SPESIFIKASI TEKNIS
I.
PENJELASAN UMUM
1. Lapangan kerja akan diserahkan kepada kontraktor dalam keadaan seperti waktu
pemberian penjelasan dan sebelum memulai pekerjaan dianggap mengetahui benar letak,
batas-batas tanah maupun situasi tanah pada waktu itu.
2. Kontraktor wajib menyelesaikan pekerjaan hingga lengkap yaitu dengan membuat,
memasang, menyediakan bahan-bahan bangunan, alat-alat dan sebagainya yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan tersebut.
3. Setiap pekerjaan yang akan di mulai kontraktor maupun yang sedang dilaksanakan
kontraktor wajib berhubungan dengan pengawas untuk menyaksikan sejauh tidah
ditentukan lain untuk mengesahkannya.
4. Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor harus mengajukan jadwal pelaksanaan secara
terperinci .
5. Setiap permohonan dari kontraktor maupun pengesahan dari pengawas dianggap sah dan
berlaku serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
6. Penimbunan bahan-bahan di lapangan harus memenuhi syarat-syarat tehnis serta dapat
dipertanggungjawabkan dan tidak menimbulkan bahaya.
7. Jika terjadi perbedaan antara gambar dengan uraian ini, kontraktor wajib menghubungi
pengawas dan Direksi guna mendapatkan pemecahannya.
8. Jika terdapat gambar kerja dan penjelasannya yang kurang atau tidak jelas, kontraktor
boleh melengkapi atas persetujuan pihak Direksi dan pengawas
9. Semua ukuran yang dimaksud dalam persyaratan pelaksanaan ini adalah mengingat dan
dinyatakan lebih lanjut mengenai masing-masing bagian dealam pasal-pasal selanjutnya
yang digunakan dalam sebagai dasar atau pedoman pelaksanaan.
II. GAMBAR-GAMBAR
Gambar-gambar dari RKS ini, yang terdiri dari :
a. Gambar denah, tampak dan potongan.
b. Gambar detail konstruksi.
c. Gambar detail khusus yang disyaratkan
III. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUANAN YANG DIGUNAKAN
1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam rencana kerja dan
syarat-syarat ( RKS ) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini,
termasuk segala perubahan dan tambahannya.
a. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 tahun 2010 dan perubahannya;
b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknis dari Dewan Teknis
Pembangunan Indonesia.
c. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982;
d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SNI 03-2847-2002;
e. Peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja;
f. Spesifikasi bahan bangunan bagian A : SK SNI S-04-1989-F;
g. Standarisasi-standarisasi yang lain sehubungan dengan pekerjaan diatas
h. Peraturan-peraturan pemerintah daerah setempat serta peraturan-peraturan
lain/standar-standar teknis sesuai petunjuk dan disyaratkan oleh Direksi
i. Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
RepublikIndonesia Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Rumah Sakit
PEMBUATAN PRASARANA SANITASI IPAL KOMUNAL DESA PUNCEL
KEC. DUKUHSETI KAB. PATI TAHUN 2015
sesuai dengan apa yang telah disetujui dalam lokasi umum / daerah kerja.
2. Bangunan untuk penyimpanan bahan-bahan harus diberi bahan pelindung yang bahannya
harus dipilih sedemikian rupa, sehingga bahan-bahan yang disimpan tak akan mengalami
kerusakan
3. Bahan-bahan peralatan dan perlengkapan yang dipakai dalam bangunan dapat berupa
benda baru sama sekali atau bekas pakai, tapi dengan syarat harus dapat berfungsi
4. Perlengkapan Kantor / Direksi keet :
a. Meja Tulis dan Kursi
b. Meja dan Kursi untuk Tamu
c. Satu Papan Tulis
d. Papan untuk menempelkan gambar
e. Meja gambar
f. Buku Tamu, Buku Direksikeet/ Pengawas
g. Dan hal lain yang dianggap perlu
5. Kontraktor harus membuat barak kerja untuk para pekerja dan gudang penyimpanan
barang-barang yang dapat dikunci, tempatnya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
VI. JADWAL PELAKSANAAN
1. Jadwal pelaksana diperlukan untuk perencanaan pelaksanaan dan pemantauan pekerjaan
yang benar. Jadwal tersebut diperlukan untuk menguraikan aktivitas pekerjaan setelah
aktivitas dalam program mobilisasi telah diselesaikan
2. Kontraktor wajib memberikan salinan Jadwal Pelaksana rangkap 4 ( empat ) kepada
Konsultan Pengawas, satu salinan Jadwal Pelaksanaan harus ditempel pada dinding kantor
/ Direksi keet di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan (prestasi
kerja)
3. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan jadwal
pelaksanaan tersebut.
VII. FOTO DOKUMENTASI
Selama proses penanganan proyek, pihak pelaksana/kontraktor harus memelihara secara
teliti semua catatan menyangkut perubahan-perubahan / prestasi pekerjaan, mulai dari
kondisi awal lokasi proyek, proses pekerjaan yang terjadi di lokasi proyek hingga pada
pekerjaan akhir finishing sampai di serah terimakan ke pemilik
hal mendesak, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis, alamat
dan nomor telepon yang dapat dihubungi kepada pihak direksi dan konsultan pengawas.
2. Alamat Kontraktor dan Pelaksana diharapkan tidak berubah-ubah selama pekerjaan, bila
terjadi perubahan alamat, Kontraktor dan Pleaksana wajib memberitahukan secara
tertulis.
X. PENJAGA KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
1. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang milik
Kegiatan, konsultan pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan.
2. Untuk maksud-maksud tersebut Kontraktor dapat membuat pagar pengaman dari kayu
atau bahan lain yang biayanya menjadi tanggungan Kontraktor.
3. Bila terjadi Kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui Konsultan Pengawas,
baik yang telah dipasang maupun yang belum, menjadi tanggung jawab Kontraktor dan
tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
4. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa, Untuk itu kontraktor diwajibkan
menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai.
XI. JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Kontraktor diwajibkan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan ( PPPK ) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan, untuk
mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja lapangan.
2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-syarat
kesehatan bagi semua petugas dan pekerja yang ada di bawah kekuasaan Kontraktor.
3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi, dan WC yang layak dan bersih
bagi semua petugas dan pekerja, kecuali ada di lokasi, harus seizing pemilik kegiatan.
4. Kontraktor wajib memberikan jaminan social dan keselamatan kerja dalam bentuk ASTEK
kepada seluruh pekerja sesuai dengan Surat Keputusan bersama antara Menteri
Pekerjaaan Umum dengan Menteri Tenaga Kerja No. KEP. 07/Men/1987 tanggal 27
januari 1984. Jumlah ASTEK yang harus disetor Kontraktor akan ditentukan sesuai dengan
peraturan ayang berlaku.
XII. ALAT-ALAT PELAKSANA
Semua alat-alat untuk pelaksana pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor, sebelum
pekerjaan secara fisik dimulai dan dalam keadaan baik dan siap dipakai antara lain :
a. Waterpass( Ijin Konsultan Pengawas)
b. Perlengapan penerangan untuk kerja lembur.
c. Alat-alat pertukangan.
d. Alat-alat sipil/berat sesuai dengan besaran pekerjaan apabila diperlukan.
a.
b.
c.
d.
e.
2. Lingkup Pekerjaan
a.
Semua galian harus mencapai kedalaman yang harus disyaratkan dalam gambar
rencana kecuali ditentukan lain oleh pengawas sehubungan dengan keadaan lapangan
dari peil tanah.
b. Pelaksanaan harus merawat tebing galian dan menghindarkan dari kelongsoran.
Untuk itu di pelaksana harus membuat penyangga/penahan tanah jika diperlukan
selama penggalian, karena stabilitas dari permukaan tanah selama penggalian
merupaka tanggung jawab perencana.
c. Semua akar-akar, batang-batang pohon yang terpendam maupun beton atau tembok/
pondasi, pipa-pipa yang tidak terpakai atau halangan lain yang dijumpai pada saat
penggalian harus dikeluarkan dan dibuang
d. Pada saat penggalian pipa-pipa drainase, gas, air bersih dan kabel-kabel yang masih
berfungsi harus diamankan dan di jaga agar jangan sampai rusak atau cacat, apabila
hal tersebut dijumpai, maka pelaksana harus segera memberitahukan kepada
pengawas atau pimpinan kegiatan untuk mendapatkan interupsi lebih lanjut.
e. Apabila terjadi kerusakan-kerusakan pada barang tersebut diatas, maka pelaksana
harus segera memberitahukan kepada pengawas atau Pemimpin Kegiatan dan pihak
yang berwenang dan segera mengganti semua kerusakan tersebut atas biaya sendiri.
f. Semua galian harus diperiksa terlebih dahulu oleh pengawas sebelum melaksanakan
pengawasan selanjutnya, pelaksana harus mendapat ijin/persetujuan tertulis dari
pengawas.
4. Pekerjaan penyelesaian
a.
Seluruh daerah kerja termasuk penggalian dan penimbunan harus merupakan daerah
betul-betul seragam dan bebas dari permukaan yang tidak merata.
b. Seluruh lapisan akhir ( finshih grade ) harus benar-benar memenuhi peil yang
dinyatakan dalam gambar, bila diakibatkan oleh penurunan , timbunan memerlukan
tambahan material yang tidak lebih dari 3 cm, maka bagian atas timbunan tersebut
harus digaruk terlebih dahulu sebelum material timbunan tambahan dihamparkan,
untuk selanjutnya dipadatkan sampai mencapai elevasi dan sesuai dengan
persyaratan teknis lainnya.
c. Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan pengisi/ timbuanan,
seluruh puing-puing, reruntuhan dan smapah-sampah harus disingkirkan dalam
lokasi.
d. Urugan pasir dilakukan setelah galian tanah selesai sebelum dilakukan pemasangan
pasangan batu kali.
XVIII. PEKERJAAN PONDASI
1. Ketentuan Umum
Pondasi yang digunakan adalah pondasi batu kali dan pondasi plat beton bertulang,
pondasi plat di pasang sesuai bentuk dan ukuran pondasi yang tertera dalam gambar
kerja.
2. Pekerjaan Persiapan pondasi
a. Pekerjaan urugan pasir bawah pondasi bisa dilaksanakan setelah direksi lapangan
memeriksa kondisi tanah dasar pondasi tersebut
b. Pasir urugan alas dasar pondasi harus bersih dan dipadatkan dengan tebal padat 5 cm
c. Untuk lantai kerja beton bertulang dipakai adukan = 1 semen : 3 pasir : 5 kerikil.
Permukaan lantai kerja harus rata, dengan tebal minimum 5 cm
3. Pondasi batu kali
Pasangan batu kali dengan perbandingan 1 PC : 5 Ps yang berkwalitas baik dan mutu
harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas, Pasangan batu kali harus diukur
dilapangan dan dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan ketinggian seperti tercantum
pada gambar - gambar. Batu kali digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut
runcing, berwarna abu-abu hitam, keras, tidak berpori (porous). Permukaan dasar galian
harus ditimbun dengan pasir urug setebal minimal 5 cm atau sesuai gambar kerja,
disiram dan diratakan dan di atasnya diberi batu kali pecah yang dipasang sesuai
dengan gambar. Adukan harus membungkus batu kali pada bagian tengah pondasi
sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian pondasi yang berongga atau tidak padat.
4. Bahan :
a. Cement Portland
Cement Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut peraturan Semen Indonesia
1972 (NI 8) atau British Standart No. 12 tahun 1965. Semen harus sampai ditempat
pekerjaan dalam kondisi baik serta dalam kantong-kantong semen asli pabrik. Merk
semen PC dianjurkan buatan dalam negeri. Semen harus disimpan dalam gudang
kedap air, berventilasi baik diatas lantai beralaskan papan. Kantong kantong semen
tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis. Penyimpanan selalu terpisah untuk setiap
pengiriman.
b. Agregat (Pasir dan kerikil)
Agregat halus dan kasar, dapat dipakai agregat alami atau batu pecah dan memenuhi
standart PBI 1971 (NI -2) pasal 3.3.3.4 dan 3.5. Agregat tidak boleh mengandung
bahan yang dapat merusak beton dan ketahanan tulangan terhadap karat.
Penyimpanan agregat kasar dan halus harus terpisah agar memudahkan tugas
Pengawasan, tidak terkontaminasi bahan yang dapat merusak/menggangu.
PEMBUATAN PRASARANA SANITASI IPAL KOMUNAL DESA PUNCEL
KEC. DUKUHSETI KAB. PATI TAHUN 2015
c. Air
Air untuk campuran dan pemeliharaan memakai air yang bersih dan tidak
mengandung zat zat yang dapat merusak mutu beton. Air tersebut juga memenuhi
standart menurut PBI 1971 (NI -2) padal 3.6
XIX. PEKERJAAN BESI DAN BEKESTING
1. Besi beton berkwalitas baik dan betul-betul bulat serta diameternya sesuai dengan
gambar (Bestek)
2. Pemotongan tulangan
Semua pemotongan tulangan tidak diperkenankan memakai mesin las atau yang sejenis.
3. Pengiriman tulangan
Semua tulangan saat pengiriman tidak boleh ditekuk kecuali untuk tulangan berdiameter
lebih kecil 19 mm.
4. Pembengkokan tulangan.
Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali disetujui dengan cara
lain oleh Pengawas. Tulangan yang sudah tertanam dalam beton tidak boleh dibengkokkan
dilapangan.
5. Permukaan tulangan.
Pada saat beton di cor,keadaan permukaan tulangan harus bersih, bebas dari lumpur,
minyak, atau segala jenis cairan / zat / benda pelapis bukan logam yang dapat mengurangi
lekatan beton terhadap tulangan.
6. Penempatan tulangan.
Semua tulangan harus ditempatkan/disetel sesuai gambar. Tulangan ditempatkan
sedemikian rupa agar tetap terjamin ditempatnya, tidak mudah tergeser akibat adanya
pekerjaan pengecoran.
7. Pemasangan besi beton harus seteliti mungkin sesuai dimensi yang dalam gambar
konstruksi, diikat kuat dengan kawat beton dan dengan kait-kait, dapat tegal lurus dengan
deking (beton tahu) dan disetujui oleh pengawas. Sambungan besi beton hanya boleh
dilakukan pada daerah / tempat tertentu dan disambung dengan las atau cara lain yang
sudah mendapat persetujuan pengawas.
8. Begisting beton dapat berupa kayu, atau bahan lain yang layak dari segi kwalitas untuk
digunakan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pihak direksi
XX. PEKERJAAN BETON
Lingkup pekerjaan yaitu pekerjaan plat beton, sloof, balok, ring balok, semua pekerjaan beton
tersebut sesuai dengan bestek/gambar kerja.
1. Material
a. Cement Portland
Cement Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut peraturan Semen Indonesia 1972
(NI 8) atau British Standart No. 12 tahun 1965. Semen harus sampai ditempat pekerjaan
dalam kondisi baik serta dalam kantong-kantong semen asli pabrik. Merk semen PC
dianjurkan buatan dalam negeri. Semen harus disimpan dalam gudang kedap air,
berventilasi baik 30 cm diatas lantai beralaskan papan. Kantong kantong semen tidak
boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis. Penyimpanan selalu terpisah untuk setiap pengiriman
b. Agregat (Pasir dan kerikil)
Agregat halus dan kasar, dapat dipakai agregat alami atau batu pecah dan memenuhi
standart PBI 1971 (NI -2) pasal 3.3.3.4 dan 3.5 atau SNI, Peraturan beton 1989. Agregat
memenuhi syarat :
- Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari campuran agregat kasar dan halus,
berisi batu pecah yang bersih, keras dan awet, atau kerikil sungai alam atau kerikil dan
pasir dari sumber yang disaring dan semua agregat alam harus di cuci
- Ukuran maksimum agregat kasar tidak boleh lebih besar dari tiga perempat ruang
bebas minimum di antara batang-batang tulangan dan antara batang tulangan dan
cetakan (acuan).
PEMBUATAN PRASARANA SANITASI IPAL KOMUNAL DESA PUNCEL
KEC. DUKUHSETI KAB. PATI TAHUN 2015
Agregat halus harus bergradasi baik dari kasar sampai halus dengan hampir seluruh
pertikel lolos saringan 4,75 cm
Semua agregat halus, harus bebas dari sejumlah bahan organic dan jika diminta
demikian oleh Direksi harus diadakan pengujian kandungan organic menggunakan
pengujian kolorimetrik dan setiap agregat yang gagal pada tes warna harus ditolak.
Pasir laut tidak dapat dipergunakan
Bersih dari kotoran yang dapat menghalangi ikatan dengan Portland cement, jika
agregat ternyata kotor, sebelum dipakai harus dicuci terlebih dahulu
Agregat yang akan dipakai terlihat terlalu kering, maka sebelum digunakan dibasahi
dengan air secukupnya sehingga mencapai kondisi SSD (Saturated Surfuace Dry)
Agregat yang dipakai agregat alami atau buatan berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut ASTM C 33 dan mempunyai
ukuran terbesar 2,5 cm
Agregat kasar terdiri dari butir butir yang kasar, keras tidak berpori dan berbentuk
kubus, bila ada butir yang pipih maka tidak boleh melebihi 20% dari Value.
Persyaratan gradasi Agregat :
Ukuran saringan
(mm)
(inchi)
50
37
25
19
13
10
4,75
2,36
1,18
0,3
0,15
2
1
1
3/8
#4
#8
#16
#50
#100
(% berat lolos)
Agregat
halus
100
95-100
45 80
10 30
2 10
Agregat kasar
100
95 100
35 70
10 30
05
100
95 100
25 60
0 10
05
100
90 100
20 55
0 10
05
100
90 100
40 70
0 15
05
Agregat bahan-bahan yang berukuran sama dari berbagai sumber harus ditimbun
dalam timbunan terpisah dan hanya akan digunakan dalam struktur yang terpisah.
c. Air
- Air yang digunakan harus bersih dan jernih, bebas dari bahan-bahan yang merugikan
seperti minyak, garam, asam basa, gula atau zat organic.
- Untuk adukan dan pemeliharaan beton, air yang dipakai harus bebas juga dari bahanbahan organic yang dapat mengurangi mutu beton.
- Air harus memenuhi persyaratan dan mendapat persetujuan Direksi
d.
Bahan tambahan
Penggunaan bahan pencampur (concrete admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari pihak Direksi.
- Apabila akan digunakan bahan pencampur, pelaksana harus mengadakan percobaanpercobaan perbandingan berat dan CW ratio dari penambahan bahan camppuran
tersebut, kubus beton yang berumur 7, 14 dan 21 hari harus dilaporkan kepada Direksi
untuk dimintakan persetujuannya.
-
e. Bekisting
Dapat menggunakan kayu kelas II, multipleks dengan tebal minimal 9 mm atau plat baja,
dengan syarat syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam PBI NI-2
1971.
10
f. Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas
dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.
g. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter.
h. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan
pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
i. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami Initialset atau
yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran.
j. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi
lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan
air semen dengan tanah.
k. Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras dan tidak berubah
bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitances) dan partikel-pertikel yang
terlepas samapi suatau kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat.
l. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan dan
cetakan harus dibersihkan.
3. Pemadatan beton
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk mengangkat
dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar beton padat tanpa menggetarkan
secara berlebihan.
b. Selama proses pengecoran berlangsung, maka beton harus dipadatkan dengan alat
mekanis (internal / eksternal vibrator), kecuali jika Direksi/Pengawas Lapangan
mengijinkan pemadatan dengan tenaga manusia, maka dapat dilakukan denan cara
memukul mukul acuan dari luar, mencocol atau menusuk nusuk adukan beton secara
kontinyu.
c. Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting. Beton digetarkan
dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak berlebihan (overvibrate). Hasil beton
yang berongga-rongga / pemisahan bahan - bahan dan terjadi pengantongan beton-beton
tidak akan diterima.
d. Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.
e. Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan penggetar frekuensi
tinggi 0,2 cm agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
f. Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan terlatih dan
pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas
Lapangan.
4. Slump (kekentalan beton)
Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-1971 adalah
sebagai berikut :
Jenis Konstruksi
a.
b.
c.
d.
Slump/Max
(mm)
Min
(mm)
125
150
150
125
50
75
75
50
Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi nilai tersebut di atas
dapat dinaikkan sebesar 50 %, tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.
11
12
28 hari
7 hari
21 hari
21 hari
13
b. Landasan yang akan menerima masing-masing bata juga dibasahi dan selanjutnya
dari adukan harus di sebar dari sisi bata ke bata yang dipasang
c. Tebal landasan dari adukan harus rentang pada 2 5 cm dan harus minimum
diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga antara bata yang dipasang
d. Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu dibatasi
sehingga bata hanya dipasang pada adukan segar yang belum mengeras. Bila bata
menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka harus
dibongkar, dan adukan dibersihkan dan bata di pasang lagi dengan adukan segar.
4. Pekerjaan akhir pasangan :
a. Dimulai segera setelah pemasangan, pasangan bata harus dilindungi dari
pengeringan dini, pasangan bata harus dipertahankan dengan kehilangan
kelembaban yang minimal, dan dengan temperature yang relative tetap untuk suatu
periode waktu yang disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari semen dan
pengerasan adukannya
b. Pasangan bata harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimuti
memakai lembaran yang menyerap air yang harus selalu basah untuk waktu yang
secukupnya.
XXII. PEKERJAAN PLESTERAN
Persiapan dinding yang akan diplester, semua bahan plesteran harus diaduk dengan
manual/mesin. Sebelum di mulai pekerjaan sebaiknya dinding di siram dengan air secara
merata. seluruh bidang dinding yang akan diplester harus dibersihkan dan lubang-lubang
yang tidak diperlukan ditutup dengan rapi.
Untuk ketebalan pleseteran mempunyai ketebalan 15 mm dan maksimal 20 mm. Untuk
bagian dinding yang akan diselesaikan dengan cat, pada plesteran yang telah benar-benar
kering dilakukan pengacian dengan Portland cement sampai di dapat permukaan yang
halus dan rata serta lurus dan tidak bergelombang
XXIII. PEKERJAAN PLUMBING
Pekerjaan plumbing ini meliputi :
1. Pengadaan & pemasangan instalasi pipa air kotor
- Pipa dan peralatannya beserta bangunan-bangunan pelengkap yang akan di pasang
terlihat di gambar rencana
- Pipa yang digunakan adalah pipa PVC & 100 mm PVC Air Limbah SDR 41 Ex.
Wavin, dengan perlengkapan yang sesuai
- Bila disyaratkan pemasangan baru, maka pipa dan peralatannya yang dipasang
harus pipa dan peralatan yang baik, baru dan sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan,
- Sebelum dan sesudah dipasang pipa-pipa dan peralatannya, terutama bagian
sebelah dalam, harus di jaga kebersihannya, dan harus diperiksa lagi kerusakan
serta retak-retak yang mungkin terjadi.
- Lem yang digunakan untuk penyambungan pipa PVC dengan solvent cement
- Pemotongan pipa apabila benar-benar diperlukan dapat dilakukan oleh pelaksana
dengan persetujuan Direksi, pemotongan pipa harus dilaksanakan dengan alat yang
sesuai/bahan pipa yang dipasang.
- Pada waktu pemasangan pipa, kedudukan pipa harus diperhatikan benar-benar
agar betul-betul lurus serta pada peil yang benar. Dasar pipa harus terletak rata
serta tidak boleh ada batu-batu / puing-puing /benda-benda keras lainnya yang
memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari.
- Pada waktu pemasangan pipa, galian tanah untuk perletakkan pipa harus tidak
boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus diperiksa kembali
kebersihannya.
- Peil dari perletakan pipa serta dalamnya terhadap muka tanah/jalan harus sesuai
dengan Gambar rencana/bestek.
PEMBUATAN PRASARANA SANITASI IPAL KOMUNAL DESA PUNCEL
KEC. DUKUHSETI KAB. PATI TAHUN 2015
14
OD minimal
(mm)
Ketebalan dinding
minimal
(mm)
KET
110
2.0
SNI 06-0162-1987
15
PEKERJAAN PEMBERSIHAN
1. Pihak pelaksana harus melakukan pembersihan rutin untuk menjamin daerah kerja
tetap terbebas dari tumpukan-tumpukan bahan sisa, sampah dan kotoran-kotoran
lainnya yang dihasilkan dari operasi pekerjaan lapangan dan tetap memelihara daerah
kerja dalam keadaan bersih setiap waktu
2. Menjamin bahwa system drainase terbebas dari kotoran-kotoran dan terbebas dari
bahan lepas dan tetap berfungsi setiap waktu
3. Menyiapkan di daerah kerja tempat-tempat sampah untuk pengumpulan bahan-bahan
sisa, kotoran-kotoran dan sampah sebelum di buang
4. Buang bahan sisa, kotoran-kotoran dan sampah-sampah pada tempat yang telah
ditentukan
5. Jangan menanam sampah / bahan sisa di daerah kerja proyek tanpa persetujuan dari
pihak Direksi
6. Jangan membuang bahan sisa yang mudah menguap seperti misalnya cairan mineral,
minyak/minyak cat ke dalam selokan / kedalam saluran yang ada di Rumah Sakit
7. Juga tidak diperkenankan menumpuk/membuang bahan sisa ke dalam sungai-sungai /
saluran air
8. Pada saat selesainya pekerjaan lapangan daerah proyek harus tetap dijaga
kebersihannya dan siap untuk dipakai oleh Pemilik. Pihak pelaksana harus
memulihkan daerah proyek yang tidak merupakan bagian pekerjaan untuk perbaikan,
seperti dijelaskan dalam dokumen kontrak, sesuai dengan keadaan aslinya.
XXIX. PEKERJAAN LAIN - LAIN
1. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini yang mana masih termasuk lingkup
dalam pelaksanaan ini kontraktor harus menyelesaikan, sesuai dengan petunjuk, Perintah
Pengawas dan Pemberi Tugas, baik sesudah atau selama berjalannya pekerjaan, serta
perubahan-perubahan di dalam Berita Acara Aanwijzing.
2. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan akan
dibicarakan dan diatur oleh Pengawas, dengan dibuat Berita Acara yang disyahkan oleh
Pemberi Tugas.