Anda di halaman 1dari 13

Elektrokimia

Elektrokimia adalah bidang ilmu kimia yang mempelajari perubahan energi kimia
menjadi energi listrik atau sebaliknya.
1. Sel sel Elektrokimia
Suatu sel elektrokimia terdiri dari dua elektroda, yang disebut katoda dan anoda,
dalam larutan elektrolit. Pada elektroda katoda terjadi reaksi reduksi. Sedangkan reaksi
oksidasi terjadi pada anoda. Sel elektrokimia dapat dibagi menjadi
1. Sel Volta / Sel Galvani merubah energi kimia menjadi energi listrik.
Contoh : batere (sel kering), accu
2. Sel Elektrolisis merubah energi listrik menjadi energi kimia.
Contoh : penyepuhan, pemurnian logam
A
-

K
+

K
-

A
+

Katoda Reduksi
Anoda Oksidasi

Sel Volta / Galvani


Sel Elektrolisis
Gambar 1. Sel volta dan sel elektrolisis
Sel Galvani
Sel galvani adalah sel elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik yang
disebabkan oleh terjadinya reaksi redoks yang spontan. Contoh sel galvani adalah sel
Daniell yang gambarnya dapat dilihat pada gambar 1. Jika kedua elektrodanya
dihubungkan dengan sirkuit luar, dihasilkan arus litrik yang dapat dibuktikan dengan
meyimpangnya jarum galvanometer yang dipasang pada rangkaian luar dari sel tersebut.

Gambar 2. Sel Daniell


Sel Daniell sering pula dimodifikasi seperti yang terlihat pada gambar 2. Kedua setengah
sel dihubungkan dengan jembatan garam.

Gambar 3. Sel Daniell dengan jembatan garam


Ketika sel Daniell digunakan sebagai sumber listrik terjadi perubahan dari Zn menjadi
Zn2+ yang larut
Zn(s)

Zn2+(aq) + 2e-

(reaksi oksidasi)

Hal ini dapat diketahui dari semakin berkurangnya massa Zn sebelum dan sesudah reaksi.
Di sisi lain, elektroda Cu semakin bertambah massanya karena terjadi pengendapan Cu
dari Cu2+ dalam larutan.
Cu2+(aq) + 2e-

Cu(s)

(reaksi reduksi)

Pada sel tersebut elektroda Zn bertindak sebagai anoda dan elektroda Cu sebagai katoda.
Ketika sel Daniell dirangkai, terjadi arus elektron dari elektroda seng (Zn) ke elektroda
tembaga (Cu) pada sirkuat luar. Oleh karena itu, logam seng bertindak sebagai kutub
negatif dan logam tembaga sebagai kutub positif. Bersamaan dengan itu pada larutan
dalam sel tersebut terjadi arus positif dari kiri ke kanan sebagai akibat dari mengalirnya
sebagian ion Zn2+ (karena dalam larutan sebelah kiri terjadi kelebihan ion
Zn2+ dibandingkan dengan ion SO42-yang ada).
Reaksi total yang terjadi pada sel Daniell adalah :
Zn(s) + Cu2+(aq)

Zn2+(aq) + Cu(s)

Reaksi tersebut merupakan reaksi redoks yang spontan yang dapat digunakan untuk
memproduksi listrik melalui suatu rangkaian sel elektrokimia.
Macam-macam sel volta/ sel galvani
1. Sel Kering atau Sel Leclance

Sel ini sering dipakai untuk radio, tape, senter, mainan anak-anak, dll.

Katodanya sebagai terminal positif terdiri atas karbon (dalam bentuk grafit)
yang terlindungi oleh pasta karbon, MnO2 dan NH4Cl2

Anodanya adalah lapisan luar yang terbuat dari seng dan muncul dibagian
bawah baterai sebagai terminal negatif.

Elektrolit : Campuran berupa pasta : MnO2 + NH4Cl + sedikit Air

Reaksi anoda adalah oksidasi dari seng


Zn(s) Zn2+ (aq) + 2e-

Reaksi katodanya berlangsung lebih rumit dan suatu campuran hasil akan
terbentuk. Salah satu reaksi yang paling penting adalah :
2MnO2(s) + 2NH4 + (aq) + 2e- Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O

Amonia yang terjadi pada katoda akan bereaksi dengan Zn 2+ yang


dihasilkan pada anoda dan membentuk ion Zn(NH3)42+.

Katoda : PbO2(s) + HSO4-(aq) + 3H+ (aq) + 2e- PbSO4(s) + 2H2O(l)


Anoda : Pb(s) + HSO4-(aq) PbSO4(s) + H+(aq) + 2ePbO2(s) + Pb(s) + 2HSO4-(aq) + 2H+(aq) 2PbSO4(s) + 2H2O(l)
Esell0 = +1,685 V - (-0,356 V) = + 2,041 V
2. Sel Aki

Katoda: PbO2

Anoda : Pb

Elektrolit: Larutan H2SO4

Reaksinya adalah :

PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq) PbSO4(s) + 2H2O (katoda)


Pb (s) + SO42-(aq) PbSO4(s) + 2e- (anoda)
PbO2(s) + Pb (s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) 2PbSO4(s) + 2H2O (total)

Pada saat selnya berfungsi, konsentrasi asam sulfat akan berkurang karena ia
terlibat dalam reaksi tersebut.

Keuntungan dari baterai jenis ini adalah bahwa ia dapat diisi ulang (recharge)
dengan memberinya tegangan dari sumber luar melalui proses elektrolisis, dengan
reaksi :

2PbSO4(s) + 2H2O PbO2(s) + Pb(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) (total)

Kerugian dari baterai jenis ini adalah, secara bentuk, ia terlalu berat dan lagi ia
mengandung asam sulfat yang dapat saja tercecer ketika dipindah-pindahkan.

3. Sel Bahan Bakar

Elektroda : Ni

Elektrolit : Larutan KOH

Bahan Bakar : H2 dan O2

4. Baterai Ni Cd

Disebut juga baterai ni-cad yang dapat diisi ulang muatannya dan yang umum
dipakai pada alat-alat elektronik peka. Potensialnya adalah 1,4 Volt.

Katoda : NiO2 dengan sedikit air

Anoda : Cd

Reaksinya :

Cd(s) + 2OH- (aq) Cd(OH)2(s) + 2e2e- + NiO2(s) + 2H2O Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)

Baterai ini lebih mahal dari baterai biasa.

II.3. Hukum Faraday


Akibat aliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi perubahan kimia
dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday (1834) lewatnya arus 1 F
mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda (anoda) dan
reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain (katoda).
Hukum Faraday I: Massa zat yang timbul pada elektroda karena elektrolisis berbanding
lurus dengan jumlah listrik yang mengalir melalui larutan.
w~Q
w = massa zat yang diendapkan (g).
w ~ I.t
Q = jumlah arus listrik = muatan listrik (C)
w = e.I.t
e = tetapan = (gek : F)
= gek.I.t
I = kuat arus listrik (A).
F
t = waktu (dt).
gek = massa ekivalen zat (gek).
= Ar.I.t
Ar = massa atom relatif.
n. F
n = valensi ion.
F = bilangan faraday = 96 500 C.
Massa ekivalen = massa zat yang sebanding dengan 1 mol elektron = 6,02 x 1023 . 1 gek
~ 1 mol .
Jika arus listrik 1 F dialirkan ke dalam larutan AgNO 3 maka akan diendapkan 1 gram
ekivalen Ag.
Ag+ (aq) +
Ag (s)
1 mol ~ 1 mol Ag ~ 1 gram ekivalen Ag
Untuk mendapatkan 1 gram ekivalen Ag diperlukan 1 mol
1 gram ekivalen Ag = 1 mol = 1 mol Ag = 108 gram Ag
Sel Elektrolisis
Elektrolisis berasal dari kata elektro (listrik) dan lisis (penguraian), yang berarti
penguraian senyawa oleh arus listrik, dan alatnya disebut sel elektrolisis. Dengan kata lain,
sel elektrolisis ini memerlukan energi listrik untuk memompa elektron, dan prosesnya
kebalikan dari proses sel Galvani.
Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia yang menimbulkan terjadinya reaksi redoks yang
tidak spontan dengan adanya energi listrik dari luar. Contohnya adalah elektrolisis lelehan
NaCl dengan electrode platina. Contoh lainnya adalah pada sel Daniell jika diterapkan
beda potensial listrik dari luar yang besarnya melebihi potensial sel Daniell.
a. Notasi Sel dan Reaksi Sel
Notasi sel memberikan informasi yang lengkap dari sel galvani. Informasi tersebut
meliputi jenis elektroda, jenis elektrolit yang kontak dengan elektroda tersebut
termasuk konsentrasi ion-ionnya, anoda dan katodanya serta pereaksi dan hasil reaksi
setiap setengah-sel.

Setengah sel anoda dituliskan terlebih dahulu, diikuti dengan setengah sel katoda. Satu
garis vertikal menggambarkan batas fasa. Dua spesi yang ada dalam fasa yang sama
dipisahkan dengan tanda koma. Garis vertikal rangkap dua digunakan untuk
menyatakan adanya jembatan garam. Untuk larutan, konsentrasinya dinyatakan di
dalam tanda kurung setelah penulisan rumus kimianya. Sebagai contoh:
Zn(s)|Zn2+(1,00 m) || Cu2+(1,00 m) |Cu(s)
Pt|Fe2+, Fe3+|| H+|H2|Pt
Karena yang dituliskan terlebih dulu (elektroda sebelah kiri) dalam notasi tersebut
adalah anoda, maka reaksi yang terjadi pada elektroda sebelah kiri adalah oksidasi dan
elektroda yang ditulis berikutnya (elektroda kanan) adalah katoda maka reaksi yang
terjadi pada elektroda kanan adalah reaksi reduksi. Untuk sel dengan notasi :
Zn(s)|Zn2+(1,00 m) ||Cu2+(1,00 m) |Cu(s) reaksinya adalah:
Zn(s)
Zn2+(aq) + 2eCu2+(aq) + 2eCu(s)

(reaksi oksidasi)
(reaksi reduksi)

Zn(s) + Cu2+(aq)
Zn2+(aq) + Cu(s)
(reaksi keseluruhan)
b. EMF dan Pengukurannya
Sel seperti Sel Daniell, dapat dibuat reversibel dengan cara mengimbangi potensialnya
dengan suatu potensial eksternal sehingga tidak ada aliran arus. Saat potensial listrik
benar-benar berimbang, sel tersebut bereaksi reversibel dan potensialnya dirujuk
sebagai elektrokimia force (EMF). Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan
suatu potensiometer.
Pengukuran emf
Emf dari suatu sel dapat diukur dengan menggunakan potensiometer. Emf sel galvani
dapat diukur secara akurat dengan menggunakan potensiometer. Rangkaian
potensiometer
dapat dilihat pada
gambar
dibawah.
Gambar 3.
Rangkaian
Potensiometer
Karena
emf
merupakan
beda
potensial
sel
saat sel tersebut
bereaksi
reversibel
dan
reaksi reversibe
l dapat dicapai saat
arus yang lewat
sama dengan nol,
maka arus listrik
yang keluar dari sel
harus diimbangi oleh arus dari sel kerja yang mempunyai emf yang lebih besar dari
emf sel yang akan diukur. Jadi kutub harus dipasang berlawanan dengan kutub-kutub
listrik dari luar seperti yang terlihat pada gambar.
Sel kerja dihubungkan dengan kawat yang homogen (BC) yang mempunyai tahanan
yang tinggi, sel yang akan diukur, Sx dihubungkan dengan B dan galvanometer G.
Kontak peluncur (tanda panah) digeser sedemikian rupa sampai galvanometer
menunjukkan tak ada arus yang mengalir, misal di titik D. Pada titik ini, potensial dari
sel kerja sepanjang BD diimbangi dengan tepat oleh emf dari sel X, Ex. Dengan
mengetahui kuat arus yang mengalir (diukur dengan ammeter di titik A), dan tahanan
jenis () serta luas penampang kawat tahanan BC maka emf sel X dapat dihitung
melalui persamaan :

Akan tetapi cara tersebut


hampir tidak pernah dilakukan karena
dan A tidak diketahui. Cara
yang biasa dilakukan adalah untuk
mengkalibrasi
kawat
tahanan
BC
menggunakan sel
standar yang sudah diketahui emfnya. Caranya sama seperti tadi, tapi sel yang
digunakan bukan sel X melainkan sel standar. Misalkan diperoleh jarak saat tidak ada
arus mengalir ke dalam sel standar adalah BE yang sesuai dengan E sel standar=
.
Kita jangan mengubah-ubah lagi kuat arus ke dalam sel standar dari DC-PS, lalu kita
ganti sel standar dengan sel X dengan cara yang sama ukur jarak kawat tahanan saat
tak ada arus melalui sel X, misal jarak yang diperoleh adalah BF, yang sesuai dengan
Esel X, karena I dari DC-PS sama ketika digunakan saat mengukur E sel X dan
Esel standar, maka :

Karena

dan

kawatnya

homogen

), maka :

Emf dan potensial elektroda


Berdasarkan konvensi IUPAC, emf sel didefinisikan sebagai
E = Ekanan Ekiri
dengan E potensial sel, Ekanan potensial elektroda sebelah kanan(dalam bentuk reduksi),
Ekiri potensial elektroda (reduksi) untuk elektroda sebelah kiri seperti yang tercantum
dalam notasi selnya.
Karena elektroda sebelah kanan merupakan katoda dan elektroda sebalah kiri merupakan
anoda maka emf sel dapat dituliskan sebagai :
E= Ekatoda E Anoda
EMF dan Perubahan Energi bebas
Perubahan energi bebas Gibbs, G adalah ukuran kespontanan suatu proses yang terjadi
pada T dan P tetap.
G = -nFE
n : bilangan positif tanpa satuan yang mewakili jumlah elektron yang dipindahkan dalam
reaksi
F : tetapan faraday yaitu jumlah muatan listrik pada 1 mol elektron. Besaran muatan ini
disebut satu faraday (F). 1 F = 96500 C/mol = 96500 J/V mol.
Ingat : nilai positif E dan nilai negatif G keduanya menunjukkan bahwa reaksi adalah
spontan. Bila reaktan dan produk semua dalam keadaan standarnya. Persamaan menjadi,
G0 = -nFE0
c. Jenis-Jenis Elektroda Reversible
Kereversibelan pada elektroda dapat diperoleh jika pada elektroda terdapat semua pereaksi
dan hasil reaksi dari setengah-reaksi elektroda. Contoh elektroda reversibel adalah logam

Zn yang dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung Zn 2+ (misalnya dari larutan


ZnSO4). Ketika elektron keluar dari elektroda ini, setengah reaksi yang terjadi adalah :
Zn(s)

Zn2+(aq) + 2e

dan sebaliknya jika elektron masuk ke dalam elektroda ini terjadi reaksi yang sebaliknya:
Zn2+(aq) + 2eZn(s)
Tetapi jika elektroda Zn tersebut dicelupkan ke dalam larutan KCl, tidak dapat terbentuk
elektroda yang reversibel karena saat ada elektron keluar dari elektroda ini terjadi
setengah-reaksi :
Zn(s)
Zn2+(aq) + 2eakan tetapi saat ada elektron yang masuk ke dalam elektroda ini, yang terjadi adalah
setengah-reaksi :
2H2O + 2edan bukan reaksi :

H2 + 2OH-,

Zn2+(aq) + 2eZn(s) ,
karena larutan yang digunakan tidak mengandung Zn2+. Jadi dalam hal ini kereversibelan
memerlukan adanya Zn2+yang cukup dalam larutan di sekitar elektroda Zn.
Elektroda logam-ion logam
Pada elektroda ini logam L ada dalam kesetimbangan dengan larutan yang mengandung
ion Lz+. Setengah reaksinya ditulis:
Lz+ + zeL
Contoh dari elektroda ini diantaranya Cu2+|Cu; Zn2+|Zn, Ag+|Ag, Pb2+|Pb. Logam-logam
yang dapat mengalami reaksi lain dari reaksi setengah-sel yang diharapkan tidak dapat
digunakan. Jadi logam-logam yang dapat bereaksi dengan pelarut tidak dapat digunakan.
Logam-logam golongan IA dan IIA seperti Na dan Ca dapat bereaksi dengan air, oleh
karena itu tidak dapat digunakan. Seng dapat bereaksi dengan larutan yang bersifat asam.
Logam-logam tertentu perlu diaerasi dengan N2 atau He untuk mencegah oksidasi logam
dengan oksigen yang larut.
Contoh:
AgCl(s) + e Ag(s) + Cl- (aCl-)
E = E0AgCl | Ag (RT/F). ln [{aAg.aCl-}/{aAgCl}]
E = E0AgCl | Ag (RT/F). ln aClContoh:
Elektroda kalomel
Mg2Cl2 (s) + 2 e 2 Hg(l) + 2Cl- (aCl-)
Ada 3 macam konsentrasi: 0,1 M; 1,0 M dan jenuh
Untuk menyusun elektroda yang reversibel terhadap suatu anion, yang diperlukan
hanya memilih logam yang dapat membentuk garam yang tidak melarut dengan
anion itu.

SO42BrI-

:
:
:

SO42- (a) | PbSO4 | Pb(s)


Br- (a) | AgBr (s) | Ag (s)
I- (a) | AgI(s) | Ag (s)

Elektroda Amalgam
Amalgam adalah larutan dari logam dengan cairan Hg. Pada elektroda ini amalgam dari
logam L berkesetimbangan dengan larutan yang mengandung ion Lz+, dengan reaksi :
Lz+ + zeL(Hg)
Dalam hal ini raksanya sama sekali tidak terlibat dalam reaksi elektroda. Logam aktif
seperti Na, K, Ca dan sebagainya biasa digunakan dalam elektroda amalgam.
Elektroda logam-garamnya yang tak larut
Pada elektrtoda ini logam L kontak dengan garamnya yang sangat sukar larut
(L+X-) dan dengan larutannya yang jenuh dengan garam tersebut serta mengandung
garam yang larut (atau asam) yang mengandung X z-. Contoh dari elektroda ini
adalah elektroda perak-perak klorida, elektroda kalomel, dan elektroda timbal-timbal
sulfat.
Elektroda gas
Pada elektroda gas, gas berkesetimbangan dengan ionnya dalam larutan. Contoh dari
elektroda ini adalah elektroda hidrogen dan elektroda klor.
Elektroda redoks
Sebetulnya semua elektroda melibatkan setengah-reaksi oksidasi reduksi. Tapi istilah
untuk elektroda redoks biasanya hanya digunakan untuk elektroda yang setengah-reaksi
redoksnya melibatkan dua spesi yang ada dalam larutan yang sama. Contoh dari elektroda
ini adalah Pt yang dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung ion-ion Fe 2+ dan
Fe3+dengan setengah-reaksi :
Fe3+ + eFe2+. Notasi setengah-selnya adalah Pt|Fe3+, Fe2+ yang gambarnya tampak
seperti di bawah.

Contoh lainnya adalah Pt|MnO4-, Mn2+.


Elektroda membran selektif-ion
Elektroda ini mengandung membran gelas, kristal atau cairan yang mempunyai sifat :
perbedaan potensial antara membran dan elektrolit yang kontak dengan membran tersebut
ditentukan oleh aktifitas dari ion tertentu.
Elektroda membran yang paling tua dan paling banyak digunakan adalah elektroda gelas.
Elektroda ini dikatakan selektif-ion karena hanya spesifik untuk ion H + . Elektroda ini
dapat dilihat pada gambar.

Gambar

8.

Elektroda

Gelas

Elektroda gelas ini terdiri dari membran yang sangat tipis yang terbuat dari gelas yang
permeabel terhadap ion H+. Elektroda Ag|AgCl dicelupkan ke dalam larutan buffer yang
mengandung ion Cl-. Kadang-kadang digunakan juga elektroda kalomel untuk mengganti
elektroda Ag|AgCl. Elektroda gelas terutama digunakan pada pengukuran pH.
d. Potensial Elektroda Standar
Potensial elektroda tidak dapat diukur. Yang dapat diukur adalag beda potensial dari kedua
elektroda (dalam suatu sel). Untuk itu perlu suatu elektroda yang potensialnya diketahui
dan ini tidak ada. Oleh karena itu dipilih elektroda hidrogen standar sebagai pembanding,
dengan konvensi bahwa elektroda ini mempunyai potensial sama dengan nol.
Untuk mengetahui potensial dari suatu elektroda, maka disusun suatu sel yang terdiri dari
elektroda tersebut dipasangkan dengan elektroda hidrogen standar (Standard Hydrogen
Electrode). Potensial suatu elektroda X didefinisikan sebagai potensial sel yang dibentuk
dari elektroda tersebut dengan elektroda hidrogen standar, dengan elektroda X selalu
bertindak sebagai katoda. Sebagai contoh potensial elektroda Cu 2+/Cu adalah
sel :

Karena

pada

untuk

adalah nol, maka :

Jika
diperoleh Esel untuk sel diatas adalah 0,337 V, jadi
.
Nilai potensial elektroda bukan nilai mutlak, melainkan relatif terhadap elektroda hidrogen.
Karena potensial elektroda dari elektroda X didefinisikan dengan menggunakan sel dengan
elektroda X bertindak sebagai katoda (ada di sebelah kanan pada notasi sel), maka
potensial elektroda standar dari elektroda X sesuai dengan reaksi reduksi yang terjadi pada
elektroda tersebut. Oleh karena itu semua potensial elektroda standar adalah potensial
reduksi.

Dari definisi

Kanan dan kiri disini hanya berhubungan dengan notasi sel, tidak berhubungan dengan
susunan fisik sel tersebut di laboratorium.
Jadi, yang diukur di laboratorium dengan potensiometer adalah emf dari sel sebagai volta
atau sel galvani, dengan emf > 0. Sebagai contoh untuk sel yang terdiri dari elektroda seng
dan elektroda hidrogen dari pengukuran diketahui bahwa elektron mengalir dari seng
melalui rangkaian luar ke elektroda hidrogen dengan emf sel sebesar 0,762 V.

Jika potensial elektroda berharga positif, artinya elektroda tersebut lebih mudah mengalami
reduksi daripada H+, dan jika potensial elektroda berharga negatif artinya elektroda
tersebut lebih sulit untuk mengalami reduksi dibandingkan denga H+.
Potensial elektroda seringkali disebut sebagai potensial elektroda tunggal, sebenarnya kata
ini tidak tepat karena kita tahu bahwa elektroda tunggal tidak dapat diukur.

e. Persamaan Nernst
Kebergantungan potensial elektroda pada konsentrasi telah dibahas. Untuk persamaan sel
umum,
aA +bB

xX + yY (10.20)

potensial sel diberikan oleh persamaan Nernst.


E = E (RT/nF) ln([X]x[Y]y)/([A]a[B]b) (10.21)
E adalah potensial elektroda normal (potensial elektroda semua zat dalam reaksi sel dalam
keadaan standar), n jumlah elektro yang terlibat dalam reaksi, F adalah tetapan Faraday,
[A]. dsb, adalah konsentrasi molar masing-masing ion yang terlibat.
Contoh soal 10.6 persamaan Nernst
K2Cr2O7/ H2SO4 adalah oksidan yang dikenal baik, dan reaksi elektrodanya adalah
Cr2O72- + 14H+ + 6e-> 2Cr3+ + 7H2O (E = 1,29 V)
Hitung potensial elektroda ini pada kondisi berikut. (gunakan nilai ini lnx = 2,303 logx,
2,303RT/F = 0,0592 V pada 25C).
1. [Cr2O72-] = [Cr3+] = [H+] = 1,0 mol dm-3
2. [Cr2O72-] = [Cr3+] = 1,0 mol dm-3, [H+] = 10-7 mol dm-3
Dari hal tersebut dapat diketahui:
1. Dengan mensubstitusi nilai yang tepat pada persamaan Nernst, Anda akan
mendapat nilai berikut E = E + (0,0592/6) log([Cr2O72-] [H+]14/[ Cr3+]2) = E = 1,26
V. Dalam kasus ini potensial sel adalah potensial elektroda normal.
2. E = 1,29 + (0,0592/6) log[1,0 x (10-7)14]/1,02 = 0,33 V.
Ini berarti bahwa potensial sel, dan dengan demikian kekuatan oksidan, secara substansial
menurun pada kondisi netral. Bila reaksi sel dalam keadaan kesetimbangan, maka E = 0.
Akibatnya,
E = E -(RT/nF) lnK (10.22)
K adalah konstanta kesetimbangan untuk persamaan berikut.
K = ([X]x[Y]y/[A]a[B]b)eq (10.23)
subskrip eq menunjukkan konsentrasi molar pada nilai keadaan setimbang.
Jelas bahwa konstanta kesetimbangan dapat ditentukan dengan pengukuran potensial
dengan bantuan persamaan Nernst. Lebih lanjut, bila konsentrasi larutan elektrolit berbeda,
potensial tetap akan dihasilkan walaupun dua elektroda yang sama digunakan. Reaksi yang
berlangsung dalam sel konsentrasi dalam arah yang akan menyamakan perbedaan dalam
konsentrasi dalam dua elektroda. Arah ini cocok dengan prinsip Le Chatelier.

f. Elektroda Hidrogen Standar Sebagai Elektroda Pembanding

Secara sembarangan (konvensi), emf dari elektroda hydrogen standarsama dengan nol.
Elektroda ini ada pada keadaan standar jika fugasitas gasnya =1 dan aktifitas ion H+=1.
IUPAC memilih menempatkan elektroda hidrogen pada sisi kiri, dan emf dari elektroda
lainnya diambil sebagai emf sel tersebut. Hanya emf yang demikian, pada kondisi standar
disebut sebagai potensial elektroda standar atau potensial reduksi standar. Contoh :
Pt, H2 (1 bar)| H+ (a=1)|| Cu2+ (a=1)|Cu
Sel tersebut memberikan EoSel = + 0,34 Volt. Karena EoHidrogen = 0 Volt, maka ini
menunjukkan tendensi yang lebih besar untuk proses :
daripada
Untuk sel : Pt, H2 (1 bar)| H+ (a=1)||Zn2+ (a=1)|Zn
EoSel = -0,78 V
Artinya, pada sel tersebut ada tendensi yang lebih besar untuk proses :
Kita dapat mereduksi emf sel yang melibatkan dua elektroda, misalnya :
Zn

| Zn2

(a=1) || Cu2+ (a=1) | Cu

Dengan emf sel :


Esel = Ekatoda-EAnoda
= 0,34 V (-0,76 V)
= 1,1 V
Potensial setengah sel adalah suatu sifat intensif : Ingat, bahwa dalam penulisan reaksi sel
elektroda, tak ada perbedaan apakah ditulis untuk 1 elektron ataupun lebih. Jadi untuk
reaksi elektroda hidrogen dapat ditulis :
Tetapi dalam menuliskan proses keseluruhan kita harus menyeimbangkan elektronnya.
Jadi untuk sel : Pt, H2 (1 bar)| H+ (a=1)|| Cu2+ (a=1)|Cu

Reaksi elektroda dapat ditulis :


Sehingga keseluruhan prosesnya adalah :
Proses ini didasari pelewatan 2 elektron pada sirkuit luar.
Kita dapat menuliskannya (sama baiknya) sebagai :

Dalam proses ini setiap 0,5 mol Cu2+ hilang, 0,5 mol Cu muncul, 1 mol elektron lewat dari
elektroda kiri ke kanan.

Anda mungkin juga menyukai