Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan masyarakat global saat ini, etika merupakan hal
penting dalam kehidupan bermasyarakat. Begitu pula, bagi sebuah perusahaan
dalam menjalankan usahanya dituntut menerapkan prinsip dan standar atau
norma-norma yang berlaku. Untuk itu, terkait dengan prinsip atau norma-norma
yang berlaku tersebut berkaitan erat dengan etika bisnis. Lebih lanjut, etika bisnis
juga berkaitan erat dengan tindakan atau perilaku benar atau salah.
Etika bisnis dapat didefinisikan sebagai, ... is the application of ethical
principles and standars to business behavior (Thompson, 2008: 317). Lebih
jelasnya, dalam pelaksanaa kegiatan atau operasional perusahaan harus memiliki
prisip dan standart sesuai dengan etika yang ada. Oleh karena itu, perilaku etis
dalam bisnis merupakan situasi yang membutuhkan pendirian yang kuat pada
norma-norma tentang perilaku yang benar atau salah pada umumnya. Akibatnya,
manajer perusahaan memiliki kewajiban, dan tugas untuk mengamati normanorma etika yang berlaku ketika menyusun dan melaksanakan strategi.
Begitu juga, dengan PT. Adoro Energy, Tbk yang merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan, jasa, industri, pengangkutan
batubara, perbengkelan, pertambangan, dan konstruksi. Selain itu, Adaro Energy
juga memiliki anak perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan
batubara, perdagangan batubara, jasa kontraktor penambangan, infrastruktur,
logistik batubara, dan pembangkitan listrik.
Adaro Energy beroperasi dengan visi untuk menjadi kelompok
perusahaan energi dan tambang Indonesia yang terkemuka dan terbesar serta
terefisien di Asia Tenggara, China dan India. Untuk mewujudkan Visi tersebut,
perusahaan Adaro energy menjalankan strategi bisnisnya yang berfokus pada
produksi batubara yang tumbuh secara organik, yaitu meningkatkan efisiensi dan
1

pengendalian biaya dan mengembangkan serta melanjutkan integrasi divisi


ketenagalistrikan.
Mengkaji tentang visi Adaro yang menjalankan strategi bisnis berfokus
pada produksi batubara yang tumbuh secara organik, hal itu menjadi bukti bahwa
Adoro peduli terhadap lingkungan hidup. Hal tersebut merupakan salah satu etika
bisinis yang dijalankan oleh Adoro. Selanjutnya, Adaro merupakan perusahaan
yang dipinpin oleh lima keluarga dengan porsi saham yang relatif sama, sehingga
menghasilkan mekanisme checks and balances yang lebih baik untuk pengambilan
keputusan dan peningkatan tata kelola. Hal tersebut, dibutuhkan oleh perusahaan
pertambangan yang mana, merupakan bisnis berjangka panjang yang memerlukan
modal yang besar, dan para pemegang saham Adaro berkomitmen untuk
membangun perusahaan yang baik. Komitmen Adaro Energi dalam mewujudkan
visi dan misi perusahaan yaitu membangun perusahaan yang baik. Hal tersebut
merupakan salah satu tekat yang dilakukan Adaro Energy dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai etika dalam berbisnis.
1.2 Permasalahan
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum PT. Adaro Energy, Tbk ?
2. Bagaimana dan mengapa standar etika berdampak pada tugas dalam
menentukan dan melaksanakan strategi ?
3. Apa penyebab dari strategi dan perilaku bisnis yang tidak etis ?
4. Mengapa tanggung jawab sosial perusahaan, dan kelestarian lingkungan hidup
menjadi salah satu strategi perusahaan ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum PT. Adaro Energy, Tbk


PT Adaro Energy Tbk, berawal pada tahun 1992 ketika perusahaan ini
memulai memproduksi batubara yang kemudian dipasarkan dengan nama
Envirocoal dari konsesi seluas 258 km2 di kabupaten Tabalong, Provinsi
Kalimantan Selatan, berdasarkan perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara (PKP2B) generasi pertama dengan pemerintah Indonesia.
Pada tahun 2004, tepatnya 28 Juli, PT Adaro Energy Tbk (Perusahaan)
didirikan berdasarkan Akta Notaris Sukawaty Sumadi, S.H., Notaris di Jakarta,
No. 25. Akta pendirian Perusahaan telah diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 59, tertanggal 25 Juli 2006, Tambahan Berita Negara No.
8036 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan
Surat Keputusan No. C-21493 HT.01.01.TH.2004 tertanggal 26 Agustus 2004.
Setahun kemudian tepatnya bulan juli 2005 perusahaan ini mulai beroperasi
secara komersial dan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Gedung Menara
Karya, lantai 23, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5, Kav. 1-2, Jakarta Selatan.
Anggaran Dasar Perusahaan telah diubah beberapa kali dengan
perubahan terakhir berdasarkan Akta Notaris Humberg Lie, S.H., S.E., M.Kn., No.
65 tertanggal 31 Oktober 2008 untuk menyesuaikan Anggaran Dasar Perusahaan
dengan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK) No. IX.J.1 tertanggal 14 Mei 2008 tentang Pokok-Pokok
Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat
Ekuitas dan Perusahaan Publik. Perubahan Anggaran Dasar ini telah diterima oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No. AHU-AH.01.10-24501, tertanggal 1 Desember 2008 dan No.
AHU-AH.01.10-24502, tertanggal 1 Desember 2008.
Pada bulan Juli 2008, Perusahaan melakukan Penawaran Umum Saham
Perdana sebanyak 11.139.331.000 lembar saham (34,8% dari 31.985.962.000
3

modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh). Penawaran kepada


masyarakat tersebut dicatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 16 Juli 2008.
2.1.1

Struktur Organisasi
Adaro Energy didirikan sebagai perseroan terbatas tahun 2004 silam,

dengan nama PT Padang Karunia. Tahun 2008, tepatnya di bulan april nama
perusahaan diubah menjadi PT Adaro Energy Tbk sebagai perssiapan menjadi
perusahaan publik dalam penawaran perdana yang dilakukan dengan hasil
memuaskan pada bulan Juli tahun 2008 juga.
Adaro Energy memiliki karakteristik yang unik dimana perusahaan ini
tidak dimiliki atau dikendaliakn oleh satu keluarga saja, melainkan oleh satu
kelompok yang terdiri dari lima keluarga yang sangat terkemuka di Indinesia.
Kelima keluarga tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Edwin Soeryadjaya
2. Theodore Permani rachmat
3. Garibaldi Thohir
4. Ir. Subianto
5. Sandiaga S. Uno
Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 31 Desember
2014
Presiden Komisaris

: Edwin Soeryadjaya

Wakil Presiden Komisari

: Theodore Permadi Rachmat

Komisaris

: Ir. Subianto

Komisaris Independen

: 1. Ir. Palgunadi Tatit Setyawan


2. Dr. Ir. Raden Pardede

Presiden Direktur

: Garibaldi Thohir

Wakil Presiden Direktur

: Christian Ariano Rachmat

Direktur

: 1. Sandiaga Salahuddin Uno


2. David Tendian
3. Chia Ah Hoo
4

4. M. Syah Indra Aman


5. Julius Aslan
6. Siswanto Prawiroatmodjo

Susunan Komite Audit Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2014


Ketua

: Ir. Palgunadi Tatit Setyawan

Anggota

: 1. Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif, MSc


2. Mamat Mamun, SE.

Kepemilikan Saham : PT Adaro Strategic Investments 43,91% ; Garibaldi


Thohir 6,18%;
Pemegang saham utama lainnya 14,68%, dan Publik
35,23%.
Akuntan Publik

: Tanudiredja, Wibisana & Rekan

2.2 Standar Etika Berdampak pada Tugas dalam

Menentukan dan

Melaksanakan Strategi
Banyak perusahaan telah mengakui kewajiban etika yang tertera dalam
kode resmi perilaku etis. Berdasarkan Sarbanes-Oxley Act, perusahaan yang
sahamnya diperdagangkan secara publik diwajibkan memiliki kode etik atau
menjelaskan secara tertulis kepada Securities and Exchange Commission (SEC).
Yang mana, manajer senior eksekutif (Dewan direksi) untuk memimpin jalannya
kepatuhan kode etik perusahaan.
Manajer yang memilih strategi yang tidak etis memiliki konsekuensi yaitu
mendapat denda yang cukup besar, menghancurkan hubungan masyarakat,
menurunkan harga saham dan bahkan kasus pidana. Dampak dari semua skandal
tersebut menjadikan seorang manajer dituntut untuk berhati-hati menerapkan atau
memilih strategi yang tidak melanggar kode etik yang telah ditentukan. Hal
tersebut bertujuan untuk mengurangi resiko bisnis seperti mengurangi adanya
konflik dengan masyarakat setempat atau konflik dengan pelanggan, pemasok,
pemegang saham bahkan dengan pesaing. Terkait dengan etika bisnis, maka perlu
disinggung juga mengenai prinsip dasar tata kelola perusahaan yang baik.
5

2.2.1

Prinsip Dasar Tata Kelola PT. Adaro Energy Tbk


Tata kelola perusahaan adalah sistem dan proses yang ada pada suatu

tempat untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam rangka untuk


meningkatkan kinerja dan mencapai nilai pemegang saham yang berkelanjutan
(Fahy, M., J Roche, and A. Weiner: 2004). Selanjutnya menurut Rezaee., Z (2007)
Tata kelola perusahaan secara tradisional dilihat sebagai mekanisme untuk
menyelaraskan kepentingan manajemen dengan para pemegang saham. Lebih
khusus, peran tata kelola perusahaan telah mengurangi biaya agensi dan
menciptakan nilai jangka panjang pemegang saham dengan berfokus pada
tanggung jawab pengawasan keputusan direksi dan fungsi pengambilan
manajemen eksekutif senior.
Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/MMBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN,
disebutkan bahwa Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang

dengan

tetap

memperhatikan

kepentingan

stakeholder

lainnya,

berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Berdasarkan pengertian


diatas, secara singkat GCG dapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value
added) bagi stakeholder.
Dengan demikian, berdasarkan definisi tata kelola perusahaan di atas,
dapat disimpulkan bahwa tata kelola sebagai sebuah sistem, proses, struktur dan
aturan yang memberikan suatu nilai tambah bagi perusahaan. Good Corporate
Governance memiliki prinsip-prinsip, begitu pula oleh PT Adaro Energy Tbk,
memilki komitmen untuk menjalankan standar-standar kode etik tertinggi dalam
semua tindalkan perusahaan dan untuk berfungsi sebagai warga perseroan yang
baik, yang sadar akan tanggung jawab perusahaa kepada masyarakat disekitar
wilayah operasi. dalam menjalankan perusahaannya juga menerapkan prinsipprinsip sebagai berikut:
6

1. Keadilan (Fairness)
Keadilan adalah kesetaran perlakuan dari perusahaan terhadap pihakpihak yang berkepentingan sesuai dengan kriteria dan proporsi yang
seharusnya. Dalam hal ini yang ditekankan agar pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan terlindungi dari kecurangan serta
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh orang dalam.
Dalam PT Adaro Energy Tbk. Prinsip kewajaran diterapkan dengan
berkomitmen untuk memastikan bahwa hak-hak para pemegang saham dan
pemangku kepentingan dapat terpenuhi dengan baik. Pemegang saham dan
para pemangku kepentingan berhak memperoleh informasi yang sama
mengenai kinerja dan aktivitas perusahaan. Perusahaan juga memberikan
kesempatan yang sama dalam penerimaan dan pengelolaan tenaga kerja tanpa
adanya diskriminasi suku, agama, ras, golongan, gendr, dan kondisi fisik.
2. Transparansi/Keterbukaan (Transparency)
Tranparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses
kegiatan perusahaan. Pengungkapan informasi kinerja baik ketepatan waktu
maupun akurasinya (keterbukaan dalam proses, pengambilan keputusan,
pengawasan, keadilan, kualitas, standarisasi, efisiensi waktu dan biaya).
Dengan transparansi, pihak-pihak yang terkait akan dapat melihat dan
memahami bagaimana suatu perusahaan dikelola. Namun hal tersebut tidak
berarti masalah-masalah yang strategis harus dipublikasikan, sehingga akan
mengurangi keunggulan kompetitif perusahaan. Hak-hak para pemegang
saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya
mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan
mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut
memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
PT Adaro Energy Tbk. Untuk mewujudkan prinsip transparansi yaitu
melalui jalur komunikasi yang terbuka dengan para pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya mengenai aktivitas strategik, perkembangan
dan transaksi perusahaan. Sesuai dengan peraturan, PT Adaro Energy Tbk.
7

Menyampaikan laporan kegiatan operasional dan laporan keuangan tiap


triwulan serta aktivitas kegiatan pertambangan setiap bulan kepada pemegang
saham. Adaro juga melaksanakan RUPS tahunan, Paparan Publik dan kegiatan
serupa lainnya.
3.

Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas pelaksanaan fungsi
dan tugas-tugas sesuai dengan wewenang yang dimiliki oleh seluruh organ
perusahaan termasuk pemegang saham. Akuntabilitas ini berkaitan erat dengan
perencanaan yang telah disepakati bersama, dimana pelaksanaan dari kegiatan
perusahaan harus sesuai dengan perencanaan dan tujuan perusahaan.
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan laporan
keuangan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat, mengembangkan
komite audit dan resiko untuk mendukung fungsi pengawasan oleh dewan
komisaris, mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan fungsi
internal audit sebagai mitra bisnis strategik berdasarkan best practice bukan
sekedar audit.
PT Adaro Energy Tbk. Berpendapat bahwa, akuntabilitas sangat
diperlukan untuk mencapai kinerja dan hasil yang diharapkan. Dalam
perusahaan Adaro, menjadi akuntabel merupakan tugas dan tanggungjawab
setiap bagian dalam perusahaan. Prinsip ini ditungankan dalam bentuk
kebijakna dan panduan, serta petunjuk teknis yang dapat diterapkan secara
teratur oleh perusahaan, mempertimbangkan kepentingan para pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya.

4.

Pertanggungjawaban (Responsibility)
Pertanggungjawaban adalah kesesuaian didalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa
tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang,
menyadari akan adanya tanggungjawab sosial, menyadari penyalahgunaan

kekuasaan, menjadi profesional dan menjunjung citra, dan memelihara


lingkungan bisnis yang sehat.
Sebagai upaya menjalankan prinsip ini, PT Adaro Energy Tbk.
Menjalankan tanggung jawab sebagai warga perseroan yang baik dengan
menghormati

hukum,

komunitas

disekitar

wilayah

operasional

serta

lingkungan. Sebagai perusahaa terbuka, PT Adaro Energy Tbk. Berusaha


mematuhi tentuan perundang-undangan pasar modal. Selain itu, sebagaia
perusahaan tambang PT Adaro Energy Tbk. Tidak hanya harus mematuhi
peraturan yang berlaku, namun juga harus memiliki tanggungjawab penuh
terhadap masyarakat sekitar dan kelestarian lingkungan.
5.

Kemandirian (Independency)
Kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan bebas dari
pengaruh atau tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme
korporasi. PT Adaro Energy Tbk , setiap bagian dari perusahaan beroperasi
secara mandiri, tanpa ada dominasi dari satu unit terhadap unit lainnya serta
tidak ada campur tangan dari pihak lain. Seluruh keputusan perusahaan dibuat
secara profesional dan objektif. Ebas dari kinflik kepentingan dan nada
hubungan yang saling menghargai antar unit usaha.
Pasar modal berkembang baik jika penerapan GCG-nya konsisten.

Corporate governance bukan hanya sebagai aksesoris, tetapi melekat sebagai


nilai-nilai yang menjadi pedoman berperilaku. Keberhasilannya sangat ditentukan
oleh beberapa faktor, yaitu struktur kepemilikan, hukum dan enforcement, sistem
ekonomi, sosial, budaya, proses, serta ukuran.
Ada dua paradigma corporate governance, yaitu shareholding dan
stakeholding kinerja yang jelas. Paradigma pertama punya ciri individual liberty
yang tujuannya hanya memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Paradigma
kedua berciri justice for all yang bertujuan mengakomodasi kepentingan seluruh
stakeholders dalam perusahaan. Selain pemegang saham, karyawan, konsumen,
pemerintah, dan masyarakat.

2.3 Penyebab dari Strategi dan Perilaku Bisnis yang tidak Etis
Baru-baru ini muncul istilah bisnis adalah bisnis, yang terkadang
mengabaikan etika hal ini sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Thompson
(2008: 328), ... of business is business, not ethics. Ada tiga pendorong utama
perilaku bisnis yang tidak etis (Thompson, 2008: 328):

Pengawasan yang salah, memungkinkan pencarian personal yang tidak

mengindahkan moral hanya untuk keuntungan dan kepentingan pribadi.


Tekanan yang berat pada manajer perusahaan untuk memenuhi atau mencapai

target kinerja jangka pendek.


Sebuah budaya perusahaan yang menempatkan profitabilitas dan kinerja bisnis
diatas perilaku etis.

1. Pengawasan yang salah, memungkinkan pencarian personal yang tidak


mengindahkan moral hanya untuk keuntungan dan kepentingan pribadi.
Tata kelola perusahaan, dalam hal ini dewan komisaris bertanggung
jawab untuk melakukan fungsi pengawasan dalam menjaga self-dealing dan
manipulasi informasi atau menyembunyikan tindakan yang melanggar etika
oleh manajer perusahaan. Self-dealing terjadi ketika manajer mengambil
keuntungan dari posisi mereka untuk memajukan kepentingan pribadi mereka
sendiri daripada orang-orang dari perusahaan.
Dalam kasus ini, PT.Adaro Egergy memiliki struktur tata kelola
perusahaan terdiri 3 organ utama yaitu : Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi. Seluruh organ tersebut memiliki
peranan penting dalam pelaksanaan kebijakn tata kelola perusahaan yang baik
secara efektif. Terkait dengan fungsi pegawasan, dilakukan oleh dewan
komisaris.
Presiden Dewan komisari PT Adaro Energy dijabat oleh Edwin
Soeryadjaya yang merupakan salah satu dari ke-5 keluarga pemegang saham di
PT Adaro Energy. Dewan komisaris mengawasi kegiatan usaha perusahaan sesuai
dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan peraturan perundangundangan serta anggaran dasar perusahaan yang pengangkatannya dan
pemberhentiannya ditentukan oleh rapat Umum Luar Biasa. Saat ini

dewan
10

Komisaris Adaro Energy terdiri dari 5 orang, yang mana tiga orang merupakan
perwakilan para memegang saham utama dan yang dua lainnnya merupakan
komisaris independen. Pengangkatan dan pemberhentian anggota dewankomisaris
ditentukan oleh RUPST.
Dewan Komisaris dalam PT Adaro Energi memiliki tugas dan wewenang
sebagai berikut:
a. Dewan Komisaris bertugas mengawasi pengelolaan prusahaan serta
mlaksanakn tugas-tugas lainnya sesuia mandat RUPS dan /atau ketentuan
yang berlaku.
b. Dewan Komisaris memberika saran kepada Direksi dan memeriksa
beberapa aktivitas sesuai dengan permintaan direksi berdasarkan ketentuan
yang berlalku dan persetujuan pemegang saham.
c. Seluruh anggota dewan komisaris harus menjalankna tugas mereka dengan
itikat baik, hati-hati dan penuh tanggungjawab serta memetingkan
kepentingan prusahaan
d. Anggota dewan komisaris juga harus mengawasi efektifitas dari
pelaksanaan praktek tata kelola perusahaan yang baik dan melakukan
penyesuain jika perlu.
e. Adaro telah memiliki Charter Dewan Komisaris sebagai pedoman kerja
Dewan Komisaris. Charter Dewan komisaris tersebut berlaku efektif sejak
tanggal 31 Maret 2015.
Terkait dengan fungsi pengawasan, Dewan Komisaris melakukan
pengawasan secara efektif, agar Perusahaan dapat mencapai tujuan perusahaan
dan melaksanakan implementasi GCG dengan penuh komitmen dan konsisten.
Untuk mendukung penuh proses pengawasan oleh Dewan Komisaris, pada
umumnya Dewan Komisaris dibantu oleh tiga Komite, diantaranya sebagai
berikut:

11

a.

Komite Audit (Audit Committee)


Memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, laporan

keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal serta auditor


independen. Begitu pula oleh PT Adaro Energy yang menerapkan Good Corporate
Governance, Dewan komisaris yang memiliki fungsi pengawasan pada tahun
20009 telah membentuk komite Audit.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam Piagam Komite Audit, Komite
audit mengkaji laporan keuangan Adaro, menunjukkan dan memantau kinerja
auditor independen, memantau pelaksanaan kebijakna dan prosedur disetiap
jajaran organisasi, memantau profil resiko, serta memastikan bahwa fungsi-fungsi
unit audit internal berjalan sbagaimana mestinya.
Komite Audit Adaro terdiri dari satu Komisaris independen yang
bertindak sebagai ketua dan dua orang ahli yang bukan merupakan karyawan
Adaro. Anggota Komite Audit saat ini adalah:
1. Ir Palgunadi Tatit Setyawan (Ketua Komite Audit)
Palgunadi Tatit Setyawan telah menjabat sebagai komisaris independen PT
Adaro Energy Tbk sejak tahun 2008. Beliau merupakan pensiunan TNI
sampai tahun 1981 dengan pengakt terakhir sebagai letnal Kolonel. Pada
akhir tahun 1982, beliau bergabung dengan PT United Tractor, awalnya
sebagai menejer lalu menjadi direktur dan Komisaris sampai tahun 1998.
Selain itu, Palgunadi tatit Setyawan juga pernah menjabat sebagai Senior Vice
President PT Astra International Tbk (tahun 1989-1997), President Direktur
PT Astra Mitra Ventira (tahun 1992-1997), Presiden wilayah Asia untuk
GIBB Ltd tahun 1997-1999, executive Vice President untuk PT Raja Garuda
Mas tahun 2000-2002, Komisaris Independen PT Pembangunan Jaya Ancol
Tbk tahun 2004-2011, dan sebagai Presiden Komisaris PT Jakrta Propertindo
tahun 2010-1013.
2. Dr Irwandi Arif, MSc, ( Anggota)
Seorang pakar terkemuka di bidang pertambangan Indonesia, Irwandy
dulunya menyediakan jasa konsultasi bagi beberapa perusahaan tambang
skala besar seperti: PT Berau Coal, PT Freeport Indonesia dan PT Bukit
Asam Tbk. Selain itu, beliau pernah menjabat sebagai ketua Komite Audit PT
Antam Tbk.
3. Mamat Mamun, SE (Anggota)
12

Beliau sudah lebih dari 30 tahun bekerja di grup Astra dan pernah menjabat
sebagai wali amanat pada Dana Pensiun Astra. Pengalam menjadi anggota
Komite audit dimulai sejak tahu 2001 dan saat ini beliau menjabat sebagai
komisaris di PT Duta Oto Prima, PT Anugrah Power Mandiri dan PT Dhama
Group.
b. Komite Kompensasi/Remunerasi (Compensation/Remuneration Committee)
Membuat rekomendasi terhadap keputusan-keputusan yang
menyangkut remunerasi/kompensasi untuk Dewan Direksi dan kebijakankebijakan kompensasi lainnya, termasuk hubungan antara prestasi perusahaan
dengan kompensasi bagi eksekutif perusahaan dalam hal ini CEO.
c. Komite Nominasi (Nomination/Governance Committee)
Mengawasi proses pencalonan komisaris dan direksi, menyeleksi para
kandidat yang akan dicalonkan, dan mengusulkan kebijakan-kebijakan dan
prosedur-prosedur tentang struktur dewan dan proses nominasinya.
Dalam PT Adaro Energy Tbk belum membentuk komite khusus yang
menangani fungsi-fungsi nominasi dan remunerasi karena fungsi tersebut sudah
dijalankan oleh dewan komisaris.
2. Tekanan berat pada manajer perusahaan untuk memenuhi atau mencapai
target kinerja jangka pendek.
Permasalahan mendasar, manajer cenderung untuk memusatkan perhatian
pada kinerja jangka pendek karena hal tersebut tidak menciptakan nilai bagi
pelanggan atau meningkatkan daya saing perusahaan di pasar saham; yaitu,
mengorbankan kegiatan yang merupakan driver yang paling dapat diandalkan dari
keuntungan yang lebih tinggi dan nilai tambah bagi pemegang saham dalam
jangka panjang. Hal tesebut, dilihat dari sudut pandang etika: keuntungan yang
membawa risiko tinggi bagi para pemegang saham mengakibatkan penurunan
harga saham yang tajam dan citra buruk bagi perusahaan.
Hal tersebut dapat diatasi oleh keterbukaan informasi dari pihak manajer
(dewan direksi) kepada pihak pemegang saham. PT Adaro Energy membentuk
komite keterbukaan informasi dibentuk untuk memberikan panduan yang jelas
13

mengenai pengungkapan informasi material yang dapat mempengaruhi keputusan


pemegang saham.
Komite keterbukaan informasi ini mengacu pada ketentuan OJK dan bursa
Efek Indonesia yang diberlakuakn terhadap semua perusahaan publik untuk
pelaporan informasi material kepada regulator dan publik. Adaro ingin
menetapkan standar tertinggi untuk seluruh praktik keterbukaan informasi
keuangan

maupun

non-keuangan.

Seluruh

aktivitas

pengungkapan

dan

komunikasi dengan pemegang saham diumumkan disitus perusahaan dengan tepat


waktu.
Komite keterbukaan informasi terdiri dari Presiden Direktur dan CEO,
wakil presiden direktur dan wakil CEO, direktur dan Chief Finance Officer,
direktur dan Chief Legal Officer, direktur dan Chief Operating Officer dan para
menejer senior dari divisi-divisi corporate secretary & unvestor relations, legal,
operation dan marketing, bertemu setiap 3 bulan untuk membahas aksi korporasi
yang akan dilakukan dan mengkaji apakah tindakan tersebut berdampak terhadap
keputusan pemegang saham.

2.4

Strategi

Tanggung

Jawab

Sosial

Perusahaan,

dan

Kelestarian

Lingkungan Hidup
Gagasan bahwa bisnis memiliki kewajiban untuk mendorong perbaikan
sosial merupakan topik yang banyak diperdebatkan dalam 50 tahun terakhir,
berakar pada abad ke-19 ketika perusahaan yang progresif paska revolusi industri
mulai menyediakan pekerja dengan perumahan dan fasilitas lainnya. Gagasan
bahwa menejer perusahaan harus menyeimbangkan kepentingan semua pemangku
kepentingan pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, masyarakat di
mana mereka beroperasi, dan masyarakat pada umumnya mulai berkembang pada
1960-an. Beberapa tahun kemudian, sekelompok eksekutifyang terdiri dari 200
perusahaan terbesar di Amerika, menyebut diri mereka sebagai Business
Roundtable (1981) (dalam Thompson, 2008: 342), megemukakan suatu dukungan
kuat dari konsep tanggung jawab sosial perusahaan yang diartikan sebagai
berikut:
14

Menyeimbangkan harapan pemegang saham untuk pengembalian yang


maksimal terhadap prioritas lain adalah salah satu masalah yang mendasar
yang dihadapi manajemen perusahaan. Pemegang saham harus menerima
pengembalian yang baik tetapi fokus lainnya konstituen (pelanggan,
karyawan, masyarakat, pemasok dan masyarakat pada umumnya) juga harus
memiliki perhatian yang tepat. . . . [Pemimpin terkemuka] percaya bahwa
dengan
memberikan
pertimbangan
yang
mencerahkan
untuk
menyeimbangkan klaim yang sah dari semua konstituennya, sebuah
perusahaan terbaik akan melayani kepentingan pemegang saham.
Lebih lanjut, Aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan
untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan dan tatanan sosial
masyarakat akibat aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, stakeholder mendesak
perusahaan melakukan aktivitas CSR. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Deegan dan Gordon (1996).
Alasan lain yang mendasari perusahaan publik melakukan pengungkapan
CSR disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah terkait CSR
termaktup dalam UU Perseroan terbatas No.40 pasal 74 tahun 2007. Dalam UU
tersebut menyatakan bahwa aktivitas pengungkapan CSR atau tanggungjawab
sosial dan lingkungan bersifat wajib (mandatory disclousure) bagi perusahaan
yang usahanya berkaitan dengan sumber daya alam. Selanjutnya, praktik
pengungkapan CSR di Indonesia juga diatur dalam PSAK (Pernyataan Standart
Akuntansi Keuangan) No.1 Revisi 2009 paragraf 9 yang menyatakan bahwa:
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (Value added
statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai
sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Lebih lanjut, kebijakan atau aturan yang mengatur praktik pengungkapan
CSR di Indonesia, juga mengacu pada aturan dari Bapepam No. 134/BL/2006
tanggal 7 Desember 2006 dimana dalam aturan tersebut, Bapepam mengharuskan
perusahaan- perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia
(BEI) untuk mengungkapkan berupa uraian (narasi) mengenai aktivitas dan biaya
yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat dan ligkungan dalam laporan tahunan perusahaan.

15

Berdasarkan aturan mengenai kegiatan CSR di Indonesia, CSR yang


merupakan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan konsep yang pertama
beresonansi di Eropa Barat, Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara
berkembang seperti Brasil dan India.

Apa yang dimaksud dengan Corporate Social Responsibility


Inti dari perilaku bisnis yang bertanggung jawab sosial adalah bahwa

perusahaan harus menyeimbangkan tindakan strategis untuk menguntungkan


pemegang saham terhadap tugas untuk menjadi warga perusahaan yang baik. CSR
timbul oleh proses legitimasi, yang mana legitimasi adalah hal yang penting bagi
perusahaan, yang memberikan batasan-batas atau norma perilaku damapak dari
norma tersebut mendorong perusahaan memperhatikan lingkungan (Ghozali, dan
Chariri, 2014: 441). Lebih lanjut, Ghozali mengemukakan bahwa teori legitimasi
didasari oleh kontrak sosial antara perusahaan dan masyarakat dimana perusahaan
tersebut beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Pada konsep dasarnya
legitimasi mengacu pada konsep etika yaitu legal atau ilegal atau dengan kata lain
benar atau salah.
Selanjutnya,

pengungkapan

CSR

juga

merupakan

media

untuk

menyakinkan stakeholder, bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan untuk


kesejahteraan stakeholdernya. Deegan (2007: 294) mengungkapkan teori
stakeholder adalah:
... stakeholder teory provide a more refined resolution by referring to
particular groups within society (stakeholder groups), essentially stakeholder
theory accepts that because different stakeholder groups will have differnt
views about how an otganisation should conduct its operations, there will be
various social contracts negotiated with different stakeholder groups, rather
than one contract with society in general.
Sehingga, teori stakeholder menunjukkan adanya pergesaran pada tujuan
perusahaan, yang semula menejemen perusahaan hanya fokus pada keuntungan
kelompok shareholder (pemegang saham), namun saat ini menajemen perusahaan
juga fokus pada keuntungan atau kesejahteraan kelompok masyarakat yang
menjadi bagian dari stakeholder.

16

Untuk itu perusahaan dalam menjalankan etika bisnisnya memerlukan


tanggung jawab sosial yang berguna untuk mendapatkan kepercayaan dan rasa
hormat dari semua stakeholder yang beroperasi secara terhormat dan beretika,
berusaha untuk membuat perusahaan tempat yang bagus untuk bekerja,
menunjukkan rasa hormat yang tulus untuk lingkungan, dan mencoba untuk
membuat perbedaan dalam memperbaiki masyarakat. Program tanggung jawab
perusahaan yang biasa meliputi unsur-unsur berikut (Thompson, 2008:342),
sebagai berikut:
a. Melakukan upaya untuk menggunakan strategi yang etis dan mematuhi
prinsip-prinsip etika dalam operasi bisnis. Sebuah komitmen yang tulus untuk
mengamati prinsip-prinsip etika merupakan komponen penting dari strategi
CSR

karena perilaku tidak etis yang tidak sesuai dengan konsep good

corporate citizenship dan perilaku bisnis yang bertanggung jawab secara


sosial.
b. Membuat sumbangan amal, mendukung upaya pelayanan masyarakat, terlibat
dalam inisiatif filantropi yang lebih luas, dan menjangkau untuk membuat
perbedaan pada kehidupan yang kurang beruntung. Beberapa perusahaan
dalam memenuhi kewajiban kemanusiaan mereka menyebarkan upaya mereka
lebih banyak dalam kegiatan amal dan masyarakat.
c. Mengambil tindakan untuk melindungi lingkungan dan, khususnya, untuk
meminimalkan atau menghilangkan dampak negatif terhadap lingkungan yang
berasal dari kegiatan bisnis perusahaan sendiri. Tanggung jawab sosial
perusahaan yang berlaku untuk perlindungan lingkungan memerlukan
perjuangan yang aktif untuk menjadi pelayan yang baik dari lingkungan. Hal
ini berarti menggunakan ilmu terbaik yang tersedia dan teknologi untuk
mengurangi aspek lingkungan berbahaya dari operasi perusahaan di bawah
tingkat yang diperlukan oleh peraturan lingkungan yang berlaku. Hal ini juga
berarti menempatkan waktu dan uang untuk memperbaiki lingkungan dengan
cara memperpanjang masa batas industri perusahaan sendiri seperti
berpartisipasi dalam proyek-proyek daur ulang, mengadopsi praktik
konservasi energi, dan mendukung upaya untuk membersihkan pasokan air
setempat.
17

d. Mengambil tindakan untuk menciptakan lingkungan kerja yang meningkatkan


kualitas hidup bagi karyawan serta keluarganya.
e. Mengambil tindakan untuk membangun tenaga kerja yang beragam
sehubungan dengan jenis kelamin, ras, asal negara, dan aspek perbedaan lain
yang orang bawa ke tempat kerja.

Corporate Social Responsibility dan Triple Bottom Line


Inisiatif CSR yang dilakukan oleh perusahaan sering diarahkan untuk

meningkatkan "triple bottom line". Triple Bottom Line ini diperkenalkan oleh
Elkington dalam istilah economic prosperity, environmental quality and social
justice. Maksudnya adalah perusahaan dalam melakukan operasional tidak hanya
memperhatikan aspek ekonomi saja (hanya mengejar profit semata) tetapi juga
harus memperhatikan dan terlibat untuk mensejahterakan masyarakat (people)
serta juga peduli pada kelestarian lingkungan (planet). Sekarang ini, banyak
perusahaan yang mengumumkan apa saja yang telah mereka lakukan dalam
laporan CSR. Hal ini disinyalir sebagai strategi baru perusahaan yang dapat
meningkatkan citra perusahaan di masyarakat.

Apa yang dimaksud dengan Keberlanjutan dan Praktek Bisnis


Berkelanjutan
Keberlanjutan digunakan dalam berbagai cara. Di banyak perusahaan, itu

adalah identik dengan tanggung jawab sosial perusahaan; hal tersebut dipandang
dengan beberapa istilah yang secara bertahap menggantikan CSR dalam bisnis.
Memang, sustainability reporting dan TBL reporting, pelaporannya sering sama.
Perusahaan sebagai pengguna sumber daya alam yang terbesar maka
perusahaan dituntut untuk dapat mengelola, dan juga memelihara sumber daya
tersebut. Sebagian besar perusahaan telah mengubah cara berbisnisnya sehingga
sesuai dengan sustainable business practise.
Sedangkan environmental sustainablility strategy terdiri dari tindakan
yang disengaja dalam menjalankan usaha dengan cara yang melindungi sumber
daya alam dan sistem pendukung ekologi, dan menjaga dari tindakan yang dapat

18

membahayakan planet ini, sehingga dapat terjaga keberlanjutannya hingga


berabad-abad. Salah satu aspek kelestarian lingkungan adalah menjaga
penggunaan sumber daya alam bumi dengan menggunakan sustainable business
practise. Aspek lainnya mengurangi dampak dari efek samping gas rumah kaca
dan bentuk lain dari polusi udara terhadap iklim yang tidak diinginkan dan
perubahan atmosfer.

Membentuk Tanggung Jawab Sosial dan Strategi Keberlanjutan


CSR dan environmentalsustainability strategy mengambil banyak bentuk,

merekamemberikan manfaat sosial yang berharga dan memenuhi kebutuhan


pelanggan secara lebih unggul juga berkontribusi untuk keuntungan kompetitif
perusahaan. Strategi CSR dan environmentalsustainability strategy lebih mungkin
berkontribusi untuk keuntungan kompetitif perusahaan jika terkait dengan sumber
daya dan kemampuan kompetitif perusahaan atau kegiatan rantai nilai.
Dengan demikian, hal tersebut umum untuk terlibat dalam ekstraksi
sumber daya alam, produksi tenaga listrik, kehutanan dan produk kertas,
kendaraan bermotor, dan produksi bahan kimia untuk menempatkan yang lebih
menekankan pada masalah lingkungan. Tidak semua perusahaan memilih untuk
menghubungkan agenda lingkungan atau corporate social mereka untuk rantai
nilai mereka, model bisnis mereka, atau industri mereka.

Kasus Bisnis untuk CSR dan Environmentally Sustainable Business


Practices
Beberapa alasan mengapa perusahaan harus melakukan CSR dan

environmentally sustainable business practices adalah:


Tindakan tersebut dapat menyebabkan peningkatan pelanggan tetap.
Konsumen lebih tertarik untuk melakukan bisnis dengan perusahaan yang
melakukan CSR atau environmentally sustainable business practise karena
dianggap peduli terhadap masyarakat dan pelestarian lingkungan.
Sebuah komitmen yang kuat untuk perilaku yang bertanggung jawab
secara sosial mengurangi risiko insiden yang merusak reputasi.
19

Perusahaan yang melakukan CSR dan environmentally sustainable business


practices cenderung lebih sedikit atau tidak sama sekali terlibat dalam skandal
dan kondisi yang memalukan.
Tindakan yang bertanggung jawab terhadap sosial dan sustainable
business practices dapat menurunkan biaya dan meningkatkan
perekrutan karyawan dan retensi tenaga kerja. Beberapa karyawan
merasa lebih baik apabila bekerja untuk sebuah perusahaan yang
berkomitmen terhadap masyarakat. Oleh karena itu dengan melakukan CSR
dan environmentally sustainable business practices maka loyalitas karyawan
meningkat, sehingga produktivitasnya juga akan meningkat. Hal ini
berdampak pada biaya yang lebih rendah untuk staf perekrutan dan pelatihan.
Peluang untuk meningkatan pendapatan juga dapat berasal dari CSR
dan

environmental

sustainablility

strategies.

Dorongan

untuk

keberlanjutan dan tanggung jawab sosial dapat memacu upaya inovatif yang
pada gilirannya menyebabkan produk baru dan peluang untuk peningkatan
pendapatan.
Strategi CSR yang dipahami dengan baik dan praktek bisnis yang
berkelanjutan dalam kepentingan jangka panjang yang terbaik dari
pemegang saham. Ketika strategi CSR dan keberlanjutan meningkatkan
pelangan tetap, menawarkan peluang meningkatkan pendapatan, biaya lebih
rendah, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi risiko insiden yang
merusak reputasi, mereka berkontribusi pada total nilai yang diciptakan oleh
sebuah perusahaan dan meningkatkan profitabilitas. Harga saham perusahaan
yang dinilai tinggi pada kriteria kinerja sosial dan lingkungan dapat
menghasilkan yang terbaik untuk kepentingan pemegang saham.
Perusahaan yang mengambil tanggung jawab sosial dan kelestarian
lingkungan yang serius dapat meningkatkan reputasi bisnis mereka dan efisiensi
operasional sementara juga mengurangi eksposur risiko mereka dan mendorong
loyalitas dan inovasi. Secara keseluruhan, perusahaan yang bersusah payah khusus
untuk melindungi lingkungan (melampaui apa yang diperlukan oleh hukum), yang
aktif dalam urusan masyarakat, dan pendukung amal dan proyek-proyek yang
20

menguntungkan masyarakat lebih cenderung dilihat sebagai investasi yang baik.


Pemegang Saham cenderung melihat kasus bisnis untuk tanggung jawab sosial
sebagai salah satu alasan yang kuat, terutama ketika hal tersebut menghasilkan
penciptaan nilai lebih bagi pelanggan, produktivitas yang lebih besar, biaya
operasi yang lebih rendah, dan risiko bisnis yang lebih rendah yang semuanya
harus meningkatkan profitabilitas perusahaan dan meningkatkan nilai pemegang
saham bahkan sebagai tindakan perusahaan untuk mengatasi kepentingan
stakeholder yang lebih luas.
Dari uraian di atas memaparkan bahwa CSR merupakan salah satu alat
strategi bisnis perusahaan yang cukup efektif untuk meingkatkan nilai perusahaan.
Begitu pula dengan PT Adaro Energy Tbk dalam menjalankan program CSR
dimulai sejak tahun 1994, pengembnagannya dibagi menjadi 3 tahap yaitu
Pioneering (1994- 2000), Establisment (2000-2006) dan Improvement (2000TBA). Pada awalnya aktivitas CSR Adaro sebagian besar berupa sumbangan
tanpa perencanaan sistematis dan jangka pangjang. Namun, seiring berjalanya
waktu dan undang-undnag yang mewajibkan setiap perusahaan untuk melakukan
kegiatan CSR, maka program CSR tersebut mulai diselenggarakan secara serius
yang nantinya dapat menghasilkan suatu kegiatan CSR yang berkelanjutan.
Program CSR PT Adaro Indonesia dalam pengembangan ekonomi daerah
dilakukan dengan pertimbangan potensi dan spesialisasi yang dimiliki oleh daerah
tersebut. Pengembangan SDM juga secara menyeluruh dari proses ekonomi dari
hulu ke hilir agar tercapai suatu masyarakat yang mandiri/berkelanjutan. Programprogram tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Program untuk peningkatan Ekonomi Masyarakat:
a.

Program Kebun Karet Unggul : program ini bertujuan untuk


kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar yaitu dengan membatu
mengelola lahan bekas lahan tambang yang sudah tidak terpakai. Program
ini dilakukan di 62 desa di Kabupaten Balangan, 31 desa di kabupaten
tabalong, dan 16 desa di Kabupaten Baroto Timur. Tahun 2005 AI

21

memberikan bantuan pendanaan untuk membangun pengasapan karet yang


memproduksi karet setengan jadi dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi,
sehingga meningkatkan pengahsilan petani karet. Selain itu melaksanakan
program pelatiahn usaha tani karet pasca panen, dan pelatihan
pengolahan/cara

kadar karet kering. Program ini merupakan progran

unggulan yang dijalankan sejak tahun 1997.


b. Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) : UMKM
merupakan sektor ekonomi yang terbukti kebal dari hantaman krisis 2008
dan juga memiliki prospek besar kesejahteraan masyarakat daerah yang
mandiri. Lokasi pengembangan ini difokuskan di daerah Kabupaten
Tabalong yang merupakan sentar pemasaran yang terkenal di Kalimantan
Selatan. Awalnya hasil produksi madu UMKM tidak memenuhi standart
produk (BPOM, SIUP, HO, Dinkes) karena produk yang dihasilkan masih
mengandung kadar air yang tingggi, hal ini mengakibatkan persentase
penjualan menurun. Untuk mengatasi masalah tersebut, AI memberikan
pelatihan Good Manufacturing Practice (GMP) dan bantuan pendanaan
melalui LKM, sehingga hasil olahan madu Tabalong sudah mendapat
sertifikat BPOM. Sertifikasi BPOM dapat meningkatkan image kabupaten
Tabalong sebagai pengahsil madu yang berkualiats baik,

akhirnya

perekonomian masyarakat meningkat.


c.

Pembentukan

Lembaga

Keuangan

Mikro

(LKM)

dan

Lembaga

Pengembangan Bisnis (LPB) : program ini sebagai institusi keuangan


(Simpan-Pinjam) peneydia modal usaha yang membatu melestarikan
kegiatan ekonomi disekitar area operasioanl AI, yaitu tepatnya di desa
Banua Kabupaten tanjung. Tujuannya positif program ini adalah
meningkatkan budaya menabung untuk masyarakat.
2. Program Peningkatan Mutu Pendidikan:
a. Beasiswa AI : program ini dimualia sejak tahun 2005, yang memberikan
bantuan bagi siswa kurang mampu untuk mengikuti pendidikan tingkat
22

SMA dan Universitas. Program ini dilaksanakan di 5 Kabupaten yaitu,


tabalong, Balangan, Barito Timur, Barito selatan, dan Barito Kuala. Tujuan
program ini untuk memotivasi siswa untuk memiliki pendidikan yang
tinggi
b. Pembentukan Sekolah Percontohan: ini merupakan Benchmark bagi
sekolah lain disekitar area operasional AI untuk dapat meningkatkan
kualitas pendidikan yaitu dengan membangun 3 SD, 3 SMP, dan 3 SMA di
Kabupaten Tabalong, Balangan,

dan barito timur sebagai sekoloh

percontohan dengan sistem menejemen sekolah dan sistem pengajaran pada


tahun 2012 kegiatannya adalah:
-

Mengadakan training dan workshop bagi para guru untuk meningkatkan


kapabilitas

Menyediakan sistem informasi manajemen bagi sekolah

Membentuk standart kualitas pendidikan bersama dengan guru dan


kepala sekolah

c. Perpustakaan Berjalan : tujuan program ini untuk meningkatkan budaya


membaca bagi masyarakat, program ini dimulai pada bualn Mei 2006
dengan 3 armada kendaraan yang beroperasi di Kabupaten balangan,
tabalong, dan Barito Timur, dan sampai tahun 2010 koleksi buku dalam
perpustakaan mencapau 15.968 buku dan 5.000 judul buku yang mencakup
buku pelajaran, buku cerita, dan buku pengetahuan lainnya. Rata rata
peminjam buku mencapai 201 judul /buku tiap harinya.
3. Program Perbaikan Tingkat kesehatan
Operasi Katarak : hasil survei CSR AI banyak masyarakat yang tinggal di
area operasi AI banyak menderita Katark untuk itu pada bulan Mei 2006
mulai dilaksanakan program operasi katarak pada 6 kabupaten (Tabalong,
Balangan, Barito timur, Barito Selatan, Barito Kuala, dan Hulu sungai).
Tahun 2009, untuk mengatasi masalah yaitu membantu pasien di daerah
23

terpencil maka AI mengoperasionalkan kendaraan klinik operasi mata. Total


pasien yang sudah melalukan operasi katarak mencapai 3.608 pasien.
4. Program Pengembangan Sosial Budaya : program CSR ini diwujudkan
melalui dengan membangun tempat keagamaan serta fasilitas publik lainnya.
Selain program CSR yang telah dilakukan di atas, Adaro Indonesia tetap
memiliki program CSR yang berkelanjutan. Tahun 2010 AI membentuk Yayasan
Adaro Bangun Negeri (YABN). Yayasan tersebut dipimpin oleh Muhammad
Effendi selaku ketua CSR Officer PT Adaro Energy. YABN didirikan sebagai
payung seluruh kegiatan CSR grup usaha Adaro. Sebagai tambahan CSR, AI
berencana mendirikan Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kabupaten
sekitar area perasional.
Dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas, maka PT Adaro energy Tbk dan
anak usahanya yang utama yaitu Adaro Indonesia, konsisten memenangkan
penghargaan domestik maupun internasional untuk kesempurnaan korporasi dan
pertambangan,

pengelolaan

lingkungan,

tanggungjawab

sosial,

dan lain

sebagainya, pada tahun 2014 telah menraih penghargaa-penghargaan diantaranya


sebagai berikut:
1. IR Magazine : adaro memenangkan Best Investor Relations by an Indonesia
Company.
2. Alpha Southeast Asia Institutional Investor Corporate Award : Pengahrgaanya
yang diraih adalah penghargaan Most Organized Investor Relations in
Indonesia, Strongest Adherence to Corporate Governance, Best Strategic CSR,
dan Best Annual Report in Indonesia.
3. Penghargaan Aditama : pengahrgaan Aditama (perangkat emas ) untuk
kesekian kalinya dalam pengelolaan lingkungan dari Direktorat Jendral
Mineral dan Batubara, Kementrian Energy dan Sumber Daya Mineral.
4. PROPER Green Award : penghargaan PROPER hijau oleh Kementrian
Lingkungan Hidup untuk kepatuhan dalam pengelolaan lingkungan.
24

5. Pengelolaan Barang Milik Negara : Adaro dinobatkan peringkat terbaik


pengelolaan barang milik negara untuk PKP2B dari Kementrian Energy dan
sumber daya mineral.
6. Global CSR Summit : Presiden Direktur dan CEO Adaro yaitu Garibaldi
Thohir meraih peringkat platinum untuk CSR Leadership pada Global CSR
Summit ke-6 di Yogyakarta.
7. GKPM Awards : Adaro mendapat peringkat emas pada penghargaan GKPM
Award

yang

diselenggarakan

oleh

Kementrian

Koordinator

Bidang

Kesejahteraan Rakyat dalam partisispasinya untuk pencampaian Milennium


Development Goals.
8. Internasional Business Award 2014 (The International Stevie): perhargaan
yang dirain Adaro yaitu: Best Website in Metals & Mining Sector, CSR of the
Year in Asia & Oceania, peringkat ke-2 untuk Print Annual report in Asia &
Oceania, mendali emas untuk program air bersih Adaro (Clean Water Creates
Better Life- Towards Sustainable and Independent Post Mine Community, A
Legacy for a Better Generation), dan Woman of the Year untuk Indriani
Herlianti sebagai kepala Seksi Mine Water Management AI (Adaro Indonesia).
9. Green Apple Award 2014 : Adaro keluar sebagai Pemenang Emas Best
Environmental Practice untuk program air bersih Adaro (Serving Clean Water
to Initiate Healthy Life).
10. Indonesia Social Responsibility Award 2014 : Adaro dinobatkan sebagai Good
Company di Indonesia Social Responsibility Awards 2014 .
11. Indonesia

CSR Awards 2014: Adaro Indonesia memenangkan tujuh dari

sembilan kategori yang diikuti pada Indonesia CSR Awards 2014.

25

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PT. Adaro Energy Tbk, merupakan perusahaan yang memiliki karakteristik
yang unik dimana pemegang saham terbesar dikendalikan oleh satu kelomkpok
yang terdiri dari 5 keluarga, sehinggan menghasilkan mekanisme checks dan
balance yang lebih baik dalam pengambilan keputusan dan peningkatan tata
kelola perusahaan, sehingga secara tidak langsung prusahaan Adaro Energy telah
menerapakn etika bisnis secara baik.
Selanjutnya, dalam penerapan Tata kelola perusahaan PT. Adaro Energy
Tbk, sudah menerapkan prinsip GCG, adapun prinsip itu adalah keadilan
(fairness), transparansi/ keterbukaan, Akuntanbilitas, Pertanggungjawaban dan
ditambah dengan prinsip yaitu kemandirian. Organ utama dalam PT. Adaro
26

Energy Tbk terdiri dari 3 organ penting yaitu: RUPS, dewan komisaris dan
direksi. Dimana setiap organ melaksanakan fungsinya dengan baik. Dewan
komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan dibantu oleh komite audi
(komite audit terdiri dari satu komisaris independen yang bertindak sebagai ketua
dan dua orang ahli yang bukan merupakan karyawan), namun untuk komite
nominasi dan komite remunerasi tidak dibentuk secara khusus, karena fungsi
tersebut sudah dijalankan oleh dewan komisaris sendiri.
Sedangkan dewan direksi PT. Adaro Energy Tbk terdiri dari 7 orang, dan
saat ini PT. Adaro Energy Tbk telah memiliki Charter direksi sebagai pedoman
kerja direksi, charter ini berlaku efektif sejak tanggal 31 maret 2015. Dalam
penerapan tata kelola perusahaan PT. Adaro Energy Tbk telah menjalankan setiap
fungsi dengan baik.
Selanjutnya, PT. Adaro Energy Tbk telah melakukan CSR / tanggung
jawab sosial yaitu berupa program peningkatan ekonomi masyarakat, program
peningkatan mutu pendidikan, program perbaikan tingkat kesehatan serta program
pengembangan sosial budaya, dan dengan kegiatan CSR tersebut telah
mengantarkan Pt Adaro Energy Tbk meraih banyak penghargaan. Kegiatan CSR
tersebut juga sebagai salah satu alat strategi perusahaan. Dimana kegiatan CSR
sebagai wujud dari proses legitimasi antara perusahaan dengan mansyarakat
sekitar. Legitimasi tersebut merupakan kontrak sosial yang mana masyarakat
bersedian menerima kegiatan operasional PT Adaro Energy dilingkungannya
sehingga keberlangsungan usaha PT Adaro Energy akan berjalan baik.

27

DAFTAR PUSTAKA
Deegan, C. 2007. Financial Accounting Theory. Edition 2. McGraw-Hill.
Deegan, C. dan Gordon, B(1996).A Study of the environmental disclousure
policies of Australian corporations. Accounting and Business Research, vol.
26, No.3, pp187-199
Fahy, M., J. Roche, and A. Weiner, 2004. Beyond Governance: Creating
Corporate Value through Performance, Conformance and responsibility,
Chichester, England: John Wiley & Sons.
Ghozali, I., &Chariri, A., 2014, TeoriAkuntansi,Edisi 4, Semarang: BP UNDIP
Jonker, J,. And M. Witte, 2006. Management Model for Corporate Social
Responsibility, Heidelberg, Germany: springer.
Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan
Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara.
Rezaee, Z,. 2007. Corporate Governance Post-sarbanes-Oxley, New Jersey: John
Wiley & Sons, Inc.
Thompson. 2008. Crafting & Executing Strategy16th Edition. ebook:
http://www.primisonline.com

28

Vallabhaneni, S, R,. 2008. Corporate Management, Governance, and Ethics Best


practice, New Jersey: John Willey & Sons, Inc.
www.andaro.com/id/publication/laporan-tahunan-2015

29

Anda mungkin juga menyukai