E-mail : 2wiwied_mathundip@yahoo.com
ABSTRAK
Aplikasi transformasi Laplace pada persamaan transport dan distribusi amoniak
dikaji pada paper ini. Model matematika yang merepresentasikan perilaku analitik
perubahan konsentrasi amoniak terhadap posisi dan waktu pada perairan diformulasikan.
Model matematika untuk transport dan distribusi amoniak tersebut dikontruksi berdasarkan
peristiwa adveksi dan difusi-dispersi. Model matematika yang diperoleh berupa persamaan
diferensial parsial. Persamaan ini juga dibangun melalui proses transformasi dari amoniak
menjadi nitrit dalam proses nitrifikasi. Selanjutnya, persamaan diferensial parsial yang
terbentuk dicari solusinya dengan mengaplikasikan transformasi Laplace. Solusi yang
diperoleh berupa solusi analitik yang serupa dengan fungsi error komplementer. Dari hasil
simulasi diperolah bahwa semakin besar nilai koefisien difusi-dispersi maka pergerakan
konsentrasi amoniak ke arah berkurangnya konsentrasi semakin lambat.
Kata Kunci : Adveksi, difusi-dispersi, transport amoniak, persamaan diferensial parsial,
transformasi Laplace
1.
Pendahuluan
1982). Nitrifikasi merupakan suatu proses oksidasi enzimatik yang dilakukan oleh sekelompok jasad
renik/bakteri dan berlangsung dalam dua tahap yang terkondisikan sebagai berikut :
Model transport dan distribusi amoniak dikontruksi pada perairan yang memiliki sifat steady
state flow dan uniform flow. Sistem massa polutan (amoniak) pada aliran ini mengikuti hukum
kekekalan massa (law of conservation of mass) yang menyatakan bahwa massa di dalam suatu
sistem aliran akan tetap menurut waktu (Welty, dkk, 2001).
Terdapat beberapa pendekatan untuk meninjau kualitas air. Pendekatan yang dibahas disini
menganggap bahwa pada setiap titik di suatu ruang berhubungan dengan nilai unsur yang ditinjau.
Dalam hal ini unsur yang ditinjau adalah konsentrasi materi dari volume yang melingkupinya. Melalui
pendekatan ini, air dengan sejumlah komponen yang heterogen dapat dijelaskan sebagai suatu
paduan dari sejumlah kekontinuan yang berbeda, saling berinteraksi satu sama lain dan menempati
posisi yang sama di suatu ruang sedemikian sehingga unsur-unsur pada masing-masing
kekontinuan dapat diidentifikasi pada setiap titik di ruang tersebut.
Peristiwa transport dan disribusi amoniak terjadi secara adveksi dan difusi-dispersi. Adveksi
merupakan suatu mekanisme transportasi massa suatu materi dari suatu titik ke titik lain yang terjadi
pada aliran fluida. Secara matematika gerakan fluida dalam fenomena adveksi dinyatakan sebagai
medan vektor dan bahan yang diangkut dinyatakan sebagai suatu skalar konsentrasi materi yang
terkandung dalam cairan. Transport secara adveksi besarnya adalah hasil kali antara besarnya debit
aliran dengan konsentrasi massa suatu materi.
Difusi dapat diartikan sebagai perpindahan partikel-partikel suatu materi dari daerah yang
konsentrasinya tinggi menuju daerah yang konsentrasinya rendah sebagai akibat adanya gaya
2
pendorong. Sedangkan dispersi merupakan proses penyebaran partikel-partikel suatu materi oleh
karena proses difusi. Berdasarkan hukum Fick yang kedua besarnya perubahan konsentrasi
dirumuskan dengan
C ( x , t )
2C ( x , t )
dengan E adalah koefisien difusi-dispersi ( L 2T 1 ) .
=E
2
t
x
(2.1)
dengan
v : kecepatan aliran ( LT 1 )
k : tetapan laju reaksi amonium menjadi nitrit (T 1 )
3.
Transformasi Laplace merupakan suatu metode operasional yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan persamaan diferensial. Dengan menggunakan transformasi Laplace, beberapa fungsi
umum seperti fungsi sinusoida, fungsi sinusoida teredam dan fungsi eksponensial dapat diubah
menjadi fungsi-fungsi aljabar variabel kompleks [4].
Definisi 3.1 (Ogata, K., 1970)
Misalkan f (t ) adalah suatu fungsi yang kontinu pada interval [ 0, ) maka transformasi Laplace
dari f (t ) didefinisikan dengan integral
L ( f (t )) = F ( s) = f (t )e s t dt ,
(3.1)
: variabel
f (t )e s t dt = lim f (t )e s t dt .
a
Laplace
dari
turunan
fungsi
dinyatakan
f (t )
dalam
persamaan
c + i
1
F ( s )e st ds (t > 0) dengan
2 i c i
c adalah konstanta pada sumbu real positif yang dipilih sedemikian sehingga lebih besar dari
semua titik singuler dari F (s ) .
Bukti
Ditentukan lintasan C = LR + C R sesuai dengan Gambar 3.1 sehingga semua titik singulernya
terletak di sebelah kiri garis LR : s = c iR hingga s = c + iR . Karena e st analitik dimanapun pada
bidang s sehingga es t F ( s ) mempunyai singuleritas yang sama dengan fungsi F (s) dengan
demikian e s t F ( s ) ds = 2 i
maka e F ( s )ds =
C
Res e
k =1
C
st
LR
st
st
F ( s)ds + e st F ( s)ds .
CR
Im
CR
s =c+iR
Re
R c
LR
s =ciR
untuk
< <
3
2
st
CR
3
maka ds = Riei d sehingga
2
F ( s)ds = e( c+ e
R )t
F (c + ei R ) Riei d
(3.2)
st
F ( s) ds =
3
2
( c +ei R ) t
F (c + ei R) Riei d
CR
3
2
( c +ei R ) t
F (c + ei R) Riei d
3
2
( ct + ei Rt )
F (c + ei R ) Riei d
3
2
3
2
3
2
2
3
2
2
3
2
3
2
Dengan demikian
3
2
st
CR
= +
2
3
2
maka
sehingga
Rt cos
menjadi
Rt sin
diperoleh
Rt sin
d = 2 e Rt sin d 2 e
0
2 Rt
d =
Rt sin
e d e
3
2
akibatnya
Rt
Rt cos
2 Rt
d maka
Rt
. Dari
st
st
ct
CR
maka
e F(s)ds e M R Rt = e M
ct
. Karena M R 0 untuk R
CR
e F (s)ds =
c +i
st
F(s)e ds
st
c i
= 2 iRese F (s), s = sk
st
k =1
( F ( s )) =
1
2 i
c + i
c i
L 1 ( F ( s )) = Res es t F ( s), s = sk .
k =1
Transformasi
Laplace
untuk
fungsi
konsentrasi
amoniak
yaitu
maka nilai awal dan nilai batas haruslah ditentukan. Dari persamaan (1.1) maka besarnya perubahan
konsentrasi untuk amonium adalah
NH4+
t
dC
= kC sehingga mempunyai solusi C 0 exp( kt ) . Nilai awal dan nilai
dt
batas untuk menyelesaikan persamaan (1.1)
persamaan diferensial
C ( x,0 ) = 0
0<x<
untuk
C ( 0, t ) = C 0 exp ( kt )
lim C ( x, t ) = 0
t >0
untuk
(3.4)
C ( 0, s ) =
C0
s+k
lim C ( x, s ) = 0
x
(3.5)
3.1 Solusi Persamaan Transport dan Distribusi Amoniak dengan Debit Aliran Diabaikan
Pada bagian ini dikaji penyelesaian persamaan transport dan distribusi amoniak dengan
debit aliran diabaikan. Hal ini berarti v = 0. Sehingga transformasi Laplace persamaan (1.1) dengan
syarat persamaan (3.4) menjadi
2C( x, t )
C( x, t)
L
=
L
kC( x, t)
E
2
x
t
sC( x, s) C( x,0) = E
E
2 C( x, s)
kC( x, s)
x2
2 C( x, s)
(s + k )C( x, s) = 0
x2
s+k
s+k
C( x, s) = B1 exp x
+ B2 exp x
E
E
C0
s+k
C ( x, s) =
exp x
s+k
E
C ( x, t ) = L
C0
s+k
exp x
s+k
= C 0 exp( kt )L
Berikut
F (t ) = L
s
exp x
s
E
diuraikan
cara
s
exp x
s
E
(3.6)
menentukan
dari
definisi
s
exp x
.
s
E
transformasi
Laplace
Misal
balik
s
s
exp
x
exp
c + i
c + i
E
E
1
F (t ) =
exp( st )
ds diambil I = exp( st )
ds dan akan
s
2 i c i
s
c
,
ditemukan nilai I dengan integral lintasan. Pada F ( s ) = 1 exp x
s
singuler
di
s = 0 dan
merupakan
cabang
terpotong
s mempunyai titik
E
(branch cut) sehingga
8
titik singular yaitu c mendekati nol dan R mendekati tak hingga maka berdasarkan gambar tersebut
diperoleh integral perlintasan sebagai berikut.
st
st
CR
st
st
in
st
CL
out
Sehingga diperoleh
CR
st
F ( s ) ds + e st F ( s ) ds + e st F ( s ) ds + e st F ( s ) ds +
in
out
CL
st
F ( s ) ds = e st F ( s ) ds
Z
(3.7)
Im
s =c+iR
CR
R
in
out
Re
CL
s =ciR
Pada segmen K (lingkaran kecil) terlebih dahulu variabel kompleks s ditransformasi ke dalam
bentuk polar. Misal s = ei dengan merupakan radius lingkaran kecil pada segmen K
yang besarnya mendekati nol dan sebagai batas pengintegralan bergerak dari menuju
i
s = e
st
F ( s) ds = e st
K
s
x
ds =
t ei
x e
i ei d =
t ei
x e
id
st
e F (s)ds = i d = 2i
2.
Sama halnya dengan segmen K maka pada segmen in dimisalkan bahwa s = rei dengan
s = re
= ri .
Pada segmen ini r sebagai batas pengintegralan bergerak dari radius R menuju 0
maka diperoleh
rt xi r
e
e
in e F(s)ds = Rlim
r
0 R
st
3.
rt xi r
e
e
r
0 R
( dr) = Rlim
dr
Sama halnya dengan segmen in , pada segmen out diambil s = rei dengan =
i
e
e
out e F(s)ds = lim
R r
0
st
st
F ( s) ds +
in
st
F ( s )ds
r
E
R rt xi r
e
e
r
( dr ) = Rlim
dr
out
e r t xi
e
= lim
R
r
0 R
e r t xi
e
= lim
R
r
0
= lim
R
e r t xi
dr + lim
e
R
r
0
r
E
r
x i
r
E
dr
dr
e r t
r
2i sin x
dr
r
E
x
= 2 i erf
2 Et
4.
Pada segmen
F ( s) =
s
x E
maka diperoleh
e F (s)ds = e
st
CR
( c+ei R )t
F (c + ei R) Riei d
10
Pada lintasan Gambar 3.2 dipilih c mendekati nol sehingga lim Rei + c = Rei akibatnya
c 0
s = Re
MR =
= R.
1
s
x
E
Jika
s
terbatas
F (s)
1
e
R
x
R
E
pada
MR
1
e
R R
st
F ( s) M R
maka
x
dengan
= 0 . Berdasarkan
F ( s ) ds = 0
CR
5. Pada segmen
F ( s) =
yaitu jika
st
s
x
maka diperoleh
Pada segmen
CL
st
F ( s ) ds =
F (s)
( c + e i L ) t
F (c + ei L ) Liei d
CL
3
2
3
maka ds = Liei d serta
2
ML = 0
oleh
maka
F ( s) M L . Dengan
demikian
F ( s)ds = 0
x
I = e st F ( s) ds = 2 i 1 erf
2 Et
x
= 2 i erfc
2 Et
Oleh karena F ( t ) =
F (t ) = L
1
I sehingga diperoleh
2 i
exp x
s
x
= erfc
E
2 Et
Solusi untuk model transport dan distribusi amoniak dengan kecepatan aliran diabaikan adalah
x
C ( x, t ) = C 0 exp( kt )erfc
.
2 Et
11
3.2 Solusi Persamaan Transport dan Distribusi Amoniak dengan Debit Aliran Tidak
Diabaikan
Transformasi Laplace untuk persamaan (1.1) dengan syarat persamaan (3.4)
C(x,t)
L
=L
t
C(x, t)
2C(x,t)
v
+
E
kC(x,t)
2
x
x
sC(x, s) C(x,0) = v
E
C(x, s)
2 C(x, s)
+E
kC(x, s)
x
x2
2 C(x, s) C(x, s)
v
(k + s)C(x, s) = 0
x2
x
2E
2E
C ( x, s ) =
exp x v v + 4 E ( s + k )
s+k
2E
C0
(3.8)
Dengan mencari transformasi Laplace balik persamaan (3.8) maka diperoleh solusi (Leij, F.J and
Toride, N. 1995)
C ( x, t ) =
x + vt
C0
x vt
vx
exp(kt ) erfc
+ exp erfc
2
E
2 Et
2 Et
12
13
14
4.
Penutup
Transformasi Laplace dapat diterapkan untuk mencari solusi persamaan diferensial parsial
seperti halnya pada persamaan transport dan distribusi amoniak di perairan. Solusi yang diperoleh
berupa solusi analitik dari persamaan model. Dari solusi yang diperoleh dapat diketahui pola
transport dan distribusi amoniak di perairan yang berupa grafik fungsi error komplementer. Dari
simulasi diketahui bahwa semakin besar nilai koefisien difusi-dispersi maka pergerakan konsentrasi
amoniak ke arah berkurangnya konsentrasi semakin kecil/lambat.
Daftar Pustaka
[1]
Humi, M and Miller, W.B. 1992. Boundary Value Problems and Partial Differenial Equations.
Boston : PWS-KENT Publishing Company.
[2]
Leij, F.J and Toride, N. 1995. Discrete Time and Length Averaged Solutions of the
Advection-Dispersion Equation. Water Resources Research, Vol. 31, NO.7, Pages 17131724.
[3]
Munsch, A.D. 1994. Complex Variables with Applications : Second Edition. Addison-Wesley
Publishing Company, Inc.
[4]
[5]
Welty, J.R, Wicks, C.E, Wilson, R.E and Rorrer, G. 2001. Dasar-dasar Fenomena Transport :
Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
[6]
Whitehead, P.G. and William, R.J. 1982. A Dynamic Nitrogen Balanced Model for River
Systems, IAHS Publ. no.139, 89-99.
15