Anda di halaman 1dari 14

MINERAL KAOLIN

A. Pengertian dan Proses Pembentukan Kaolin

Gambar 1. Mineral Kaolin

Kaolin termasuk kelompok mineral lempung dengan kandungan besi


rendah yang pada umumnya berwarna putih atau agak keputih-putihan. Adapun
sifat fisik mineral kaolinit antara lain:
1. Kekerasan 2-2,5 skala mohs,
2. Berat jenis 2,60 - 2,63
3. Plastis,
4. PH bervariasi,
5. Daya hantar panas dan listrik yang rendah
Kaolin mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat (2
Al 2 O.3

2Si

O2

H2

O.

), dan beberapa material penyerta. Secara geologi, kaolin

terjadi karena proses pelapukan dan alterasi hidro-thermal pada batuan beku
felspatik. Mineral-mineral potash alumunium silika dan feldspar diubah menjadi
kaolin. Proses kaolinisasi berlangsung pada kondisi tertentu, sehingga elemenelemen selain silika, alumunium, oksigen dan hidrogen akan mengalami
pertukaran seperti terlihat pada persamaan reaksi sebagai berikut :

2KAl

Si 3 O8

+ 2

H3

O -

OH

Al 3

(SiO)5 +

SiO 2
Kaolinit Felspar

K2

O + 4

Proses pelapukan pada pembentukan kaolin terjadi pada atau dekat dengan
permukaan tanah yang sebagian besar terjadi pada batuan beku. Sementara proses
alterasi hidrothermal terjadi karena larutan hidrothermal mengalir melalui
rekahan, patahan, dan daerah permeabel lainnya sambil mengubah batuan
gamping menjadi endapan kaolin. Endapan kaolin terdiri dari dua macam, yaitu
residual dan sedimen. Kaolin residual, jenis ini diketemukan ditempat
terbentuknya bersama batuan induknya, belum mengalami perpindahan, kristal
teratur, jarang terjadi substitusi ion, mineral murni. Kaolin sedimenter, sudah
mengalami perpindahan oleh air, angin, gletser, diendapkan dlm cekungan, kristal
tdk teratur, bercampur dgn bhn lain (oksida besi, titan) lebih halus dan plastis. Di
Indonesia, endapan kaolin residual yang merupakan hasil alterasi hidrothermal
pada batuan granit terdapat dalam jumlah yang besar di Propinsi Bangka dan
Belitung. Mineralogi Mineral yang tergabung dalam kelompok kaolin adalah
mineral kaolinit, nakrit, dikrit dan halloysit. Di antara mineral-mineral tersebut,
kaolinit merupakan mineral utama, sedangkan halloysit (Al2(OH)4SiO52H2O)
memiliki kandungan air lebih besar seringkali membentuk endapan tersendiri.
Biasanya dalam endapan kaolin yang ekonomis, tidak ditemukan mineral nakrit
dan dikrit.
B. Potensi Kaolin
Potensi cadangan kaolin di Indonesia sekitar 66,21 juta ton yang terdiri
dari 12,95 juta ton cadangan terbukti, 26,57 juta ton cadangan terunjuk dan 26,70
juta ton cadangan tereka. Potensi cadangan tersebut tersebar di beberapa daerah,
seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Bangka dan Belitung dengan mutu
cukup baik terutama untuk digunakan sebagai bahan baku keramik dan pengisi
(filler). Daerah lainnya terdapat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi Utara.
C. Metode Eksplorasi Kaolin
Metode eksplorasi dilakukan untuk mengetahui jumlah cadangan dan
kualitas endapan kaolin didasarkan pada kondisi daerah atau lokasi endapan
kaolin berada. Beberapa metoda eksplorasi yang dapat digunakan, di antaranya
adalah dengan cara pemboran (bor tangan atau bor mesin) dan atau dengan

pembuatan sumur uji. Eskplorasi dengan cara pemboran (bor tangan atau mesin)
dilakukan dengan alat bor yang dilengkapi dengan bailer (penangkap conto).
Metoda eksplorasi yang menggunakan sumur uji dilakukan dengan pola
empat persegi panjang atau berbentuk bujur sangkar dengan jarak dari satu sumur
25 - 50 meter. Penambangan Endapan kaolin dapat ditambang dengan dua cara,
yaitu tambang terbuka (open pit mining) atau dengan tambang semprot
(hydraulicking).

Gambar 2. Tambang Terbuka

Gambar 3. Tambang Semprot

Sama halnya dengan eksplorasi, penerapan metoda penambangan kaolin


didasarkan kepada kondisi endapan. Pengupasan tanah penutup pada tambang
terbuka dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana secara manual atau
menggunakan alat mekanis, seperti bulldozer, scraper, dan lain-lain. Selanjutnya,
lapisan kaolin digali dengan menggunakan excavator (backhoe atau power shovel)
dan diangkut ke pabrik pengolahan dengan menggunakan truk. Penambangan
dengan cara semprot, setelah tanah penutup dikupas, endapan kaolin disemprot
dengan menggunakan monitor, hasilnya berupa lumpur kaolin kemudian

dipompakan ke tempat pengolahan melalui pipa-pipa. Pengolahan Mineral


pengganggu dalam kaolin antara lain adalah oksida besi, pasir kuarsa, oksida
titanium dan mika. Pengolahan kaolin adalah untuk membuang mineral
pengganggu, dan untuk memperoleh butir-butir halus, tingkat keputihan
(brightness) yang tinggi, kadar air tertentu, pH tertentu dan sifat-sifat lain. Proses
pengolahan kaolin tergantung jumlah dan jenis mineral pengotor serta spesifikasi
yang dibutuhkan. Untuk hal khusus dengan persyaratan ketat, misal untuk bahan
pengisi (filler) atau pelapis (coating) pengolahan dilakukan secara khusus pula.
D. Kegunaan dan Manfaat Kaolin
Penggunaan berdasarkan karakteristiknya, kaolin dapat digunakan sebagai
bahan baku utama atau bahan baku penolong di berbagai industri. Pemakai utama
kaolin adalah industri keramik / porselen, kertas, cat, karet/ban, sepatu, sabun
dan pestisida. Industri lain juga memanfaatkan kaolin adalah industri kosmetik,
pasta gigi, farmasi, fertilizer/ pupuk, absorbent, logam, barang-barang untuk
bangunan, dan lain-lain. Dalam industri kertas kaolin digunakan sebagai bahan
pengisi atau pelapis agar permukaan menjadi kuat dan halus. Kaolin sebagai
bahan pengisi dipakai juga di indutri cat, karet dan ban. Pada industri keramik/
porselen, digunakan sebagai bahan baku utama. Pemakaian kaolin di industri
tersebut berkisar antara 15 - 40 %. Pada industri kosmetik, sabun, pasta gigi,
farmasi dan industri lainnya sebagai bahan baku imbuhan atau bahan baku
pembantu.

Spesifikasi Jenis kaolin yang dibutuhkan oleh satu industri dengan

industri lainnya berbeda tergantung spesifikasi dari kaolin yang dibutuhkannya.


E. Peraturan Yang Mengatur Mengenai Bahan Galian Non Logam (Gol C)
UU No. 4 Tahun 2009
Pasal 1 ayat 2
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki
sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya
yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
Pasal 1 ayat 4
Pertambangan Mineral adalah pertambangan

kumpulan

mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panasbumi,


minyak dan gas bumi, serta air tanah.

Pasal 1 ayat 6
Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.
Pasal 2
Pertambangan mineral dan/atau batubara dikelola berasaskan:
a. manfaat, keadilan, dan keseimbangan;
b. keberpihakan kepada kepentingan bangsa;
c. partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas;
d. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pasal 4 ayat 1
Mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan
merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar
kesejahteraan rakyat
Pasal 34 ayat 2
Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat
1 huruf a digolongkan atas:
a. pertambangan mineral radioaktif
b. pertambangan mineral logam
c. pertambangan mineral bukan logam
d. pertambangan batuan
Pasal 36 ayat 1
IUP terdiri atas dua tahap:
a. IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum eksplorasi, dan studi
kelayakan
b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi penambangan,
pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

E. Mekanisme Izin Penambangan Mineral Golongan C (Non Logam)


Menkanisme penambangan mineral kaolin termasuk dalam mekanisme
penambangan mineral golongan C. Sebelum melakukan penambangan mineral
kaolin suatu badan usaha memerlukan IUP (Izin Usaha Penambangan). Adapun
pengertian dari IUP adalah adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan.
Pasal 36 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2009, IUP terdiri dari atas dua tahap, yaitu:
1. IUP Eksplorasi
2. IUP Operasi Produksi.
IUP Ekplorasi secara teknis meliputi kegitan-kegiatan sebagai berikut:
1. Penyelidikan Umum
2. Eksplorasi
3. Studi kelayakan
IUP Operasi Produksi, meliputi kegiatan usaha pertambangan, sebagaiberikut:
1.
2.
3.
4.

Konstruksi atau pekerjaan persiapan


Penambangan
Pengolahan dan Pemurnian
Pengangkutan dan Penjualan

Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara


(PP 23/2010) diatur dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 di
dalamnya disebutkan bahwa IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
E.1. IUP Eksplorasi
A. Persyaratan IUP Eksplorasi
Adapun persyaratan pengurusan IUP eksplorasi mineral non logam untuk
badan usaha adalah sebagai berikut:
Persyaratan Administratif
a. Surat Permohonan

b. Susunan Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Susunan Pemegang


Saham.
c. Profil Badan Usaha (Company Profile) dan Perizinannya
d. Surat keterangan domisili.
Persyaratan Teknis
a. Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan
dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.
b. Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan
bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi Geografi yang berlaku
secara nasional.
Persyaratan Lingkungan
Surat pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan Perundangundangan dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Persyaratan Finansial
a. Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi.
b. Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang
WIUP mineral logam atau BATUBARA sesuai dengan nilai penawaran
lelang atau bukti pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pembayaran
pencetakan peta WIUP mineral bukan logam atau batuan atas permohonan
wilayah.
KETERANGAN PENDUKUNG
a. Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
(PP 23/2010) diatur dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
2010 , di dalamnya disebutkan bahwa IUP diberikan oleh Menteri,
Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
b. Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) akan dilakukan setelah
diperolehnya WIUP (Wilayah Izin Usaha Pertambangan). Dalam satu
WIUP dimungkinkan untuk diberikan 1 IUP maupun beberapa IUP (untuk
perusahaan yang telah Go Public).
c. Pasal 39 UU Minerba mengatur bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi wajib memuat ketentuan sekurang-kurangnya :
1. Nama perusahaan
2. Lokasi dan luas wilayah
3. Rencana umum tata ruang
4. Jaminan kesungguhan
5. Modal investasi
6. Perpanjangan waktu tahap kegiatan
7. Hak dan kewajiban pemegang IUP

8. Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan


9. Jenis usaha yang diberikan
10. Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar
wilayah pertambangan
11. Perpajakan
12. Penyelesaian perselisihan
13. Iuran tetap dan iuran eksplorasi dan
14. Amdal

Gambar Skema IUP Eksplorasi

B. Kewajiban Pemegang IUP Eksplorasi dan IUP (khusus)

Pasal 95 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara (UU Minerba) mengatur beberapa kewajiban secara umum yang harus
ditaati oleh pemegang IUP dan IUPK, yakni:
a. Menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik, yang mewajibkan
pemegang IUP dan IUPK untuk :
1. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan
2. Keselamatan operasi pertambangan
3. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk
kegiatan reklamasi dan pasca tambang
4. Upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara
5. Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan
dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku
mutu lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan
b. Mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;
c. Meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara;
d. Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;
dan mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.
e. Reklamasi dan Pasca Tambang
Menurut Pasal 99 UU Minerba, setiap pemegang IUP dan IUPK wajib
menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pasca tambang pada saat
mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi.
Pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pasca tambang. Hal ini
dicantumkan dalam perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP atau IUPK
dengan pemegang hak atas tanah. Pemegang wajib menyediakan dana jaminan
reklamasi dan pasca tambang. Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai
dengan kewenangannya dapat menetapkan pihak ketiga dengan dana jaminan
yang telah disediakan pemegang.
Di dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang
Reklamasi dan Pascatambang (PP 78/2010), Pemegang IUP Eksplorasi dan
IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan reklamasi dan pascatambang. Reklamasi
dilakukan terhadap lahan terganggu pada kegiatan eksplorasi. Reklamasi dan
pascatambang dilakukan terhadap lahan terganggu pada kegiatan pertambangan
dengan sistem dan metode Penambangan Terbuka dan Penambangan Bawah
Tanah.

f. Kewajiban-Kewajiban lainnya :
Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standar dan baku
mutu lingkungan sesuai dengan karakteristik suatu daerah. Pemegang IUP dan
IUPK juga wajib menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air
yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
C. Hak Pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Khusus
Dalam UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(UU Minerba) Bab XIII mengenai Hak dan Kewajiban, Pasal 90, 91,dan 92
pemegang IUP dan IUPK, berhak :
1. Melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambangan, baik
kegiatan eksplorasi maupun kegiatan operasi produksi.
2. Memanfaatkan prasarana dan sarana umum untuk keperluan pertambangan
setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Memiliki mineral, termasuk mineral ikutannya, atau batubara yang telah
diproduksi apabila telah memenuhi iuran eksplorasi atau iuran produksi,
kecuali mineral ikutan radioaktif.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 93 UU Minerba perlu digaris bawahi
bahwa Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPKnya kepada pihak lain. Untuk pengalihan kepemilikan dan/atau saham di bursa
saham Indonesia hanya dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi
tahapan tertentu.
Pengalihan kepemilikan dan/atau saham hanya dapat dilakukan dengan
syarat :
1.

Harus memberitahu kepada Menteri, gubernur, atau bupati/

walikota sesuai dengan kewenangannya; dan


2.
Sepanjang tidak bertentangan dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.
C. Penghentian Sementara Kegiatan IUP dan IUP Khusus
Menurut Pasal 113 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara (UU Minerba), suatu kegiatan usaha pertambangan yang sedang
dilakukan oleh pemegang Ijin Usaha Pertambangan (IUP) atau Ijin Usaha

Pertambangan

Khusus

(IUPK)

dapat

diberhentikan

sementara,

tanpa

mengurangi masa berlaku IUP atau IUPK, apabila terjadi :


a.Keadaan kahar;
b.
Keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian
sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan;
c.Keadaan dimana kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak
dapat menanggung beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral
dan/atau batubara yang dilakukan di wilayahnya.
Permohonan penghentian suatu kegiatan disampaikan kepada Menteri,
Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Pihak yang
berwenang lalu wajib mengeluarkan keputusan tertulis diterima atau ditolak
disertai alasannya atas permohonan penghentian sementara paling lama 30 hari
sejak menerima permohonan tersebut.
Mengenai penghentian kegiatan usaha pertambangan karena kondisi daya
dukung lingkungan, hal ini dapat dilakukan oleh inspektur tambang atau
berdasarkan permohonan masyarakat kepada pihak yang berwenang.
D.2 IUP Operasi Produksi
IUP Operasi Produksi adalah izin yang diberikan untuk kegiatan
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan
penjualan dalam rangka pertambangan. IUP Operasi Produksi diberikan kepada
badan usaha, koperasi, atau perseorangan sebagai peningkatan dari kegiatan
eksplorasi. Pasal 46 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (UU Minerba) mengatur bahwa setiap pemegang IUP Eksplorasi
dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan
usaha pertambangan nya. Menurut Pasal 22 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 23
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (PP
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba),
IUP Operasi Produksi terdiri atas mineral logam, batubara, mineral bukan
logam, dan/atau batuan.

Gambar Skema IUP Produksi

A. Persyaratan untuk memperoleh IUP Operasi Produksi bagi Badan Usaha untuk
Mineral Non Logam
Pasal 23 PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba
mengatur bahwa persyaratan untuk memperoleh IUP Operasi Produksi bagi Badan
Usaha meliputi persyaratan :
Persyaratan administratif
1. Surat permohonan

2. Susunan Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Susunan Pemegang


Saham.
3. Profil Badan Usaha (Company Profile) dan Perizinannya
4. Surat keterangan domisili.
Persyaratan Teknis
1. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan
bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku
2.
3.
4.
5.

secara nasional
Laporan lengkap eksplorasi
Laporan studi kelayakanRencana reklamasi dan pasca tambang
Rencana kerja dan anggaran biaya
Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi

produksi
6. Tersedianya

tenaga

ahli

pertambangan

dan/atau

geologi

yang

berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.


Persyaratan lingkungan
1. Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
2. Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Persyaratan Financial
1. Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik
2. Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun
3. Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran
lelang bagi pemenang lelang Wilayah Ijin Usaha Pertambangan yang telah
berakhir.
Pasal 103 UU Minerba mengatur bahwa pemegang IUP dan IUPK Operasi
Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di
dalam negeri. Dalam hal ini, pemegang dapat bekerjasama dengan badan usaha,
koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan IUP atau IUPK untuk
pengolahan

dan

pemurnian

yang

dikeluarkan

oleh

Menteri,

gubernur,

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.


Pasal 105 UU Minerba mengatakan bahwa badan usaha yang tidak
bergerak di usaha pertambangan yang bermaksud menjual mineral dan/atau batu
bara wajib terlebih dahulu memiliki IUP Operasi Produksi untuk penjualan. IUP
jenis ini hanya dapat diberikan untuk 1 kali penjualan oleh pihak yang berwenang.

Badan usaha tersebut wajib melaporkan hasil penjualan mineral dan/atau batubara
yang tergali kepada pihak yang berwenang.
Selain itu di dalam Pasal 106 UU Minerba diatur bahwa pemegang IUP
dan IUPK harus mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan
jasa dalam negeri. Dalam melakukan kegiatan operasi produksi, badan usaha
pemegang IUP dan IUPK wajib mengikut sertakan pengusaha lokal yang ada di
daerah tersebut. Adalah kewajiban bagi pemegang IUP dan IUPK untuk
menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai