BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh
daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala.
Berdasarkan kasusnya nyeri kepala dapat digolongkan menjadi nyeri kepala
primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah neyri kepala yang
tidak jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur atau sejenisnya. Nyeri
kepala sekunder adalah nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi atau
kelainan struktur atau sejenisnya dan bersifat kronis progresif, antara lain meliputi
kelainan non- vascular.
Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang berhubungan dengan
penyakit lain, bisa berupa penyakit saraf/neurologis maupun non-neurologis.
Penyakit neurologis yang menyebabkan nyeri kepala, antara lain jepitan saraf
leher, stroke, tumor otak, infeksi otak, aneurisma intracranial (pembesaran
pembuluh darah otak), dan cedera kepala. Penyakit non-neurologis yang dapat
menyebabkan nyeri kepala adalah hipertensi, sinusitis, penyakit gigi, kelainan
persendian rahang, dan kelainan mata.
Berdasarkan suatu studi berbasis populasi, didapatkan prevalensi nyeri
kepala, yaitu nyeri kepala tipe tension merupakan nyeri kepala primer yang paling
sering ditemukan, yaitu sekitar 78% pasien, kemudian diikuti oleh migren sekitar
16% pasien. Diantara nyeri kepala sekunder, penyebab paling banyak yang
dikeluhkan pasien adalah karena hal yang bersifat akut (19%), penyakit pada
hidung atau sinus (15%), trauma kepala (4%) dan penyakit intracranial non
vascular, termasuk tumor (0,5%).
Nyeri kepala merupakan gejala yang sering terjadi setelah cedera kepala,
leher ataupun pada otak. Biasanya, nyeri kepala akibat trauma kepala diikuti oleh
berbagai gejala lainnya, seperti rasa pusing, sulit untuk berkonsentrasi, rasa
gelisah, perubahan perilaku dan insomnia. Sekumpulan gejala ini dikenal dengan
nama sindrom post traumatik, dan diantara semua gejala tersebut, nyeri
kepalayang merupakan gejala yang paling menonjol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Nyeri kepala sekunder merupakan nyeri kepala yang disebabkan oleh
gangguan lain. Nyeri kepala baru yang terjadi yang sementara memiliki kaitan
yang erat dengan gangguan lain yang merupakan penyebab sakit kepala yang telah
diketahui, yang dikodekan memiliki kaitan dengan gangguan tersebut.
Kriteria diagnosis untuk nyeri kepala sekunder, yaitu:
1. Nyeri kepala dengan satu atau lebih karakteristik di bawah ini, dan
memenuhi kriteria C dan D
2. Gangguan lain yang telah diketahui yang dapat menjadi penyebab sakit
kepala tersebut
3. Nyeri kepala yang terjadi dalam sementara memiliki kaitan yang erat
terhadap suatu gangguan lain dan / atau telah terdapat bukti memiliki
hubungan sebab akibat.
4. Nyeri kepala yang berkurang atau hilang dalam 3 bulan (mungkin lebih
singkat pada beberpa gangguan) setelah pengobatan atau remisi spontan
dari penyebab yang mendasari.
Nyeri kepala sekunder (yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kondisi
lain) harus dipertimbangkan pada pasien dengan sakit kepala onset baru atau sakit
kepala yang berbeda dari sakit kepala yang biasa mereka alami.
2.2 ETIOLOGI
Nyeri kepala atau Cephalgia dapat disebabkan adanya kelainan organorgan kepala, jaringan system persarafan dan pembuluh darah. Sakit kepala kronik
biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun juga dapat
berkaitan dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal,
penyakit gigi atau mata, hipertensi, sinusitis, trauma, perubahan lokasi (cuaca,
tekanan), dan berbagai macam gangguan medis umum lainnya.
2.3 KLASIFIKASI
Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/ atau leher
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau servikal
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler intracranial
Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawal nya
Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan homeostasis
Nyeri kepala atau nyeri vaskuler yang berkaiatan dengan kelaianan
kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur
2.
Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan sejak trauma
kepala
2.
Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan sejak trauma
kepala.
Nyeri bilateral
Berdenyut
Jumlah kafein yang dikonsumsi lebih dari 200 mg/hari
Nyeri kepala timbul dalam 24 jam setelah menghentikan konsumsi
kafein
Nyeri kepala sembuh dalam 7 hari setelah penghentian kafein total.
5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi
2.4 PATOFISIOLOGI
Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri
kepala yang berasal dari sumber intracranial, yaitu :
1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak
dan pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2. Tarikan pada A. Meningea media
3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada
cabang-cabangnya.
4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intracranial (A.frontalis,
A.temporalis, A.discipitalies)
5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri
meliputi
kulit
kepala,
periosteum,
(m.frontalis,
m.temporalis,
m.oksipitalis)
6. Tekanan langsung pada nervus cranialis, saraf spinal dan servikalis bagian
atas yang berisi banyak serabut aferen.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, pleksus koroideus,
sebagian besar duramater.
2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis nyeri kepala ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik neurologis, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
a. Lamanya menderita sakit.
Bersifat akut, sub akut, atau kronis. Nyeri kepala berat timbul mendadak
untuk pertama kalinya, disertai gangguan kesadaran atau defisit neurologis
lainnya maka akan memberi kecurigaan adanya perdarahan subarahnoid atau
meningitis. Nyeri kepala sudah berlangsung lama, maka akan memberi
kecurigaan adanya nyeri vaskuler, nyeri kepala tipe tegang, atau karena tumor
otak.
10
11
tegang dan migren dicetuskan oleh cahaya yang menyilaukan, suara keras,
makanan tertentu seperti coklat, keju, dan jeruk.
k. Gejala yang menyertai.
Migren sering disertai anoreksia, muntah, fotofobia. Nyeri kepala klaster
disertai gangguan vegetative ipsilateral seperti keluar air mata, lendir dari
hidung, dan hidung tersumbat.
l. Faktor yang memperberat.
Nyeri kepala vaskuler apapun sebabnya akan makin berat dengan goncangan,
gerakan kepala mendadak, batuk, bersin, maupun mengejan.
m. Faktor yang memperingan.
Pasien migren cenderung mematikan lampu dan berada di ruang yang tenang.
Pasien nyeri kepala klaster justru gelisah dengan berjalan berkeliling ruangan.
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan mata yaitu ukuran pupil, bentuknya, dan reaksinya terhadap
cahaya, pemeriksaan visus dan lapang pandang penglihatan, serta
pemeriksaan gerakan bola mata.
b. Pemeriksaan funduskopi untuk menentukan oedema pada papil nervus
optikus atau atrofi papil nervus optikus et causa papil odema tahap lanjut.
c. Pemeriksaan saraf kranialis yang lain.
d. Pemeriksaan motorik yaitu gerak, kekuatan, tonus, trofi, refleks fisiologis,
refleks patologis, klonus.
e. Pemeriksaan sensibilitas
Pemeriksaan penunjang
a. Spesimen darah bila ada indikasi kecurigaan ke arah penyakit sistemik
sebagai penyebab nyeri kepala.
b. Spesimen CSS bila ada indikasi kecurigaan perdarahan subarahnoid atau
infeksi susunan saraf pusat.
c. Electroencephalography (EEG) dengan indikasi berupa:
1. Adanya kecurigaan neoplasma intrakranial
2. Adanya nyeri kepala pada satu sisi yang menetap disertai kelainan
visual, motorik, atau sensibilitas atau sensibilitas sisi kontralateral
3. Adanya defek lapang pandang, defisit motorik atau sensibilitas
yang menetap.
4. Adanya serangan migren disertai sinkope.
12
2.6 PENATALAKSANAAN
Klasifikasi nyeri kepala
Nyeri kepala pasca
trauma
pengobatan
- analgetik/NSAIDs
- antidepresan
- sedative
- anti konvulsan
- steroid
- prednison 60mg/hari sampai 4
-
minggu
Terapi lain bisa dengan metil
prednisolon 250 mg iv 4x sehari
selama 2 sampai 5 hari dan
dilanjutkan oral
withdrawal
induksi karbon
monoksida
induksi alcohol
analgetik
O2
benzodiazepin
NSAID
13
clonidin
subtansi kafein
analgetik
Terapi behaviour
Mengobati sumber infeksi
infeksi
Nyeri kepala akibat
kelainan homostasis
high altitude
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Bukhari
14
Umur
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Masuk RS : 25 07 - 2016
Anamnesa
Alloanamnesa dan autoanamnesa
Keluhan Utama : Kejang seluruh tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala yang dirasakan pasien sejak
1 minggu yang lalu, lama nyeri kepala dirasakan pasien 15 menit setiap
sakit kepala, frekuensi nyeri 5 kali dalam minggu ini. Pasien juga
mengeluhkan pandang kabur dalam minggu ini, nyeri tengkuk(+),
memberat ketika beraktifitas, demam (+) dalam minggu ini, mual (+),
muntah (+).
Riwayat Penyakit Dahulu : HIPERTENSI
Riwayat Penggunaan Obat : TIDAK ADA
Riwayat Penyakit Keluarga : TIDAK ADA
Pemeriksaan Fisik :
1. Vital Sign
a. Tekanan darah
b. Nadi
c. Frekuensi nafas
d. Suhu
:160/100 mmhg
: 78 x/menit
: 20 x/menit
: 37,8C
15
2. Status Generalisata
a. Kepala
: Normocephali
b. Telinga: Normotia
c. Hidung
: Dalam batas normal
d. Mulut
: Bibir kering (+)
e. Leher
: Dalam batas normal
f. Thorax
- Jantung
- Paru
- Auskultasi
- Palpasi
- Perkusi
: Timpani (+)
h. Genitalia
1) Saraf kranial
1. N. I (Olfactorius )
Daya pembau
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Kanan
Kabur
Kiri
Kabur
2. N.II (Opticus)
Daya penglihatan
16
Lapang pandang
Dbn
Dbn
Pengenalan warna
Dbn
Dbn
3. N.III (Oculomotorius)
Kanan
(-)
Kiri
Bentuk
Bulat
Bulat
Ukuran
2mm
2mm
akomodasi
baik
baik
Langsung
(+)
(+)
Tidak langsung
(+)
(+)
Dbn
Dbn
Ptosis
(-)
Pupil
Refleks pupil
bola Euforia
Euforia
mata
4. N. IV (Trokhlearis)
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
5. N. V (Trigeminus)
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Opthalmikus
Dbn
Dbn
Maxilaris
Dbn
Dbn
Motorik
Sensibilitas
17
Mandibularis
Dbn
Dbn
6. N. VI (Abduscens)
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Strabismus
(-)
(-)
7. N. VII (Facialis)
Kanan
Kiri
Saat diam
simetris
simetris
Mengernyitkan dahi
Dbn
Dbn
Senyum
Dbn
Dbn
memperlihatkan gigi
Dbn
Dbn
2/3 Dbn
Dbn
Motorik
Daya
perasa
anterior lidah
8. N. VIII (Vestibulo-Kokhlearis)
Kanan
Kiri
Tuli konduktif
(-)
(-)
Tuli sensorieural
(-)
(-)
Vertigo
(-)
(-)
Nistagmus
(-)
(-)
Pendengaran
Vestibular
9. N. IX (Glossofaringeus)
Arkus farings
Kanan
Simetris
Kiri
Simetris
18
Daya
perasa
1/3
posterior lidah
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
10. N. X (Vagus)
Arkus farings
Kanan
Simetris
Kiri
Simetris
Disfonia
Refleks muntah
Ada
Ada
11. N. XI (Assesorius)
Kanan
Kiri
Menoleh
dbn
dbn
Mengankat bahu
dbn
dbn
Eutrofi
Eutrofi
Motorik
Trofi
Motorik
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Trofi
eutrofi
Eutrofi
Tremor
(-)
(-)
Disartri
(-)
(-)
19
2) Sistem motorik
Kanan
Kiri
Kekuatan
5555
5555
Tonus
Trofi
Eu
Eu
Ger.involunter
Ekstremitas bawah
(-)
(-)
Kekuatan
5555
5555
Tonus
Eu
Eu
(-)
(-)
Ekstremitas atas
Trofi
Ger.involunter
3. Sistem sensorik
Sensasi
Raba
Kanan
Baik
Kiri
baik
Nyeri
Nyeri ( + )
baik
Suhu
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Propioseptif
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
4. Refleks
Refleks
Fisiologis
Kanan
Kiri
Biseps
(+)
(+)
Triseps
(+)
(+)
Patella
(+)
(+)
(+)
(+)
Achilles
Patologis
20
Hoffman Tromer
(-)
(-)
Babinski
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Openheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Schaeffer
(-)
(-)
Pemeriksaan
Jari tangan jari tangan
Kanan
Baik
Kiri
Baik
Baik
Baik
Tumit lutut
Baik
Baik
Pronasi supinasi
Baik
Baik
Romberg test
Tidak
Tidak dilakukan
6. Sistem otonom
Miksi
: Normal
Defekasi
: Baik
Keringat
: Baik
7. Fungsi luhur
8. Vertebra
d. Reflek fisiologis
+2
+2
+2
+2
e. Reflek patologis
-
21
g. Gerakan
B
h. Kekuatan
5
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaaan Laboratorium
HB
: 16,4 gr / dl
HT
: 44,4 %
Eritrosit
: 5,38 /Uix100000
Leukosit
: 6.870 / Uix1000
Trombosit
22
Prognosis :
dubia ad bonam