ABSTRACT
Patient identification is one of patient safety indicator that should be implementated to
reduce medical errors. In the implementation process of patient identification in Ungaran
Hospital was found that nurses only use patients name without matching the patients
name in wristband and there were nurses who only asking the patient name when the
patient enter the room for the first time. The object of this research was to describe nurse
implementation in Patient identification in Ungaran Hospital.
Design of this research was descriptive study used phenomenological surveys with
sample was 107 nurses. The data is collected by using questionnaires with 37 statements
and analysed by using descriptive statistic.
The result of this research have shown that implementation in patient identification to
68.45%, patient identification by using wristband to 73.7%, patient identification on the
patient who could not communicate to 77.1% and patient identification on the patient
whos not able to use wristband identity to 65.7% while the results of the overall
identification implementation have shown 71.2%. It is showed that the implementation of
patient identification has not been properly implemented.
Conclution for hospital to develop and make SOP (Standart Operational Procedure)
more specific in patient identification and for nurses to always be responsible for
implementing of the patient identification and implementation procedures.
Keywords : Patient identification, nurse, hospital
ABSTRAK
Identifikasi pasien adalah bentuk keselamatan pasien yang perlu dilakukan untuk
mengurangi medical errors. Dalam proses pelaksanaan identifikasi pasien di RSUD
Ungaran masih terdapat perawat yang hanya menggunakan nama pasien saja tanpa
mencocokkan dengan gelang pasien dan ada perawat yang hanya menanyakan identitas
pasien pada saat pasien pertama kali masuk ruangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran perawat dalam melaksanakan identifikasi pasien di RSUD
Ungaran.
Penelitian ini merupakan penelitian study deskriptif dengan pendekatan surveys dengan
jumlah sampel 107 perawat. Data diambil dengan menggunakan kuisioner dengan 37
item pernyataan dan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan identifikasi pasien sebesar 68.45%,
penggunaan gelang identitas pasien sebesar 73.7%, identifikasi pasien pada pasien yang
tidak dapat berkomunikasi sebesar 77.1% dan pelaksanaan identifikasi pasien pada
pasien yang tidak memungkinkan dilakukan pemasangan gelang identitas sebesar
65.7% sedangkan hasil keseluruhan pelaksanaan identifikasi menunjukan 71.2%. Hal ini
menunjukkan pelaksanaan identifikasi pasien belum dilaksanakan dengan baik.
Saran yang diberikan kepada pihak rumah sakit agar menggembangkan SPO (Standar
Prosedur Operasional) identifikasi pasien yang lebih spesifik dan bagi perawat agar
senantiasa bertanggung jawab dalam penerapan maupun pelaksanaan prosedur
identifikasi pasien.
Kata kunci : identifikasi pasien, perawat, rumah sakit
Pendahuluan
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesment resiko, identifikasi
pasien dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implikasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Depkes RI, 2011).
Keselamatan pasien sudah menjadi isu global seperti hasil studi di Londons
Charing Cross Hospital Departemen kesehatan mengungkap pengawasan
identifikasi pasien hanya dilakukan 17%, dan penggunaan bar-code gelang
pengenal ditingkatkan menjadi 81% (Thomas, 2015). Di Amerika pada tahun
2010 pengukuran dengan Global Triger Tool menunjukkan bahwa KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan) meningkat 10 kali lipat menjadi 32%. Selanjutnya data insiden
keselamatan pasien di salah satu Rumah Sakit Indonesia pada periode bulan
Januari sampai dengan September 2013 tercatat sebanyak 76 insiden yang
terdiri
dari
Kejadian Tidak
Diharapkan/KTD(8%),
Kejadian
Nyaris
Cedera/KNC(1%) serta kejadian Tidak Cedera/KTC (91%) (Anggraeni & Hakim,
2014).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/ MENKES
/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit BAB IV pasal 8 pada
pembahasan sasaran 1 (Ketetapan Identifikasi Pasien) disebutkan bahwa
maksud dari sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan
identifikasi yaitu untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan atau pengobatan dan untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan
terhadap individu tersebut.Pada sasaran ini juga disebutkan bahwa kebijakan
dan prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses
identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika
pemberian obat, darah, atau produk darah, pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi seseorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis,
tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code dan lain-lain.
Proses identifikasi pasien perlu dilakukan sejak awal pasien masuk ke rumah
sakit, dimana identitas tersebut akan selalu dikonfirmasi dalam segala proses di
Rumah Sakit, seperti saat sebelum memberikan obat, transfusi, sebelum
mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan, sebelum memberikan
pengobatan dan tindakan / prosedur.
Hasil survei yang dilakukan didapatkan dalam proses identifikasi pasien
masih ada perawat yang hanya menggunakan nama pasien saja tanpa
mencocokkan dengan gelang pasien dan ada perawat yang hanya menanyakan
identitas pasien pada saat pasien pertama kali masuk ruangan. Hal ini
Frekuensi
Persentase (%)
107
100
94
13
87.9
12.1
22
63
22
20.6
58.9
20.6
13
14
14
13
9
13
9
9
13
12.1
13.1
13.1
12.1
8.4
12.1
8.4
8.4
12.1
Frekuensi
76
31
107
Persentase (%)
71.2
28.8
100
Frekuensi
73
34
107
Persentase (%)
68.45
31.55
100
Frekuensi
79
28
107
Persentase (%)
73.7
26.3
100
Frekuensi
82
25
107
Persentase (%)
77.1
22.9
100
Frekuensi
70
37
107
Persentase (%)
65.7
34.3
100 %
kepada keluarga jika kondisi pasien tidak memungkinkan atau oleh petugas
kepada petugas lain jika pasien mendapatkan perawatan intensif dengan
mencocokkan dengan gelang pasien (Anggraeni & Hakim, 2014).
d. Mengidentifikasi pelaksanaan identifikasi pasien pada pasien yang tidak
memungkinkan dilakukan pemasangan gelang identitas.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa perawat melaksanakan identifikasi
pasien pada pasien yang tidak memungkinkan dilakukan pemasangan
gelang identitas secara baik sebesar 70 perawat (65.7%) sedangkan yang
tidak melaksanakan sebanyak 37 perawat (34.3%).
Hasil data tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan identifikasi belum
dilakukan dengan baik karena hasil tersebut belum memenuhi nilai atau
standar yang ditetapkan yaitu 80%. Hal ini sama dengan penelitian yang
dilakukan Sevdalis bahwa masalah yang paling umum yang disebutkan oleh
75 perawat bahwa perawat merasa bingung cara mengidentifikasi pasien
yang cacat sehingga sebagian besar perawat tidak melaporkan masalah
dengan gelang identitas yang terkait dengan keluhan pasien (Sevdalis et
al., 2009).
Seharusnya keadaan tersebut tidak mengurangi perawat untuk tetap
memasang identitas pada pasien sehingga pasien tetap terjaga
keselamatannya. Alternatif yang dapat digunakan untuk identifikasi pasien
dengan keadaan pasien yang tidak memungkinkan pasien untuk memakai
gelang identifikasi dapat ditempatkan pada pergelangan kaki pasien atau
dahi atau dapat diidentifikasi dengan menggunakan gelang atau metode
alternatif dapat digunakan atau identifikasi menggunakan foto pasien (Sally
V.Rudmann, 2005).
Kesimpulan dan Saran
Secara keseluruhan 71.2% perawat melaksanakan identifikasi pasien, jika
dibandingkan dengan indikator maupun standar yang ditetapkan standar
akreditasi (80% terpenuhi) hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
identifikasi pasien belum dilaksanakan dengan baik. Beberapa poin dalam
pelaksanaan identifikasi pasien yang masih perlu ditingkatkan seperti
menanyakan identitas dengan cara menanyakan nama dan tanggal lahir pasien
dan memberikan simbol penanda pada pasien yang memiliki nama yang sama
dalam satu ruang serta tidak langsung melakukan tindakan kepada pasien yang
tidak memakai gelang pengenal. Pembudayaan terhadap pelaksanaan
identifikasi pasien perlu ditingkatkan seperti mengoptimalkan peran supervisii di
setiap shift dan meningkatkan budaya safety kepada seluruh perawat.
Ucapan Terimakasih
Terima kasih peneliti sampaikan kepada dosen pembimbing, responden,
seluruh civitas akademik kampus keperawatan semua pihak yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
Daftar Pustaka
Anggraeni, D., & Hakim, L. (2014). Evaluasi pelaksanaan sistem identifikasi
pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
28(1), 97102.
Angraeni, M. D. (2009). Dukugan Sosial Yang Diterima Oleh Perempuan Yang
Belum Berhasil Dalam Pemgobatan Infertilitas. Jurnal Keperawatan
Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), 4(3), 94101.
Depkes RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No
1691/Menkes/Per/VIII, Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta.