Anda di halaman 1dari 38

DRAFT TUGAS BESAR

KL 4112 BANGUNAN PANTAI


2012-2013
Dosen: Dr. Ir. Syawaluddin H., M.Eng
Mahasiswa:
William Tehputra 15509004
Lukki Priantomo R. 15509009
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Ruang Lingkup
2. Kondisi Fisik
2.1 Topografi dan Batimetri
2.2 Pasang Surut
2.2.1. Data
2.2.2. Analisis
2.2.3. Peramalan
2.3. Analisis Angin
2.3.1. Distribusi Angin
2.3.2. Windrose
2.4. Analisis Gelombang
2.4.1. Hindcasting
2.4.1.1. Iklim Gelombang
2.4.1.2. Gelombang Terbesar
2.4.1.3. Analisis Gelombang Ekstrim dengan Periode Ulangnya
2.4.1.4. Analisis Transformasi Gelombang
2.4.1.4.1. Refraksi dan Difraksi pada Arah Gelombang Datang Tegak Lurus Pantai
2.4.1.4.1.1. Keadaan Mean Sea Level (MSL)
2.4.1.4.1.2. Keadaan Lowest Water Spring (LWS)
2.4.1.4.1.3. Keadaan Highest Water Spring (HWS)
2.4.1.4.2. Refraksi dan Difraksi pada Arah Gelombang Datang 45 o dari Garis
Pantai
2.4.1.4.2.1. Keadaan Mean Sea Level (MSL)
2.4.1.4.2.2. Keadaan Lowest Water Spring (LWS)

2.4.1.4.2.3. Keadaan Highest Water Spring (HWS)


2.4.1.4.3. Refraksi dan Difraksi pada Arah Gelombang Datang 135 o dari Garis
Pantai
2.4.1.4.3.1. Keadaan Mean Sea Level (MSL)
2.4.1.4.3.2. Keadaan Lowest Water Spring (LWS)
2.4.1.4.3.3. Keadaan Highest Water Spring (HWS)
3. Perencanaan Pelindung Pantai
3.1. Pemilihan Jenis Pelindung Pantai
3.2. Perencanaan Layout Pelindung Pantai
3.3. Perencanaan Struktur Pelindung Pantai

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pantai adalah perbatasan antara daratan dan lautan. Pantai dibagi
beberapa jenis berdasarkan material pembentuknya, salah satunya adalah
pantai berpasir. Pantai berpasir merupakan salah satu bentuk pantai yang sering
dijumpai di dunia. Pada lautan, terjadi pergerakan air laut yang biasa dikenal
dengan gelombang. Gelombang air laut disebabkan oleh angin, gaya gravitasi
antara matahari dengan bulan, maupun pergerakan antara lempeng bumi yang
menyebabkan gelombang tsunami. Dari sekian banyak jenis gelombang yang
dibagi oleh karena penyebab terjadinya gelombang tersebut, gelombang yang
disebabkan oleh angin merupakan gelombang yang memiliki energi terbesar dan
yang paling sering terjadi pada air laut. Dari yang diketahui oleh kita, arah
pergerakan gelombang yang disebabkan oleh angin bergantung pada arah angin
bergerak sedangkan gelombang air laut akan bergerak ke arah pantai oleh
karena beberapa hal. Pada saat gelombang air laut sampai di pantai, terdapat
energi yang diserap dan dikembalikan oleh pantai ke arah lautan. Peristiwa
tersebut mempengaruhi kondisi fisik pantai. Pada pantai yang dibentuk oleh
pasir, peristiwa yang terjadi adalah pemindahan/transport sedimen pasir dari
suatu lokasi ke lokasi lain, hal ini biasa dikenal dengan erosi. Dalam skala besar,
kejadian/fenomena erosi pantai dapat merubah garis pantai. Menurut sudut
pandang manusia pada umumnya, hal ini merupakan suatu bentuk kerugian
terutama dari segi ekonomi, politik, maupun social dibeberapa kejadian.
Walaupun

peristiwa

erosi

adalah

sesuatu

yang

alami,

dengan

dasar

pertimbangan yang dibuat oleh manusia, peristiwa erosi yang dapat merubah
geometri pantai harus dicegah atau diminimalisir. Terdapat banyak teknologi
yang ditemukan manusia untuk mengatasi hal ini, umumnya berbentuk
bangunan.

Bangunan

hasil

rekaan

manusia

untuk

mencegah

terjadinya

perubahan geometri pantai biasanya disebut bangunan pelindung pantai, antara


lain: pemecah gelombang lepas pantai, revetment, dan seawall. Terdapat banyak
faktor yang diperhitungkan untuk menentukan bentuk bangunan pelindung
pantai. Seorang juru reka (engineer) bidang teknik kelautan diharapkan bisa
menentukan, merancang, dan membuat bangunan pelindung pantai. Tugas
besar kali ini merupakan salah satu bentuk latihan/pembelajaran bagi kami
dalam menentukan dan merancang bangunan pelindung pantai yang dalam
tugas kami berada di daerah Sampang, provinsi Jawa Timur, Indonesia.

1.2 Ruang Lingkup


Ruang Lingkup pada tugas besar mata kuliah KL 4112 Bangunan Pantai
tahun 2012 adalah:
1) Daerah pesisir Pantai Camplong (daratan dan perairan), Sampang,
Madura, Jawa Timur;
2) Angin yang terjadi pada Selat Madura;
3) Gelombang yang terjadi pada Selat Madura; dan
4) Pasang Surut yang terjadi pada Selat Madura.

2. Kondisi Fisik
Daerah perairan Sampang terletak pada 7 o LS-115o BT pada selat Madura
yang berada di antara Pulau Jawa dan Pulau Madura yang ditujukan oleh gambar
. Daerah yang ditugaskan pada kami untuk desain bangunan tugas
besar ini berada pada Pantai Camplong, Jawa Timur yang ditunjukkan oleh
gambar ..

2.1 Topografi dan Batimetri


Zona pantai pada daerah Sampang memiliki topografi yang landai dengan
sebagian daerah perairannya yang curam (gambar ) . Material
pembentuk pantai tersebut adalah pasir maka pantai tersebut dikategorikan
pantai berpasir (sandy beach). Sedangkan wilayah perairannya merupakan
kategori perairan dangkal oleh karena kedalamannya berkisar antara 0-6 meter
berdasarkan teori gelombang.

Peta Batimetri Perairan Sampang

2.2 Pasang Surut


2.2.1. Data
Pasang surut suatu daerah dapat diketahui melalui pengamatan lapangan
dan pendekatan dari data hasil pengamatan lapangan suatu wilayah perairan
sekitarnya. Oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga, maka data yang dipakai
diambil dari hasil pengamatan pasang surut oleh DISHIDROS. Data pasang surut
untuk daerah Sampang, Jawa Timur tidak terdapat pada buku Daftar Pasang
Surut keluaran DISHIDROS, maka dari itu dipakailah data stasiun pengamatan
pasang surut terdekat yaitu di Karang Kleta (sebelah timur Pelabuhan Tanjung
Perak, Surabaya). Gambar****** menunjukkan data pasang surut bulan Juni
tahun 2005 dari tanggal 1 hingga 30. Salah satu alas an dipakainya data pasut
bulan Juni tahun 2005 adalah kedekatan dengan data angin yang dipakai dalam
analisa gelombang dan angin sebelumnya.

Data ketinggian muka air pasang surut Karang Kleta (Sebelah timur pelabuhan Tanjung Perak)

2.2.2. Analisis
Dari data yang dimiliki di atas, kita hanya dapat melihat pola dari pasang
surut dalam sebulan apabila diterjemahkan kedalam grafik kartesian. Dalam
desain bangunan pantai, karakteristik pasang surut yang diperlukan adalah nilai
HHWL (Highest High Water Level), MSL (Mean Sea Level), dan LLWL (Lowest Low
Water Level). Perhitungan untuk mencari nilai-nilai tersebut dapat menggunakan
metode Admiralty atau dengan MKT (Metode Kuadrat Terkecil). Perhitungan-

perhitungan tersebut cukup untuk desain oleh karena pasang surut yang
memiliki periode ulang 18,61 tahun.
Dari data pasang surut Karang Kleta bulan Juni 2005 didapatkan harga
konstituen pasang surut (gambar*********) melalui metoda kuadrat terkecil yang
menjadi dasar dari program ERGELV yang dipakai.
KONSTITUEN
M2
S2
N2
K2
K1
O1
P1
M4
MS4
SO

AMPLITUDO
57.13
28.86
15.18
6.25
50.23
31.94
14.38
.04
.15
.01

BEDA FASA
18.40
-28.60
-56.55
156.12
-64.38
-42.19
68.39
-19.52
10.34

=============================
========
Konstituen Pasang Surut Hasil Perhitungan Program ERGELV

2.2.3. Peramalan
Peramalan yang dipakai adalah cara Metode Kuadrat Terkecil yang dimulai
dengan mencari nilai dari konstituen-konstituen pasang surut daerah tersebut.
Dengan bantuan program ERG, pencarian nilai konstituen tersebut dapat
dilakukan apabila terdapat data hasil pengukuran lapangan tinggi pasang surut
di kawasan tersebut. Selain cara tersebut, pencarian nilai konstituen dapat
dilakukan dengan mellihat tabel pasang surut di buku yang dikeluarkan oleh
DISHIDROS. Setelah itu dengan persamaan******* tinggi pasut pada suatu waktu
dapat diketahui. Dalam pekerjaan ini, pemodelan dilakukan dengan bantuan
program ERG. Dari data pasang surut bulan Juni tahun 2005 menghasilkan nilai
konstituen daerah tersebut, setelah itu didapatkan nilai tinggi muka air
peramalan, dan dari tinggi muka air tersebut ditemukan beberapa nilai tinggi
muka air penting yang diperlukan dalam desain.

Nilai Elevasi-elevasi Penting (cm):


Highest Water Spring
(HWS )
: 159.52,
Jml.
Kejadian :
1
Mean High Water Spring (MHWS)
: 128.74,
Jml.
Kejadian
:
458
Mean High Water Level
(MHWL)
: 71.40,
Jml.
Kejadian : 12538
Mean Sea Level
(MSL )
:
.01,
Jml.
Kejadian : 162936
Mean Low Water Level
(MLWL)
: -68.84,
Jml.
Kejadian : 12534
Mean Low Water Spring (MLWS)
: -144.74,
Jml.
Kejadian
:
458
Lowest Water Spring
(LWS )
: -181.52,
Jml.
Kejadian :
1
Nilai elevasi-elevasi penting diikatkan pada MSL (cm):
Highest Water Spring
(HWS )
: 159.51,
Jml.
Kejadian :
1
Mean High Water Spring (MHWS)
: 128.73,
Jml.
Kejadian
:
458
Nilai Penting Hasil Perhitungan Pasang Surut Program ERGTIDE

2.3. Analisis Angin


Data untuk melakukan analisis angin merupakan data angin pada
ketinggian 10 meter dan diambil selama minimal 10 tahun dari hasil
pengamatan lapangan yang akan menjadi tempat konstruksi. Akan tetapi,
apabila tidak terdapat data angin pada tempat yang akan ditinjau, data angin
pada tempat yang paling dekat dengan lokasi yang ditinjau bisa dijadikan data
masukan untuk melakukan analisis angin. Pada daerah Sampang, tidak terdapat
data angin sehingga data yang dipakai untuk analisis angin adalah data angin
Surabaya sejak tahun 1992 sampai tahun 2006 (lihat lampiran ..)
Data angin Surabaya yang diukur sejak tahun 1992 hingga 2006 terdiri
dari durasi angin bergerak, kecepatan angin, dan arah darimana angin bertiup.
Dari data tersebut, dilakukanlah pengelompokan data angin berdasarkan arah
datangnya angin yang dan berdasarkan rentang kecepatan angin.
Perhitungan Fetch
Fetch dihitung dari daerah yang ingin kita tinjau. Untuk daerah Sampang, titik
yang diambil dapat dilihat dari gambar di bawah ini:

Dari titik yang ditinjau, kita dapat menghitung panjang fetch untuk tiap sudut
yang kita ambil. Berdasarkan rumus ******* untuk mendapatkan perhitungan
yang benar, digunakan maksimal besar sudutnya adalah 5. Dengan rumus di
bawah, dapat kita tentukan fetch efektif untuk tiap arah mata angin sebagai
berikut:
Arah

Deraj

Panjang

Utama

at

Fetch
8316.121

340
345
350
355
Utara

0
5
10
15
20

Arah

Deraj

3
7910.815
5
7637.599
8
7508.711
8
7618.316
8
8132.320
8
8400.788
8
8507.869
5
8591.413
8

Panjang

20
15
10
5
0
5
10
15
20

cos

0.93

F cos

98
7641.2

59
0.98

61
7521.5

48
0.99

67
7480.1

62

39
7618.3

0.99

17
8101.3

62
0.98

75
8273.1

48
0.96

62
8217.9

59
0.93

71
8073.2

97
8.77

88
70741.

32

68

cos

Total

7814.5

97
0.96

Fetch

F cos

8063.34
528

Fetch

Utama

at
25
30
35

T
imur
Laut

40
45
50
55
60
65

Fetch
8727.026
6
8968.925
5
9345.130
8
9857.941
9
10514.97
3
11358.45
81
12452.10
29
13886.50
95
16730.65
09

Arah

Deraj

Panjang

Utama

at

Fetch
19666.30

70
75
80
85
Timur

90
95
100
105
110

02
21890.95
45
21436.79
9
68911.16
2
844529.2
771
1050022.
615
510078.1
964
473088.2
873
333884.8
96

Total
20
15
10
5
0
5
10
15
20

20
15
10
5
0
5
10
15
20

0.93

8200.7

97
0.96

22
8663.3

59
0.98

17
9203.1

48
0.99

57
9820.4

62

29
10514.

1
0.99

97
11315.

62
0.98

24
12262.

48
0.96

93
13413.

59
0.93

34
15721.

97
8.77

67
99115.

32

77

cos

0.93

F cos

08

Fetch
Total

18480.

97
0.96

28
21145.

59
0.98

04
21111.

48
0.99

13
68648.

62

93
84452

11297.5

0.99

9.3
10460

62
0.98

27
50232

48
0.96

9
45696

59
0.93

8.2
31374

97

9.2

375344.
487

Arah

Deraj

Panjang

Utama

at

Fetch
85549.71

115
120
125
130
Tenggar
a

135
140
145
150
155

8
81547.82
72
61273.32
82
70796.07
37
69963.91
96
62294.52
71
57894.07
53743.30
04
50641.54
96

Arah

Deraj

Panjang

Utama
Selatan

at

Fetch
48733.38

160
165
170
175
180
185
190

28
50208.69
69
50327.40
46
51509.52
32
53430.61
01
54584.03
92
43125.75
21

20
15
10
5
0
5
10
15
20

20
15
10
5
0
5
10

8.77

32929

32

88

cos

0.93

F cos

44
78769.

59
0.98

15
60342.

48
0.99

45
70526.

62

67
69963.

0.99

92
62057.

62
0.98

48
57014.

48
0.96

53
51912.

59
0.93

04
47587.

97
8.77

49
57856

32

4.2

cos

0.93

F cos
45794.

97
0.96

4
48497.

59
0.98

88
49562.

48
0.99

82
51313.

62

51
53430.

Total

80390.

97
0.96

Fetch

0.99

61
54376.

62
0.98

33
42470.

48

58

65946.4
523

Fetch
Total
50794.3
752

195
200

51903.20
24
53262.70
12

Arah

Deraj

Panjang

Utama

at

Fetch
52956.42

205
210
215
220
Barat
Daya

225
230
235
240
245

5
52102.43
49
50743.21
15
51771.47
03
55213.21
25
57911.39
33
60091.19
48
61610.50
83
58838.34
77

Arah

Deraj

Panjang

Utama
Barat

at

Fetch
57443.47

250
255
260
265
270

98
10853.92
68
11547.64
59
54624.18
89
53476.81
6

15
20

20
15
10
5
0
5
10
15
20

20
15
10
5
0

0.96

50134.

59
0.93

64
50050.

97
8.77

57
44563

32

1.3

cos

F cos

0.93

49762.

97
0.96

76
50327.

59
0.98

09
49972.

48
0.99

31
51574.

62

46
55213.

1
0.99

21
57691.

62
0.98

02
59178.

48
0.96

27
59511.

59
0.93

18
55289.

97
8.77

96
48852

32

0.3

cos

0.93

F cos
53979.

97
0.96

21
10484.

59
0.98

09
11372.

48
0.99

21
54416.

62
1

33
53476.
82

Fetch
Total

55682.9
83

Fetch
Total
40678.4
847

275
280
285
290

57197.74
76
72945.01
6
25704.05
67
20760.40
86

Arah

Deraj

Panjang

Utama

at

Fetch
16504.37

295
300
305
310
Barat
Laut

315
320
325
330
335

8
14817.56
32
13060.63
43
10978.46
19
9838.313
7
9666.650
6
9370.540
3
9247.428
8874.035
2

5
10
15
20

20
15
10
5
0
5
10
15
20

0.99

56980.

62
0.98

09
71836.

48
0.96

82
24828.

59
0.93

21
19508.

97
8.77

4
35688

32

2.2

cos

0.93

F cos

Total

15509.

97
0.96

04
14312.

59
0.98

67
12862.

48
0.99

21
10936.

62

69
9838.3

Fetch

0.99

14
9629.8

62
0.98

66
9228.1

48
0.96

81
8932.3

59
0.93

3
8338.8

97
8.77

65
99588.

32

16

11351.3
529

Tabel Perhitungan Panjang Fetch (F) untuk Titik yang Diambil pada Selat Madura

Untuk perhitungan Fetch arah Tenggara (SE) dipakailah panjang fetch


maksimum (fetch limited) yaitu 60000 meter. Dari hasil fetch tersebut, dipakai
Fetch arah Selatan (S), Barat Daya (SW), dan Tenggara (SE) untuk melakukan
Hindcasting.

Selanjutnya,

dari

(lampiran******),

data

dikelompokkan

angin

daerah

menurut

Sampang,

arah

Jawa

serta

Timur

kecepatannya

(gambar******). Setelah data angin sudah dikelompokkan, dilakukanlah koreksi


terhadap angin, yaitu koreksi durasi (****), lokasi (****), dan stabilitas (****).
Koreksi elevasi tidak dilakukan oleh karena pengukuran data angin di lapangan
sudah dilakukan pada ketinggian 10 meter. Faktor tegangan angin (*****) adalah
nilai

yang

dipakai

untuk

melakukan

desain

dan

pemodelan/peramalan

gelombang air laut yang dihitung dari hasil koreksi terhadap angin.
Kecepatan Angin (m/s)
4.06.09.0-

0-

0.5-

1.5-

0.5

1.5

4.0

6.0

9.0
0.83

0.28

1.29

NE

0.01

0.62

2.48

0.03

1.07

7.52

SE

1.37

6.94

0.01

0.74

SW

0.01

0.01

NW

Total

12.0-

>17

Total

17.0

.0

0.32

0.19

0.03

2.95

2.9

13.89

8.33

0.43

0.1

7.53

4.91

0.75

36.5

8.08

4.28

2.11

0.31

23.08

2.1

0.94

0.21

0.06

0.03

4.09

1.24
2.3

2.48

0.87

0.12

0.05

0.01

4.78

6.14

2.66

0.75

0.52

0.14

12.52

0.73

2.49

1.02

0.93

0.37

8.55

0.06

8.37

31.94

32.66

16.03

9.2

1.74
18.9

100

U RataRata

12.0

0
1
2.92
4.66
7.08
9.93
13.24
6
Rata-rata Distribusi Angin (%) Tahunan Menurut Kecepatan dan arahnya dari tahun 1992 sampai tahun
2006

Grafik Wind Rose daerah Surabaya


Tahu

n
199

N
1

E
2

E
1

E
1

S
1

W
1

W
1

2
199

5
1

0
1

7
2

7
1

5
1

2
2

20

3
199

2
1

2
2

0
1

5
1

8
2

7
1

20

4
199

4
1

5
1

8
1

5
1

4
1

6
2

21

5
199

3
1

1
1

5
1

4
1

8
8

0
1

0
1

25
14

6
199

0
1

5
1

4
1

0
1

0
1

4
1

7
199

2
1

4
1

2
1

0
1

5
1

14

8
199

0
1

9
1

2
1

2
1

0
1

9
200

0
1

3
2

5
2

4
1

8
2

6
1

2
2

12

0
200

2
2

0
1

0
2

7
1

0
1

3
1

1
1

18

1
200

1
1

3
2

8
1

6
1

7
1

1
1

22

2
200

4
1

3
1

8
2

8
1

2
1

8
1

0
1

15

3
200

2
2

9
1

0
2

8
2

1
1

0
1

6
2

20

4
200

0
2

8
1

5
2

0
2

2
2

3
1

0
1

20

5
200

0
1

6
2

7
2

0
1

0
1

0
1

2
2

25

6
7
0
2
5
0
5
0 30
Kecepatan angin terbesar pada masing-masing arah setiap tahunnya

2.4. Analisis Gelombang


Dari hasil analisis angin pada bagian 2.3 dan dari hasil perhitungan fetch
dengan menggunakan peta yang mencakup daerah Selat Madura, Pulau Madura,
Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Pasuruan, hindcasting untuk
melakukan analisis gelombang dapat dilakukan dan menghasilkan harga tinggi
gelombang signifikan dan periodenya untuk selanjutnya dilakukan analisis
statistik gelombang sehingga mendapatkan tinggi gelombang dengan periode
ulangnya.
2.4.1. Hindcasting
Pembentukan gelombang air laut yang disebabkan oleh angin dibagi
menjadi 3 macam yaitu pembentukan gelombang terbatas waktu (time limited),
pembentukan gelombang terbatas fetch (fetch limited), dan pembentukan
gelombang secara sempurna. Pembentukan gelombang secara sempurna hampir
mustahil terjadi maka untuk analisis pembentukan gelombang kali ini hanya
memakai pembentukan gelombang terbatas waktu atau terbatas fetch. Dari
rumus (****fetch limited****), bila besar durasi (t) lebih kecil dari angka yang
dihasilkan rumus tersebut, maka yang terjadi adalah pembentukan gelombang
terbatas waktu, sedangkan apabila durasi (t) lebih besar atau sama dengan
angka yang dihasilkan rumus tersebut maka yang terjadi adalah pembentukan
gelombang terbatas fetch.

2.4.1.1. Iklim Gelombang


Setelah melakukan perhitungan panjang fetch di setiap arah dan telah
terdapat hasil analisis angin, dapat dihitung tinggi gelombang signifikan yang
dihasilkan dari rumus (*****). Tinggi gelombang signifikan dipengaruhi oleh
panjang

fetch,

tegangan

angin,

dan

konstanta

gravitasi

yang

dipakai.

Perhitungan dilakukan untuk setiap kecepatan angin dan setiap arah angin
sehingga menghasilkan tinggi gelombang dan arahnya. Untuk pemudahan dalam
penyajian data, data dikelompokan menurut arah dan tinggi gelombang
(tabel**** dan gambar*****).
Calm

20-

40-

60-

70-

80-

120-

>1

Total

40

60

70

80

120

160

60
0.1

0.5

0.44

0.43

0.21

0.24

0.63

0.32

NE

1.19

1.07

1.04

0.47

0.54

1.71

0.98

36.5

SE

3.36

3.14

2.93

1.44

1.51

4.91

3.52

0.83

0.7

0.74

0.35

0.36

0.77

0.25

SW
W
NW

1.06
12.5
2
1.31

0.88

0.98

0.41

0.4

0.8

0.2

1.24

1.18

0.59

0.61

1.68

1.01

8
0.5
3
0
2.2
7
0.1
0.0
6
0

2.95
7.53
36.5
23.08
4.09
4.78
12.52

0.9

8.55
2
Rata-rata Distribusi Gelombang (%) Tahunan Menurut Tinggi Gelombangnya dari tahun 1992 sampai 2006

2.4.1.2. Gelombang Terbesar


Dari hasil Hindcasting juga didapatkan tinggi gelombang terbesar setiap
tahun dan setiap arahnya (tabel*******). Untuk gelombang dari arah timur dan
barat dianggap tidak terjadi (tinggi gelombangnya 0 cm) oleh karena sejajar
pantai yang akan menjadi kawasan desain bangunan pantai.

Tahu
n

N
247.9

NE
337.4

1992

6
205.6

5
205.6

1993

3
233.2

1994

SE
281.1

S
247.9

SW

5
247.9

177.9
147.5

5
337.4

3
460.9

6
247.9

177.9

5
361.2

7
219.2

5
191.9

6
233.2

163.2
147.5

435.4

8
460.9

1995

4
247.9

9
147.5

177.9

5
233.2

1996

177.9
205.6

6
219.2

177.9
205.6

177.9
219.2

7
233.2

1997

3
205.6

177.9

8
130.8

1998

177.9

163.2
219.2

3
233.2

177.9
147.5

8
112.9

163.2
205.6

1999

177.9
205.6

8
337.4

7
281.1

9
337.4

4
219.2

3
300.5

2000

3
361.2

5
219.2

5
263.7

5
281.1

8
219.2

5
385.5

2001

8
233.2

8
410.2

7
300.5

5
205.6

8
147.5

6
247.9

2002

7
205.6

7
314.0

5
300.5

3
191.9

6
337.4

2003

3
337.4

7
300.5

5
337.4

4
205.6

177.9
219.2

5
337.4

2004

5
337.4

5
263.7

5
337.4

3
337.4

5
460.9

2005

5
281.1

7
337.4

5
247.9

177.9
247.9

5
594.5

2006
5
5
0
6
177.9
6
Tinggi gelombang terbesar (cm) pada masing-masing arah

NW
337.4

2.4.1.3. Analisis Gelombang Ekstrim dengan Periode Ulangnya


Setelah

mendapatkan

tinggi

gelombang

signifikan

(H s),

dilakukan

perhitungan statistika dengan metode Normal, Gumbel, Log-Normal, LogGumbel, dan Log-pearson III untuk mencari bentuk grafik analitis frekuensi relatif
tinggi gelombang pada setiap arah (tabel****). Hal ini dilakukan untuk
mengetahui karakteristik gelombang ekstrim pada setiap arah gelombang yang
diperlukan dalam desain bangunan pantai.
Arah Utara
Kesalahan Rata Metode
Normal
Gumbel
Log-Normal
Log-Gumbel
Log-Pearson
III

Rata (%)
29.83
5.11
28.79
4.97
28.72

Arah Timur Laut


Kesalahan Rata Metode
Normal
Gumbel
Log-Normal
Log-Gumbel
Log-Pearson

Rata (%)
35.27
5.14
37.7
7.12

III

36.8

Arah Timur
Kesalahan Rata Metode
Normal
Gumbel
Log-Normal
Log-Gumbel
Log-Pearson

Rata (%)
28.89
3.57
28.72
4.89

III

28.78
Arah Tenggara
Kesalahan Rata -

Metode
Normal
Gumbel
Log-Normal
Log-Gumbel
Log-Pearson

Rata (%)
19.96
4.54
21.33
5.71

III

20.53
Arah Selatan
Kesalahan Rata -

Metode
Normal
Gumbel
Log-Normal
Log-Gumbel
Log-Pearson

Rata (%)

III

40.62
7.54
37.81
6.09
37.64

Arah Barat Daya

Kesalahan Rata Metode


Normal
Gumbel
Log-Normal
Log-Gumbel
Log-Pearson

Rata (%)
45.51
7.21
42.62
6.8

III

42.73
Arah Barat
Kesalahan Rata -

Metode
Normal
Gumbel
Log-Normal
Log-Gumbel
Log-Pearson

Rata (%)
37.96
4.81
36.84
5.48

III

37.04

Arah Barat Laut


Kesalahan Rata Metode
Normal
Gumbel
Log-Normal
Log-Gumbel
Log-Pearson

Rata (%)
37.41
6.42
41.69
9.1

III

38.78

Hasil Analisis Gelombang Ekstrim

Dipilihlah bentuk analitis grafik frekuensi relatif tinggi gelombang yang


memiliki error paling kecil untuk setiap arah mata angin. Dari grafik tersebut,
dapat dicari tinggi gelombang dengan periode ulang 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35,
50, 75, dan 100 tahun pada setiap arah mata angin (gambar ****** dan gambar
*****).
Ara
h

Periode Ulang
5

10

15

20

25

(cm

(secon

(cm

(secon

(cm

(secon

(cm

(secon

(cm

(secon

d)

d)

d)

d)

1.3

)
20.

d)

)
19.

22

2.1

23

2.1

NE

8.8

1.3

2.2

26

2.3

11

1.5

SE

10.

1.5

6.8

1.2

SW

6.2

1.1

7.6

1.2

NW

9.9

1.4

1.9

1
22.

2.1

6
25.

2.2

3
19.

1.9

3
17.

1.8

2
16.

1.8

5
22.

2.1

2
26.

2.3

7
24.

2.2

1
26.

2.3

9
20.

3
19.

1.9

1
18.

1.9

4
23.

2.2

8
28

2.3

25.
2
28.

2.3

1
20.

9
20.

5
19.

9
25

2.2

29.

2.4

28.
9
21.
5
21.
7
21.
1
25.
8
30.
3

2.4
2.1
2.1
2
2.3
2.4

Periode Ulang
Ara
h

N
NE
E
SE
S
SW
W
NW

30

35

50

75

100

(cm

(secon

(cm

(secon

(cm

(secon

(cm

(secon

(cm

(secon

)
23.

d)

)
24.

d)

)
26.

d)

)
28.

d)

)
30.

d)

8
26.
7
29.
6
21.
9
22.
7
22.
1
26.
6
31.

2.2
2.3
2.4
2.1
2.1
2.1
2.3

6
27.
3
30.
2
22.
2
23.
6
23.
1
27.
2
31.

2.5
1
7
Periode Ulang Gelombang

2.2
2.3
2.4
2.1
2.2
2.1
2.3
2.5

4
28.
6
31.
6
23.
1
25.
8
25.
3
28.
6
33.
3

2.3
2.4
2.5
2.1
2.3
2.2
2.4
2.6

6
30.
1
33.
1
24
28.
5
28.
2
30.
1
35.
1

2.4
2.4
2.6
2.2
2.4
2.4
2.4
2.6

3
31.
1
34.
2
24.
6
30.
5
30.
4
31.
3
36.
3

2.4
2.5
2.6
2.2
2.5
2.4
2.5
2.7

2.4.1.4. Analisis Transformasi Gelombang


Transformasi gelombang yang akan dianalisis dan diperhitungkan adalah
kejadian refraksi dan difraksi. Refraksi adalah perubahan arah dan karakteristik
gelombang oleh karena terjadi perubahan kedalaman dasar perairan yang

dilewati gelombang. Difraksi adalah pembentukan gelombang yang memiliki


arah tegak lurus dari gelombang yang energinya berubah oleh karena
membentur suatu penghalang dalam perambatannya. Perhitungan refraksi bisa
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah menggunakan Hukum
Snelius dan menggunakan table dari buku SPM (Shore Protection Manual) yang
dibuat oleh CERC (Corps of Engineering Research Center). Sedangkan salah satu
cara untuk

menghitung

difraksi

yang dapat mempengaruhi

karakteristik

gelombang adalah menggunakan tabel difraksi dari buku SPM. Dalam tugas
desain

bangunan

pantai

ini,

digunakan

refdif (*****)

program

untuk

memperhitungkan perubahan karakteristik gelombang yang disebabkan refraksi


dan difraksi. Karakteristik gelombang tersebut menentukan dalam penentuan
konfigurasi dan jenis pelindung pantai yang akan dirancang.
Program

refdif

menghasilkan

tinggi

gelombang

di

titik-titik

yang

ditentukan berdasarkan grid yang dimodelkan. Setelah itu, hasil dari program
tersebut digambarkan untuk melihat seperti apa prakiraan gelombang yang akan
terjadi. Penggambaran dilakukan menggunakan program Surfer 8 dengan
pembentukan garis kontur menggunakan teori perhitungan Moving Average dari
titik/nodal yang dimiliki.

Grid untuk Analisis Refraksi dan Difraksi dengan Arah Datang Gelombang Tegak Lurus Garis Pantai

Analisa

refraksi

dan

difraksi

dilakukan

pada

kondisi

arah

datang

gelombang tegak lurus garis pantai, 45 o dari garis pantai, dan 135 o dari garis
pantai dengan ketinggian air laut pada MSL(Mean Sea Level), HWS (Highest
Water Spring), dan LWS (Lowest Water Spring) untuk setiap arahnya, sehingga
akan dihasilkan 9 data analisis refraksi dan difraksi gelombang.

2.4.1.4.1. Refraksi dan Difraksi pada Arah Gelombang Datang Tegak


Lurus Pantai
2.4.1.4.1.1. Keadaan Mean Sea Level (MSL)
Pada keadaan Mean Sea Level,dihasilkan kontur tinggi gelombang yang
ditunjukkan pada gambar*******. Sedangkan karakteristik yang dihasilkan adalah
tinggi gelombang tertinggi yang bernilai 48,85 cm.
200

150

100

50

-5 0

-1 0 0

-1 5 0

-2 0 0
0

50

100

150

200

250

300

350

400

2.4.1.4.1.2. Keadaan Lowest Water Spring (LWS)


Pada keadaan Lowest Water Spring,dihasilkan kontur tinggi gelombang
yang ditunjukkan pada gambar*******. Sedangkan karakteristik yang dihasilkan
adalah tinggi gelombang tertinggi yang bernilai 48,85 cm.
200

150

100

50

-5 0

-1 0 0

-1 5 0

-2 0 0
0

50

100

150

200

250

300

350

400

2.4.1.4.1.3. Keadaan Highest Water Spring (HWS)

Pada keadaan Highest Water Spring,dihasilkan kontur tinggi gelombang


yang ditunjukkan pada gambar*******. Sedangkan karakteristik yang dihasilkan
adalah tinggi gelombang tertinggi yang bernilai 48,85 cm.
200

150

100

50

-5 0

-1 0 0

-1 5 0

-2 0 0
0

50

100

150

200

250

300

350

400

2.4.1.4.2. Refraksi dan Difraksi pada Arah Gelombang Datang 45o dari
Garis Pantai
2.4.1.4.2.1. Keadaan Mean Sea Level (MSL)

Pada keadaan Mean Sea Level,dihasilkan kontur tinggi gelombang yang


ditunjukkan pada gambar*******. Sedangkan karakteristik yang dihasilkan adalah
tinggi gelombang tertinggi yang bernilai 39,04 cm.
200

150

100

50

-5 0

-1 0 0

-1 5 0

-2 0 0
0

50

100

150

200

250

300

350

400

2.4.1.4.2.2. Keadaan Lowest Water Spring (LWS)


Pada keadaan Lowest Water Spring,dihasilkan kontur tinggi gelombang
yang ditunjukkan pada gambar*******. Sedangkan karakteristik yang dihasilkan
adalah tinggi gelombang tertinggi yang bernilai 39,02 cm.

200

150

100

50

-5 0

-1 0 0

-1 5 0

-2 0 0
0

50

100

150

200

250

300

350

400

2.4.1.4.2.3. Keadaan Highest Water Spring (HWS)


Pada keadaan Highest Water Spring,dihasilkan kontur tinggi gelombang
yang ditunjukkan pada gambar*******. Sedangkan karakteristik yang dihasilkan
adalah tinggi gelombang tertinggi yang bernilai 39,04 cm.

200

150

100

50

-5 0

-1 0 0

-1 5 0

-2 0 0
0

50

100

150

200

250

300

350

400

2.4.1.4.3. Refraksi dan Difraksi pada Arah Gelombang Datang 135 o dari
Garis Pantai
2.4.1.4.3.1. Keadaan Mean Sea Level (MSL)
Pada keadaan Mean Sea Level,dihasilkan kontur tinggi gelombang yang
ditunjukkan pada gambar*******. Sedangkan karakteristik yang dihasilkan adalah
tinggi gelombang tertinggi yang bernilai 38,84 cm.

200

150

100

50

-5 0

-1 0 0

-1 5 0

-2 0 0
0

50

100

150

200

250

300

350

400

2.4.1.4.3.2. Keadaan Lowest Water Spring (LWS)


Pada keadaan Lowest Water Spring,dihasilkan kontur tinggi gelombang
yang ditunjukkan pada gambar*******. Sedangkan karakteristik yang dihasilkan
adalah tinggi gelombang tertinggi yang bernilai 38,83 cm.

200

150

100

50

-5 0

-1 0 0

-1 5 0

-2 0 0
0

50

100

150

200

250

300

350

400

2.4.1.4.3.3. Keadaan Highest Water Spring (HWS)


Pada keadaan Highest Water Spring,dihasilkan kontur tinggi gelombang
yang ditunjukkan pada gambar*******. Sedangkan karakteristik yang dihasilkan
adalah tinggi gelombang tertinggi yang bernilai 38,85 cm.

200

150

100

50

-5 0

-1 0 0

-1 5 0

-2 0 0
0

50

100

150

200

250

300

350

400

3. Perencanaan Bangunan Pelindung Pantai


Bangunan pelindung pantai adalah bangunan yang fungsinya untuk
mencegah terjadinya perubahan dari garis pantai yang ekstrim ataupun tidak
diinginkan. Oleh karena pergerakan air laut yang menuju pantai yang
menyebabkan transport sedimen sejajar pantai, bangunan pelindung pantai
dimaksudkan untuk mengurangi efek dari pergerakan air laut tersebut.
Kawasan pesisir pada lokasi proyek terdapat jalan raya dan area dari PT.
Hasanah Permai. Oleh karena keberadaan kedua hal tersebut, terutama jalan
raya, perlindungan pantai dibutuhkan oleh kawasan pesisir tersebut
(gambar.......sama dengan gambar setelah ini). Dari gambar yang dimiliki, dapat
diperkirakan letak dari daerah yang harus dilindungi, yaitu daerah pantai sebelah
barat (daerah yang dilingkari pada gambar...............) yang memiliki kontur garis
pantai yang lebih dekat dengan daratan dibandingkan dengan lokasi lainnya.

3.1. Pemilihan Jenis Pelindung Pantai


Bangunan pantai adalah bangunan yang dibangun di sekitaran pantai dan
berfungsi untuk mencegah atau menguragi perubahan fisik dari pantai. Contoh
yang paling sering terjadi adalah terjadinya erosi yang menyebabkan mundurnya
garis pantai. Jenis jenis bangunan pantai meliputi groin, jetty, seawall,
breakwater, dan lain lain.
Pada kasus di Pantai Sampang, gelombang terbesar datang dari arah
selatan yaitu tegak lurus terhadap pantai. Untuk menghadapi terjangan
gelombang yang tegak lurus pantai, maka bangunan pantai yang paling tepat
untuk melindungi pantai tersebut adalah breakwater. Breakwater ada dua jenis,
yaitu attached breakwater dan detached breakwater. Attached breakwater lebih
sering digunakan pada prasarana pelabuhan dikarenakan berfungsi juga sebagai
pelindung kolam pelabuhan. Namun attached breakwater memiliki perancangan

yang lebih rumit. Breakwater yang lebih lazim digunakan untuk melindungi
pantai dari erosi adalah detached breakwater.
Breakwater bekerja dengan cara menahan langsung terjangan gelombang
yang datang dari arah laut. Gelombang yang menabrak breakwater akan
mengalami tiga proses yaitu pemantulan energi (refleksi), penghancuran energi
(disipasi), dan penerusan energi (trasmisi). Melalui ketiga proses tersebut,
gelombang akan kehilangan energi dan melemah saat mencapai garis pantai.
Energi paling besar terjadi setelah gelombang mengalami pecah, sehingga
breakwater dibangun setelah lokasi terjadinya gelombang pecah (breaking
zone).
Breakwater seperti bangunan pantai lainnya pasti akan memberikan
dampak terhadap keseimbangan fisik pantai. Dengan menahan energi
gelombang, perpindahan sedimen tegak lurus pantai akan berkurang sedangkan
perpindahan sedimen sejajar pantai akan tetap terjadi. Hal ini menyebabkan
terjadinya penumpukan sedimen di belakang breakwater. Dengan perencanaan
breakwater, kita dapat menghindari terjadinya penumpukan sedimen yang tidak
kita inginkan.
3.2. Perencanaan Layout Pelindung Pantai
Pada kasus Pantai Sampang, gelombang yang paling besar datang dari
arah selatan.

Yang pertama harus dilakukan adalah mencari jarak antara garis pantai dan
lokasi terjadinya gelombang pecah. Lokasi gelombang pecah dapat ditentukan
melalui kedalaman saat gelombang pecah:

2,9 H max
110 H 2max
H br=

s1 ( s1 ) gT max

Dimana nilai nilai yang diperlukan:

H max =1,6 m

T max= 19,66 H max =5,6085 s

s=

s 1,156
=
=1,1278
1,025

Dimana Hmax adalah tinggi gelombang rencana dan

merupakan massa jenis

pasir (data didapatkan


Sehingga didapat

2,9 H max
110 H 2max
H br =

=5,8386 5,8 m
s1 ( s1 ) gT max
Dari peta yang telah ditampilkan di atas, didapatkan Y br maximum = 265 meter.
Ybr minimum = 0,55 Ybr maximum = 146 meter.

146 m< Y br <265 m


Dilakukan perhitungan dua disain untuk mendapatkan disain yang paling
sedikit menggunakan material. Diambil nilai Ybw1 = 150 meter dan Ybw2 = 250
meter.
Untuk menentukan jarak minimal agar tidak terjadi tombolo maka
digunakan persamaan Iribarren dimana nilai Iribarren tersebut harus bernilai 3
sehingga terjadi salien sempurna:

I e=3=e

1,720,41

L bw
Y bw

Dimana nilai Lbw/Ybw = 1,515585366


Lbw = Panjang Breakwater
Untuk mendapatkan jarak antar breakwater, digunakan rumus dibawah:

LgY b
L2b

0,5
Lg = Jarak antar breakwater
Dengan menggunakan perhitungan di atas, kita dapat mendisain panjang

breakwater dan jarak antar breakwater sesuai dengan jarak breakwater dengan
garis pantai. Panjang garis pantai yang harus dilindungi adalah 450 meter.
Untuk disain 1:

Y bw 1=150 meter

Lbw1=1,515585366Y bw 1=228 meter

L2bw 1
Lg 1=0,5
=172 meter
Y bw 1

Lbw2 =1,515585366Y bw2=379 meter

Lg 2=0,5

Untuk disain 2:

Y bw 2=250 meter

L2bw 2
=288 meter
Y bw 2

Dari perhitungan disain di atas, diambil disain 1 karena menggunakan


lebih sedikit material daripada disain 2.

Elevasi puncak pemecah gelombang ditentukan berapa tingginya dari


muka air tertinggi yang mungkin terjadi. Pada standar perencanaan pemecah
gelombang yang diterbitkan di Jepang dan Cina, elevasi puncak breakwater
adalah elevasi muka air tertinggi ditambah 0,7 kali tinggi gelombang desain.
Selain itu perlu juga diketahui tinggi runup untuk mencegah gelombang
melewati puncak dari pemecah gelombang.

Elevasi muka air tertinggi ditentukan dari hasil berikut:


i.

Muka air tertinggi akibat pasang surut (Highest Water Spring)

ii.

Storm surge yang dapat ditentukan menggunakan rumus:

iii.

Peningkatan muka air laut akibat pemanasan global (untuk skenario


moderate dipakai angka 0,2 - 0,5 meter)

Untuk tinggi runup ditentukan dengan rumus:

dan dengan memakai grafik:

Sehingga dari data yang di ambil dari perhitungan pada bab 2 (panjang
fetch, kecepatan angin, kedalaman perairan, tunggang pasut, tinggi gelombang
dengan transformasi, dan gelombang signifikan) disertai dengan perhitungan
dengan rumus-rumus di atas, maka:
Tinggi gelombang dengan transformasi
Kedalaman perairan pada saat HWS

= 0,48 meter
= 8,0 meter

Perubahan muka air akibat pemanasan global

= 0,5 meter

Storm surge

= 0,2 meter

Tinggi runup

= 1,5 meter

Dari hasil penjumlahan semua komponen di atas, didapatkan rencana


elevasi pemecah gelombang dari permukaan laut/dasar laut yaitu 10,68 meter
atau sama dengan 11 meter.
3.3. Perencanaan Struktur Pelindung Pantai
Perencanaan struktur pelindung pantai dibagi menjadi 4 (empat) poin, yaitu:
a. Berat Unit Armor dan Tebal Lapisan Armor Utama;
b. Lebar Puncak struktur;
c. Tebal Lapisan Pelindung Kaki dan Lapisan Pendukung;
d. Kemiringan Struktur.

3.3.1 Berat Unit Armor dan Tebal Lapisan Armor Utama


Rumus yang dipakai untuk menghitung berat unit armor yang akan dipakai
pada pembangunan struktur pelindung pantai adalah sebagai berikut:

Dari bab 2, diketahui tinggi gelombang rencana di tempat yang akan


dibangun breakwater adalah 0,484 meter. Sedangkan jenis armor yang akan
dipakai adalah batu alam, sehingga didapatkan S r sebesar 2500 kg/m3, Kd
sebesar 4, dan

cot ( )

(kemiringan struktur) adalah 1,5. Sehingga didapatkan

berat unit armor (W) sebesar 32,83 ton atau 32.830 kg.

r
r

tebal lapisan armor

Pada dasarnya, rumus tebal lapisan yang akan dipakai sama dengan lebar
puncak pemecah gelombang, yang membedakan hanya koefisien n yang
terdapat pada kedua rumus tersebut. Dari perhitungan dengan data sebelumnya
untuk berat unit armor, berat jenis armor, percepatan gravitasi, dan koefisien
lapisan, didapatkan lebar lapisan armor adalah 4 meter.
3.3.2 Lebar Puncak Struktur
Lebar puncak dari struktur dihitung dengan asumsi metode konstruksi
struktur ini tidak mempengaruhi lebar puncak dari struktur. Oleh karena itu,
rumus yang dipakai adalah:

Dipakai batu alam kasar dengan n = 2 sehingga K adalah 1. Setelah


perhitungan didapatkan B sebesar 3 meter setelah mengalami pembulatan ke
atas.
3.3.3 Tebal Lapisan Pelindung Kaki dan Lapisan Pendukung
Untuk lapisan pelindung kaki, dipakai armor dengan berat unit W/10 yaitu
3.283 kg dengan diameter armor = 1,1 meter sehingga panjang lapisan
pelindung kaki (3d) adalah 3,3 meter.
Lapisan Pendukung yang dipakai memiliki berat unit armor sebesar W/20
atau sama dengan 1641,5 kg dengan diameter 0,65 meter.
Sedangkan tebal lapisan pelindung kaki (H mo) adalah 2,2 meter (2d)
3.3.4 Kemiringan Struktur

Oleh karena jenis armor adalah batu alam, maka kemiringan yang dipakai
adalah 1,5:1 (horizontal:vertikal).

Armor Utama (W = 32.830 kg)

Lapisan Kedua (W = 3.283 kg)

Lapisan Pendukung (W = 1641,5 kg)


Lapisan Pelindung Kaki (W = 3.283 kg)

Anda mungkin juga menyukai