berdenyut
Diperberat oleh aktivitas
Mengkonsumsi makanan zat adiktif
Nyeri muncul setelah 12 jam mengkonsumsi substansi
Nyeri sembuh setelah 72 jam
d. Nyeri kepala akibat kafein

Nyeri bilateral
Berdenyut
Jumlah kafein yang dikonsumsi lebih dari 200 mg/hari
Nyeri kepala timbul dalam 24 jam setelah menghentikan konsumsi

kafein
Nyeri kepala sembuh dalam 7 hari setelah penghentian kafein total.
5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi

6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan homeostasis


Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipoksia dan atau hiperkapni
a. Nyeri kepala high altitude
Nyeri kepala bilateral
Letaknya frontal, fronto temporal
Nyeri ringan atau sedang
Memberat saat beraktivitas
Naik pada ketinggian 2500 meter
Nyeri kepala terasa 24 jam setelah naik
Hilang dalam waktu 8 jam setelah turun
b. Nyeri kepala diving
Nyeri kepala tidak khas
Menyelam di kedalaman lebih dari 10 meter
Nyeri kepala timbul selama menyelam
Nyeri kepala sembuh dalam 1 jam setelah terapi dengan O2
c. Nyeri kepala sleep apnoe
Nyeri kepala berulang terjadi selama lebih dari 15 hari/bulan
Nyeri seperti ditekan
Tidak disertai fotofobia
Nyeri muncul pada waktu bangun tidur
Nyeri berlangsung selama 72 jam
7. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler yang berkaiatan dengan
kelaianan kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi,
mulut, atau struktur fasial atau cranial lainnya.
8. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.

2.4 PATOFISIOLOGI
Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri
kepala yang berasal dari sumber intracranial, yaitu :
1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak
dan pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2. Tarikan pada A. Meningea media
3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada
cabang-cabangnya.
4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intracranial (A.frontalis,
A.temporalis, A.discipitalies)
5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri
meliputi

kulit

kepala,

periosteum,

(m.frontalis,

m.temporalis,

m.oksipitalis)
6. Tekanan langsung pada nervus cranialis, saraf spinal dan servikalis bagian
atas yang berisi banyak serabut aferen.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, pleksus koroideus,
sebagian besar duramater.
2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis nyeri kepala ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik neurologis, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
a. Lamanya menderita sakit.
Bersifat akut, sub akut, atau kronis. Nyeri kepala berat timbul mendadak
untuk pertama kalinya, disertai gangguan kesadaran atau defisit neurologis
lainnya maka akan memberi kecurigaan adanya perdarahan subarahnoid atau
meningitis. Nyeri kepala sudah berlangsung lama, maka akan memberi
kecurigaan adanya nyeri vaskuler, nyeri kepala tipe tegang, atau karena tumor
otak.

10

b. Frekuensi nyeri kepala.


Untuk nyeri kepala yang berulang : nyeri kepala tipe klaster, migren,
neuralgia trigeminus, nyeri kepala tipe tegang.
c. Lamanya serangan nyeri kepala.
Berapa jam sampai dengan berapa hari saat terjadi serangan nyeri kepala.
d. Lokasi nyeri kepala.
Bilateral atau unilateral. Nyeri kepala muncul unilateral, maka memberi
kecurigaan adanya migren (pada 2/3 kasus), nyeri kepala klaster, neuralgia
trigeminal, nyeri kepala karena gangguan lokal di mata atau sinus paranasal,
maupun pada neoplasma intrakranial pada salah satu hemisfer serebral. Nyeri
kepala muncul bilateral, maka memberi kecurigaan adanya migren (pada 1/3
kasus), hidrosefalus karena neoplasma intrakranial, atau nyeri kepala tipe
tegang.
e. Kualitas nyeri.
Nyeri kepala berdenyut menunjukkan nyeri kepala vaskuler misalnya pada
migren, hipertensi, atau pada demam. Nyeri kepala konstan terdapat pada
nyeri kepala tipe tegang. Nyeri kepala seperti ditusuk- tusuk adalah pada
neuralgia trigeminal.
f. Kuantitas nyeri kepala.
Nyeri kepala mempengaruhi kegiatan hidup sehari- hari pasien atau tidak.
g. Intensitas nyeri kepala.
Nyeri kepala diukur derajad ringan, sedang, beratnya nyeri.
h. Saat timbulnya nyeri kepala.
Nyeri kepala klaster dapat timbul siang atau malam hari,dan sering
membangunkan pasien pada 1-2 jam setelah tidur. Migren timbul saat bangun
pagi atau membangunkan pasien pada dini hari.
i. Gejala yang mendahului.
Pada migren klasik, terdapat gejala prodromal berupa gangguan visus,
gangguan lapang pandang, skotoma, atau gangguan neurologis lainnya seperti
parestesi.
j. Faktor pencetus.
Area wajah yang diusap atau disentuh, berbicara, mengunyah, menelan,
tiupan angin dapat cetuskan nyeri neuralgia trigeminal. Nyeri kepala tipe

11

tegang dan migren dicetuskan oleh cahaya yang menyilaukan, suara keras,
makanan tertentu seperti coklat, keju, dan jeruk.
k. Gejala yang menyertai.
Migren sering disertai anoreksia, muntah, fotofobia. Nyeri kepala klaster
disertai gangguan vegetative ipsilateral seperti keluar air mata, lendir dari
hidung, dan hidung tersumbat.
l. Faktor yang memperberat.
Nyeri kepala vaskuler apapun sebabnya akan makin berat dengan goncangan,
gerakan kepala mendadak, batuk, bersin, maupun mengejan.
m. Faktor yang memperingan.
Pasien migren cenderung mematikan lampu dan berada di ruang yang tenang.
Pasien nyeri kepala klaster justru gelisah dengan berjalan berkeliling ruangan.

Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan mata yaitu ukuran pupil, bentuknya, dan reaksinya terhadap
cahaya, pemeriksaan visus dan lapang pandang penglihatan, serta
pemeriksaan gerakan bola mata.
b. Pemeriksaan funduskopi untuk menentukan oedema pada papil nervus
optikus atau atrofi papil nervus optikus et causa papil odema tahap lanjut.
c. Pemeriksaan saraf kranialis yang lain.
d. Pemeriksaan motorik yaitu gerak, kekuatan, tonus, trofi, refleks fisiologis,
refleks patologis, klonus.
e. Pemeriksaan sensibilitas
Pemeriksaan penunjang
a. Spesimen darah bila ada indikasi kecurigaan ke arah penyakit sistemik
sebagai penyebab nyeri kepala.
b. Spesimen CSS bila ada indikasi kecurigaan perdarahan subarahnoid atau
infeksi susunan saraf pusat.
c. Electroencephalography (EEG) dengan indikasi berupa:
1. Adanya kecurigaan neoplasma intrakranial
2. Adanya nyeri kepala pada satu sisi yang menetap disertai kelainan
visual, motorik, atau sensibilitas atau sensibilitas sisi kontralateral
3. Adanya defek lapang pandang, defisit motorik atau sensibilitas
yang menetap.
4. Adanya serangan migren disertai sinkope.

12

5. Adanya perubahan intensitas, lamanya, dan sifat nyeri kepala.


d. Pemeriksaan radiologik berupa :
1. Rontgen polos kepala dengan indikasi bila nyeri kepala tidak termasuk
nyeri kepala seperti pada neoplasma intrakranial, hidrosefalus, perdarahan
intrakranial.
2. Rontgen vertebrae servikal dengan indikasi bila ada nyeri oksipital atau
suboksipital yang bukan disebabkan oleh nyeri kepala tipe tegang.
3. Arteriografi dengan indikasi bila ada kecurigaan aneurisma, angioma, atau
perdarahan pada proses desak ruang
4. CT scan kepala dengan indikasi bila ada kecurigaan gangguan struktural
otak seperti neoplasma, perdarahan intrakranial, dan lain-lain.

2.6 PENATALAKSANAAN
Klasifikasi nyeri kepala
Nyeri kepala pasca
trauma

Nyeri kepala dengan


kelainan vaskuler cranial
(giant cell arteritis)

pengobatan
- analgetik/NSAIDs
- antidepresan
- sedative
- anti konvulsan
- steroid
- prednison 60mg/hari sampai 4
-

minggu
Terapi lain bisa dengan metil
prednisolon 250 mg iv 4x sehari
selama 2 sampai 5 hari dan
dilanjutkan oral

Nyeri kepala yang


berkaitan dengan
substansi dan proses

withdrawal
induksi karbon

monoksida

induksi alcohol

analgetik
O2

benzodiazepin
NSAID

13

clonidin

subtansi kafein

Nyeri kepala karena

analgetik
Terapi behaviour
Mengobati sumber infeksi

infeksi
Nyeri kepala akibat

kelainan homostasis
high altitude

asetazolamin 125 mg 2x1


analgetik

BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama

: Bukhari

14

Umur

: 65 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Masuk RS : 25 07 - 2016
Anamnesa
Alloanamnesa dan autoanamnesa
Keluhan Utama : Kejang seluruh tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala yang dirasakan pasien sejak
1 minggu yang lalu, lama nyeri kepala dirasakan pasien 15 menit setiap
sakit kepala, frekuensi nyeri 5 kali dalam minggu ini. Pasien juga
mengeluhkan pandang kabur dalam minggu ini, nyeri tengkuk(+),
memberat ketika beraktifitas, demam (+) dalam minggu ini, mual (+),
muntah (+).
Riwayat Penyakit Dahulu : HIPERTENSI
Riwayat Penggunaan Obat : TIDAK ADA
Riwayat Penyakit Keluarga : TIDAK ADA

Pemeriksaan Fisik :
1. Vital Sign
a. Tekanan darah
b. Nadi
c. Frekuensi nafas
d. Suhu

:160/100 mmhg
: 78 x/menit
: 20 x/menit
: 37,8C

15

2. Status Generalisata
a. Kepala
: Normocephali
b. Telinga: Normotia
c. Hidung
: Dalam batas normal
d. Mulut
: Bibir kering (+)
e. Leher
: Dalam batas normal
f. Thorax
- Jantung

: Bunyi jantung 1 > bunyi jantung 2

- Paru

: Vesikuler (+/+), Rhonki (+), Wheezing(-/-)


g. Abdomen
- Inspeksi

: Tidak ada jaringan parut

- Auskultasi

: Peristaltik (+) normal

- Palpasi

: Defans muskular (-)

- Perkusi

: Timpani (+)

h. Genitalia

1) Saraf kranial

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

1. N. I (Olfactorius )

Daya pembau

Kanan
Dbn

Kiri
Dbn

Kanan
Kabur

Kiri
Kabur

2. N.II (Opticus)

Daya penglihatan

16

Lapang pandang

Dbn

Dbn

Pengenalan warna

Dbn

Dbn

3. N.III (Oculomotorius)
Kanan
(-)

Kiri

Bentuk

Bulat

Bulat

Ukuran

2mm

2mm

akomodasi

baik

baik

Langsung

(+)

(+)

Tidak langsung

(+)

(+)

Dbn

Dbn

Ptosis

(-)

Pupil

Refleks pupil

Gerak bola mata


Kedudukan

bola Euforia

Euforia

mata

4. N. IV (Trokhlearis)

Gerak bola mata

Kanan
Dbn

Kiri
Dbn

5. N. V (Trigeminus)
Kanan
Dbn

Kiri
Dbn

Opthalmikus

Dbn

Dbn

Maxilaris

Dbn

Dbn

Motorik
Sensibilitas

17

Mandibularis

Dbn

Dbn

6. N. VI (Abduscens)

Gerak bola mata

Kanan
Dbn

Kiri
Dbn

Strabismus

(-)

(-)

7. N. VII (Facialis)
Kanan

Kiri

Saat diam

simetris

simetris

Mengernyitkan dahi

Dbn

Dbn

Senyum

Dbn

Dbn

memperlihatkan gigi

Dbn

Dbn

2/3 Dbn

Dbn

Motorik

Daya

perasa

anterior lidah
8. N. VIII (Vestibulo-Kokhlearis)
Kanan

Kiri

Tuli konduktif

(-)

(-)

Tuli sensorieural

(-)

(-)

Vertigo

(-)

(-)

Nistagmus

(-)

(-)

Pendengaran

Vestibular

9. N. IX (Glossofaringeus)

Arkus farings

Kanan
Simetris

Kiri
Simetris

18

Daya

perasa

1/3

posterior lidah

Tidak

Tidak

dilakukan

dilakukan

10. N. X (Vagus)

Arkus farings

Kanan
Simetris

Kiri
Simetris

Disfonia

Refleks muntah

Ada

Ada

11. N. XI (Assesorius)
Kanan

Kiri

Menoleh

dbn

dbn

Mengankat bahu

dbn

dbn

Eutrofi

Eutrofi

Motorik

Trofi

12. N. XII (Hipoglossus)

Motorik

Kanan
Dbn

Kiri
Dbn

Trofi

eutrofi

Eutrofi

Tremor

(-)

(-)

Disartri

(-)

(-)

19

2) Sistem motorik
Kanan

Kiri

Kekuatan

5555

5555

Tonus

Trofi

Eu

Eu

Ger.involunter
Ekstremitas bawah

(-)

(-)

Kekuatan

5555

5555

Tonus

Eu

Eu

(-)

(-)

Ekstremitas atas

Trofi
Ger.involunter

3. Sistem sensorik
Sensasi
Raba

Kanan
Baik

Kiri
baik

Nyeri

Nyeri ( + )

baik

Suhu

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Propioseptif

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

4. Refleks

Refleks
Fisiologis

Kanan

Kiri

Biseps

(+)

(+)

Triseps

(+)

(+)

Patella

(+)

(+)

(+)

(+)

Achilles
Patologis

20

Hoffman Tromer

(-)

(-)

Babinski

(-)

(-)

Chaddock

(-)

(-)

Openheim

(-)

(-)

Gordon

(-)

(-)

Schaeffer

(-)

(-)

5. Fungsi koordinasi dan keseimbangan

Pemeriksaan
Jari tangan jari tangan

Kanan
Baik

Kiri
Baik

Jari tangan hidung

Baik

Baik

Tumit lutut

Baik

Baik

Pronasi supinasi

Baik

Baik

Romberg test

Tidak

Tidak dilakukan

6. Sistem otonom
Miksi

: Normal

Defekasi

: Baik

Keringat

: Baik

7. Fungsi luhur

: Tidak ada gangguan fungsi luhur

8. Vertebra

: tidak ada kelainan, tidak ada nyeri tekan

d. Reflek fisiologis
+2

+2

+2

+2

e. Reflek patologis
-

f. Reflek meningeal : (-)

21

g. Gerakan
B

h. Kekuatan
5

Pemeriksaan Penunjang :

Pemeriksaaan Laboratorium

HB

: 16,4 gr / dl

HT

: 44,4 %

Eritrosit

: 5,38 /Uix100000

Leukosit

: 6.870 / Uix1000

Trombosit

: 161.000 /UI x 1000

Diagnosa Banding: Chefalgia Sekunder


Chefalgia Primer
Neuralgia Occipital
Diagnosa Kerja : Chefalgia Sekunder
Penatalaksanaan :
- IVFD RL 20 gtt/i
- inj. Ranitidin /12 jam
- Diazepam 5 mg 0-0-1
- Betahistin 2x1
- Meloxicam 2x7,5mg
- Alpentin 2x100mg
- Paracetamol 4x1000mg

22

Prognosis :
dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai