TakeHome Majik
TakeHome Majik
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Struktur Organisasi
Adaro Energy didirikan sebagai perseroan terbatas tahun 2004 silam,
dengan nama PT Padang Karunia. Tahun 2008, tepatnya di bulan april nama
perusahaan diubah menjadi PT Adaro Energy Tbk sebagai perssiapan menjadi
perusahaan publik dalam penawaran perdana yang dilakukan dengan hasil
memuaskan pada bulan Juli tahun 2008 juga.
Adaro Energy memiliki karakteristik yang unik dimana perusahaan ini
tidak dimiliki atau dikendaliakn oleh satu keluarga saja, melainkan oleh satu
kelompok yang terdiri dari lima keluarga yang sangat terkemuka di Indinesia.
Kelima keluarga tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Edwin Soeryadjaya
2. Theodore Permani rachmat
3. Garibaldi Thohir
4. Ir. Subianto
5. Sandiaga S. Uno
Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 31 Desember
2014
Presiden Komisaris
: Edwin Soeryadjaya
Komisaris
: Ir. Subianto
Komisaris Independen
Presiden Direktur
: Garibaldi Thohir
Direktur
Anggota
Menentukan dan
Melaksanakan Strategi
Banyak perusahaan telah mengakui kewajiban etika yang tertera dalam
kode resmi perilaku etis. Berdasarkan Sarbanes-Oxley Act, perusahaan yang
sahamnya diperdagangkan secara publik diwajibkan memiliki kode etik atau
menjelaskan secara tertulis kepada Securities and Exchange Commission (SEC).
Yang mana, manajer senior eksekutif (Dewan direksi) untuk memimpin jalannya
kepatuhan kode etik perusahaan.
Manajer yang memilih strategi yang tidak etis memiliki konsekuensi yaitu
mendapat denda yang cukup besar, menghancurkan hubungan masyarakat,
menurunkan harga saham dan bahkan kasus pidana. Dampak dari semua skandal
tersebut menjadikan seorang manajer dituntut untuk berhati-hati menerapkan atau
memilih strategi yang tidak melanggar kode etik yang telah ditentukan. Hal
tersebut bertujuan untuk mengurangi resiko bisnis seperti mengurangi adanya
konflik dengan masyarakat setempat atau konflik dengan pelanggan, pemasok,
pemegang saham bahkan dengan pesaing. Terkait dengan etika bisnis, maka perlu
disinggung juga mengenai prinsip dasar tata kelola perusahaan yang baik.
5
2.2.1
dengan
tetap
memperhatikan
kepentingan
stakeholder
lainnya,
1. Keadilan (Fairness)
Keadilan adalah kesetaran perlakuan dari perusahaan terhadap pihakpihak yang berkepentingan sesuai dengan kriteria dan proporsi yang
seharusnya. Dalam hal ini yang ditekankan agar pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan terlindungi dari kecurangan serta
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh orang dalam.
Dalam PT Adaro Energy Tbk. Prinsip kewajaran diterapkan dengan
berkomitmen untuk memastikan bahwa hak-hak para pemegang saham dan
pemangku kepentingan dapat terpenuhi dengan baik. Pemegang saham dan
para pemangku kepentingan berhak memperoleh informasi yang sama
mengenai kinerja dan aktivitas perusahaan. Perusahaan juga memberikan
kesempatan yang sama dalam penerimaan dan pengelolaan tenaga kerja tanpa
adanya diskriminasi suku, agama, ras, golongan, gendr, dan kondisi fisik.
2. Transparansi/Keterbukaan (Transparency)
Tranparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses
kegiatan perusahaan. Pengungkapan informasi kinerja baik ketepatan waktu
maupun akurasinya (keterbukaan dalam proses, pengambilan keputusan,
pengawasan, keadilan, kualitas, standarisasi, efisiensi waktu dan biaya).
Dengan transparansi, pihak-pihak yang terkait akan dapat melihat dan
memahami bagaimana suatu perusahaan dikelola. Namun hal tersebut tidak
berarti masalah-masalah yang strategis harus dipublikasikan, sehingga akan
mengurangi keunggulan kompetitif perusahaan. Hak-hak para pemegang
saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya
mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan
mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut
memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
PT Adaro Energy Tbk. Untuk mewujudkan prinsip transparansi yaitu
melalui jalur komunikasi yang terbuka dengan para pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya mengenai aktivitas strategik, perkembangan
dan transaksi perusahaan. Sesuai dengan peraturan, PT Adaro Energy Tbk.
7
Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas pelaksanaan fungsi
dan tugas-tugas sesuai dengan wewenang yang dimiliki oleh seluruh organ
perusahaan termasuk pemegang saham. Akuntabilitas ini berkaitan erat dengan
perencanaan yang telah disepakati bersama, dimana pelaksanaan dari kegiatan
perusahaan harus sesuai dengan perencanaan dan tujuan perusahaan.
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan laporan
keuangan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat, mengembangkan
komite audit dan resiko untuk mendukung fungsi pengawasan oleh dewan
komisaris, mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan fungsi
internal audit sebagai mitra bisnis strategik berdasarkan best practice bukan
sekedar audit.
PT Adaro Energy Tbk. Berpendapat bahwa, akuntabilitas sangat
diperlukan untuk mencapai kinerja dan hasil yang diharapkan. Dalam
perusahaan Adaro, menjadi akuntabel merupakan tugas dan tanggungjawab
setiap bagian dalam perusahaan. Prinsip ini ditungankan dalam bentuk
kebijakna dan panduan, serta petunjuk teknis yang dapat diterapkan secara
teratur oleh perusahaan, mempertimbangkan kepentingan para pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya.
4.
Pertanggungjawaban (Responsibility)
Pertanggungjawaban adalah kesesuaian didalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa
tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang,
menyadari akan adanya tanggungjawab sosial, menyadari penyalahgunaan
hukum,
komunitas
disekitar
wilayah
operasional
serta
Kemandirian (Independency)
Kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan bebas dari
pengaruh atau tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme
korporasi. PT Adaro Energy Tbk , setiap bagian dari perusahaan beroperasi
secara mandiri, tanpa ada dominasi dari satu unit terhadap unit lainnya serta
tidak ada campur tangan dari pihak lain. Seluruh keputusan perusahaan dibuat
secara profesional dan objektif. Ebas dari kinflik kepentingan dan nada
hubungan yang saling menghargai antar unit usaha.
Pasar modal berkembang baik jika penerapan GCG-nya konsisten.
2.3 Penyebab dari Strategi dan Perilaku Bisnis yang tidak Etis
Baru-baru ini muncul istilah bisnis adalah bisnis, yang terkadang
mengabaikan etika hal ini sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Thompson
(2008: 328), ... of business is business, not ethics. Ada tiga pendorong utama
perilaku bisnis yang tidak etis (Thompson, 2008: 328):
dewan
10
Komisaris Adaro Energy terdiri dari 5 orang, yang mana tiga orang merupakan
perwakilan para memegang saham utama dan yang dua lainnnya merupakan
komisaris independen. Pengangkatan dan pemberhentian anggota dewankomisaris
ditentukan oleh RUPST.
Dewan Komisaris dalam PT Adaro Energi memiliki tugas dan wewenang
sebagai berikut:
a. Dewan Komisaris bertugas mengawasi pengelolaan prusahaan serta
mlaksanakn tugas-tugas lainnya sesuia mandat RUPS dan /atau ketentuan
yang berlaku.
b. Dewan Komisaris memberika saran kepada Direksi dan memeriksa
beberapa aktivitas sesuai dengan permintaan direksi berdasarkan ketentuan
yang berlalku dan persetujuan pemegang saham.
c. Seluruh anggota dewan komisaris harus menjalankna tugas mereka dengan
itikat baik, hati-hati dan penuh tanggungjawab serta memetingkan
kepentingan prusahaan
d. Anggota dewan komisaris juga harus mengawasi efektifitas dari
pelaksanaan praktek tata kelola perusahaan yang baik dan melakukan
penyesuain jika perlu.
e. Adaro telah memiliki Charter Dewan Komisaris sebagai pedoman kerja
Dewan Komisaris. Charter Dewan komisaris tersebut berlaku efektif sejak
tanggal 31 Maret 2015.
Terkait dengan fungsi pengawasan, Dewan Komisaris melakukan
pengawasan secara efektif, agar Perusahaan dapat mencapai tujuan perusahaan
dan melaksanakan implementasi GCG dengan penuh komitmen dan konsisten.
Untuk mendukung penuh proses pengawasan oleh Dewan Komisaris, pada
umumnya Dewan Komisaris dibantu oleh tiga Komite, diantaranya sebagai
berikut:
11
a.
Beliau sudah lebih dari 30 tahun bekerja di grup Astra dan pernah menjabat
sebagai wali amanat pada Dana Pensiun Astra. Pengalam menjadi anggota
Komite audit dimulai sejak tahu 2001 dan saat ini beliau menjabat sebagai
komisaris di PT Duta Oto Prima, PT Anugrah Power Mandiri dan PT Dhama
Group.
b. Komite Kompensasi/Remunerasi (Compensation/Remuneration Committee)
Membuat rekomendasi terhadap keputusan-keputusan yang
menyangkut remunerasi/kompensasi untuk Dewan Direksi dan kebijakankebijakan kompensasi lainnya, termasuk hubungan antara prestasi perusahaan
dengan kompensasi bagi eksekutif perusahaan dalam hal ini CEO.
c. Komite Nominasi (Nomination/Governance Committee)
Mengawasi proses pencalonan komisaris dan direksi, menyeleksi para
kandidat yang akan dicalonkan, dan mengusulkan kebijakan-kebijakan dan
prosedur-prosedur tentang struktur dewan dan proses nominasinya.
Dalam PT Adaro Energy Tbk belum membentuk komite khusus yang
menangani fungsi-fungsi nominasi dan remunerasi karena fungsi tersebut sudah
dijalankan oleh dewan komisaris.
2. Tekanan berat pada manajer perusahaan untuk memenuhi atau mencapai
target kinerja jangka pendek.
Permasalahan mendasar, manajer cenderung untuk memusatkan perhatian
pada kinerja jangka pendek karena hal tersebut tidak menciptakan nilai bagi
pelanggan atau meningkatkan daya saing perusahaan di pasar saham; yaitu,
mengorbankan kegiatan yang merupakan driver yang paling dapat diandalkan dari
keuntungan yang lebih tinggi dan nilai tambah bagi pemegang saham dalam
jangka panjang. Hal tesebut, dilihat dari sudut pandang etika: keuntungan yang
membawa risiko tinggi bagi para pemegang saham mengakibatkan penurunan
harga saham yang tajam dan citra buruk bagi perusahaan.
Hal tersebut dapat diatasi oleh keterbukaan informasi dari pihak manajer
(dewan direksi) kepada pihak pemegang saham. PT Adaro Energy membentuk
komite keterbukaan informasi dibentuk untuk memberikan panduan yang jelas
13
maupun
non-keuangan.
Seluruh
aktivitas
pengungkapan
dan
2.4
Strategi
Tanggung
Jawab
Sosial
Perusahaan,
dan
Kelestarian
Lingkungan Hidup
Gagasan bahwa bisnis memiliki kewajiban untuk mendorong perbaikan
sosial merupakan topik yang banyak diperdebatkan dalam 50 tahun terakhir,
berakar pada abad ke-19 ketika perusahaan yang progresif paska revolusi industri
mulai menyediakan pekerja dengan perumahan dan fasilitas lainnya. Gagasan
bahwa menejer perusahaan harus menyeimbangkan kepentingan semua pemangku
kepentingan pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, masyarakat di
mana mereka beroperasi, dan masyarakat pada umumnya mulai berkembang pada
1960-an. Beberapa tahun kemudian, sekelompok eksekutifyang terdiri dari 200
perusahaan terbesar di Amerika, menyebut diri mereka sebagai Business
Roundtable (1981) (dalam Thompson, 2008: 342), megemukakan suatu dukungan
kuat dari konsep tanggung jawab sosial perusahaan yang diartikan sebagai
berikut:
14
15
pengungkapan
CSR
juga
merupakan
media
untuk
16
karena perilaku tidak etis yang tidak sesuai dengan konsep good
meningkatkan "triple bottom line". Triple Bottom Line ini diperkenalkan oleh
Elkington dalam istilah economic prosperity, environmental quality and social
justice. Maksudnya adalah perusahaan dalam melakukan operasional tidak hanya
memperhatikan aspek ekonomi saja (hanya mengejar profit semata) tetapi juga
harus memperhatikan dan terlibat untuk mensejahterakan masyarakat (people)
serta juga peduli pada kelestarian lingkungan (planet). Sekarang ini, banyak
perusahaan yang mengumumkan apa saja yang telah mereka lakukan dalam
laporan CSR. Hal ini disinyalir sebagai strategi baru perusahaan yang dapat
meningkatkan citra perusahaan di masyarakat.
adalah identik dengan tanggung jawab sosial perusahaan; hal tersebut dipandang
dengan beberapa istilah yang secara bertahap menggantikan CSR dalam bisnis.
Memang, sustainability reporting dan TBL reporting, pelaporannya sering sama.
Perusahaan sebagai pengguna sumber daya alam yang terbesar maka
perusahaan dituntut untuk dapat mengelola, dan juga memelihara sumber daya
tersebut. Sebagian besar perusahaan telah mengubah cara berbisnisnya sehingga
sesuai dengan sustainable business practise.
Sedangkan environmental sustainablility strategy terdiri dari tindakan
yang disengaja dalam menjalankan usaha dengan cara yang melindungi sumber
daya alam dan sistem pendukung ekologi, dan menjaga dari tindakan yang dapat
18
environmental
sustainablility
strategies.
Dorongan
untuk
keberlanjutan dan tanggung jawab sosial dapat memacu upaya inovatif yang
pada gilirannya menyebabkan produk baru dan peluang untuk peningkatan
pendapatan.
Strategi CSR yang dipahami dengan baik dan praktek bisnis yang
berkelanjutan dalam kepentingan jangka panjang yang terbaik dari
pemegang saham. Ketika strategi CSR dan keberlanjutan meningkatkan
pelangan tetap, menawarkan peluang meningkatkan pendapatan, biaya lebih
rendah, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi risiko insiden yang
merusak reputasi, mereka berkontribusi pada total nilai yang diciptakan oleh
sebuah perusahaan dan meningkatkan profitabilitas. Harga saham perusahaan
yang dinilai tinggi pada kriteria kinerja sosial dan lingkungan dapat
menghasilkan yang terbaik untuk kepentingan pemegang saham.
Perusahaan yang mengambil tanggung jawab sosial dan kelestarian
lingkungan yang serius dapat meningkatkan reputasi bisnis mereka dan efisiensi
operasional sementara juga mengurangi eksposur risiko mereka dan mendorong
loyalitas dan inovasi. Secara keseluruhan, perusahaan yang bersusah payah khusus
untuk melindungi lingkungan (melampaui apa yang diperlukan oleh hukum), yang
aktif dalam urusan masyarakat, dan pendukung amal dan proyek-proyek yang
20
21
akhirnya
Pembentukan
Lembaga
Keuangan
Mikro
(LKM)
dan
Lembaga
pengelolaan
lingkungan,
tanggungjawab
sosial,
dan lain
yang
diselenggarakan
oleh
Kementrian
Koordinator
Bidang
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PT. Adaro Energy Tbk, merupakan perusahaan yang memiliki karakteristik
yang unik dimana pemegang saham terbesar dikendalikan oleh satu kelomkpok
yang terdiri dari 5 keluarga, sehinggan menghasilkan mekanisme checks dan
balance yang lebih baik dalam pengambilan keputusan dan peningkatan tata
kelola perusahaan, sehingga secara tidak langsung prusahaan Adaro Energy telah
menerapakn etika bisnis secara baik.
Selanjutnya, dalam penerapan Tata kelola perusahaan PT. Adaro Energy
Tbk, sudah menerapkan prinsip GCG, adapun prinsip itu adalah keadilan
(fairness), transparansi/ keterbukaan, Akuntanbilitas, Pertanggungjawaban dan
ditambah dengan prinsip yaitu kemandirian. Organ utama dalam PT. Adaro
26
Energy Tbk terdiri dari 3 organ penting yaitu: RUPS, dewan komisaris dan
direksi. Dimana setiap organ melaksanakan fungsinya dengan baik. Dewan
komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan dibantu oleh komite audi
(komite audit terdiri dari satu komisaris independen yang bertindak sebagai ketua
dan dua orang ahli yang bukan merupakan karyawan), namun untuk komite
nominasi dan komite remunerasi tidak dibentuk secara khusus, karena fungsi
tersebut sudah dijalankan oleh dewan komisaris sendiri.
Sedangkan dewan direksi PT. Adaro Energy Tbk terdiri dari 7 orang, dan
saat ini PT. Adaro Energy Tbk telah memiliki Charter direksi sebagai pedoman
kerja direksi, charter ini berlaku efektif sejak tanggal 31 maret 2015. Dalam
penerapan tata kelola perusahaan PT. Adaro Energy Tbk telah menjalankan setiap
fungsi dengan baik.
Selanjutnya, PT. Adaro Energy Tbk telah melakukan CSR / tanggung
jawab sosial yaitu berupa program peningkatan ekonomi masyarakat, program
peningkatan mutu pendidikan, program perbaikan tingkat kesehatan serta program
pengembangan sosial budaya, dan dengan kegiatan CSR tersebut telah
mengantarkan Pt Adaro Energy Tbk meraih banyak penghargaan. Kegiatan CSR
tersebut juga sebagai salah satu alat strategi perusahaan. Dimana kegiatan CSR
sebagai wujud dari proses legitimasi antara perusahaan dengan mansyarakat
sekitar. Legitimasi tersebut merupakan kontrak sosial yang mana masyarakat
bersedian menerima kegiatan operasional PT Adaro Energy dilingkungannya
sehingga keberlangsungan usaha PT Adaro Energy akan berjalan baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
Deegan, C. 2007. Financial Accounting Theory. Edition 2. McGraw-Hill.
Deegan, C. dan Gordon, B(1996).A Study of the environmental disclousure
policies of Australian corporations. Accounting and Business Research, vol.
26, No.3, pp187-199
Fahy, M., J. Roche, and A. Weiner, 2004. Beyond Governance: Creating
Corporate Value through Performance, Conformance and responsibility,
Chichester, England: John Wiley & Sons.
Ghozali, I., &Chariri, A., 2014, TeoriAkuntansi,Edisi 4, Semarang: BP UNDIP
Jonker, J,. And M. Witte, 2006. Management Model for Corporate Social
Responsibility, Heidelberg, Germany: springer.
Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan
Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara.
Rezaee, Z,. 2007. Corporate Governance Post-sarbanes-Oxley, New Jersey: John
Wiley & Sons, Inc.
Thompson. 2008. Crafting & Executing Strategy16th Edition. ebook:
http://www.primisonline.com
28
29