Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Asupan Serat dengan Pola Defekasi Pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan

Tembalang Kota Semarang


Ria Yuniati1, Fitri Khoiriyah Parinduri2, Dina Happy Yusinta3, Karinta Ariani Setiaputri4, Haida
Meytania Utami5, Berta Yurezka6, Nurul Anggraeni7, Iik Santi Komala8, Dewi Kurniasih9, Yuni
Atika Sari10
Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
(Alamat Respondensi : riayuniati02@gmail.com)
Abstrak

PENDAHULUAN

Serat makanan memiliki kemampuan


merupakan

mengikat air di dalam colon membuat

terhadap

volume feses menjadi lebih besar dan akan

masalah gizi dan kesehatan. Salah satu

merangsang saraf pada rektum sehingga

masalah yang sering dihadapi anak usia

menimbulkan keinginan untuk defekasi.

sekolah dasar yaitu pergeseran pola makan

Dengan

yang cenderung mengonsumsi makanan

dieliminir. Pengaruh

tinggi energi dan rendah serat. (Ambarita

dibuktikan adalah bertambahnya volume

dkk, 2014)

feses, melunakkan konsistensi feses dan

Anak
kelompok

sekolah

usia

Pola

yang

defekasi

dasar
rentan

seorang

anak

demikian

memperpendek

feses
nyata

waktu

lebih

mudah

yang

transit

di

telah

usus

dipengaruhi oleh faktor organik (fungsi

(Kusharto 2006). Oleh karena itu penelitian

organ dan sistem serabut syaraf) dan pola

tentang konsumsi serat pada anak menjadi

makanan serta usianya. Pada fungsi organ

sangat penting.

dan sistem saraf yang normal, maka pola

Rata-rata konsumsi serat penduduk

Kelompok

Indonesia secara umum yaitu 10.5 g/hari

masyarakat yang mempunyai kebiasaan

(Depkes 2008). Nilai ini hanya mencapai

makan makanan mengandung banyak serat

setengah

umumnya

dianjurkan.

makan

sangat

berperan.

memperlihatkan

frekuensi

dari

kecukupan
Kebutuhan

serat
serat

yang
yang

dengan

dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan

konsistensi yang lebih lunak dibandingkan

Gizi untuk orang dewasa usia 19-29 tahun

kelompok masyarakat dengan pola makan

adalah 38 g/hari untuk laki-laki dan 32

yang kurang mengandung serat. (Pediatri,

g/hari untuk perempuan. Data rata-rata

2001)

konsumsi serat untuk anak di Indonesia

defekasi

yang

lebih

sering

satu

belum ada. Kebutuhan serat yang dianjurkan

aktivitas manusia yang tidak mungkin

berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG)

terlewatkan di dalam kehidupannya, baik

untuk anak-anak berusia 913 tahun adalah

pada anak maupun orang dewasa. Secara

26-35 g/hari (WNPG 2012 dalam Ambarita

definisi, defekasi merupakan suatu proses

dkk, 2014)

Defekasi

merupakan

salah

evakuasi tinja dari dalam rektum, yaitu


bahan yang tidak digunakan lagi dan harus
dikeluarkan dari dalam tubuh.

Berdasarkan uraian di atas, masalah


yang peneliti temukan adalah kurangnya
asupan serat pada anak sekolah dasar,

sehingga

peneliti

merasa

perlu

untuk

Spearman,

terdapat
antara

hubungan

asupan serat

yang

melakukan penelitian. Tujuan umum dari

signifikan

dengan

penelitian ini adalah untuk menganalisis

frekuensi BAB subjek (rs= 0.107, p<0.05).

hubungan asupan serat dengan

pola

Semakin tercukupi asupan serat maka

defekasi pada anak sekolah dasar di

frekuensi defekasi akan semakin normal

Semarang. Sedangkan tujuan khusus dari

yaitu di atas 3 kali dalam seminggu,

penelitian ini adalah untuk mengetahui

sebaliknya semakin tidak tercukupi asupan

asupan serat dan pola defekasi pada anak

serat maka frekuensi defekasi akan semakin

sekolah dasar di Semarang.

berkurang yaitu di bawah 3 kali/minggu.


Kranz dkk (2012) dalam Ambarita

METODE
Metode yang digunakan peneliti

dkk (2014) menunjukkan rata-rata asupan

adalah dengan menggunakan metode Studi

serat anak laki-laki dan perempuan masih

Literatur yang memiliki pengertian mencari

kurang. Dibuktikan rata-rata asupan serat

referensi teori yang relefan dengan kasus

anak laki-laki usia 6-11 tahun dan 12-19

atau permasalahan yang telah ditemukan.

tahun adalah 13.7 g/hari dan 14.9 g/hari

Referensi yang relefan dapat dicari


melalui

buku,

jurnal,

artikel,

laporan

sedangkan pada perempuan 12.0 g/hari dan


13.3 g/hari. Hasil penelitian tesebut sejalan

penelitian, dan situs-situs resmi yang ada di

dengan

Paulo

dkk

(2006)

yang

internet.

membandingan rata-rata asupan serat pada


peneliti

anak yang konstipasi dan tidak konstipasi.

mengumpulkan data sekunder dari berbagai

Hasil menunjukkan asupan rata-rata serat

jurnal dan hasil penelitian orang lain berupa

pada anak yang mengalami konstipasi

skripsi. Dari mempelajari data sekunder

sebesar 16.6 g/hari dan 18.2 g/hari untuk

tersebut,

dengan

anak yang tidak konstipasi. Kekurangan dan

permasalahan yang ada dapat digunakan

kelebihan serat dapat memberikan dampak

peneliti sebagai pembahasan yang dapat

negatif bagi tubuh. Kekurangan asupan serat

menjawab rumusan masalah.

dapat

Dalam

yang

hal

sangat

ini

relefan

menyebabkan

konstipasi

dan

kelebihan asupan serat dapat mengakibatkan


HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut penelitian Ambarita dkk
(2014), yang menggunakan analisis rank

gangguan penyerapan mineral seperti besi,


seng, dan magnesium (Khomsan, 2008).

Sama halnya dengan penelitian yang

kemampuan berkonsentrasi, memperparah

dilakukan oleh Hertanti dan Yekti (2014),

ketidakstabilan emosi, mengganggu proses

berdasarkan

korelasi

detoksifikasi dan metabolisme zat gizi di

Spearman menunjukkan bahwa terdapat

saluran pencernaan. Hal ini juga didukung

hubungan

dengan

hasil
antara

analisis
asupan

serat

dengan

ketidakmampuan

mereka

frekuensi defekasi (r=0.468, p=0.009) dan

mengkomunikasikan keluhan yang mereka

sangat signifikan dengan konsistensi feses

rasakan. (Valicenti dkk, 2006)

(r=0.837, p=0.000), yang artinya semakin


tercukupi asupan serat maka frekuensi

KESIMPULAN

defekasi semakin normal dan konsistensi

Berdasarkan

hasil

beberapa

feses lunak. Penelitian Yang dkk (2012)

penelitian mengenai hubungan antara asupan

menunjukkan hal yang sama bahwa asupan

serat terhadap frekuensi defekasi dapat

serat berkorelasi positif terhadap frekuensi

ditarik kesimpulan bahwa besar kecilnya

defekasi. Semakin tercukupi asupan serat

asupan

maka konsistensi feses semakin lunak yaitu

mempengaruhi normal tidaknya frekuensi

tipe feses 4 dan 5.

defekasi

Menurut

Karami

dan

Shokohi

serat

yang

yang

dihasilkan.

anak

tanda kesehatan yang baik. Konstipasi

gangguan

adalah gejala dan bukan suatu penyakit.

kurang

Prevalensi pasti gangguan ini sulit untuk

ketidakstabikan emosi.

diperkirakan. Sedangkan menurut Brand


menjadi

indikator

kesehatan

saluran

pencernaan. Pola defekasi pada subjek


dipengaruhi oleh faktor pola makan, toilet
training, dan Obat-obatan.
Konstipasi dan diare tergolong dalam
gangguan pada pola defekasi. Gangguan
pola defekasi pada anak dapat menimbulkan
dampak negatif diantaranya menurunkan

Kejadian

abnormal mengenai frekuensi defekasi pada

(2013), pola defekasi dianggap menjadi

Susan (2010), pola defekasi dianggap

dikonsumsi

memiliki

dapat

beberapa
dapat

menimbulkan

gangguaun

seperti

berkonsentrasi

dan

Kebutuhan asupan serat pada anak


tentunya harus tercukupi dengan baik.
Kelebihan atau kekurangan asupan serat
mampu menghasilkan berbagai gangguan
yang

sangat

mempengaruhi

frekuensi

defekasi pada anak. Oleh karena itu, perlu


adanya perhatian khusus pola asupan serat
pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Khomsan.

Ambarita, dkk. 2014. Hubungan Asupan


Serat Makanan Dan Air Dengan
Pola Defekasi Anak Sekolah Dasar

Wujudkan

Sehat
Hidup

Itu

Mudah,

Sehat

dengan

Makanan Tepat. Jakarta: PT Mizan


Publika.

Di Kota Bogor. Bogor : Departemen

Kusharto CM. 2006. Serat Makanan dan

Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi

Peranannya bagi Kesehatan. Jurnal

Manusia (FEMA), Institut Pertanian

Gizi dan Pangan.

Bogor
Brand Susan. 2010. Nutrition Intervention
for

Constipation.

Intervention
Special

for

In:

Nutrition

Children

Heath

Care

with
Needs

(breastfeeding, physical activity, and


autism spectrum disorders. 3rd ed.

Hertanti,

Alsha

Listyobudi,

Wirawanni.

2014.

Paulo AZ, Amancio OMS de Morais, &


Tabacow

KMMD.

2006.

Low-

dietary Fiber Intake as a Risk Factor


for Recurrent Abdominak Pain in
Children.

European

Journal

of

Clinical Nutrition.
Pediatri, Sari. 2001. Pola Defekasi Pada

Washington : WSDH.
dan

Yekti

Hubungan

Frekuensi Konsumsi Gluten, Kasein,


dan Asupan Serat dengan Pola

Anak.

Depok

Kesehatan

Bagian

Anak,

Ilmu

Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.


Valicenti

et

al.

2006.

Frequency

Gastrointestinal

Nutrition College Volume 3 Nomor

Children with Autistic Spectrum

4.

Disorder

Undergraduate-5121-4201100038bab3.pdf diakses pada tanggal 20

dan

Management

History

Association
of

in
with

Autoimmune

Disease. J Dev Behav Pediatr.


Yang J, Wang Hai Peng, Zhou L, Xu ChunFang. 2012. Effect of Dietary Fiber

desember 2015
H

Family

and

Symptoms

of

Defekasi Anak Autis. Journal of

Jurnal ITS. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-

Karami

2008.

Shokohi
of

L.

2013.

Childhood

Constipation. J Pediatr Rev.

on Constipation: Meta Analysis.


World J Gastroenterology.

Anda mungkin juga menyukai