Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN METODE MAGNETIK UNTUK EKSPLORASI PANAS BUMI, STUDI

KASUS DAERAH JABOI DAN AKESAH


ABSTRAK
Penelitian pada studi kasus daerah Panas Bumi Jaboi dan Akesahu telah dilakukan dengan
menggunakan metode geomagnetik, untuk menentukkan struktur serta nilai anomali magnetiknya.
Survey geomagnetik pada panas bumi bertujuan untuk melihat respon batuan terhadap medan magnet
bumi yang akan berpengaruh terhadap anomali magnetik. Nilai anomali magnetik rendah dapat
mengindikasikan keterdapatan potensi yang dikontrol oleh struktur pada daerah tersebut. Berdasarkan
referensi tersebut, didapatkan struktur sesar pada daerah Panas Bumi Jaboi yaitu struktur sesar berarah
utara selatan, struktur sesar berarah baratlaut tenggara, struktur sesar berarah baratdaya timurlaut
dan daerah Panas Bumi Akesahu yaitu struktur sesar berarah hampir Barat Timur, Baratlaut
Tenggara dan Timurlaut Tenggara. Nilai anomali magnetik di daerah Panas Bumi Jaboi
dikelompokkan menjadi anomali sangat rendah (-600 -200 nT), anomali rendah (-200 300 nT) dan
anomali tinggi (300 750 nT). Untuk Panas Bumi Akesahu dikelompokkan menjadi anomali rendah
(< 2 gamma), anomali sedang (0 50 gamma) dan anomali tinggi ( >50 gamma).

struktur

magnetik

dilakukan

pengukuran

anomali

diakibatkan

oleh

geomagnet
perbedaan

kontras

Perbedaan permeabilitas relatif itu diakibatkan


perbedaan

distribusi
paramagnetic

mineral
dan

diamagnetic. Alat yang digunakan untuk


mengukur

ini

yang

tubuh jebakan dari daerah sekelilingnya.

ferromagnetic,

geomagnet

berdasarkan

suseptibilitas atau permeabilitas magnetik

oleh

Metode

digunakan pada studi

I. PENDAHULUAN
Metode

geologi.

anomali

magnetik

adalah

magnetometer. Metode magnetik ini sensitif


terhadap perubahan vertical yang umumnya

panas

bumi,

ferromagnetic

dikarenakan
akan

kehilangan

mineral
sifat

kemagnetannya apabila terkena suhu dari


panas bumi atau temperatur Curie, sehingga
metode ini sangat efektif untuk mendeteksi
daerah yang terindikasi terdapat potensi panas
bumi. Selain itu, akuisisi serta pengolahan data
metode

magnetik

tidak

serumit

apabila

dibandingkan dengan gravity.

digunakan untuk mempelajari tubuh instrusi,

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini

batuan dasar (basement), serta hydrothermal

adalah sebagai berikut:

yang kaya akan mineral ferromagnetic dan

1. Mengetahui

struktur

geologi

berdasarkan peta anomali magnetik

pada

studi

kasus

panas

bumi

menggunakan metode magnetik.


2. Mengetahui hubungan nilai anomali
magnetik terhadap potensi panas bumi
pada daerah penelitian
3. Mengetahui hubungan struktur dengan
manifestasi panas bumi pada daerah

Sistem

reservoar

pada

panas

bumi

mempengaruhi manifestasi permukaan panas


bumi

itu

sendiri.

Sistem

Hidrotermal

merupakan sistem reservoar yang sering


dijumpai.

Sistem

Hidroterma

sangat

berpengaruh terhadap zona recharge dimana


air meteorik (air hujuan, salu dan lain lain)

penelitian

masuk kedalam zona tersebut hingga kedalam


II. TINJAUAN PUSTAKA

lapisan yang tidak dapat ditembus fluida atau


zona

Sistem Panas Bumi


Untuk memahami eksplorasi panas bumi,
tentunya harus diketahui terlebih dahulu
mengenai sistem panas bumi yang umumnya

impermeabel,

dan

teradi

proses

pertukaran suhu antara air meteorik dengan


fluida panas bumi hasil pemanasan akibat
proses tektonik dibawah permukaan.

terdapat di area pengukuran. Potensi panas


bumi dapat diketahui dari berbagai spekulasi,
salah

satunya

ialah

berdasarkan

manifestasinya. Manifestasi panas bumi adalah


tanda fisik yang berada di permukaan, dimana
ha tersebut mengindikasikan bahwa pada suatu
area tertentu terdapat potensi panas bumi.
Namun

untuk

benar-benar

mengetahui

kebenarannya, diperlukan kajian mengenai


struktur geologi bawah permukaannya agar
dapat diketahui apakah benar keterdapatan
potensi panas bumi tersebut. Beberapa dari
jenis manifestasi panas bumi adalah mata air
panas, fumarol, geyser, dan lain-lain.
Gambar 1.
Bumi

Sistem Panas

Prinsip Penerapan Metode Magnetik

Anomali magnetik ini disebabkan oleh medan

Ilmu yang mempelajari sifat-sifat kemagnetan


bumi adalah paleomagnetisme, dimana sifat
kemagnettan bumi merekam batuan pada
waktu pembentukannya. Untuk batuan beku,
kemagnetan

mulai

terekam

saat

proses

pendinginan magma melewati titik beku


dimana

mineral-mineral

bersifat

magnet

terinduksi oleh medan magnet bumi. Untuk


mengetahui arah medan magnet bumi pada
saat

batuan

beku

terbentuk,

haruslah

mengetahui kemiringan tubuh batuan beku


yang

terjadi

setelah

pembekuan,

yang

umumnya mengalami perubahan kemiringan

magnet induksi dan remanen. Dimana medan


magnet remanen memiliki pengaruh besar
apabila dilihat pada magnetisasi batuan.
Medan magnet remanen inilah yang disebut
sebagai normal residual magnetism. Anomali
magnetik yang didapatkan dari pengukuran
adalah gabungan dari medan magnet induksi
dan

remanen,

dimana

apabila

keduanya

berarah sama, maka anomalinya bertambah


besar, dan akan semakin kecil bila arahnya
berlawanan. Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut:

B A=
BT +
B M +
B0 (2)

tubuh saat terjadi gaya kompresi (lipatan).


Dalam

penyelidikan

magnet,

seringkali

dianggap bahwa kemagnetan batuan hanya


disebabkan
induksi,

oleh

sehingga

pengaruh
sifat

Keterangan:

B A = medan anomali magnet

kemagnetan

kemagnetan

ini

B T = medan magnet total

digunakan sebagai dasar dalam survey metode

BM

magnetik.

B =0 (
H + I ) =0 (i+k ) .
H = . 0 .
H (1)
Kemagnetan

sisa

(remanent

= medan magnet utama bumi

B 0 = medan magnet luar

magnetic)

biasanya tidak digunakan karena memiliki

III. HASIL DAN ANALISA

pengaruh yang relatif kecil serta sangat rumit


untuk diamati karena memerlukan alat khusus.

Kerentanan Magnet Batuan

Anomali Medan Magnetik

Hasil dari penelitian memperlihatkan nilai

Pengukuran metode magnetik dilakukan untuk


mendapatkan variasi nilai medan magnet
batuan atau biasa disebut anomali magnet.
Nilai anomali magnetik batuan berkisar dari
ratusan (orde dua) hingga ribuan (orde tiga)
nT.

kerentanan magnet pada jenis batuan yang


berbeda.

Kerentanan

magnet

merupakan

parameter fisis yang penting pada suatu


batuan,

karena

kemampuan

suatu

menunjukkan
batuan

untuk

tingkat
dapat

menerima magnetisasi dari medan magnet


bumi. Pada penulisan makalah ini, diberikan

data dari studi kasus yang berbeda. Untuk

Tabel III.2 Data kerentanan magnet batuan

studi kasus pada daerah Panas Bumi Jaboi,

pada daerah Panas Bumi Akesahu

data kerentanan magnet tersaji pada Tabel III.1


dibawah
Tabel III.1 Data kerentanan magnet batuan
pada daerah Panas Bumi Jaboi

Jenis batuan Lava Andesit pada daerah Panas


Bumi Jaboi dengan Panas Bumi Akesahu
memiliki

nilai

kerentanan

magnet

yang

cenderung mirip. Nilai kerentanan magnet


untuk Lava Andesit pada daerah Jaboi berkisar
antara 1.2.10-6 1.8.10-6 CGS, dimana pada
daerah Panas Bumi Akesahu nilainya 1.1.10 -6
dan 1.7.10-6 CGS. Nilai batuan andesit yang
Nilai kerentanan untuk batuan breksi andesit

sudah terlapukkan cenderung jauh lebih

segar paling tinggi berdasarkan data diatas.

rendah dari nilai kerentanan magnet pada

Sedangkan untuk nilai kerentanan magnet

andesit

pada batuan Lava relatif menunjukkan nilai

demagnetisasi. Untuk nilai kerentanan magnet,

yang lebih rendah. Batuan ubahan dan lapukan

nilai >1 CGS dapat dikatakan tinggi sedangkan

seperti

nilai

nilai <1 CGS rendah, biasanya memang

kerentanan magnet yang paling rendah. Batuan

terdapat pada batuan yang sudah tidak segar

yang memiliki nilai kerentanan yang rendah

lagi atau sudah terlapukan dan teralterasi,

dapat

sehingga kemampuannya untuk merespon

batuan

Gamping

disebabkan

sehingga

akibat

memiliki

proses

magnetisasinya

(demagnetisasi).

Sebagai

alterasi

berkurang
pembanding,

diberikan pula data kerentanan magnet pada

biasa,

mengindikasikan

proses

medan magnet bumi berkurang.


Penampang Anomali Magnet

batuan untuk daerah panas bumi yang berbeda,

Hasil

yaitu di daerah Panas Bumi Akesahu yang

penampang anomali medan magnet total. Pada

tersaji pada Tabel III.2 dibawah

referensi yang digunakan, pada daerah Panas


Bumi

kedua

Jaboi

yang

didapatkan

dihasilkan

delapan

adalah

buah

penampang anomali magnet, dan daerah Panas


Bumi

Akesahu

dihasilkan

enam

buah

penampang. Pembuatan penampang anomali

kasus daerah Panas Bumi Akesahu, untuk

magnet

lintasan A, E dan F yang berturut-turut tersaji

tersebut

dilakukan

untuk

menginterpretasi adanya suatu struktur dari

pada Gambar III.1, III.2 dan III.3 berikut:

suatu penampang lintasan berdasarkan nilai


anomali magnetnya. Sebagai contoh, pada

Gambar III.1 Penampang Anomali Magnetik pada lintasan A

Gambar III.2 Penampang Anomali Magnet pada lintasan E

Gambar III.3 Penampang Anomali Magnet pada lintasan F

Lintasan A

Berdasarkan ketiga data penampang anomali


magnet pada daerah Panas Bumi Akesahu
diatas, terlihat pada penampang lintasan A

mengalami fluktuasi nilai yang sangat jelas.

pada lintasan ini ditempati oleh batuan lava

Terlihat dari perselingan nilai anomali positif

dan andesit yang sudah terlapukkan.

negatif

yang

terdapat

pada

lintasan A,

mengindikasikan adanya perselingan batuan

Lintasan F

segar dan batuan yang terlapukkan, sesuai

Pada lintasan F, tidak berbeda jauh dengan

dengan

yang

lintasan E, nilai kemagnitan positif hampir

mengecil. Satuan untuk nilai anomali diatas

mendominasi sepanjang lintasan ini mulai dari

adalah gamma. Pada penampang lintasan A

titik amat F1000 dengan nilai anomali magnet

nilai anomali berkisar antara 4 288 gamma.

1100 gamma sampai dengan titik amat F4250

Nilai anomali positif terbesar terdapat pada

dengan nilai anomali magnet 10 gamma. Dari

titik A7500 dan terendah pada A2750.

titik amat F4500 hingga titik amat F5000 baru

Berdasarkan

di

didapat nilai anomali magnet negatif dari -2.0

permukaan ditempati oleh batuan piroklastik

hingga -390 gamma, yang mencirikan bahwa

kaldera Talaga dan aluvium di utara dan

pengukuran makin mendekati ke daerah mata

piroklastik Kie Matubu di selatan. Kontras

air panas Akesahu. Kondisi permukaan masih

anomali positif dan negatif yang cukup besar

sama seperti pada lintasan E ditempati oleh

(>300 gamma), tampak antara titik amat

batuan lava dan andesit yang terlapukkan.

A1500 sampai A7500, kondisi demikian

Selanjutnya dapat diketahui peta Anomali

mengindikasikan adanya sesar atau kontak

Magnetik yang menunjukkan letak dugaan

litologi diantara titik tersebut.

potensi geotermal pada daerah penelitian. Pada

nilai

kerentanan

referensi,

magnet

lintasan

ekplorasi geotermal, nilai nomali rendah biasa

Lintasan E

diartikan

sebagai

daerah

Berbeda dengan penampang anomali magnetik

demagnetisasi

pada lintasan A yang memiliki kecenderungan

semakin tinggi,

arah anomali utara selatan. Nilai anomali

kemagnetisan batuan mengecil. Oleh karena

pada lintasan E memiliki kontras atau variasi

itu, pada peta anomali magnet total akan

yang kecil, dengan tidak ditemukannya nilai

dikelompokkan kedalam beberapa kelas nilai

anomali

anomaly

magnetik

negatif

pada

daerah

batuan

magnet.

akibat

terdapatnya
suhu

yang

sehingga membuat

sifat

Pada

referensi

yang

tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak

digunakan untuk daerah Panas Bumi Akesahu,

ditemukan zona struktur seperti sesar. Namun

kelompok nilai magnet total dibagi kedalam

terlihat mulai pada titik E4500 sampai E5000

tiga kelas, yaitu anomaly rendah, sedang dan

nilai

tinggi. sedangkan

anomali

semakin

mengecil

yang

untuk panas bumi Jaboi,

mengindikasikan semakin dekat dengan mata

dikwlompokkan menjadi tiga taitu: anomaly

air panas Akesahu yang diduga sebagai

sangat rendah, rendah dan tinggi. Erikut

manifestasi panas bumi nya. Dipermukaan

merupakan peta anomaly magnet total pada


daerah Panas Bumi Jaboi dan Akesahu.

Gambar III.4 Peta Anomali Magnet Total Daerah Panas Bumi Jaboi

Gambar III.5 Peta Anomali Magnet Total Daerah Panas Bumi Akesahu

Kelompok untuk nilai anomali pada daerah

dengan nilai anomali magnetik rendah diisi

Panas Bumi Jaboi adalah sebagai berikut:

oleh litologi batuan lava dan andesit yang

1. Nilai anomali sangat rendah ( -600 nT

terlapukkan, sedimen dan piroklastik.

- 200 nT), diinterpretasikan sebagai

Sedangkan pada peta anomali magnetik di

batuan teralterasi dan terlapukkan.


2. Nilai anomali rendah ( -200 nT 300

daerah Panas Bumi Jaboi (Gambar III.4), nilai

nT), diinterpretasikan sebagai batuan


aluvium dan piroklastik.
3. Nilai anomali tinggi ( >300 nT 750
nT), diinterpretasikan sebagai batuan
rhiolite atau dasit dan batuan vulkanik

anomali magnetik rendah yang diduga sebagai


manifestasi Panas bumi ditemukan didaerah
barat,

utara

dan

selatan

yang

diduga

berhubungan dengan manifestasi mata air


panas didaerah Jaboi, dan dikontrol oleh
struktur berupa sesar pada daerah tersebut.

segar.

Litologi yang menyusun permukaan daerah


Sedangkan untuk kelompok nilai anomali pada

dengan anomali magnetik rendah yaitu batuan

daerah Panas Bumi Akesahu dikelompokkan

aluvium dan piroklastik serta batuan yang

sebagai berikut:

teralterasi kuat dan terlapukkan.

1. Nilai anomali rendah (< -2 gamma),


diinterpretasikan

sebagai

baruan

sedimen dan piroklastik.


2. Nilai anomali sedang (0 50 gamma),
diinterpretasikan sebagai batuan lava
dan andesit terlapukkan.
3. Nilai anomali tinggi ( > 50 gamma),
diinterpretasikan sebagai batuan lava

IV. Kesimpulan
Berdasarkan enelitian yang dilakukan menurut
referensi pada studi kasus Panas Bumi Jaboi
dan Akesahu, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan peta anomali magnetik,
pada

dan andesit.

daerah

Panas

Bumi

Jaboi,

didapatkan tiga jenis struktur yang


Berdasarkan peta anomali magnetik di daerah

diduga menjadi pengontrol potensi

Panas

III.5),

Panas Bumi di daerah tersebut, yaitu

didapatkan nilai anomali magnetik rendah

struktur sesar berarah utara selatan

disekitaran pantai timur, utara, serta barat

terdapat di bagian tengah. Struktur

utara. Nilai anomali magnetik rendah tersebut

sesar berarah baratlaut tenggara

diduga berhubungan dengan manifestasi mata

terletak di bagian utara, tengah dan

air panas di Akesahu P.Tidore tersebut. Selain

selatan.

itu ditemukan juga enam buah struktur sesar

baratdaya timurlaut terdapat di

yang diduga sebagai pengontrol dugaan Panas


Bumi daerah tersebut, yaitu struktur sesar

bagian tengah.
2. Didapatkan kelompok nilai anomali

berarah hampir Barat Timur, Baratlaut

magnetik pada daerah Panas Bumi

Tenggara dan Timurlaut Tenggara. Daerah

Jaboi, yaitu: Nilai anomali sangat

Bumi

Akesahu

(Gambar

Struktur

sesar

berarah

rendah

(-600

diinterpretasikan
teralterasi

-200

sebagai

nT),
batuan

-2

gamma),

sebagai

baruan

diinterpretasikan
sedimen

dan

piroklastik. Nilai anomali sedang (0

anomali rendah (-200 nT 300 nT),

50 gamma), diinterpretasikan sebagai

diinterpretasikan

batuan

batuan lava dan andesit terlapukkan.

aluvium dan piroklastik. Nilai anomali

Nilai anomali tinggi ( >50 gamma),

tinggi

diinterpretasikan sebagai batuan lava

>300

diinterpretasikan

terlapukkan.

(<

Nilai

dan

nT

sebagai
nT

750

sebagai

nT),
batuan

dan andesit.

rhiolite atau dasit dan batuan vulkanik


segar.
3. Berdasarkan peta anomali magnetik,

Referensi

pada daerah Panas Bumi Akesahu,

1. Mustang, A., dkk., 2005, Survei

didapatkan enam jenis struktur yaitu

Geomagnet Di Daerah Panas Bumi

struktur sesar berarah hampir Barat

Jaboi, Kota Sabang, Daerah Istimewa

Timur (1), Baratlaut Tenggara (3)


dan Timurlaut Tenggara (2).
4. Didapatkan kelompok nilai anomali
magnetik pada daerah Panas Bumi
Akesahu, yaitu: Nilai anomali rendah

Aceh.
2. Rihardiana

Rosli,

Liliek.,

2005,

Penyelidikan Magnet Daerah Panas


Bumi Akesahu Pulau Tidore , Provinsi
Maluku Utara.

Anda mungkin juga menyukai