1. TAKABUR
Artinya :
Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengatuhan itu ada lagi Yang
maha Mengetahui. ( QS. Yusuf: 76 )
Artinya :
Akulah tuhanmu yang paling tinggi ( QS. An Naazi’at: 24 )
Dengan segala kesombonganya, ia lupa dan tidak menyadari
bahwa dirinya itu sebagai manusia yang daif ( lemah ), banyak
kekurangannya, bisa sakit, dan juga bisa mati.
Sebagai seorang mukmin tidaklah pantas memiliki sifat takabur,
karena sifat tersebut hanya pantas dimiliki Dzat yang Maha Sempuna
yaitu Allah SWT.
Perhatikan firman Allah dalam hadits Qudsi berikut :
Artinya :
Sifat kebesaran dan kagungan itu adalah pakaian-Ku.
Artinya :
Sifat kebesaran adalah sifat yang khusus untuk Tuhan sendiri, oleh
karena itu jauhilah sifat itu dan taqwalah kepada-Nya.
Artinya :
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong,
sebab sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus
bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.
Semua kejahatannya itu adalah amat dibenci di sisi Tuhanmu
( QS Al Israa’: 37-38 )
Artinya :
Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. ( QS. As Syu’ara :
215 )
Artinya :
Sesungguhnya orang-oran yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk ke neraka jahanam dalam keadaan
hina dina. ( QS Al Mu’min : 60 )
5. Tidak mempunyai teman dan susah mencari teman
6. Kegoncangan jiwa.
Orang yang takabbur dan merasa lebih tinggi dari pada orang
lain, berkeinginan agar orang lain menundukkan kepala
kepadanya. Tetapi harga diri manusia sudah barang tentu tidak
mau berbuat demikian, dan memang pada dasarnya mereka
tidak disiapkan untuk hal itu. Karena keengganan orang lain
untuk menundukkan diri kepadanya, berarti ia gagal memasuki
keinginannya. Maka sebagai akibatnya timbulah kegoncangan
dalam jiwanya.
"Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit." (Q. S. Thaha : 124)
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan Tuhannya, Tuhan
akan memberinya siksaan yang berat." (Q. S. Al-Jin : 17)
7. Terhalang dari memperhatikan dan mengambil pelajaran
terhadap sesuatu.
Hal ini disebabkan orang yang takabbur merasa lebih tinggi dari
hamba-hamba Allah yang lain. Maka secara sadar atau tidak
sadar ia telah melampaui batas hingga menempati kedudukan
Ilahi. Orang seperti ini sudah barang tentu akan terkena sangsi,
dan sangsi atau hukuman yang pertama ialah terhalang dari
memperhatikan dan mengambil pelajaran terhadap sesuatu.
" Dan betapa banyak tanda-tanda di langit dan dibumi yang
mereka lewati, tapi mereka berpaling dari padanya." (Q. S. Yusuf
: 105 )
8. Selalu dalam keadaan aib dan kekurangan.
Hal ini disebabkan orang yang sombong mengira dirinya telah
sempurna dalam segala hal, maka ia tidak mau intropeksi diri
sehingga ia tidak mau menerima nasehat, pengarahan dan
bimbingan dari orang lain.
"(Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia
telah meliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya." (Q. S. Al-Baqarah : 81 )
Sebab-sebab Takabur
1. Rusaknya penilaian dan tolak ukur kemuliaan manusia.
Diantara factor yang menyebabkan timbulnya takabbur ialah
terjadinya nilai dan cara pandang manusia yang rusak. Mereka
memandang mulia dan hormat kepada orang-orang yang kaya
harta, meskipun dia itu ahli maksiat dan menjauhi manhaj dan
aturan Allah. Orang yang hidup dalam kondisi seperti ini sudah
barang tentu akan begitu mudah sombong, merendahkan dan
meremehkan orang lain, kecuali orang yang dirahmati Allah.
"Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami
berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera
memberikan kebaikan-kebaika kepada mereka ? Tidak,
sebenarnya mereka tidak sadar." (Q. S. Al-Mu'minun : 55-56)
"Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan
anak-anak (dari pada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan
diadzab. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan
rizki bagi siapa yang dikehandi-Nya dan menyempitkan (bagi
siapa yang di kehendaki-Nya), akan tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui. Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan pula
anak-anak kamu yang mendekatkatkan kamu kepada Kami
sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal sholeh, mereka itulah yang memperoleh balasan
yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka
kerjakan; dan mereka aman sentosa ditempat-tempat yang
tinggi (dalam surga)." (Q. S. Saba': 35-37)
2. Membandingkan nikmat yang diperolehnya dengan yang
diperoleh orang lain dengan melupakan Pemberi nikmat.
Karena hikmah yang hanya diketahui Allah sendiri, Dia
memberikan nikmat secara berbeda-beda antara sebagian orang
dan sebagian yang lain.
"Dan berikanlah kepada mereka (orang-orang mukmin dan
orang-orang kafir) sebuah perumpamaan dua orang laki-laki,
Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua
buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan
pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan
ladang."(Q. S. Al-Kahfi: 32)
"Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada
kawannya (yang mukmin) ketika ia bercakap-cakap dengan dia:
'Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-
pengikutku lebih kuat.'" (Q. S. Al-Kahfi: 34)
2. Riya (Pamer)
Riya adalah mencari pengaruh dan penghormatan di hati
makhluk uantuk mendapatkan serta pujian mereka. Gila hormat,
pengaruh, dan pujian hanyalah memperturutkan hawa nafsu yang
membawa manusia ke jurangkebianasaan.
Sesungguhnya rusaknya manusia itu kebanyakan disebabkan
oleh kelakuannya sendiri. Sebagimana diterangkan dalam sebuah
hadis Rasulullah SAW, “sesungguhnya pada hari kiamat kelak ada
seorang yang mati syahid diperintahkan supaya masuk neraka.”
Orang itu berkata, “Ya Tuhan, sesungguhnya saya adalah orang
yang mati syahid dalam jihad karena Engkau.” Allah SWT berfirman
pada orang itu, Kamu melakukan itu hanya ingin mendapatkan
pujuan makhluk dan nama besar , serta ingin dikatakan sebagai
pemberani. Dan itu semua telah kamu dapatkan di dunia.”
Bahaya Riya
Setiap manusia mempunyai kecenderungan ingin dipuji, dan
keinginan itu merupakan proses pembentukan riya dalam diri
seseorang. Sifat riya sangat lembut dan halus, bagaikan gumpalan
asap yang memenuhi jiwa dan mengalir kesegenap pembuluh darah,
dampaknya dapat menutup pandangan akal dan iman seseorang. Bila
sifat itu dibiarkan berkembang mewarnai hidupnya, maka sudah dapat
dipastikan, tidak mampu membendung riya menjelma jadi syirik.
Sabda Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Adz Dzahabi.
Macam-macam Riya
Sifat riya pada orang yang melakukan shalat dapat muncul dari
awal persiapan sampai akhir shalat. Shalatnya menjadi tidak khusyu'
dan tidak bernilai, sebab shalatnya tidak dilakukan dengan tulus dan
murni karena panggilan Allah.
Kalam Hikmah :
3. Hasad
Hasad artinya menaruh perasaan benci, tidak senang yang amat
sangat terhadap keberuntungan orang lain. Hasad biasanya berkaitan
dengan sifat iri. Wujudnya adalah sikap dan perbuatan tidak senang
terhadap orang lain, seperti memusuhi, menjelekkan, mencemarkan
nama baik orang lain dan lain-lain. Sikap dan perbuatan semcam ini
biasanya dapat berkepanjangan sehingga menimbulkan perselisihan
dan permusuhan, apabila yang bersangkutan tidak segera menyadari
sikap buruknya tersebut. Hasad termasuk duri dalam masyarakat dan
bangsa, bahkan sebagai racun dala agama. Perhatikan hadits berikut
Artinya :
Telah masuk ke dalam tubuhmu penyakit-penyakit umt dahulu yaitu
benci dan dengki itulah yang bisa mencukur (membinasakan) agama,
bukan mencukur rambut. ( HR. Al Tirmizi )
Sifat hasad tersebut merupakan penyakit hati yang cukup
berbahaya, karena hasad merupakan sifat buruk yang muncul dari hati
manusia akibat dorongan nafsu dan setan. Perbuatan hasad pada
umumnya berkonotasi pemecah belah, dikarenakan tidak suka melihat
kesuksesan dan kesenangan pihak lain.
Dalam kitab Tanbiul Gafil“in (1980 : 237-238) diterangkan bahwa
orang hasad itu telah ditentang oleh Allah swt. Dalam beberapa hal
seperti berikut :
1. Membenci nikmat atau anugerah Allah swt. Yang diberikan
kepada orang lain
2. Tidak rela menerima pembagian karunia Allah swt Atas
dirinya
3. Pelit terhadap pemberian Allah swt. Kalau bisa kebaikan
dan anugerah Allah swt. Jatuh pada dirinya, tidak perlu orang lain
kalaupun orang lain memperoleh diharapkan di bawah derajat
dirinya
4. Hancurnya kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan
Sesuai dengan sabda Rasulullah saw :
Arinya :
Jauhilah dirimu dari sifat dengki karena sesungguhnya dengki itu
memkan kebaikan seperti api makan kayu bakar. ( H.R.Dawud )
Bahaya sifat hasad :
Begitu buruk sifat dan perbuatan dengki sehingga Rasulullah
saw. Menggambarkan seperti api memakan kayu bakar, sebagai
perusak dan penghancur sendi-sendi agama, artinya orang yang
bersikap dan berbuat dengki pada dasarnya sama dengan penghancur
agama. Sebagai rinci bahaya yang ditimbulkan dari sifat dengki, antara
lain sebagai berikut :
1. Menimbulkan permusuhan
2. Menimbulkan perasaan dendam
3. Menghilangkan persahabatan
4. Menghilangkan kebaikan yang telah dilakukan
5. Dibenci Allah swt. ( berdosa )
Cara menghindari sifat hasad antara lain dengan :
1. Mempererat tali persaudaraan guna terjalin kerukunan dan
kebersamaan
2. Mendekatkan diri kepada Allah swt. Dengan harapan hati
dan pikiran menjadi tenangdan
3. Menumbuhkan sikap qanaah (merasa cukup terhadap apa
yang dimiliki )